Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar
Kurikulum
Dosen Pengampu : Dr. H. Tatang Ibrahim, M. Pd
Dr. Dadang Suhendar, M. Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Agung Fahruzi 1202010005
Dicky Juliansyah 1202010036
Ananda Fathin Kibriya Nugraha 1202010017
Kelas: II A

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’ alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur atas ke hadirat Allah SWT. Sholawat dan salam
semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW. yang telah memberikan
petunjuk bagi seluruh umat menuju jalan kebenaran yang diridhoi-Nya, yang telah
memberikan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan penulis membuat makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata
kuliah Dasar-Dasar Kurikulum yang diampu oleh bapak Dr. H. Tatang Ibrahim,
M. Pd dan bapak Dr. Dadang Suhendar, M. Pd.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. H. Tatang Ibrahim, M. Pd dan
bapak Dr. Dadang Suhendar, M. Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah Dasar-
Dasar Kurikulum yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampun. Oleh karena itu,
penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
memperbaiki peneliti selanjutnya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, 4 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1


A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah...................................................................................... 2

C. Tujuan ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 4


1. Pengertian Kurikulum dan Prinsip Pengembangan Kurikulum .......... 4

2. Konsep Pengembangan Kurikulum dalam Pembelajaran..................... 5

3. Macam-Macam Sumber Prinsip Pengembangan Kurikulum ............. 14

4. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum .......................................... 15

5. Pihak yang Berperan dalam Pengembangan Kurikulum .................... 22

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum....... 24

7. Artikulasi dan Hambatan Pengembangan Kurikulum ........................ 25

8. Perkembangan Kurikulum Di Indonesia ............................................... 25

BAB III PENUTUP ........................................................................... 28


A. Kesimpulan ............................................................................................... 28

B. Saran ......................................................................................................... 29

C. Rekomendasi............................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 31

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum merupakan hal yang pokok dalam dunia pendidikan. Hal-hal


yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan dipandang sebagai
kurikulum.
Oleh karena itu salah satu aspek yang berpengaruh secara signifikan
terhadap keberhasilan pendidikan nasional adalah aspek kurikulum.
Keberadaan kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran
strategis dalam sistem pendidikan. Menurut Oemar Hamalik, setidaknya
terdapat tiga peranan strategis yang diemban oleh kurikulum dalam dunia
pendidikan.
Pertama, peranan konservatif. Peran konservatif kurikulum adalah
melestarikan berbagai nilai budaya sebagai warisan masa lalu. Dikaitkan
dengan era globalisasi sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang memungkinkan mudahnya pengaruh budaya asing
menggerogoti budaya lokal, maka peran konservatif dalam kurikulum memiliki
arti yang sangat penting. Melalui peran konservatifnya, kurikulum berperan
dalam menangkal berbagai pengaruh yang dapat merusak nilai-nilai luhur
masyarakat, sehingga identitas masyarakat akan tetap terpelihara dengan baik
Kedua, peranan kritis. Tidak setiap nilai dan budaya lama harus tetap
dipertahankan, sebab kadang-kadang nilai dan budaya lama itu sudah tidak
sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat; demikian juga ada kalanya
nilai dan budaya baru itu juga tidak sesuai dengan nilai-nilai lama yang masih
relevan dengan keadaan dan tuntutan zaman. Di sini, kurikukum berperan
dalam menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat
untuk kehidupan anak didik.
Ketiga, peranan kreatif. Kurikulum harus mampu menjawab setiap
tantangan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat yang cepat

1
berubah. Dalam peran kreatifnya, kurikulum harus mengandung hal-hal baru
sehingga dapat membantu siswa untuk dapat mengembangkan setiap potensi
yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial masyarakat
yang senantiasa bergerak maju secara dinamis.
Dalam proses pengembangan kurikulum, ketiga peran di atas harus berjalan
secara seimbang. Kurikulum yang terlalu menonjolkan peran konservatifnya
cenderung akan membuat pendidikan ketinggalan oleh kemajuan zaman;
sebaliknya kurikulum yang terlalu menonjolkan peran kreatifnya dapat
membuat hilangnya nilai-nilai budaya masyarakat. Khususnya di Indonesia,
pengembangan kurikulum dimaksudkan agar pendidikan dapat menyesuaikan
perkembangan zaman dengan tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya
masyarakat yang luhur.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Dari Kurikulum dan Prinsip Pengembangan Kurikulum?


2. Bagaimana Konsep Pengembangan Kurikulum dalam Pembelajaran?
3. Apa Saja Sumber Prinsip Kurikulum?
4. Apa Saja Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum?
5. Siapa Saja yang Terlibat dalam Pengembangan Kurikulum?
6. Faktor-Faktor Apa Saja yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum?
7. Apa yang Dimaksud dengan Artikulasi dan Hambatan dalam
Pengembangan Kurikulum?
8. Bagaimana Perkembangan Kurikulum Di Indonesia?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Makna Dari Pengertian Pengembangan Kurikulum.


2. Untuk Mengetahui Konsep Pengembangan Kurikulum dalam
Pemebelajaran.
3. Untuk Mengetahui Sumber Prinsip Kurikulum.

2
4. Untuk Mengetahui Prinsip-Prisip Pengembangan Kurikulum.
5. Untuk Mengetahui Siapa Saja yang Terlibat dalam Pengembangan
Kurikulum.
6. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Apa Saja yang Mempengaruhi
Pengembangan Kurikulum.
7. Untuk Mengetahui Proses Artikulasi dan Hambatan dalam Pengembangan
Kurikulum.
8. Untuk Mengetahui Perkembangan Kurikulum Di Indonesia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Kurikulum dan Prinsip Pengembangan Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat mata pelajaran dan program pendidikan


yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi
rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu
periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Lama
waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan
dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk
dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan
dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.
Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa inggris yaitu kata
curriculum yang berarti rencana pelajaran (Echolz:1984). Kata Curriculum
sendiri berasal dari kata "Currere” yang berarti berlari cepat, tergesa gesa,
menjelajahi, menjalani, dan berusaha (Hassibuan:1979). Dalam kamus
Webster's tahun 1857, secara gamblang kurikulum diartikan sebagai rancangan
sejumlah mata pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa untuk naik kelas atau
mendapatkan ijazah (menyelesaikan studinya).
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, di dalamnya
mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum
adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat
Keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang
akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa
disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan
kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap
akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-
hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah

4
direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. “Kurikulum juga didasari
atas asas psikologis, sosiologis, perkembangan dan asas filsafat”. Dalam
pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung
dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang.
Pengembangan kurikulum adalah sebuah proses yang merencanakan,
menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil penilaian
terhadap kurikulum yang telah berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi
belajar mengajar yang baik. Dengan kata lain pengembangan kurikulum adalah
kegiatan untuk menghasilkan kurikulum baru melalui langkah-langkah
penyusunan kurikulum atas dasar hasil penilaian yang dilakukan selama periode
waktu tertentu.
Prinsip kurikulum dapat juga dikatakan sebagai aturan yang menjiwai
pengembangan kurikulum. Prinsip tersebut mempunyai tujuan agar kurikulum
yang didesain atau dihasilkan sesuai dengan permintaan semua pihak yakni
anak didik, orang tua, masyarakat dan bangsa.
Pada umumnya ahli kurikulum memandang kegiatan pengembangan
kurikulum sebagai suatu proses yang kontinu, merupakan suatu siklus yang
menyangkut beberapa kurikulum yaitu komponen, tujuan, bahan, kegiatan dan
evaluasi. Kurikulum diindonesia mengalami perubahan dari masa kemasa
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam masyarakat.

2. Konsep Pengembangan Kurikulum dalam Pembelajaran

2.1 Konsep Pengembangan Kurikulum


Kurikulum diartikan sebagai manhaj, yang merupakan cahaya, atau
jalan ringan yang dilewati manusia di bidang kehidupannya. Sedangkan
kurikulum dalam konteks pendidikan, berarti jalur cerah yang dilalui oleh
guru bersama siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap serta nilai-nilai (Hasan Baharun 2017, p. 89-90). Sedangkan Menurut
Taba dalam Nasution menafsirkan kurikulum sebagai "rencana
pembelajaran", yang direncanakan untuk pembelajaran anak-anak.

5
Pandangan tradisional tentang kurikulum, merumuskan bahwa kurikulum
adalah beberapa mata pelajaran yang harus diambil oleh siswa untuk
mendapatkan ijazah (Lazwardi 2017, p. 101).
Kurikulum memiliki pemahaman yang sangat luas, mulai dari upaya
terbatas untuk mempengaruhi siswa untuk belajar di dalam dan di luar kelas,
hingga pemahaman yang luas di mana kurikulum juga mencakup fasilitas
dan infrastruktur pendidikan, siswa dan bahkan anggota masyarakat yang
harus melakukan proses pendidikan. diimplementasikan (Suradnya 2009, p.
162). Dalam makalah ini kurikulum diartikan sebagai referensi untuk
melaksanakan pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas
pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk dapat menghasilkan sekolah yang
berkualitas seiring dengan meningkatnya permintaan akan kualitas dan
kualitas sekolah yang merupakan salah satu tujuan pendidikan.
Pengembangan kurikulum merupakan istilah yang komprehensif,
yang meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Perencanaan
kurikulum yaitu langkah terdepan dalam membangun kurikulum ketika
pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk
menghasilkan rencana yang akan dipakai oleh guru dan siswa. Penerapan
kurikulum atau yang biasa disebut implementasi kurikulum berupaya
memindahkan perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional.
Evaluasi kurikulum adalah tahap akhir pengembangan kurikulum untuk
melihat sejauh mana hasil pembelajaran, tingkat pencapaian program yang
direncanakan, dan hasil dari kurikulum tersebut. Pengembangan kurikulum
bukan hanya melibatkan orang-orang yang berhubungan langsung dengan
dunia pendidikan, tetapi juga melibatkan banyak individu, seperti politisi,
wirausahawan, orang tua siswa, dan elemen masyarakat lainnya yang
merasa tertarik dengan pendidikan. Prinsip-prinsip yang akan digunakan
dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada intinya adalah aturan atau
undang-undang yang akan menginspirasi kurikulum (Kamal 2014, p. 230-
231).

6
Melihat uraian di atas, jelas bahwa keberadaan kurikulum sangat
diperlukan. Kurikulum adalah komponen terpenting di samping guru dan
fasilitas. Dengan kurikulum, akan ada gambaran yang jelas tentang tujuan
yang ingin dicapai, materi pembelajaran yang akan diproses, program
pembelajaran yang akan dilakukan, dan kegiatan pembelajaran yang harus
dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Kurikulum memberikan bimbingan
kepada guru untuk menyusun dan menerapkan program pembelajaran.
Tinjauan tentang kualitas output yang tinggi juga dapat diperkirakan dari
kurikulum yang diterapkan (J. Susilo 2016, p. 46).

2.2 Konsep Pembelajaran


Istilah belajar adalah pengembangan dari istilah mengajar dan istilah
mengajar dan belajar, sebagai terjemahan dari istilah mengajar yang terdiri
dari dua kata, yaitu belajar dan mengajar. Belajar yaitu proses yang ditandai
oleh perubahan dalam diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari suatu
proses pembelajaran dapat ditunjukkan dalam pelbagai bentuk seperti
mengubah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan, kekuatan reaksi,
dan penerimaan individu. Sementara Mengajar adalah mengkondisikan
suatu lingkungan sehingga kegiatan belajar diciptakan, dengan kata lain
mengajar adalah belajar siswa. Dari kedua istilah tersebut, dapat ditarik
kesimpulan untuk definisi pembelajaran, yaitu interaksi antara peserta didik
(learning / learning) dan pendidik (teaching / teaching) melalui penggunaan
berbagai media / sumber belajar. Sejalan dengan itu, dalam undang-undang
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (20)
menyatakan bahwa belajar adalah proses interaksi siswa dengan pendidik
dan sumber belajar dalam lingkungan belajar. Istilah pembelajaran dalam
garis besar dapat didefinisikan sebagai proses interaksi antara komponen-
komponen sistem pembelajaran dengan tujuan mencapai hasil
pembelajaran. Ini berarti bahwa pembelajaran adalah proses transaksional
(timbal balik timbal balik) antara komponen-komponen sistem

7
pembelajaran, yaitu pendidik, siswa, bahan ajar, media, alat, prosedur dan
proses pembelajaran guna mencapai perubahan komprehensif pada siswa.
Perubahan komprehensif berarti perubahan mendalam dan esensial dalam
perilaku, sikap, pengetahuan, dan kemampuan makna pada siswa yang
dapat berguna untuk menyelesaikan tugas/kewajiban dalam kehidupan
mereka, sehingga melalui kegiatan pembelajaran yang berkelanjutan, semua
kebutuhan hidup siswa ini sebagai pribadi. manusia akan terpenuhi. Belajar
adalah proses sistematis di mana semua komponen, termasuk guru, siswa,
materi dan lingkungan belajar adalah komponen penting untuk keberhasilan
pembelajaran.
Belajar sebagai suatu sistem menggunakan pendekatan sistem dalam
desain pembelajaran. Mengingat sistem, semua komponen yang terlibat
dalam pembelajaran saling berinteraksi untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas, sejumlah kata kunci dari
istilah pembelajaran dapat ditarik, yaitu pembelajaran adalah proses yang
melibatkan interaksi antara instruktur dan siswa, baik secara langsung
maupun melalui penggunaan berbagai media pembelajaran, dan diambil
untuk mendapatkan perubahan.

2.3 Landasan Pengembangan Kurikulum dalam Meningkatkan Kuailitas


Pembelajaran
Pengembangan kurikulum adalah proses yang menentukan
bagaimana kurikulum akan dilaksanakan. Agar pengembangan kurikulum
berhasil sesuai dengan apa yang diinginkan, maka pengembangan
kurikulum membutuhkan dasar pengembangan kurikulum. Pengembangan
kurikulum menurut Dimyati dan Mudjiono mengacu pada tiga elemen, yaitu
1) nilai-nilai dasar yang merupakan filosofi dalam pendidikan manusia yang
lengkap, 2) fakta empiris yang tercermin dalam implementasi kurikulum,
baik berdasarkan penilaian kurikulum, studi, dan survei lain, dan 3) dasar
teoretis yang merupakan arah pengembangan dan kerangka kerja
penyorotan.

8
Lebih lanjut Dimyati dan Mudjiono menyatakan bahwa dasar
pengembangan kurikulum meliputi:
a. Landasan Filosofis
Dalam filsafat pendidikan beberapa sekolah filsafat dikenal, yaitu
perkembangan, esensialisme, perenialisme, rekonstruksionisme dan
eksistensialisme. Setiap aliran memiliki latar belakang dan konsep yang
berbeda (Bahri 2011, p. 22-23). Aliran perkembangan adalah sekolah
yang memprioritaskan kebebasan dan menentang semua bentuk
otoritarianisme dan absolutisme. Berbeda dengan aliran esensialisme
yang berupaya menyatukan konflik antara konsepsi idealisme dan
realisme. Perennialisme muncul sebagai sekolah "progresif" yang
mundur ke masa lalu ke abad pertengahan. Sedangkan aliran
rekonstruksionisme adalah aliran yang melihat semua gejala yang
berasal dari keberadaan, yaitu cara manusia berada di dunia yang
berbeda dari keberadaan materi.
Sedangkan eksistensialisme adalah aliran yang berfokus pada
pengalaman individu. Dalam pengembangan kurikulum, tentunya harus
didasarkan pada sekolah filosofis tertentu, langkah ini akan memberi
nuansa pada konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.
Aliran Filsafat Perennialisme, Esensialisme, Eksistensialisme adalah
filosofi yang mendasari pengembangan model kurikulum subjek-
akademik. Padahal, filosofi progresivisme memberikan dasar untuk
pengembangan model kurikulum pendidikan pribadi. Sementara itu,
filsafat rekonstruktivisme secara luas diterapkan dalam pengembangan
model kurikulum interaksional. Setiap aliran filsafat harus memiliki
kelemahan dan kelebihannya sendiri. Oleh karena itu, dalam praktik
pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung
dilakukan secara efektif untuk lebih berkompromi dan mengakomodasi
berbagai minat terkait dengan pendidikan. Meski begitu pada saat ini, di
beberapa negara dan terutama di Indonesia, tampaknya ada pergeseran
dalam dasar pengembangan kurikulum, yang lebih fokus pada filosofi

9
rekonstruktivisme. dalam perilaku secara keseluruhan (Fujiawati 2016,
p. 20-22).
Landasan filosofis pendidikan merupakan cabang dari filsafat yang
mengkaji tentang apa, bagaimana, dan mengapa pendidikan. Bagi
Seorang guru yang mempelajari dan memahami landasan filosofis
pendidikan akan melakukan berbagai upaya untuk ketercapaian proses
pembelajaran yang ia lakukan. Bagi pendidik yang peka mengenai
filosofis pendidikan akan memahami tujuan ia mendidik. Sehingga,
kecermatan dari seorang pendidik untuk memikirkan cara peserta didik
belajar, dengan metode apa peserta didik belajar, dan sejauhmana
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran apakah anak pasif atau
katif, serta sejauhmana keberhasilan siswa dalam melaksanakan
pembelajaran, dan sebagainya.

b. Landasan Psikologis
Syafruddin Nurdin mengatakan, pada dasarnya pendidikan tidak
dapat dipisahkan dari unsur-unsur psikologi, karena pendidikan adalah
tentang perilaku manusia itu sendiri, mendidik berarti mengubah
perilaku anak menuju kedewasaan. Karena itu, proses belajar mengajar
selalu dikaitkan dengan teori perubahan perilaku anak. Beberapa teori
perilaku termasuk behaviorisme, psikologi kekuatan, perkembangan
kognitif, teori lapangan (teori Gastalt) dan teori kepribadian. Ada dua
bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum, psikologi
perkembangan, dan psikologi pembelajaran. Psikologi perkembangan
mempelajari perilaku individu mengenai perkembangannya (Nurdin
2005, p. 37).
Dalam psikologi perkembangan, dipelajari tentang sifat
perkembangan, tahap perkembangan, aspek perkembangan, tugas
pengembangan individu, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
pengembangan individu, di mana semuanya dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan yang mendasari pengembangan kurikulum. Belajar

10
psikologi adalah studi tentang perilaku individu dalam konteks
pembelajaran. Belajar Psikologi meneliti sifat belajar dan teori-teori
belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar,
yang dapat dipertimbangkan serta pengembangan kurikulum yang
mendasarinya.
Dari uraian di atas, setidaknya dapat dipahami, bahwa fondasi
psikologis dalam pengembangan kurikulum menempati posisi dan peran
penting. Anak adalah target dan sekaligus target kurikulum, maka
pertimbangan psikologis menjadi sesuatu yang penting dalam
perencanaan dan penyusunan kurikulum, sehingga dimungkinkan untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.

c. Landasan Sosial, Budaya, dan Agama


Realitas sosial, budaya dan agama yang ada di masyarakat adalah
bahan untuk studi pengembangan kurikulum untuk digunakan sebagai
dasar untuk pengembangan kurikulum. Kebersamaan individu dalam
masyarakat terikat dan terikat oleh nilai-nilai yang menjadi dasar
kehidupan dalam interaksi di antara mereka. Nilai-nilai yang perlu
dipertahankan dan dihormati di masyarakat termasuk nilai-nilai agama
dan sosial-budaya. Nilai-nilai agama terkait dengan kepercayaan publik
terhadap ajaran agama, oleh karena itu mereka umumnya bertahan lama.
Azas Sosiologis Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat heterogen
di tiap daerah dan masyarakatnya. Oleh karena itu, dalam
pengembangan kurikulum masyarakat memiliki peran yang sangat
penting, sehingga asas sosiologis dijadian salah satu asas yang
mempengaruhi terhadap pengembangan kurikulum. Namun Dalam
perkembangannya asa ini juga tidak boleh mendominasi dari asas asas
yang lain karena kan mengakibatkan kurikulum akan berpusat pada
masyarakatatau yang kita kenal dengan bahasa “society centered
curriculum “. Damun patut disyukuri di negara kita belum mengarah
pada kurikulum itu artinya kurikulum masih terpusat pada sekolah,

11
namun meskipun kurikulum tetap terpusat disekolah pada kenyataan
dimasyarakat sudah dietrapkan dalam bentuk kurikulum muatan lokal
yang disesuaikan dengan daerah masing-masing. Dengan dijadikannya
asas ini sebagai landasan pengembangan kurikulum diharapkan lulusan
yang bekerja nantinya dapat memnuhi kebutuhan sesuai yang diharpkan
oleh masyrakat pada umumnya.
Nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat berasal dari karya akal
manusia, sehingga dalam menerima, menyebarkan, melestarikan, dan
melepaskannya manusia menggunakan akal budi mereka. Dengan
demikian jika ada nilai sosial-budaya yang tidak diterima / tidak sesuai
dengan akalnya, ia akan dibebaskan. Karena itu nilai sosial dan budaya
lebih bersifat sementara jika dibandingkan dengan agama. Untuk
melaksanakan penerimaan, penyebaran, pelestarian, atau penolakan dan
pelepasan nilai-nilai sosial-budaya-agama, masyarakat menggunakan
pendidikan yang dirancang melalui kurikulum.
Kurikulum dapat dilihat sebagai desain pendidikan. Sebagai desain,
kurikulum menentukan implementasi dan hasil pendidikan. Dapat
dimengerti bahwa pendidikan adalah upaya sadar untuk mempersiapkan
siswa untuk terjun ke masyarakat. Pendidikan tidak hanya untuk
pendidikan tetapi juga lebih penting untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai
perkembangan lebih lanjut di masyarakat. Siswa berasal dari komunitas,
mendapatkan pendidikan formal dan informal di dalam komunitas dan
diarahkan untuk kehidupan masyarakat juga. Kehidupan masyarakat,
dengan semua karakteristik dan kekayaan budayanya, menjadi dasar dan
sekaligus referensi untuk pendidikan.
Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan harus
mempertimbangkan, merespons dan didasarkan pada perkembangan
sosial-budaya dalam masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional dan
global. Setiap lingkungan komunitas memiliki sistem sosial-budaya
sendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antara

12
anggota masyarakat. Salah satu aspek penting dari sistem sosial-budaya
adalah urutan nilai-nilai yang mengatur cara hidup dan perilaku warga
negara. Nilai-nilai ini dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau
aspek kehidupan lainnya. Sejalan dengan perkembangan masyarakat,
nilai-nilai yang ada di masyarakat juga berkembang sehingga
mengharuskan setiap warga negara untuk melakukan perubahan dan
penyesuaian dengan tuntutan zaman.

d. Landasan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni


Awalnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang dimiliki
manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan
mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan baru terus
berlangsung hingga saat ini. Dapat dipastikan, bahwa masa yang akan
datang penemuan tersebut semakin berkembang. Seiring perkembangan
akal manusia yang telah mampu menjangkau hal hal yang sebelumnya
merupakan sesuatu tidak mungkin. Sebagai ilustrasi, pada zaman dahulu
kala, mungkin orang akan menganggap mustahil kalau manusia bisa
menginjakkan kaki di permukaan Bulan, tetapi berkat kemajuan dan
perkembangan IPTEK pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo 11
berhasil mendarat di bulan dan Neil Amstrong merupakan orang
pertama yang berhasil menginjakkan kaki di bulan.
Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai oleh
masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan
kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan
kompetensi untuk berpikir dan cara belajar (learning to learning) dalam
mengakses , memilih dan menilai pengetahuan, dan mengatasi situasi
ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian. Perkembangan di
bidang sains dan teknologi, terutama di bidang transportasi dan
komunikasi telah mampu mengubah tatanan kehidupan manusia. Oleh
karena itu, kurikulum harus dapat mengakomodasi dan mengantisipasi
laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga siswa

13
dapat menyeimbangkan dan secara bersamaan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk memberi manfaat dan
mempertahankan kehidupan manusia (Pambudi 2017).
Pendidikan adalah upaya untuk mempersiapkan siswa menghadapi
perubahan yang semakin pesat, termasuk perubahan dalam sains,
teknologi, dan seni (sains dan teknologi). Sukmadinata mengatakan
bahwa pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung
akan menjadi konten / materi pendidikan, sementara secara tidak
langsung memberikan tugas kepada pendidikan untuk melengkapi
masyarakat dengan kemampuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi sebagai pengaruh dari pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Selain itu, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
juga digunakan untuk menyelesaikan masalah pendidikan.

3. Macam-Macam Sumber Prinsip Pengembangan Kurikulum

Menurut Oliva 1995:28 dalam (komaruddin dan kurniawan 2011:65)


mengemukakan setidaknya ada empat sumber prinsip pengembangan
kurikulum, yaitu :
a) Data empiris (empirical data)
b) Data eksperimen (eksperimen data)
c) Cerita atau legenda yang hidup dimasyarakat (folklore of curriculum)
d) Akal sehat (common sense)
Data empiris merujuk pada pengalaman yang terdokumentasi dan terbukti
efektif, data eksperimen menunjuk pada temuan-temuan hasil penelitian. Data
hasil temuan penelitian merupakan data yang di pandang valid dan reliaple,
sehingga tingkat kebenaran lebih meyakinkan untuk di jadikan prinsip dalam
pengembangan kurikulum. Namun demikian fakta kehidupan, data hasil
penelitian ( hard data) itu sifatnya sangat terbatas.

Disamping itu banyak data-data lainya yang diperoleh bukan dari hasil
penelitian yang di gunakan juga terbukti efektif untuk memecahkn masalah-

14
masalah kehidupan yang kompleks diantaranya yaitu adat kebiasaan yang hidup
dimasyarakat (folklore of currikulum) dan hasil pertimbangan dan penilaian
akal pikiran (common sense). Bahkan data yang diperoleh dari penelitian
sendiri digunakan setelah melalui proses pertimbangan dan penilaian akal sehat
terlebih dahulu.

4. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum

Dalam pengembangan kurikulum terdapat banyak prinsip yang dapat


digunakan kurikulum yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan yang
diinginkan dan yang diharapkan semua pihak.
Pengembangan kurikulum menggunakan prinsip-prinsip yang telah
berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan prinsip-
prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di lembaga
pendidikan sangat dimungkinkan untuk menggunakan prinsip yang berbeda
dari kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lain, sehingga akan ada
banyak prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum.
Hamalik, sebagaimana dikutip oleh Syafaruddin dan Amiruddin
menyebutkan delapan prinsip dalam pengembangan kurikulum. Prinsip-prinsip
tersebut antara lain; prinsip berorientasi pada tujuan, relevansi, efisiensi,
fleksibilitas, kontinuitas, keseimbangan, keterpaduan, dan mutu. Sedangkan
Sukmadinata (2012:150-151) menjelaskan bahwa terdapat lima prinsip umum
pengembangan kurikulum, yaitu prinsip relevansi, fleksibelitas, kontinuitas,
praktis atau efisiensi dan efektivitas.
Prinsip umum dimaknai sebagai prinsip yang harus diperhatikan untuk
dimiliki oleh kurikulum sebagai totalitas dari gabungan komponen-komponen
yang membangunnya. Adapun penjabaran prinsip-prinsip umum ialah sebagai
berikut:

4.1 Prinsip-Prinsip Umum


a. Prinsip Relevansi

15
Relevansi memiliki makna sesuai atau serasi. Secara internal,
kurikulum memiliki relevansi antara komponen kurikulum (tujuan,
bahan, strategi, organisasi, dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal
komponen itu memiliki relevansi dengan tuntutan sains dan teknologi
(relevansi epistemologis), tuntutan dan potensi siswa (relevansi
psikologis), serta tuntutan dan kebutuhan pengembangan masyarakat
(relevansi sosiologis). Maka dalam membuat kurikulum harus
memperhatikan kebutuhan lingkungan masyarakat dan siswa di
sekitarnya, sehingga nantinya akan bermanfaat bagi siswa untuk
berkompetisi di dunia kerja yang akan datang. Dalam realitanya prinsip
diatas memang harus betul-betul diperhatikan karena akan berpengaruh
terhadap mutu pendidikan. Dan yang tidak kalah penting harus sesuai
dengan perkembangan teknologi sehingga mereka selaras dalam upaya
membangun negara

b. Prinsip Fleksibilitas
Pengembangan kurikulum berupaya agar hasilnya fleksibel dalam
implementasinya, memungkinkan penyesuaian berdasarkan situasi dan
kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan
dan latar belakang siswa, peran kurikulum disini sangat penting
terhadap perkembangan siswa, untuk itu prinsip fleksibel ini harus
benar-benar diperhatikan sebagai penunjang untuk peningkatan mutu
pendidikan.
Dalam prinsip fleksibilitas ini dimaksudkan bahwa kurikulum harus
memiliki fleksibilitas. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang
berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam implementasinya dimungkinkan
untuk menyesuaikan penyesuaian berdasarkan kondisi regional. Waktu
dan kemampuan serta latar belakang anak. Kurikulum ini
mempersiapkan anak-anak untuk saat ini dan masa depan. Kurikulum
tetap fleksibel di mana saja, bahkan untuk anak-anak yang memiliki

16
latar belakang dan kemampuan yang berbeda, pengembangan
kurikulum masih bisa dilakukan
Kurikulum harus menyediakan ruang untuk memberikan kebebasan
bagi pendidik untuk mengembangkan program pembelajaran. Pendidik
dalam hal ini memiliki kewenangan dalam mengembangkan kurikulum
yang sesuai dengan minat, kebutuhan siswa dan kebutuhan bidang
lingkungan mereka.

c. Prinsip Kontinuitas
Yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara
vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman belajar yang disediakan
kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam
tingkat kelas, antarjenjang pendidikan, maupun antara jenjang
pendidikan dan jenis pekerjaan.
Makna kontinuitas disini adalah berhubungan, yaitu adanya nilai
keterkaitan antara kurikulum dari berbagai tingkat pendidikan. Sehingga
tidak terjadi pengulangan atau disharmonisasi bahan pembelajaran yang
berakibat jenuh atau membosankan baik yang mengajarkan (guru)
maupun yang belajar (peserta didik). Selain berhubungan dengan
tingkat pendidikan, kurikulum juga diharuskan berhubungan dengan
berbagai studi, agar antara satu studi dapat melengkapi studi lainnya.
Sedangkan fleksibilitas adalah kurikulum yang dikembangkan tidak
kaku dan memberikan kebebasan kepada guru maupun peserta didik
dalam memilih program atau bahan pembelajaran, sehingga tidak ada
unsur paksaan dalam menempuh program pembelajaran. pembelajaran

d. Prinsip Praktis atau Efisiensi


Peran kurikulum dalam ranah pendidikan adalah sangat penting dan
bahkan vital dalam proses pembelajaran, ia mencakup segala hal dalam
perencanaan pembelajaran agar lebih optimal dan efektif. Dewasa ini,
dunia revolusi industri menawarkan berbagai macam perkembangan

17
kurikulum yang dilahirkan oleh para ahli dari dunia barat. Salah satu
pengembangan kurikulum yang dipakai oleh pemerintah Indonesia
untuk mecapai sebuah cita-cita bangsa yaitu mengoptimalkan
kecerdasan anak-anak generasi penerus bangsa untuk memilki akhlaq
mulia dan berbudi pekerti yang luhur. Efisiensi adalah salah satu prinsip
yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum, sehingga
apa yang telah direncanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Jika sebuah program pembelajaran dapat diadakan satu bulan pada satu
waktu dan memenuhi semua tujuan yang ditetapkan, itu bukan halangan.
Sehingga siswa dapat mengimplementasikan program pembelajaran lain
karena upaya itu diperlukan agar dalam pengembangan kurikulum dapat
memanfaatkan sumber daya pendidikan yang ada secara optimal,
cermat, dan tepat sehingga hasilnya memadai.
Kurikulum dalam pendidikan selalu dilaksankan dalam
keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun
personalia. Jadi, kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi juga praktis.

e. Prinsip Efektivitas
Mengembangkan kurikulum pendidikan perlu mempertimbangkan
prinsip efektivitas, yang dimaksud dengan efektivitas di sini adalah
sejauh mana rencana program pembelajaran dicapai atau
diimplementasikan. Dalam prinsip ini ada dua aspek yang perlu
diperhatikan, yaitu: efektivitas mengajar guru dan efektivitas belajar
siswa. Dalam aspek mengajar guru, jika masih kurang efektif dalam
mengajar bahan ajar atau program, maka itu menjadi bahan dalam
mengembangkan kurikulum di masa depan, yaitu dengan mengadakan
pelatihan, workshop dan lain-lain. Sedangkan pada aspek efektivitas
belajar siswa, perlu dikembangkan kurikulum yang terkait dengan
metodologi pembelajaran sehingga apa yang sudah direncanakan dapat
tercapai dengan metode yang relevan dengan materi atau materi
pembelajaran.

18
Oleh karena itu ada upaya dalam upaya membuat kegiatan
pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang
berlebihan, baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam
implementasinya dalam proses pembelajaran adalah bagaimana tujuan
pengembangan kurikulum ini dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran yang diharapkan oleh semua pihak, terutama efektivitas
pembelajaran di kelas.

Sedangkan prinsip khusus, sebagaimana dikemukakan juga oleh


Sukmadinata mencakup lima hal, yakni; prinsip penentuan tujuan pendidikan,
pemilihan isi pendidikan, pemilihan proses belajar mengajar, pemilihan media
dan alat pengajaran, serta berkenaan dengan penilaian. Adapun penjabarannya
adalah sebagai berikut:

4.2 Prinsip-Prinsip Khusus


Ada beberapa prinsip yang lebih khusus dalam pengembangan
kurikulum. Prinsip-prinsip ini berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi,
pengelaman belajar, dan penilaian.
a. Prinsip yang Berkenaan Dengan Tujuan Pendidikan
Tujuan menjadi pusat kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan.
Perumusan komponen-komponen kurikulum hendaknya mengacu pada
tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat
umum atau jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek
(khusus). Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada :
1) Ketentuan dan kebijaksanaan pemerintah, yang dapat di temukan
dalam dokumen-dokumen lembaga negara mengenai tujuan, dan
strategi pembangunan termasuk didalamnya pendidikan.
2) Survai mengenai persepsi orang tua atau masyarakat tentang
kebutuhan mereka yang dikimkan melalui angket atau wawancara
dengan mereka.

19
3) Survai tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu,
dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai
media massa.
4) Pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama.
5) Penelitian.

b. Prinsip yang Berkenaan dengan Pemilihan Isi Pendidikan


Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang
telah ditentukan para perencana kurikulum perlu mempertimbangkan
beberapa hal.
1) Perlu penjabaran tujuan pendidikan atau pengajaran bentuk
perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum
suatu perbuatan hasil belajar dirumuskan semakin sulit menciptakan
pengalaman belajar;
2) Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan:
3) Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan
sistemati. Ketiga ranah belajar, yaitu pengetahuan, sikap, dan
keterampilan diberikan secara simultan dalam urutan situasi belajar.
Untuk hal tersebut diperlukan buku pedoman guru yang
memberikan menjelaskan tentang organisasi bahan dan alat
pengajaran secara lebih mendetail.

c. Prinsip Berkenaan dengan Pemilihan Proses Belajar Mengajar


Pemilihan proses belajar mengajar yang digunakan hendaknya
memperhatikan beberapa hal yaitu :
1) Apakah metode atau teknik belajar mengajar yang digunakan cocok.
2) Apakah metode atau teknik tersebut memberikan kegiatan yang
berfariasi dehingga dapat melayani pembedaan individual siswa.
3) Apakah metode atau teknik tersebut memberikan urutan kegiatan
yang bertingkat-tingkat.

20
4) Apakah metode atau teknik tersebut dapat menciptakan kegiatan
untuk mencapai tujuan kognitif, afektif dan psikomotor.
5) Apakah metode atau teknik tersebut lebih mengaktifkan siswa, atau
mengaktifkan atau kedua-duanya.
6) Apakah metode atau teknik tersebut mendorong berkembangnya
kemampuan baru.
7) Apakah metode atau teknik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan
belajar disekolah dan dirumah, juga mendorong penggunaan sumber
yang ada dirumah dan masyarakat.
8) Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatn belajar yang
menekankan “learning by duing” disamping “ learning by seeing
and knowing’.

d. Prinsip Berkenaan dengan Pemilihan Media dan Alat Pengajaran


Proses belajar mengajar yang baik perlu didukung oleh penggunaan
media dan alat-alat bantu pengajaran yang tepat.
1) Alat atau media pengajaran apa yang diperlukan. Apakah semuanya
sudah tersedia? Bila alat tersebut alat tidak ada apa penggantinya.
2) Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan :
gabaimana pembuatannya, siapa yang membuat, pembiayaannya,
waktu pembuatan .
3) Bagaimana pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran, apakah
dalam bentuk modul, paket belajar, dan lain-lain.
4) Bagaimana pengintregasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar.
5) Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi
media.

e. Prinsip Berkenaan dengan Pemilihan Kegiatan Penilaian


Penilaian merupakan proses akhir dalam kegiatan belajar mengajar.
Dalam proses penilaian belajar, setidaknya mencakup tiga hal dasar
yang harus diperhatikan, yakni:

21
1) Pertama, merencanakan alat penilaian. Hal yang harus diperhatikan
dalam fase ini ialah penentuan karakteristik kelas dan usia, bentuk
tes/ujian, dan banyaknya butir tes yang disusun.
2) Kedua, menyusun alat penilaian. Langkah-langkahnya adalah
dengan merumuskan tujuan pendidikan pada ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik, mendeskripsikan dalam bentuk tingkah laku
siswa yang dapat diamati, menghubungkan dengan bahan pelajaran,
serta menuliskan butir-butir tes.
3) Ketiga, mengelola hasil penilaian. Prinsip yang perlu diperhatikan
ialah norma penilaian yang digunakan dalam pengelolaan hasil tes
serta penggunaan skor standard.

Sedangkan dalam kurikulum berbasis kompetensi perlu memperhatikan dan


mempertimbangkan prinsip-prinsip yaitu:
a) Keimanan, nilai dan budi luhur
b) Penguatan integrasi nasional
c) Keseimbangan etika, logika, estetika dan kinestetik
d) Kesamaan memperoleh kesempatan
e) Abad pengetahuan dan teknologi informasi
f) Pengembangan keterampilan hidup
g) Belajar sepanjang hayat
h) Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif
i) Pendekatan menyeluruh dan kemitraan.

5. Pihak yang Berperan dalam Pengembangan Kurikulum

Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut


berpartisipasi, yaitu; administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum,
ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid.
a. Peranan Para Administrator Pendidikan

22
Para administrator pendidikan ini terdiri dari: direktur bidang
pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah, kepala
kantor kabupaten dan kecamatan serta kepala sekolah. Peranan para
administrator si tingkat pusat (direktur dan kepala pusat) dalam
pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hukum, menyusun
kerangka dasar serta program inti kurikulum.

b. Peranan Para Ahli


Pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas perubahan
tuntutan kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga perlu dilandasi oleh
perkembangan konsep-konsep dalam ilmu. Oleh karena itu, pengembangan
kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para ahli, baik ahli pendidikan,
ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi/disiplin ilmu.
Partisipasi para ahli pendidikan dan ahli kurikulum terutama sangat
dibutuhkan dalm pengembangan kurikulum pada tingkat pusat. Apabila
pengembanagan kurikulum sudah banyak dilakukan pada tingkat daerah
atau local, maka pertisipasi mereka pada tingkat daerah, lokal bahkan
sekolah juga sangat diperlukan, sebab apa yang telah digarikan pada tingkat
pusat belum tentu dapat dengan mudah dipahami oleh para pengembangan
dan pelaksana kurikulum di daerah.

c. Peranan Guru
Guru memegang peranan yang cukup penting baik di dalam
perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana,
pelaksana, dan pengembag kurikulum bagi kelasnya.
Peranan guru bukan hanya menilai perilaku dan prestasi belajar
murid-murid dalam kelas, tetapi juga menilai implementasi kurikulum
dalam lingkup yang lebih luas.

d. Peranan Orang Tua Murid

23
Orang tua juga mempunyai peranan dalam pengembangan
kurikulum peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal: pertama dalam
penyusunan kurikulum dan kedua dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam
penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut seta,
hanya terbatas kepada beberapa orang tua saja yang cukup waktu dan
mempunyai latar belakang yang memadai.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum

a. Perguruan Tinggi
Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari perguruan tinggi.
Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang
dikembangkan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari pengembangan ilmu
pendidikan dan keguruan (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan).

b. Masyarakat
Sebagai bagian dan agen dari masyarakat, sekolah sangat
dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dimana sekolah tersebut berada.
Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi
tuntutan dan kebutuhan masyarakat homogen atau heterogen, masyarakat
kota atau desa, petani, pedagang atau pegawai, dan sebagainya.

c. Sistem Nilai
Masalah utama yang dihadapi para pengembang kurikulum dalam
menghadapi nilai adalah bahwa dalam masyarakat nilai itu tidak hanya satu.
Masyarakat umumnya heterogen dan multifaset. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan guru dalam mengajarkan nilai, yaitu:
• Guru hendaknya mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada
dalam masyarakat.
• Guru hendaknya berpegang pada prinsip demokrasi, etis, dan norma.
• Guru berusaha menajdikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru.

24
• Guru menghargai nilai-nilai kelompok lain.
• Memahami dan menerima keberagaman kebudayaan sendiri.

7. Artikulasi dan Hambatan Pengembangan Kurikulum

Artikulasi dalam pendidikan berarti “kesatupaduan dan koordinasi segala


pengalaman belajar”. Untuk merealisasikan artikulasi kurikulum, perlu meneliti
kurikulum secara menyeluruh, membuang hal-hal yang tidak diperlukan,
menghilangkan duplikasi, merevisi metode serta isi pengajaran, mengusahakan
perluasan dan kesinambungan kurikulum.
Untuk menyusun artikulasi kurikulum diperlukan kerja sama dari berbagai
pihak diantaranya para administrator, kepala sekolah TK sampai rektor
universitas, guru-guru dari setiap jenjang pendidikan, orang tua murid dan
tokoh-tokoh masyarakat.
Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa hambatan. Hambatan
pertama terletak pada guru. Guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan
kurikulum. Hal itu disebabkan beberap hal, pertama kurang waktu, kedua
kekurangsesuaian pendapat baik antara sesama guru maupun dengan kepala
sekolah dan administrator, dan ketiga karena kurangnya kemampuan dan
pengetahuan guru itu sendiri.
Hambatan lain datang dari masyarakat. Untuk pengembangan kurikulum
dibutuhkan dukungan masyarakat baik dalam pembiayaan maupun dalam
memberikan umpan balik terhadap sistem pendidikan atau kurikulum yang
sedang berjalan. Masyarakat adalah sumber input dari sekolah. Oleh karena itu,
keberhasilan pendidikan dan ketetapan kurikulum yang digunakan
membutuhkan bantuan serta input fakta dan pemikiran dari masyarakat.

8. Perkembangan Kurikulum Di Indonesia

25
Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup banyak mengalami
perubahan dan pengembangan kurikulum. Terhitung, pemerintah pernah
menjalankan pergantian kurikulum sebanyak sebelas kali, yaitu meliputi:
1) Kurikulum 1947.
2) Kurikulum 1952.
3) Kurikulum 1964.
4) Kurikulum 1968.
5) Kurikulum 1975.
6) Kurikulum 1984, Cara Belajar Siswa Aktif (Kurikulum Cbsa).
7) Kurikulum 1994.
8) Kurikulum 2004, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kbk).
9) Kurikulum 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Ktsp).
10) Kurikulum 2013.
11) Kurikulum 2013 revisi, serta kurikulum darurat selama masa pandemi 2020
(bukan kurikulum baru).
Akan tetapi, berdasarkan hasil survei terbaru oleh Programme for
International Student Assessment (PISA) yang dirilis pada Desember 2019,
menempatkan Indonesia di peringkat ke-72 dari 77 negara. Data ini menjadikan
Indonesia bercokol di peringkat enam terbawah, masih jauh di bawah negara-
negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam. Survei PISA
merupakan rujukan dalam menilai kualitas pendidikan di dunia berdasarkan
kemampuan membaca, matematika dan sains.
Data di atas bukan merupakan sesuatu hal yang aneh dan mengejutkan.
Pendapat ini didukung oleh Hamzah yang menyatakan bahwa kurikulum yang
ada pada pendidikan sekolah masih mengalami stagnasi, statis, dan berorientasi
pada materialis. Stagnasi terlihat dari adopsi dan replikasi kurikulum
pendidikan sekolah. Nuansa hegemoni pada dunia pendidikan sekolah terasa
mengental, bahkan menuju ke arah status quo kurikulum sekolah. Adanya
hegemoni tersebut membuat pola pikir dan arah nalar para pendidik dan peserta
didik terpasung dalam pendidikan yang menjerumuskan bukannya pendidikan
yang membebaskan.

26
Dengan demikian, pengembangan kurikulum menjadi sebuah keharusan
dan berlaku sepanjang hidup. Prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum
harus mampu dievaluasi dan diterapkan sebagai usaha pembenahan guna
mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang telah dicita-citakan bersama.

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:


Prinsip kurikulum diartikan sebagai aturan yang menjiwai pengembangan
kurikulum. Prinsip tersebut mempunyai tujuan agar kurikulum yang didesain
atau dihasilkan sesuai dengan permintaan semua pihak yakni anak didik, orang
tua, masyarakat dan bangsa.

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, yang meliputi


perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah
langkah pertama dalam membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum
membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan rencana yang
akan digunakan oleh guru dan siswa. Penerapan kurikulum atau yang biasa
disebut implementasi kurikulum berupaya mentransfer perencanaan kurikulum
ke dalam tindakan operasional.
Sementara itu sumber prinsip pengembangan kurikulum meliputi:
a. Data empiris (empirical data).
b. Data eksperimen (eksperimen data).
c. Cerita atau legenda yang hidup dimasyarakat (folklore of curriculum).
d. Akal sehat (common sense).

Dengan demikian, agar pengembangan kurikulum berhasil sesuai dengan


apa yang diinginkan, maka pengembangan kurikulum membutuhkan dasar
pengembangan kurikulum. fondasi pengembangan kurikulum meliputi: fondasi
filosofis, fondasi sosial, budaya dan agama, fondasi sains, teknologi, dan seni,
fondasi kebutuhan masyarakat, dan fondasi pengembangan masyarakat. Prinsip
umum pengembangan kurikulum adalah relevansi, fleksibilitas,
kesinambungan, kepraktisan dan efektivitas. Prinsip khusus pengembangan

28
kurikulum adalah berkaitan dengan tujuan pendidikan, prinsip yang berkaitan
dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip yang berkaitan dengan pemilihan
proses belajar mengajar, prinsip yang berkaitan dengan pemilihan media dan
alat belajar, dan prinsip yang berkaitan dengan pemilihan kegiatan penilaian.

B. Saran

Kami menyadari sehubungan dengan penyusunan makalah ini karena


mengambil kajian yang terbatas dan materi studi pustaka yang sederhana, maka
penulis menyarankan kepada pihak lain untuk melakukan kajian yang lebih
mendalam dengan materi yang lebih luas dan relevan sehingga materi yang
disampaikan lebih komprehensif.

C. Rekomendasi

Dari hasil analisis dan kesimpulan, penulis memberikan rekomendasi


sebagai berikut:
1. Kepada para administrator pendidikan baik ditingkat pusat atau daerah
sebaiknya menyusun kurikulum sesuai dengan tuntutan zaman dan relevan
dengan kondisi sosial dan budaya yang sedang berkembang dimasyarakat.
Dan senatiasa menjaga serta melestarikan kearifan lokal yang ada sebagai
karakter bangsa yang memiliki keramah tamahan dan budi pekerti yang
luhur.

2. Kepada pihak sekolah atau guru dalam menerapkan isi kurikulum karena
berperan sebagai garda terdepan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa
maka dituntut untuk bisa memahami setiap karakter peserta didik yang
berbeda-beda, hal ini bertujuan supaya tujuan dari kurikulum bisa tercapai
dengan baik.

29
3. Dengan mempelajari dan mengkaji prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum ini, diharapkan mulai sekarang mahasiswa lebih berpikir kritis
terhadap masalah-masalah yang ada di dunia pendidikan, karena sudah
sepantasnya mahasiswa pendidikan nantinya akan menjadi penerus
pendidik dan perancang kurikulum di dalam dunia pendidikan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Journal:

Prasetyo , A. R., & Hamami, T. ( 2020). PRINSIP-PRINSIP DALAM


PENGEMBANGAN KURIKULUM. PALAPA : Jurnal Studi Keislaman
dan Ilmu Pendidikan, 42-55.

Shofiyah. (2018). PRINSIP – PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM


DALAM UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN.
Jurnal Pendidikan Agama Islam edureligia, 122-130.

Website:

Fitriani, A. (2017, April 18). CBSA. Retrieved from kompasiana.com:


https://www.kompasiana.com/livia_prasetya/58f6316b927a61742384194d
/cbsa#:~:text=CBSA%20(Cara%20Belajar%20Siswa%20Aktif,siswa%20
untuk%20bertindak%20lebih%20aktif.

Kurikulum. (2021, February 13 ). Retrieved from id.wikipedia.org:


https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum

Kurikulum Berbasis Kompetensi. (2020, August 19). Retrieved from


id.wikipedia.org:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Berbasis_Kompetensi

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (2021, January 12). Retrieved from


id.wikipedia.org:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan

Luthfiana, K. R. (2019). Makalah Prinsip Pengembangan Kurikulum. Retrieved


from kunalfirezal.wordpress.com:
https://kunalfirezal.wordpress.com/2019/04/19/makalah-prinsip-
pengembangan-kurikulum/amp/#

31
makalah pengembangan kurikulum. (2016, February 11 ). Retrieved from
jejakpendidikan.com: http://www.jejakpendidikan.com/2016/02/makalah-
pengembangan-kurikulum.html

MAKALAH Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum. (2017, May 26).


Retrieved from unisnua8semester6:
http://unisnua8semester6.blogspot.com/2017/05/makalah-prinsip-prinsip-
pengembangan.html

prinsip pengembangan kurikulum. (n.d.). Retrieved from dewkunt.wordpress.com:


https://dewkunt.wordpress.com/prinsip-pengembangan-kurikulum/

Sururi, R. (2012, October 6 ). MAKALAH PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN


KURIKULUM. Retrieved from ridwan-sururi.blogspot.com: http://ridwan-
sururi.blogspot.com/2012/10/makalah-prinsip-prinsip-pengembangan.html

32

Anda mungkin juga menyukai