Oleh
Fajarina Harjiyanti
NIM 13108241053
i
PERAN GURU KELAS DALAM MENANGANI PERILAKU BULLYING
PADA SISWA KELAS IA DI SDIT LUQMAN AL HAKIM
INTERNASIONAL
Oleh
Fajarina Harjiyanti
NIM 13108241053
ABSTRAK
ii
THE TEACHER ROLE IN CONTROLLING BULLYING ATTITUDE OF 1A
CLASS STUDENTS IN LUQMAN AL HAKIM INTERNATIONAL
ELEMENTARY SCHOOL
By:
Fajarina Harjiyanti
NIM 13108241053
ABSTRACT
iii
SURAT PERNYATAAN
NIM : 13108241053
Fajarina Harjiyanti
NIM. 13108241053
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
Disusun oleh:
Fajarina Harjiyanti
NIM 13108241053
telah memenuhi syarat dan disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk dilaksanakan
Ujian Akhir Skripsi bagi yang
bersangkutan,
v
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
Fajarina Hariyanti
NIM. 13108241053
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Tugas Akhir Skripsi Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
Pada tanggal 12 Juni 2017
DEWAN PENGUJI
Yogyakarta, ....................
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
Dekan,
vi
MOTTO
“Barang siapa yang beriman kepada hari akhir hendaknya ia berkata yang baik
atau diam.”
“He wanted to teach the children that all bodies are beautiful.”
(Tetsuko Kuroyanagi)
vii
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah SWT dan dengan mengucap syukur Alhamdulillah
atas anugerah Allah SWT serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad
1. Alm Ayah, Ibu, dan adik serta keluarga besar tercinta yang telah memberikan
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya,
Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Peran Guru Kelas dalam
Menangani Perilaku Bullying pada Siswa Kelas IA di SDIT Luqman Al Hakim
Internasional” dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan
pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada yang terhormat:
1. Ibu Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir
Skripsi yang telah banyak memberikan saran/masukan, bimbingan dan
motivasi dengan sabar selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.
2. Ibu Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd selaku ketua penguji, Ibu Lusila Andriani,
M.Hum selaku penguji utama dan Ibu Unik Ambarwati, M.Pd selaku
sekretaris penguji yang memberikan koreksi perbaikan terhadap Tugas Akhir
Skripsi ini.
3. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar
beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama
proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya Tugas Akhir
Skripsi ini.
4. Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang
memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Ahir Skripsi.
5. Kepala Sekolah SDIT Luqman Al Hakim Internasional, Ustadzah Fourzia
Yunisa Dewi, S.Pd.I yang telah memberikan ijin dan bantuan dalam
pelaksanaan penelitian untuk menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi.
6. Guru Kelas I A SDIT Luqman Al Hakim Internasional, Ustadzah Lailis dan
Ustadzah Lina, yang telah direpotkan, membantu dan memberikan ilmunya
selama penelitian.
7. Guru BK, Ustadzah Yuni yang selalu membantu dan menyemangati selama
penelitian berlangsung.
ix
8. Alm. Ayah, yang telah mendewasakan dengan kepergiannya, Ibu untuk selalu
bertanya, menyemangati serta mendo’akan, dan adik yang tidak pernah
merepotkan, terimakasih.
9. Tim kesekretariatan, Forum Anak Kota Yogyakarta, yang telah memberikan
tempat untuk tumbuh, berkembang, dan selalu menyediakan tempat untuk
pulang.
10. Teman-teman PGSD Kelas D 2013 yang membantu dalam banyak hal,
terimakasih sudah menjadi bagian dari rezeki Allah tentang orang-orang yang
baik. Termasuk dalam membantu, memberi semangat dan motivasi dalam
menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi.
11. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat
disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas
Akhir Skripsi ini.
Semoga amal kebaikan yang telah diberikan dibalas oleh Allah SWT
dengan balasan yang setimpal. Demikianlah skripsi ini semoga menjadikan
manfaat bagi orang lain.
Fajarina Harjiyanti
NIM. 13108241053
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i
ABSTRAK .......................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN.................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ v
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. vi
MOTTO .............................................................................................................. vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 7
C. Batasan Masalah ............................................................................ 8
D. Rumusan Masalah .......................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ........................................................................ 9
1. Secara Teoritis .......................................................................... 9
2. Secara Praktis ........................................................................... 9
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ........................................... 44
Tabel 2. Data Guru LHI .................................................................. 53
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.Alur Kerangka Pikir ........................................................................... 37
Gambar 2. Siswa yang bermain saling tindih...................................................... 58
Gambar 3. Emergency Classmeeting antara Ak dan At ...................................... 60
Gambar 4. Ustadzah Us sedang menerangkan keamanan diri sendiri ................ 65
Gambar 5. Ha menerima konsekuensi harus diam di kelas ................................ 68
Gambar 6. Ustadzah Us mengingatkan pelaku bullying ..................................... 70
Gambar 7. Piket supervisor oleh guru kelas........................................................ 76
Gambar 8. Buku cerita yang digunakan guru untuk menjelaskan bullying ........ 79
Gambar 9. Contoh perilaku yang dirujuk ke guru BK ........................................ 84
Gambar 10. Anak yang kembali melakukan bullying ......................................... 87
Gambar 11. Fr dan Ha bekerjasama dalam kelompok maket ............................. 90
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Pedoman Observasi ........................................................................ 105
Lampiran 2. Pedoman Wawancara ..................................................................... 107
Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi ................................................................... 113
Lampiran 4. Hasil Observasi ............................................................................... 114
Lampiran 5. Hasil Catatan Lapangan .................................................................. 136
Lampiran 6. Reduksi, Display dan Kesimpulan Hasil Observasi Kelas ............. 150
Lampiran 7. Reduksi, Display dan Kesimpulan Hasil Wawancara Kelas .......... 162
Lampiran 8. Contoh Triangulasi Sumber ............................................................ 185
Lampiran 9. Contoh Triangulasi Teknik ............................................................. 207
Lampiran 10. Dokumentasi ................................................................................. 213
Lampiran 11. Surat .............................................................................................. 223
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak-anak adalah aset sebuah bangsa yang tengah berkembang oleh karena
itu maju-tidaknya sebuah negara pada masa depan sangat tergantung pada apa yang
kita lakukan saat ini terhadap perkembangan anak tersebut sedari awal. Utamanya
karena pada saat perkembangan, anak dikenal memiliki masa emas atau lebih dikenal
dengan golden age. Pada masa ini anak akan menyerap informasi dari lingkungan
keluarga atau lingkungan teman bermainnya, berupa informasi yang baik atau yang
buruk, yang nantinya akan menjadi dasar bagi karakter, kepribadian atau kemampuan
kognitif anak. Itulah mengapa sejak dini, anak perlu distimulus secara optimal oleh
memiliki arti perkembangan yang sesuai dengan potensi anak serta sesuai dengan
sistem nilai yang baik, kemampuan intelektual dan kondisi dinamik individu yang
akibat perkembangan zaman tentu menuntut segala objek yang terkait di dalamnya
juga turut berubah mengikuti serta menyesuaikan akibat perkembangan tersebut dan
Perubahan lingkungan ini turut menuntut anak sebagai calon penerus bangsa
untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki lewat
berbagai macam cara. Orangtua biasanya akan menyekolahkan, mengajak anak untuk
les atau mengikuti ektrakurikuler tertentu agar anak dapat memiliki kualitas diri yang
1
dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Amirin et al. (2013: 2) bahwa
pengembangan kualitas diri pada anak dapat dilakukan lewat pendidikan karena
hidup (skills) serta nilai (value) yang berlaku di masyarakat. Pendidikan pada saat ini
dituntut untuk semakin berkualitas karena tingkat kemajuan masyarakat yang tinggi
yang besar. Salah satu tantangan bagi sekolah adalah menjadikan sekolah sebagai
tempat tumbuh kembang anak secara aman dan optimal yang sesuai dengan
perkembangan anak.
Perkembangan anak sendiri terjadi seiring dengan kehidupan anak dari mulai
anak dilahirkan sampai nantinya akan mengalami masa remaja, dewasa, dan menua
adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses
kehidupannya dikenal dengan nama yang berbeda-beda sesuai usia dan keadaan
individu itu sendiri. Perkembangan anak pada usia sekolah dasar dikenal dengan
nama late childhood (kanak-kanak akhir) dan berlangsung dari umur 6 tahun sampai
tiba saaatnya individu menjadi matang secara seksual. Pada masa ini terjadi berbagai
perubahan seiring dengan meluasnya tempat anak bermain dan belajar serta
lingkungan sosial tempat anak belajar mengenai perilaku sosial untuk mendukung
tidak bisa dilepaskan dari perkembangan emosi yang sering disebut perkembangan
2
tingkah laku sosial atau perilaku sosial (Izzaty et al, 2013:112). Sejak lahir anak tidak
lepas dari lingkungan sosialnya dan selalu dipengarui oleh lingkungannya. Dimulai
dari lingkungan keluarga dan semakin meluas ke lingkungan teman sebaya, semua
orang lain.
interaksi sosial yang berlaku di lingkungan yang akan ia masuki. Anak akan berubah
dan mengalami perubahan perilaku sosial. Perubahan perilaku sosial yang khas
ditemui pada usia kanak-kanak akhir ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas
orangtua yang besar. Di dalam sebuah kelompok anak akan menyesuaikan diri dan
belajar bersosialisasi dengan teman sebayanya karena itulah, teman sebaya pada masa
ini memainkan peran penting bagi anak usia sekolah dasar. Teman sebaya umumnya
adalah teman sekolah atau teman bermain di luar sekolah. Pengaruh teman sebaya
sangat besar bagi perkembangan sosial anak pada tahap late childhood, baik yang
sifatnya negatif atau positif (Izzaty et al, 2013:113). Keinginan anak untuk diterima
dalam sebuah kelompok yang terdiri dari teman sebaya sangat besar sehingga
membuat anak ingin menjadi anak populer agar dapat memiliki banyak teman sebaya.
rajin, baik hati, pintar dan dapat berkomunikasi dengan baik. Beberapa yang lain
mendapat kepopuleran dengan cara melakukan kekerasan verbal atau fisik (bullying)
3
pada anak lain yang terlihat lebih lemah, mengganggu atau bersikap agresif agar
terlihat berkuasa dan mendapatkan banyak teman dan masuk ke dalam sebuah
kelompok.
sekolah-sekolah. Data yang diperoleh dari KPAI, saat ini perilaku bullying
menempati peringkat teratas pengaduan masyarakat atau sekitar 25% dari total
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat, secara nasional kasus kekerasan dan
bullying di sekolah, terutama anak menjadi pelaku justru meningkat. Secara umum,
tindak kekerasan terhadap anak 2015 menurun sebesar 25 persen (3.820 kasus)
dibanding 2014 (5.066 kasus). Tetapi kasus pelanggaran anak di bidang pendidikan
justru naik 4 persen dari 461 kasus di 2014 menjadi 478 di 2015. Bahkan, anak yang
jadi pelaku bullying di sekolah meningkat drastis menjadi 39 persen di 2015. Asrorun
Ni’am selaku ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia dalam wawancara dengan
anak sebagai pelaku kekerasan di sekolah menunjukkan faktor lingkungan yang tidak
kondusif bagi perlindungan anak. Selain itu dalam riset dari LSM Plan International
dan International Center for Research on Women (ICRW) yang rilis Maret 2015
(m.liputan6.com).
juga memiliki masalah dengan siswa yang melakukan kekerasan walaupun sekolah
4
ini menerapkan sekolah anti bullying. Hal ini dibuktikan dengan data bahwa siswa
dengan masalah sosial merupakan kasus yang paling sering muncul pada angket
incident report pada bulan Juli hingga November 2016 di SDIT Luqman Al-Hakim
hasil wawancara dengan psikolog sekolah pada 24/10/2016). Kasus yang terangkum
berjumlah 30 total kasus dengan jumlah kasus bullying sebanyak 24 yang terdiri atas
14 kasus berupa bullying fisik dan 10 kasus bullying verbal. Masalah sosial yang
dimaksud adalah perilaku siswa yang merujuk pada tindakan kekerasan atau bullying
antar siswa baik sengaja ataupun tidak disengaja. Contohnya dalam bermain, siswa
berubah menjadi serius menjadi perkelahian karena tidak sengaja mendorong terlalu
keras.Hal ini kerap terjadi utamanya pada siswa kelas bawah yang kerap bermain
bersama teman-teman.
menerapkan sekolah anti bullying memiliki visi misi untuk dapat mengurangi
terjadinya kasus bullying yang terjadi antar sesama siswa. Visi SDIT Luqman Al
point misi. Program yang diterapkan oleh sekolah dalam mencapai visi dan misi
tersebut beragam, salah satunya adalah program anti bullying. Program ini melibatkan
guru kelas dalam pelaksanaannya. Di dalam hal ini guru kelas memiliki peran yang
krusial.
5
Peran guru kelas di sekolah dasar adalah membantu siswa untuk mencapai
kesiapan dalam segi akademik, pribadi dan sosial untuk membantu siswa menjalani
masa-masa sekolah, berinteraksi dengan teman sebaya maupun belajar dengan baik
dan benar serta apabila siswa mulai memasuki kelas 6 mereka juga disiapkan oleh
guru kelas untuk memasuki jenjang selanjutnya yakni jenjang sekolah menengah
pertama.
Mudri (2010: 116) dalam jurnal kompetensi dan peranan guru dalam
bullying. Selain sebagai pembimbing siswa, guru kelas juga berperan dalam
pemberian nasihat dan memediasi pelaku dan korban. Peran tersebut penting
telah menerapkan sekolah anti bullying juga membutuhkan peran guru kelas dalam
menangani kasus sosial berupa bullying yang terjadi di sekolah tersebut. Padahal guru
kelas memiliki berbagai macam peran. Tidak hanya sebagai pembimbing, penasehat,
mediator maupun fasilitator saja. Guru juga bertanggung jawab untuk memahami
peran dan tanggung jawab yang diemban guru menyebabkan diperlukannya sebuah
cara yang dapat digunakan untuk menangani masalah pribadi maupun masalah sosial
siswa berupa bullying tersebut agar memudahkan guru untuk bertindak saat terdapat
6
SDIT Luqman Al Hakim memiliki cara penanganan bullying yang telah
diketahui oleh guru kelas dan diharapkan dituliskan dalam sebuah buku bernama
incident report. Sayangnya, tidak semua guru kelas memiliki waktu untuk menangani
ataupun menuliskan kasus yang telah terjadi ke dalam buku incident report tersebut.
Padahal pencatatan penanganan tindakan yang guru kelas lakukan terkait peran guru
pelaku dan korban bullying penting dilakukan untuk bekal observasi perilaku siswa
ke depan. Tidak adanya waktu untuk mengobservasi perilaku setiap siswa dengan
seksama ataupun mencatat kasus apa saja yang terjadi dan pelaporan oleh guru
dalam kegiatan sekolah. Padahal apabila terdapat masalah, yang pertama akan
menangani adalah guru kelas anak yang menjadi korban atau pelaku sehingga peran
guru kelas dalam penanganan masalah perilaku bullying setelah terjadinya kasus
adalah hal yang penting untuk diketahui. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai peran guru kelas dalam menangani perilaku
B. Identifikasi Masalah
1. Pada setiap komunitas termasuk komunitas sekolah di SDIT LHI terdapat anak-
2. Walaupun sudah termasuk sekolah anti bullying masih terdapat kasus sosial
7
3. Kasus sosial berupa bullying adalah kasus terbanyak pada bulan Juli hingga
4. Guru kelas di SDIT LHI memiliki peran penting dalam menangani anak yang
C. Batasan Masalah
Peran guru kelas dalam menangani perilaku bullying pada siswa kelas IA di
D. Rumusan Masalah
Bagaimana peran guru kelas dalam menangani perilaku bullying pada siswa
E. Tujuan Penelitian
peranan guru kelas dalam menangani siswa di SDIT Luqman Al Hakim Internasional,
Mengetahui peran guru kelas dalam menangani perilaku bullying pada siswa
8
F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
memberikan informasi perilaku bullying yang terjadi pada masa sekolah dasar atau
2. Secara Praktis
b. Bagi Guru
c. Bagi Orangtua
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
profesi. Namun lebih sering, guru dianggap sebagai orangtua di sekolah yang akan
khusus.Artinya pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang tanpa
keahlian seperti yang dibutuhkan. Pelatihan tersebut memakan masa waktu studi
Guru atau pengajar dalam jenjang dan bidang apapun juga seringkali disebut
dengan kata pendidik. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain
pendidikan. Atau dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa guru adalah pendidik yang
10
dari Undang-Undang Sisdiknas ini memiliki definisi yang hampir sama dengan
Usman dimana guru memerlukan kualitas khusus untuk mampu mengajar di sebuah
keguruan. Pendidikan yang dilakukan oleh guru termasuk dalam salah satu tri pusat
pendidikan penting yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara (dalam Dwi Siswoyo
dkk, 2013: 163) yakni alam keluarga, alam keguruan, dan alam pergerakan pemuda
atau masyarakat.
(2008: 12) berpendapat bahwa guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya
terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik
spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya. Ditambahkan pula
oleh Suparlan (2008: 13) bahwasanya secara legal formal, guru adalah seseorang
yang memperoleh surat keputusan (SK), baik dari pemerintah maupun pihak swasta
seorang guru menjadi lebih beragam dimana seseorang yang memiliki usaha untuk
mencerdaskan bangsa dapat disebut pula dengan nama guru. Tetapi pengertian
tersebut juga diberi keterangan lebih lanjut bahwa secara resmi dan yang diakui oleh
negara, seorang guru adalah seseorang yang tidak hanya mencerdaskan sebuah
bangsa tetapi juga memiliki surat keputusan untuk mengajar yang dikeluarkan oleh
Secara spesifik, guru di sekolah dasar sering disebut juga dengan guru kelas.
Guru kelas dapat mengajar beberapa mata pelajaran sekaligus menjadi wali kelas.
11
Satu kelas pada sebuah sekolah dasar biasanya berisi 25-40 anak dengan berbagai
watak dan guru sebagai wali kelas diharapkan untuk mengetahui kesulitan siswa pada
mata pelajaran tertentu. Di Indonesia, guru kelas atau guru SD, biasanya mengajar
semua mata pelajaran termasuk kesenian, agama dan olahraga apabila tidak tersedia
alam, melakukan praktek langsung adalah beberapa cara guru untuk membantu siswa
untuk memahami materi yang diajarkan agar siswa dapat meraih prestasi tertinggi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Parkay & Stanford (2010: 40) yang mengatakan
memperkenalkan anak pada permainan, buku, karya seni untuk mengajar serta
menulis rencana pelaksanaan pembelajaran secara harian juga mengatur jadwal untuk
bertemu dengan orangtua siswa dalam rangka membahas kemajuan siswa di kelas dan
hal-hal lainnya. Definisi lain mengatakan bahwa guru kelas merupakan jabatan guru
selain mengajar dimana tugas tersebut untuk membantu kepala sekolah dalam
mencapai tujuan sekolah (Habel, 2015:16). Tujuan yang ingin dicapai tentu salah
satunya berkaitan dengan keberhasilan siswa dalam belajar dan bertingkahlaku sesuai
adalah seseorang yang mengajar dan membelajarkan siswa untuk tujuan tertentu
terpercaya. Definisi yang dapat disimpulkan untuk seorang guru kelas atau guru SD
12
adalah seseorang yang mengajarkan berbagai macam mata pelajaran sekaligus di
dalam satu kelas, menjadwalkan berbagai macam kegiatan selama pembelajaran agar
dapat mencapai tujuan afektif, kognitif, dan psikomotor yang telah dicanangkan
Waktu yang siswa habiskan di sekolah cukup banyak sekitar 5-8 jam setiap
hari selama 5-6 hari dalam seminggu.Tentu guru sebagai orangtua siswa selama di
oleh guru. Santrock (2007: 239) menyebutkan di dalam bukunya bahwa guru
berperan memberikan dukungan bagi siswa untuk menjelajahi dunia mereka dan
sertifikasi guru. Di dalam sertifikasi guru, akan terlihat seberapa kompeten guru
tersebut.
Guru yang kompeten akan mampu untuk menciptakan kelas yang memiliki
lingkungan belajar untuk mendukung siswa agar mendapatkan hasil belajar yang
optimal. Adams & Decey (dalam Usman, 2006: 9) mengatakan bahwa peranan dan
kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal. Hal-hal tersebut
dituliskankan dalam buku Basic Principles of Student Teaching yakni guru sebagai
perencana, supervisor, motivator, dan konselor. Namun dari sekian banyak peran
yang telah disebutkan oleh Adams & Decey di atas, Usman sendiri memilah peran
13
guru tersebut menjadi 4 peran yang paling dominan yakni guru sebagai seorang
demonstrator, guru sebagai seorang pengelola kelas, guru sebagai mediator dan
fasilitator, dan guru sebagai evaluator. Berikut adalah rincian 4 peran guru menurut
Usman.
pelajaran yang diajarkan serta senantiasa mengembangkan materi tersebut dalam arti
meningkatkan kemampuannya dalam ilmu yang dimiliki karena hal tersebut akan
sangat berpengaruh bagi hasil belajar siswa yang dibimbing oleh guru.
Pengembangan materi dan penguasaan materi ini kadang dilupakan oleh guru
sehingga guru harus senantiasa ingat bahwa guru juga adalah pelajar yang berarti
siswa-siswanya di kelas.
Selain itu, peran guru sebagai seorang demonstator juga menuntut guru untuk
mendemonstrasikan karakter baik yang diharapkan dilakukan oleh siswa. Hal ini
sesuai dengan pendapat Bacon (dalam Amri, Jauhari & Elisah, 2011: 99) yang
mengatakan bahwa guru adalah model bagi siswanya, disadari atau tidak, siswa akan
berperilaku mirip dengan gurunya. Apabila kita ingin para siswa untuk berperilaku
tertentu seperti tidak melakukan bullying maka guru harus melakukan perilaku
14
tersebut terlebih dahulu agar siswa dapat melihat dan mengikuti perilaku yang
mengelola kelas sebagai lingkungan belajar. Tujuan umum pengelolaan kelas adalah
mengajar agar tercapai hasil yang diharapkan. Tujuan khusus yang ingin dicapai oleh
untuk mendukung siswa dalam bekerja dan belajar serta membantu siswa untuk
Lingkungan kelas sebagai tempat belajar perlu dikelola dan diawasi agar
kegiatan belajar dapat terarah dan sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin
dicapai. Pengawasan yang dilakukan dalam lingkungan ini akan menentukan sejauh
mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Definisi lingkungan
yang baik adalah lingkungan yang menantang siswa untuk belajar, dapat memberikan
rasa aman dan kepuasan untuk mencapai tujuan.Kualitas dan kuantintas belajar siswa
di dalam kelas bergantung pada banyak faktor diantaranya guru, hubungan pribadi
antar siswa di dalam kelas serta kondisi umum dan suasana di dalam kelas. Perilaku
yang mengarah pada intimidasi antar siswa yang terjadi di dalam kelas akan merusak
rasa aman siswa dalam belajar di kelas dan hubungan pribadi antar siswa. Disinilah
15
peran guru sebagai pengelola kelas akan dituntut demi tercapainya lingkungan belajar
yang baik.
Terkait tugas guru sebagai mediator, guru hendaknya memiliki ilmu dan
Penting bagi sebuah media untuk dapat digunakan dengan baik karena media
proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Khusus untuk guru, tidak cukup hanya
semuanya dapat tercapai, guru harus mengikuti latihan-latihan praktik secara kontinu
dan sistematis karena pemilihan penggunaan media pembelajaran harus sesuai dengan
tujuan, materi, metode, evaluasi, dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan
siswa.
orang berinteraksi dan berkomunikasi agar tercapai lingkungan yang berkualitas dan
interaktif. Tiga kegiatan yang dapat mendukung hal ini adalah dengan mendorong
tindakan preventif dan kuratif saat terdapat anak yang memiliki masalah contohnya
16
bullying, mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan menumbuhkan hubungan yang
positif dengan para siswa dimana satu sama lain saling menghormati dan menghargai.
yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar,
baik berupa narasumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar. Sumber belajar ini
menurut Schramm (dalam Amri, Jauhari & Elisah, 2011:118) ialah teknologi-
yang disampaikan dapat berupa perilaku anti bullying, apa saja yang termasuk
Pada waktu-waktu tertentu atau periode tertentu, setiap jenis pendidikan atau
bentuk pendidikan selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai
baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik. Demikian pula di dalam dunia
guru hendaknya menjadi evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan tercapai atau belum, materi yang
diajarkan tepat atau tidak, semua pertanyaan tersebut akan dijawab melalui kegiatan
keefektifan suatu metode. Tujuan lain dari penilaian adalah untuk mengetahui
17
kedudukan siswa di dalam kelas, apakah termasuk siswa yang pandai atau masih
kurang dan membutuhkan bimbingan. Jadi jelaslah bahwa guru hendaknya mampu
dan terampil dalam melaksanakan penilaian karena denga penilaian, guru dapat
Selain itu, peran guru atau pendidik yang lebih beragam disampaikan oleh
Mudri (2010: 116) dalam jurnal Kompetensi dan Peranan Guru dalam Pembelajaran,
dan sebagai kulminator. Dijelaskan lebih jauh bahwa guru sebagai pembimbing siswa
memiliki arti bahwa guru adalah guide yang akan membawa siswa melewati tujuan
yang ingin dicapai lewat pemaknaan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan serta
penilaian pada akhir pembelajaran untuk menilai keadaan siswa. Selain itu, peran
maupun saran kepada peserta didik maupun orangtua apabila terjadi hal-hal yang
membutuhkan bantuan guru untuk menangani. Kedua peran tersebut adalah peran
Santrock, Usman dan Mudri di atas dapat disimpulkan bahwa guru memiliki berbagai
macam peran yang disesuaikan dengan keadaan tertentu dimana terdapat beberapa
peran yang menonjol apabila terjadi konflik di dalam kelas seperti bullying, yakni
18
peran guru sebagai pembimbing yang akan menjadi pendamping siswa ketika
yang mendukung guru untuk melakukan tindakan preventif dan kuratif agar tercipta
yang baik tanpa adanya bullying, dan peran guru sebagai penasehat yang akan
menangani kasus bullying dengan cara memberikan konseling maupun saran baik
B. Perilaku Bullying
1. Pengertian Bullying
Seluruh siswa yang berada di dalam sekolah dapat menjadi korban bullying.
Korban kadang tidak menyadari perilaku ini terjadi pada dirinya karena bullying
dapat tersamarkan lewat bahan lelucon antar teman atau korban merasa terlalu sensitif
dan berlebihan dalam menghadapi lelucon teman. Padahal nyatanya perilaku ini
termasuk sesuatu yang serius yang dilakukan oleh pelaku yang bisa jadi merupakan
teman sekelas kakak kelas, guru, kepala sekolah atau bahkan orangtua itu sendiri.
Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia namun juga tedapat di negara lain. Bisa
dikatakan bahwa bullying adalah fenomena yang meluas di berbagai belahan dunia
bahkan di negara maju sekalipun. Fenomena ini terjadi di semua sekolah. Bullying
bagaimana sekolah memerangi dan mengatasi hal ini (Parsons, 2009: 2).
19
Definisi bullying atau perilaku intimidasi diperlukan agar terdapat perbedaan
yang jelas antara kegiatan bermain lelucon antar teman atau memang perilaku
bullying itu sendiri. Pendapat dari Peter Randall (dalam Parsons, 2009: 9)
merumuskan perilaku intimidasi sebagai perilku agresif yang muncul dari suatu
maksud yang disengaja untuk mengakibatkan tekanan kepada orang lain secara fisik
dan psikologis. Tekanan yang dimaksud dapat berupa kata-kata verbal yang
merendahkan atau mengancam sampai berupa tindakan melukai anggota tubuh yang
disengaja oleh pelaku agar orang terintimadasi. Pengertian bullying yang lainnya
didapatkan dari jurnal elementary school teachers perception of bullying and the need
for bullying prevention programs yang mengatakan bahwa The term bullyingrefers to
dominant person(s) atau bullying merujuk pada bentuk perilaku agresif dengan
Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa di dalam perilaku bullying terdapat
kepopuleran dan kekuatan akan menindas siswa yang tidak memiliki hal tersebut
disampaikan pula oleh Surilena (2016: 35) bahwa perilaku bullying merupakan
tindakan negatif yang dilakukan secara berulang oleh seseorang atau sekelompok
20
orang yang bersifat menyerang karena adanya ketidakseimbangan kekuatan antara
pihak yang terlibat. Di dalam buku parent’s guide dari pihak SDIT LHI sendiri
diantaranya membuat siswa lain tidak nyaman, termasuk kekerasan fisik dan kata-
kata kotor. Siswa yang terkena atau melakukan bullying, dikatakan oleh Olweus
when he or she is exposed, repeatedly and over time, to negative actions on the part
of one or more other students (dalam Eriksen, Nielsen & Simonsen: 2012). Pendapat
Olweus ini berarti seorang siswa dicirikan sebagai seseorang yang terintimidasi atau
seorang korban bullying apabila dirinya terkena berulangkali aksi negatif dari satu
Aksi negatif yang dilakukan para pelaku biasanya menjadikan korban yang
lemah sebagai objek lelucon yang sifatnya disengaja. Hal ini didukung oleh
membedakan bullying dengan permainan lelucon antar siswa yang berlebihan adalah
dengan sengaja (deliberately) dan niat (intended). Niat seseorang dalam melakukan
atau bukan. Hal lain yang dapat dijadikan patokan apakah perilaku siswa masuk ke
singling the target out, ruining the target confidence, making them feel depressed and
21
as though they don’t belong. Bullies enjoy watching their targets suffer yang
memiliki arti intimidasi ditujukan untuk membuat target (korban) terasing, merusak
kepercayaan diri target, membuat mereka merasa tertekan dan seolah-olah tidak
pada siswa bahwa walaupun siswa tidak sengaja dan tidak berniat untuk menyakiti
teman lain hal itu tidak dapat dibenarkan dan guru harus membantu siswa untuk
memahami bahwa apa dia lakukan bukan perilaku yang seharusnya. Pengertian yang
diberikan oleh guru dapat membuat siswa memahami definisi tentang intimidasi atau
bullying dengan lebih baik dan menghindarkan siswa dari perilaku ini. Penanganan
yang sama juga dijelaskan oleh Parsons (2009: 43) bahwa tiap-tiap peristiwa harus
korban mengaku bahwa mereka hanya bergurau. Parsons menjelaskan lebih lanjut
bahwa guru dapat memberi label pada perilaku tersebut alih-alih pada siswa yang
mengatakannya. Perhatian dan penanganan dari guru juga perlu dilakukan apabila
terdapat anak dengan ciri-ciri yang Mayer & Furlong sampaikan telah terkena
bullying yakni adanya luka-luka ditubuh, atau dijumpai dampak mental seperti
mogok sekolah yang sering, sulit berkonsentrasi, prestasi yang menurun, adanya
mimpi buruk, anak menjadi lebih cengeng atau pemarah, depresi, cemas dan lainnya
(2010: 16-26). Untuk itulah, lingkungan kelas dan sekolah harus dibuat seaman
22
Kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat Eriksen, Nielsen &Simonsen,
Parsons, Gerend, Thomson, Surilena, Mayer & Furlong serta pihak sekolah yakni
SDIT LHI adalah perilaku bullying merupakan perilaku agresif yang cenderung
berulang, ditujukan untuk membuat korban merasa tidak nyaman secara fisik atau
mental, baik sengaja atau tidak sehingga menyebabkan korban menjadi lemah,
tertekan dan terasing dari lingkungan pergaulan, dan perbuatan ini dapat dilakukan
oleh sekelompok orang atau individu serta perlu ditangani oleh guru apabila terdapat
2. Jenis bullying
Oleh karena pentingnya siswa dan guru untuk memahami tingkah laku yang
termasuk dalam bullying atau intimidasi, diperlukan pendefinisian yang jelas agar
semua pihak mengetahui jenis-jenis perilaku yang temasuk dalam perilaku intimidasi.
Apabila perumusan yang digunakan terlalu umum maka baik siswa atau guru akan
kebingungan saat menemui kasus yang mirip dengan intimidasi walaupun nyatanya
bukan. Apabila terlalu spesifik, maka akan terdapat daftar panjang mengenai apa saja
al-hal yang termasuk dalam ranah intimidasi. Oleh karena itu, Parsons (2009: 24)
spesifik dari setiap jenis perilaku. Contoh-contoh yang diberikan di bawah ini akan
menggunakan ejekan yang bersifat rasis, seksis, atau homofobik; ledekan yang
23
ditujukan untuk penampilan fisik, kemampuan, atau status ekonomi; telepon yang
berisi ancaman dan sifatnya menakut-nakuti; nota, email, dan pesan (chat, sms) yang
menyakitkan.
b. Intimidasi fisik
melakukan sentuhan seksual yang tidak diinginkan; mencuri atau merusak benda-
c. Intimidasi sosial
memanipulasi perilaku.
Thomson (2011: 12) membedakannya hanya menjadi 2 jenis yakni fisik dan psikis
serta mengatakan bahwa bullying atau intimidasi yang terjadi dapat meliputi 2 jenis
sekaligus apabila terjadi dalam waktu yang lama. Pada SDIT LHI sendiri, tindakan
bullying atau intimidasi dibedakan menjadi tiga jenis yakni mentally-bully, verbal-
24
Walaupun intimidasi berjenis fisik lebih meninggalkan bekas yang nyata pada
tubuh korbannya, tetapi menurut Thomson terjadi miskonsepsi dimana bullying yang
sifatnya psikis walaupun tidak terlihat luka fisik korban secara nyata tetapi
dampaknya dapat membuat trauma sama seperti bullying secara fisik. Pendapat dari
Boyle DJ juga mengatakan bahwa ada beberapa bentuk bullying antara lain direct dan
langsung, verbal, ataupun fisik; yakni seorang anak atau remaja diolok-olok,
diganggu, atau dipukul oleh anak atau remaja lain. Indirect bullying merupakan jenis
bullying yang kurang kasat mata namun dampak yang ditimbulkan bagi korban sama
buruknya. Bullying jenis ini juga dikenal dengan istilah relational bullying atau social
terdapat tiga jenis intimidasi atau bullying yakni intimidasi secara fisik, secara verbal
maupun intimidasi secara sosial serta seorang korban dapat mengalami bullying
dengan lebih dari satu jenis bullying pada satu waktu. Dampak dari ketiga jenis
bullying ini sama terhadap korban, baik yang mengalami luka secara fisik atau tidak.
Perkembangan adalah perubahan yang terjadi dari dalam diri manusia sejak lahir
kedua kata tersebut memiliki arti yang berbeda. Izzaty, et al (2013: 4) disini
25
menyebutkan bahwa istilah pertumbuhan mengacu pada perubahan yang sifatnya
fisik (kuantitatif) sedangkan perkembangan lebih kepada aspek yang sifatnya psikis
(kualitatif).
terus menerus dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu
menuju tahap kematangan, melalui pertumbuhan dan belajar. Dari pendapat ini dapat
kuantitatif.
Terdapat 6 prinsip perkembangan yang dijabarkan dalam buku Yusuf (2014: 17)
yakni:
memiliki ciri khas, juga merupakan proses yang tidak berhenti, mengikuti pola arah
tertentu dan terjadi pada tempo yang berlainan pada tiap individu, serta semuanya
26
Lebih lanjut, setiap fase memiliki karakteristiknya masing-masing karena tiap
tahap pertumbuhan anak akan memiliki ciri yang berbeda. Khusus untuk fase
perkembangan anak sekolah atau siswa usia sekolah dasar dibagi oleh Yusuf (2014:
dan fase perkembangan agama. Berbeda dengan Santrock (2011: vii) yang
penting dimana anak yang dunianya semula adalah di rumah berkembang menjadi
dunia sekolah dasar. Anak akan menjadi seorang siswa dan membawanya dalam
sebuah situasi baru, teman baru, dan cara berpikir yang baru dalam menyelesaikan
perkembangan terjadi saat anak mulai memasuki usia sekolah dasar atau sering
disebut dengan usia kanak-kanak akhir atau late childhood. Hal ini berlangsung dari
umur 6 tahun sampai tiba saaatnya individu menjadi matang secara seksual. Yusuf
pada umur 6-12 tahun. Pada kisaran umur ini, sering disebut dengan masa intelektual
atau masa keserasian sekolah. Anak pada masa ini relatif lebih mudah dididik
daripada masa sebelum dan sesudahnya. Ditambah kan pula bahwa pada akhir masa
ini, anak memiliki sifat yang khas yakni sikap anak terhadap kekuasaan (otoritas)
khususnya orangtua dan guru. Anak cenderung menerima otoritas tersebut sebagai
sesuatu yang wajar dan mengharapkan campur tangan kedua pihak tersebut.
27
Penjelasan yang lebih umum didapatkan dari Santrock (2011: 139) yang
masa ini adalah masa anak untuk lebih siap untuk belajar dan mulai mengembangkan
perilaku untuk membuat sesuatu dengan sempurna. Masa ini adalah masa dimana
anak yang menjadi siswa sebuah sekolah dasar akan banyak mencoba hal-hal baru
dengan cara mencari tahu dan memahami mengapa sesuatu dapat terjadi. Pada masa
ini siswa memiliki rasa ingin tahu dan kecerdasan yang luar biasa sehingga guru
memiliki kesempatan untuk dapat menjelaskan berbagai macam hal pada siswa
perkembangan fisik. Santrock (2011: 143) menyebutkan bahwa pada periode ini,
anak tumbuh rata-rata sekitar 5-8 sentimeter pertahun dan sifat pertumbuhannya
lambat namun konsisten. Perubahan fisik yang menonjol pada masa ini adalah ukuran
lingkar kepala yang berkurang, lingkar pinggang, dan panjang kaki sehubungan
lancar.Anak mampu mengendalikan tubuhnya dengan lebih baik serta dapat duduk
dan berkonsentrasi dalam jangka waktu yang lebih lama namun anak tetap
dasar. Kematangan fisik yang belum sempurna membuat siswa sekolah dasar pada
masa ini diharuskan untuk tetap aktif bergerak untuk mengembangkan kemampuan
28
berkembangan mereka. Pada masa sekolah dasar, berat badan menjadi dua kali lipat
Sebagian besar siswa menurut Santrock (2011: 171) selama usia sekolah dasar
masalah serius yang berkepanjangan mencakup hubungan dengan orang lain, agresi,
depresi, ketakutan terhadap seseorang atau sesuatu yang berhubungan dengan sekolah
yang bisa jadi diakibatkan oleh bullying. Anak laki-laki lebih mungkin untuk
memiliki gangguan ini sebesar tiga kali lebih besar daripada anak perempuan.
Perkembangan sosio emosional lebih lanjut akan dijelaskan pada bagian selanjutnya
dasar.
Kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat keempat ahli yang sudah
dipaparkan sebelumnya adalah bahwa perkembangan anak usia sekolah memiliki ciri-
ciri tertentu. Ciri tersebut yaitu aktivitas fisik yang semakin beragam didukung
dengan bertambahnya berat badan agar siswa dapat bergerak dengan aktif guna
keterlibatan orangtua atau guru dalam kehidupan mereka karena seringkali terdapat
beberapa masalah atau gangguan yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri.
membawa banyak perubahan dalam kehidupan sosial emosional pada siswa sekolah
dasar. Terdapat perkembangan yang signifikan pada konsep diri, emosi, penalaran
29
moral, dan perilaku gender serta terdapat pula perubahan pada hubungan orangtua
dan teman sebaya (Santrock, 2011: 243). Pendapat Santrock menunjukkan bahwa
perkembangan emosi dan perkembangan sosial tidak dapat dipisahkan antara satu
sama lain.
Ciri yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya adalah ciri
sosialnya. Sejak lahir anak akan terpengaruh oleh lingkungan sosial dimana ia
tumbuh, bentuk yang paling jelas dari terpengaruhnya anak pada lingkungan
sosialnya adalah perilaku anak tersebut. Perilaku anak pada usia sekolah dasar atau
masa kanak-kanak akhir dipengaruhi oleh orang-orang disekitarnya karena pada masa
ini anak senang berinteraksi dan bermain dengan lingkungannya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sumantri (2007: 6.3) bahwa karakteristik anak usia SD adalah
senang bermain, senang bergerak, anak senang bekerja dalam kelompok, dan senang
merasakan atau melakukan atau memperagakan sesuatu secara langsung. Selain itu,
dunia sosio-emosional anak menjadi lebih kompleks dan tidak sama seperti masa
sebelumnya. Interaksi dengan keluarga dan teman sebaya memiliki peran penting.
Hubungan dengan guru dan sekolah juga menjadi hal yang penting bagi anak pada
masa ini.
Salah satu ciri perkembangan sosial-emosional pada masa ini yang paling
jelas terlihat menurut Balillargeon, et al & Brendgen (dalam Santrock, 2011: 261)
adalah anak laki-laki secara fisik lebih agresif dibandingkan dengan anak
perempuan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa hubungan yang bersifat agresi meliputi
perilaku seperti berusaha membuat orang lain tidak menyukai individu tertentu
30
dengan menyebarkan rumor jahat mengenai individu tersebut. Hubungan yang
yang positif dengan teman sebaya sangat penting pada masa ini karena menurut
penelitian Rubin, Bukowski, & Parker pada tahun 2006 (dalam Santrock, 2011: 270),
interaksi sosial dengan teman sebaya meningkat sebesar 30 persen dan ketika siswa
sekolah dasar melalui masa kanak-kanak menengah dan akhir, ukuran kelompok
teman sebaya mereka meningkat. Lingkaran pertemanan yang semakin meluas ini
membuat siswa diharapkan memiliki interaksi yang positif agar hubungan dengan
berkelompok dengan teman sebaya yang telah disebutkan oleh Rubin, Bukowski, &
Parker tersebut sejalan dengan pendapat Hurlock (2013: 155) bahwa siswa usia
sekolah dasar senang bergaul, bersosialisasi dan membentuk kelompok dengan teman
sebaya. Dari pendapat Hurlock dapat dilihat bahwa terdapat kesamaan dengan
pendapat Sumantri bahwa anak usia ini memiliki kesenangan pada kegiatan
Pada masa ini pula pengaruh teman sebaya sangat besar (Izzaty dkk. 2013:
155) baik yang sifatnya positif seperti pengembangan konsep diri dan pembentukan
harga diri ataupun negatif seperti ikut dalam aksi bullying agar dapat diterima
menjadi bagian dalam sebuah kelompok sebaya. Setelah berada di dalam kumpulan
teman sebaya, menurut ahli perkembangan anak, anak usia ini akan digolongkan lagi
31
1. Anak populer (popular children) yaitu anak yang sering dinominasikan sebagai
Dari kelima status dalam teman sebaya tersebut, menjadi seorang anak yang
populer dan memiliki banyak teman sebaya adalah impian bagi sebagian besar siswa
pada usia ini sehingga banyak cara dilakukan untuk mendapatkan status anak populer.
Salah satunya adalah lewat adu kekuatan yang dapat dilakukan dengan cara bullying.
Hal ini sesuai dengan pendapat Santrock (2011: 274) yang mengatakan bahwa dalam
banyak kasus, orang yang melakukan bullying menyiksa korban untuk mendapatkan
status yang lebih tinggi pada kelompok teman sebaya, dan orang tersebut
mereka.
Bagi para pendidik, dengan berbagai macam peran yang telah disebutkan
karakter siswa. Hal ini penting karena menurut Izzaty et al, proses transfer
32
pengetahuan akan dapat tersampaikan dengan baik lewat pemahaman mengenai
perkembangan peserta didik atau siswa (2013: 8). Tidak hanya itu, pemahaman guru
akan perkembangan siswa juga akan menentukan sikap guru saat menangani siswa
karakteristik siswa diperlukan guna memahami siswa agar guru dapat mengantisipasi
Kesimpulan dari Santrock, Sumantri, Hurlock dan Izzaty et al, adalah bahwa
pada masa usia sekolah dasar, anak memiliki perkembangan sosial emosional yang
mengindikasikan bahwa siswa pada usia ini memiliki hubungan agresi yang
dengan teman sebayanya. Pengaruh yang besar ini menuntut guru untuk
memperhatikan perkembangan sosial dan emosional siswa agar perilaku negatif yang
Penelitian tentang peran guru kelas dalam menangani bullying pada siswa di
SDIT Luqman Al Hakim Internasional masih jarang dilakukan, berbeda dengan peran
guru kelas dalam bidang layanan bimbingan konseling di sekolah dasar maupun
penelitian pada bidang school bullying. Namun secara umum, penelitian tentang
peran guru kelas dalam kaitannya dengan menangani perilaku bullying memiliki
keterkaitan dengan peran guru kelas dalam bidang layanan bimbingan dan konseling
33
dan penelitian tentang school bullying. Berikut adalah beberapa contoh penelitian
1. Penelitian yang dilakukan oleh Imerda Fitri dari Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul “Peran Guru Kelas
pada tahun 2015. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa guru kelas
dilakukan. Guru kelas berperan dalam bidang pribadi, sosial, belajar, tetapi tidak
dalam hal karir karena siswa masih dalam jenjang kelas I sekolah dasar.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Bibit Darmalina dari Program Studi Pendidikan
Yogyakata” pada tahun 2014. Hasil dari penelitian ini adalah kurangnya
diam, bentuk school bullying yang terjadi adalah bentuk fisikdan nonfisik
34
Kedua penelitian diatas relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh
tentang peran guru kelas dan perilaku bullying di sekolah dasar. Perbedaannya, peran
guru kelas yang dibahas bukan mengenai pelaksanaan bidang layanan bimbingan dan
konseling namun peran dalam menangani bullying. Bullying yang diteliti oleh
penelitian ini juga terbatas hanya yang terjadi di lingkup kelas IA saja. Sehingga,
pada penelitian ini terdapat perbedaan yakni peneliti akan membahas mengenai peran
E. Kerangka Pikir
Waktu yang siswa habiskan di sekolah cukup banyak sekitar 5-8 jam setiap
hari selama 5-6 hari dalam seminggu. Tentu guru sebagai orangtua siswa selama di
oleh guru terutama apabila anak tersebut memiliki masalah, misalnya dalam hal
perilaku sosial yang kurang bisa diterima oleh lingkungan seperti bullying. Peran
guru yang menonjol pada saat terjadinya kasus tersebut adalah guru sebagai
pembimbing yang akan menjadi pendamping siswa selama berada di sekolah agar
tetap aman dan dapat belajar dengan baik, peran guru sebagai mediator yang
mendukung guru untuk melakukan tindakan preventif dan kuratif agar tercipta
yang baik tanpa adanya bullying, dan peran guru sebagai penasehat yang akan
menangani kasus bullying dengan cara memberikan konseling maupun saran baik
35
Bullying sendiri merupakan perilaku agresif yang cenderung berulang,
ditujukan untuk menyakiti korban secara fisik atau mental hingga menyebabkan
korban menjadi lemah, tertekan dan terasing dari lingkungan pergaulan, dan
perbuatan ini dapat dilakukan oleh sekelompok orang atau hanya satu individu.
Perilaku bullying memiliki kemungkinan untuk terjadi pada siswa SD karena pada
masa perkembangan ini, anak cenderung memiliki perilaku agresi yang meningkat.
Selain itu pada masa perkembangan usia sekolah dasar, siswa memiliki
interaksi dengan teman sebaya yang lebih besar serta terdapat pengaruh teman sebaya
sangat besar (Izzaty et al, 2013: 119) baik yang sifatnya positif seperti pengembangan
konsep diri dan pembentukan harga diri ataupun negatif seperti ikut dalam aksi
bullying. Aksi ini dilakukan agar seorang siswa dapat diterima menjadi bagian dalam
sebuah kelompok sebaya dan mendapatkan kepopuleran atau status yang lebih tinggi.
36
Peran guru kelas dalam Perilaku
menangani masalah siswa bullying
Sebagai penasehat
F. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana peran guru kelas untuk membimbing pelaku dan korban pada kasus
bullying?
2. Bagaimana peran guru kelas sebagai penasehat pelaku dan korban pada kasus
bullying?
37
3. Bagaimana peran guru kelas sebagai mediator dan fasilitator pelaku dan korban
4. Apa saja hambatan saat penanganan perilaku bullying oleh guru kelas?
5. Bagaimana hasil dari penanganan yang dilakukan oleh guru kelas terhadap pelaku
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
ini bermaksud menguraikan atau menggambarkan suatu peristiwa, yaitu peran guru
kelas dalam menangani perilaku bullying pada siswa di SDIT Luqman Al Hakim
Internasional. Hal ini sesuai dengan pendapat Faisal (2010: 20) yang menjelaskan
dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan
unit yang diteliti. Arikunto (2010: 234) menyatakan bahwa penelitian deskriptif tidak
bahwa penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bersifat naturalistik. Penelitian ini
bertolak dari paradigma naturalistik, bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, peneliti
dan yang diteliti bersifat interaktif, tidak bisa dipisahkan, suatu kesatuan yang
terbentuk secara simultan, dan bertimbal balik, tidak mungkin memisahkan sebab
kualitatif. Ini karena data yang disajikan berbentuk kata-kata. Menurut Bogdan &
39
Taylor (Moleong, 2012: 4), metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
penelitian dilakukakan pada bulan Oktober hingga bulan April 2017. Program
sekolah anti bullying memang sudah diterapkan di dalam kegiatan SDIT LHI dengan
atau data. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto yakni sumber data dalam
penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (2010: 172). Subjek
penelitian ini adalah orang yang akan diteliti. Penelitian ini mengambil subjek guru
utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Pengetahuan mengenai teknik pengumpulan data harus dimiliki oleh peneliti
40
Pada penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting
(kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih
mendalam (in depth interview) dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data dalam
1. Wawancara
186). Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
telah memiliki daftar pertanyaan yang harus ditanyakan kepada responden dan telah
besarnya saja. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
41
wawancara semi terstruktur, yaitu dilaksanakan menggunakan petunjuk umum
wawancara (pedoman wawancara) yang hanya memuat garis besar yang akan
ditanyakan.
termasuk kategori in-dept interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara
2. Observasi
subjek secara luas, mampu menangkap berbagai macam interaksi, dan secara terbuka
dengan aktifitas yang diamati dan hanya sebagai pengamat luar secara independen.
Pada segi instrumen peneliti menggunakan observasi terstruktur yaitu observasi yang
dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana
tempatnya. Oleh karena itu, observasi ini membutuhkan panduan atau pedoman
observasi.
42
3. Dokumentasi
pendapat dari Sugiyono (2012: 329), yang mengatakan bahwa dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010:
274).
dokumen tersebut dapat berupa foto, dapat juga berbentuk dokukmen tertulis lainnya
E. Instrument Penelitian
manusia itu sendiri. Menurut Nasution (Sugiyono, 2012: 306) menyatakan bahwa
dalam penelitian kualitatif, manusia adalah instrumen penelitian utama, karena segala
sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur
penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, semuanya belum
dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu
43
dikembangkan sepanjang penelitian. Oleh karena itu, yang menjadi intrumen adalah
peneliti sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya. Penelitian ini
serta dokumentasi. Penjelasan lebih lanjut terkait instrumen yang digunakan dalam
Aspek Indikator
Peran guru kelas A. Pemberian informasi pada siswa mengenai tata tertib
sebagai pembimbing di kelas dan sekolah tentang perilaku anti bullying
B. Penjelasan mengenai bullying
C. Penjelasan tindakan yang akan diambil oleh guru
kelas saat terjadi bullying
Peran guru kelas A. Penumbuhan hubungan yang positif antar pelaku dan
sebagai mediator dan korban untuk saling menghormati dan menghargai
fasilitator B. Pendorong tingkah laku sosial yang baik
C. Upaya sumber belajar mengenai perilaku bullying
Peran guru kelas A. Memberi saran pada pelaku dan korban bullying
sebagai penasehat B. Merujuk kepada guru BK sekolah apabila diperlukan
konseling lebih lanjut pada kasus bullying
44
1. Instrumen Wawancara
memperoleh data melalui tanya jawab secara langsung dan terpimpin. Wawancara
adalah suatu teknik pengumpulan data yang berupa menanyakan sesuatu kepada
komunikasi, dilakukan oleh setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan dalam
setting alamiah, dimana arah pembicaraan mengacu kepada tujuan yang telah
ditetapkan. Dari pendapat ini dapat diambil kesimpulan bahwa wawancara ialah suatu
interaksi komunikasi diantara dua orang atau lebih untuk mengetahui hal-hal dari
menggunakan pedoman wawancara kepada kepala sekolah, guru kelas, siswa dan
pihak lain yang terlibat dalam pelaksanaan program anti bullying di sekolah.
45
2. Instrumen Observasi
Di dalam penelitian ini, observasi digunakan peneliti sebagai salah satu teknik
Sugiyono, 2015: 314) menyatakan bahwa dalam setiap situasi sosial terdapat tiga
komponen yang dapat diamati, yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activities
menurut Sugiyono (2015: 205) adalah observasi yang telah dirancang secara
sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya. Oleh karena
itu, observasi ini membutuhkan panduan atau pedoman observasi yang telah dibuat
oleh peneliti dan dapat berupa lembar observasi. Panduan observasi pada penelitian
3. Dokumentasi
wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian akan semakin kredibel apabila
didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Di dalam
Menurut Bogdan (Sugiyono, 2012: 334), analisis data kualitatif adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
46
catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami, dan temuannya
dapat diinformasikan kepada orang lain. Sugiyono (2012: 333) juga menyatakan
bahwa dalam penelitian kualitatif, data yang diperoleh dari berbagai sumber, dengan
dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Seperti yang dinyatakan Miles
& Huberman (Sugiyono, 2012: 337), juga mengemukakan bahwa aktifitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Komponen dalam analisis data
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.
pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan di lapangan.
data ini dapat berupa uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Penyajian data seperti ini berguna untuk memudahkan dalam memahami
data yang telah didapatkan tersebut. Pada tahap ini peneliti menyajikan data-data
47
3. Penarikan Kesimpulan (Data Drawing/ Verification)
ini akan diungkapkan makna dari data-data yang telah dikumpulkan selama penelitian
penelitian ini dapat dibahas pada bab hasil penelitian dan pembahasan
G. Keabsahan Data
Langkah terakhir dari penelitian adalah uji keabsahan data. Menurut Maleong
(2012: 320-321), yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan
harus dapat mendemonstrasikan nilai yang benar, menyediakan dasar agar hal itu
dapat diterapkan, dan memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang
keputusannya. Di dalam uji keabsahan data, pada penelitian ini peneliti menggunakan
uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian. Uji kredibilitas data
dalam penelitian ini menggunakan dua macam triangulasi, yaitu triangulasi sumber
dan triangulasi teknik. Triangulasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data
yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber
1. Triangulasi Sumber
wawancara terhadap guru, siswa, dan kepala sekolah. Berdasarkan ketiga sumber ini,
48
maka peneliti harus menganalisis data tersebut dengan cara mendeskripsikan,
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2014: 273). Sebagai contoh, dalam
data ini harus dicek kembali, jika ditemukan perbedaan maka peneliti harus
melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data yang lain untuk mengambil
sebuah kesimpulan.
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Lokasi Sekolah
Internasional merupakan salah satu sekolah swasta yang beralamat di Jalan Karanglo,
Yogyakarta. Berada di timur Pasar Kota Gede, SDIT LHI tepat berada di barat
ringroad selatan menjadikan sekolah ini ramai dilalui oleh pengendara sepeda motor
atau mobil.
Siswa yang akan masuk sekolah dapat melalui gerbang utama yang
menghadap di sebelah barat dan pulang sekolah melewati mushola yang langsung
bersebelahan dengan jalan raya di sebelah utara. Pos satpam berada tepat di sebelah
gerbang utama. Siswa juga dapat melalui playground dan lapangan yang berada di
sebelah selatan bersebelahan dengan kantin dan SMPIT LHI untuk rute penjemputan.
Fasilitas yang ada di dalam SDIT LHI adalah diantaranya gedung sekolah
yang terdiri dari kelas I hingga kelas VI yang pararel, tempat parkir, lapangan
meeting, ruang ganti yang merangkap kamar mandi untuk siswa, ruang kegiatan
50
hidup, ruang khusus guru, ruang kepala sekolah sekaligus front office, dapur, ruang
mempunyai potensi yang unik dan luar biasa untuk ditumbuhkan dan dikembangkan
LHI sebagai sekolah dasar yang menerapkan sekolah anti bullying, juga memiliki visi
misi untuk dapat mengurangi terjadinya kasus bullying yang terjadi antar sesama
siswa.
tersebut dijabarkan dalam 8 point misi yang berisi ; 1.) mengenal dan mencintai Allah
dan RasulNya, 2.) memiliki akhlakul karimah pada diri sendiri, oranglain dan
lingkungan, 3.) rendah hati dan selalu menghargai orang lain, 4.) menjadi seorang
intelektual yang berwawasan luas dengan nasionalisme yang tinggi, 5.) menjadi orang
yang memiliki semangat juang tinggi, kreatif, inovatif, produktif dengan jiwa yang
percaya diri dan pantang menyerah, 6.) memiliki tanggungjawab dan kepedulian
kepada diri sendiri, orang lain, lingkungan sekitar hingga internasional, 7.) bergaya
hidup sehat, 8.) memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Program yang
diterapkan oleh sekolah dalam mencapai visi dan misi tersebut beragam, salah
51
satunya adalah program anti bullying. Program ini melibatkan guru kelas dalam
pelaksanaannya.
sebanyak 66 orang. Jumlah yang ada ini di antaranya meliputi kepala sekolah, guru
kelas, guru mata pelajaran khusus, staff front office, petugas perpustakaan, guru BK,
satpam, staff memasak dan tukang kebun. Potensi tenaga kerja yang berada di SDIT
kebutuhan siswa. Jumlah siswa yang saat ini tengah menuntut ilmu di SDIT LHI
secara keseluruhan adalah 311 siswa yang terbagi dalam 165 siswa laki-laki dan 146
yang terdiri atas kelas 1a, b, dan c, kelas 2 a, 2b, kelas 3a, 3b, kelas 4a, 4b, kelas 5a,
Satu kelas diampu oleh dua orang guru. Tetapi apabila terdapat anak
berkebutuhan khusus maka guru kelas akan dibantu oleh shadow teacher yang
membantu anak berkebutuhan khusus tersebut. Kualifikasi guru kelas di SDIT LHI
yang saat ini memiliki akreditasi A adalah minimal sarjana. Selain lulusan Sarjana
(S1), para guru kelas juga dituntut untuk mampu berkomunikasi Bahasa Inggris aktif
atau berusaha menguasai Bahasa Inggris aktif karena baik menyusun rencana
sekolah guru kelas akan menggunakan Bahasa Inggris. Guru kelas juga harus dapat
52
anak-anak, mampu bekerja dengan tim, menguasai microsoft word serta excel, dan
baru saja diterima di SDIT LHI juga akan mendapatkan training dan praktek
membantu mengajar pada kelas 1 hingga kelas 6 serta diminta memberikan laporan
evaluasi kelas setiap harinyapada divisi terkait. Adapun daftar guru yang mengajar di
53
Nama Guru Jabatan
Ahmad Sahal, S.Pd. Guru kelas 1B
Hidayatul Imtihani, S.Pd.Si Guru kelas 6B
Julisa Arina Al Haq, S.Pd Guru kelas 4B
Lailis Salfah , S.Pd. Si Guru kelas 1A
Pastra Jannah K., S.Pd. Guru kelas 6A
Endah Arumdani, S.I.P Guru kelas 5B
Nurul Qoyyimah, S.Pd. Guru kelas 2B
Asni Widiastuti, S.Pd. Guru kelas 3B
Herlina Wati, S.Pd.Si Guru kelas 1A
Hendra Kusuma, S.Hum Guru BTHCQ
Fitriani Andansari, S.Pd. Guru kelas 1C
Frima Rahmulia, S.Pd. Guru kelas 5A
Nofita Pangestuti, S.Pd. Guru kelas 2A
Desi Novitasari, S.Pd.I Guru BTHCQ
Dian Prameswari, S.T.P Guru kelas 1B
Lely Nur Hidayah S., S.Pd.I Guru BTHCQ
Anita Kurniasih, S.Pd.Si Guru kelas 3A
Mavitra Ellanvihara, S.Si Guru kelas 2A
Retno Wulandari, S.Pd. Guru kelas 5B
Anisa Rizki Ramadhani, S.Pd Guru kelas 3B
Sumber: www.sdit-lhi.sch.id
Subjek utama dalam penelitian ini meliputi guru kelas, guru BK, kepala
sekolah, siswa yang pernah menjadi pelaku dan siswa yang pernah menjadi korban
54
bullying. Guru kelas yang menjadi subjek penelitian ini adalah 2 orang guru kelas I A
yakni ustadzah Us dan Ul yang merupakan sumber data untuk memperoleh informasi
terkait dengan penanganan guru kelas dalam menangani perilaku bullying di SDIT
LHI. Selain itu terdapat siswa Ha yang kasus bullyingnya mendominasi dan pernah
Subjek lain penelitian ini yang memperkuat data yang diperolah adalah kepala
sekolah dari SDIT LHI sendiri yakni ustadzah Ys dan guru BK yakni ustadzah Yn.
Subjek dipilih karena kepala sekolah merupakan pihak yang turut menyelesaikan
kasus Ha sehingga mengetahui penanganan apa saja yang telah diberikan oleh guru
saat terjadi kasus bullying. Selain itu Ys juga mengetahui program sekolah yang
membantu guru dalam menangani kasus bullying. Di lain pihak, Yn selaku guru BK
adalah pihak yang mengetahui penanganan apa saja yang telah dilakukan oleh guru
kelas dalam menangani perilaku bullying lewat angket incident report atau sebelum
Data yang diperoleh dari ketiga sumber data ini didapat melalui kegiatan
wawancara dan observasi. Guna mendukung data wawancara dan observasi yang
55
2. Deskripsi Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah peran guru kelas di dalam penanganan
kelas dalam menangani perilaku bullying pada penelitian ini disampaikan dalam lima
aspek yakni peran guru kelas sebagai pembimbing,peran guru kelas sebagai mediator
fasilitator, peran guru kelas sebagai penasehat, hambatan dan hasil penanganan guru
kelas pada pelaku dan korban bullying. Dari kelima aspek ini diharapkan dapat
diketahui peran dan keterlibatan guru kelas dalam program yang dapat digunakan
untuk menangani perilaku bullying di SDIT LHI dan bagaimana hambatan yang
Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga April 2017 di SDIT Luqman Al
dengan subjek penelitian, observasi, dan studi dokumentasi. Pada bagian ini peneliti
mendeskripsikan lima aspek yang diteliti dalam penelitian ini yakni: (1) peran guru
kelas sebagai pembimbing; (2) peran guru kelas sebagai mediator dan fasilitator; (3)
peran guru kelas sebagai penasehat; (4) hambatan yang dialami oleh guru kelas saat
penanganan bullying; dan (5) hasil penanganan yang dilakukan oleh guru kelas
terhadap pelaku dan korban bullying. Kelima aspek tersebut ialah sebagai berikut.
Peran guru kelas sebagai pembimbing terhadap korban dan pelaku memiliki
56
tertib kelas dan sekolah tentang perilaku anti bullying, penjelasan mengenai bullying,
penjelasan tindakan yang akan diambil oleh guru kelas saat terjadi bullying. Masing-
masing indikator tersebut memuat hasil observasi, wawancara dan hasil studi
a. Pemberian Informasi pada Siswa Mengenai Tata Tertib Kelas dan Sekolah
observasi 1 tanggal 20 Maret 2017 (lampiran 4), dilakukan secara langsung saat Ah
teman itu tidak boleh kepada Ah dengan berkata “tidak boleh mas Ah” karena di
dalam tata tertib sekolah terdapat peraturan untuk tidak boleh merugikan orang lain
(aturan nomer 5). Ustadzah Ul juga mengatakan penyebab tidak boleh bermain
tindih-tindihan di dalam kelas karena akan menyebabkan salah satu siswa terluka.
Besar kemungkinan siswa dapat terluka oleh Ah karena badan Ah yang lebih besar
Hal serupa juga teramati pada observasi tanggal 29 Maret 2017 dimana
ustadz Heri sebagai guru kelas magang yang berada di kelas IA lalu menegur agar
57
tidak saling memukul saat bermain dan mengingatkan Ah agar tidak menindih Kk
karena akan sakit walaupun sedang bermain-main karena badan Ah besar dan badan
Kk kecil. Ah menurut dan memindahkan tubuhnya dari atas tubuh Kk. Ustadz Heri
mengingatkan agar jangan dilakukan karena akan menyakiti teman. Hal ini secara
tidak langsung memberikan pengertian kepada siswa bahwa ada aturan nomer 5
dalam buku parents guide yang berbunyi tidak boleh merugikan orang lain dan aturan
informasi tentang tata tertib di kelas dan sekolah yakni tidak boleh bermain di dalam
kelas. Ini terlihat saat ustazah kelas II A yang sedang piket supervisor di depan kelas
menghindari terjadinya perilaku yang tidak diinginkan karena pada saat kelas kosong,
dengan cara 2-3 siswa menjadi hantu di dalam kelas dan sisanya berperan menjadi
kursi dan meja kelas. Sewaktu berlari keluar, Zn yang berada di depan terdorong oleh
Af dan Nr yang berada di belakangnya ingin keluar dari kelas secepat mungkin
58
sehingga Zn menabrak pintu kelas dan terjatuh. Af dan Nr langsung meminta maaf
kepada Zn. Supervisor kemudian mengingatkan untuk tidak bermain di dalam kelas
dan baiknya di luar atau di perpustakaan saja. Hal ini juga sebagai salah satu
peraturan sekolah agar tidak terjadi perilaku yang tidak diinginkan salah satunya
informasi oleh guru kelas dilakukan saat emergency classmeeting yang terjadi antara
ustadzah Us yang memberitahukan bahwa apa yang dilakukan itu membuat At tidak
nyaman, takut dan marah sehingga Ak mengerti bahwa apa yang dilakukan telah
melanggar tata tertib nomer 4 dan 5 walaupun tidak dikatakan secara eksplisit namun
siswa dapat menyimpulkan sendiri bahwa perilakunya adalah perbuatan yang salah
dan karenanya harus meminta maaf. Hal ini tidak terlepas karena ustdzah Us
menanyakan pada Ak tadi ganti dimana? Tadi merasa nyipratin air nggak? Baru
mencipratkan air dan mematikan lampu saat At sedang berganti baju. Ak kemudian
diam agak lama sampai ustadzah Us bertanya kembali pada Ak, baru kemudian Ak
mendengarkan cerita Ak. Ust Us lalu memberi pengertian bahwa apa yang dilakukan
itu membuat At tidak nyaman, takut, marah. Ak yang mengetahui dirinya salah
meminta maaf. Secara tidak langsung guru kelas yakni ustadzah Us memberitahukan
59
bahwa ada aturan kelas dalam parents guide nomer 4 dimana siswa harus berbuat
baik dengan teman dan nomer 5 yakni tidak boleh merugikan orang lain.
tanggal 7 April 2017 yang memberitahukan tata tertib di dining room kepada Ha dan
Ha. Dari wawancara kepada ustadzah Ul (lampiran 7) dan ustadzah Ustentang cara
Ul: “pemberian infomasitentang tata tertib itu tidak disampaikan tapi anak
langsung tau kalau bullying itu tidak boleh karena saat ada kasus langsung
kami tangani dan beri tahu. memberitahu memakai bahasa yang dimengerti
anak. Seperti bahasa sehari-hari bertanya ‘ada apa’. Tidak langsung
menghakimi.Tidak kasar juga kalau bertanya.”
Us: “kita banyak role play, kalau nggak role play kita bikin cerita. Kalau ada
begini, temanmu begini, apa yang anda lakukan. Jadi kita tidak hanya
60
memberikan tapi anak-anak juga ada diskusi, ada clasmeeting.Setiap masalah
pun pasti didiskusikan bersama. Kita diskusi sampai anak mengerti itu tidak
baik dan tidak dilakukan..Walaupun hanya satu atau dua anak yang
bermasalah tapi semua anak harus tahu, tapi ketika sudah selesai.Jadi
masalahnya tidak diselesaikan di dalam forum besar tapi si anak diambil
terlebih dahulu.Selesai baru kita bahas. Kan kadang ada yang tanya tadi
kenapa sih ust, kok begitu tadi kenapa sih ust…gitu.”
yang digunakan untuk menjelaskan tata tertib anti bullying dilakukan saat emergency
menghakimi agar anak terbuka pada apa yang telah dilakukannya dan akhirnya
mengerti kenapa itu salah dan melanggar aturan. Ustadzah Us juga memberitahukan
cara yang digunakan untuk memberikan informasi kepada siswa yakni dengan cara
role play. Caranya adalah dengan menempatkan siswa dalam peran tertentu dan
posisi tertentu, contohnya adalah saat kejadian Fr dipanggil ‘upil’ oleh Ha (lampiran
5). Ha kemudian diposisikan sebagai Fr dengan ditanya apakah ingin dipanggil upil
juga memberitahukan bahwa pemberian informasi tata tertib kelas dan sekolah akan
kelas 1A setiap Selasa dan Rabu (lampiran 9) dimana di dalamnya memuat mata
pemberian tata tertib tersebut dilakukan lewat aktifitas langsung agar anak
mengetahui apa yang tidak dan boleh dilakukan sehingga pemahaman anak akan
lebih kuat. Aktifitas ini dapat berupa emergency classmeeting yang biasa terjadi saat
terdapat kasus bullying. Dari siswa sendiri yakni Ha dan Ar mengatakan lupa dan
61
tidak mengetahui tata tertib tentang bullying maupun cara guru kelas untuk
tata tertib di kelas dan sekolah tentang perilaku anti bullying dari hasil dokumentasi
bahwa pemberian informasi pada siswa mengenai tata tertib di kelas dan di sekolah
tentang bullying tidak diberikan kepada siswa. Tetapi dijelaskan pada saat terjadi
kasus lewat role play pada siswa dengan menempatkan siswa pelaku pada posisi
diberikan oleh guru kelas mengenai bullying kepada siswa.Baik guru kelas, kepala
sekolah, guru BK maupun siswa yang diwawancara dalam penelitian ini (lampiran 7)
bullying yakni “bullying itu ketika seorang anak melakukan tindakan yang tidak
menyenangkan terhadap orang lain baik itu fisik, verbal atau gestur misal tatapan
yang mengatakan bahwa “bullying itu tindakan menyakiti baik secara sengaja atau
tidak, mulai dari verbal, sikap, sosial pergaulan. Memang sumbernya 2 ya verbal dan
fisik”. Sementara kepala sekolah yakni ustadzah Yn mengatakan bahwa ada 3 macam
bullying. Pertama adalah phsysical seperti menyakiti fisik, verbal yang contohnya
62
seperti anak-anak yang saling mengolok-olokan, dan ketiga sosial seperti contohnya
ada anak yang tidak ingin bermain dengan temannya. Guru BK, ustadzah Yn juga
memberikan jawaban atas pengertian bullying yang hampir senada dengan ustadzah
Ys yakni :
“Bullying itu kan perilaku yang dia cenderung menyakiti, orang lain, baik itu
psikisl maupun fisik. Dan disini juga menekankan bahwa bullying itu tidak
hanya kita misalkan dorong teman sampai terluka tapi juga bisa fisik, psikis,
verbal semacam umpatan julukan tidak baik. Bullying fisik ini yang paling
diperhatikan oleh guru kelas.”
teman, mencubit, tidak mau berteman dengan teman tertentu dan membuat teman
tidak nyaman, Ar menjawab bahwa itu termasuk perbuatan nakal. Artinya Ar telah
mengetahui pengertian bullying menurut bahasa yang ia mengerti. Ha, sebagai pelaku
mengaku mengetahui apa itu bullying. Menurutnya bullying adalah kekerasan. “Aku
terjadi kasus atau pada saat anak sedang dalam mata pelajarandiskusi classmeeting
dimana anak belajar secara kontekstual. Hal ini dapat dilihat pada observasi (lampiran
4) dan catatan lapangan (lampiran 5) pada tanggal 30 Maret 2017 dimana ustadzah
yang tidak baik yang dapat diartikan bahwa akhlak tidak baik dapat termasuk dalam
perilaku bullying. Ustadzah Ul juga mengatakan bahwa perilaku bullying seperti ini
juga tidak disukai oleh teman-temannya yang dibuktikan dengan jawaban teman-
63
teman sekelas saat ustadzah Ul bertanya pada siswa yang sedang bergerombol bahwa
mereka tidak menyukai sikap Ha. Ha lalu dinasehati oleh Ustadzah Ul bahwa kata-
kata itu tidak baik dan teman-teman sekelasnya tidak menyukai tindakan yang
dilakukan oleh Ha. Perilaku yang dimaksud ustadzah Ul adalah Fr yang bercerita
bahwa Ia diejek ‘jelek’ oleh Ha sewaktu istirahat setelah ganti baju. Ustadzah Ul lalu
menanyakan apakah benar Ha melihat kearah Fr saat mengatakan hal tersebut dan Fr
kepada Fr. Ha kemudian dipanggil dan duduk diantara Ust Ul dan Fr di pojok kelas
tidak mengatakan alasannya. Lalu At datang dan mengatakan kepada Ust Ul bahwa
Ha juga mengganggunya saat ganti baju dengan mencipratkan air dan mematikan
lampu saat ia tengah ganti baju selepas olahraga di kamar mandi dan menyebut At
serta Ty ‘upil’.
Selain itu observasi tanggal 5 April 2017 saat ustadzah Us yang melihat
banyak kejadian yang membahayakan keselamatan kelas terjadi pada hari itu.
Contohnya seperti siswa laki-laki mulai mendorong karena tidak sabar, Ty yang
merasa terjepit kemudian mengadu pada ustadzah Us bahwa dirinya merasa sakit dan
tidak nyaman, kursi yang terjatuh akibat Rf tidak hati-hati saat memegang dan
merapikan kursi sehingga hampir mengenai siswa lain yang sekelompok dengan Rf,
tersandung kaki Ar yang sedang telungkup. Ak terjatuh dan menindih Ar. Ustdzah Us
64
kemudian bertanya siapa yang menjaga diri kita apabila kita terkena sesuatu atau
dijahati teman? Siswa menjawab diri kita sendiri. Lalu ustadzah Us menasehati
dengan kalimat sederhana bahwa yang menjaga diri kita adalah kita sendiri sehingga
apabila merasa capek atau tidak aman, merasa dijahati teman, siswa dapat
berisitirahat atau melapor pada ustadz/ustadzah walikelas atau yang ada di sekitar
kejadian agar siswa dapat dibantu masalahnya hingga selesai lewat classmeeting atau
lainnya. Hasil observasi ini menunjukkan bahwa guru kelas menjelaskan mengenai
menjaga keamanan diri, caranya agar tidak dijahati teman, yang dapat dikaitkan
65
lisan.Atau hadist menjaga lisan kan ada mbak, yang berkata yang baik atau
diam. Sama surat An-Nisaa yang gak boleh bisik-bisik ngomongin teman
yang jelek-jelek.”
mereka tidak mengetahui hal apa saja yang dilakukan guru kelas untuk menjelaskan
mengenai bullying. Ini karena guru kelas memang tidak pernah menjelaskan arti
bullying secara kosakata tetapi lebih kepada cerita-cerita yang memiliki pesan tentang
anti bullying di dalamnya seperti dalam morning motivation. Hal-hal apa yang boleh
dan tidak boleh dilakukan dengan berdiskusi. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari
“kalau secara kosakata dan langsung, itu jarang. Tapi lebih ke, hal itu boleh
nggak dilakukan? Tidak ‘eh itu bully lho!’ Itu nggak.Kita pakai bahasa yang
mudah dimengerti anak.Jadi kita tidak langsung menghakimi atau marah-
marah.Misalny Kk kemarin diejek kiko. Terus nanti tanya ke Kk suka nggak
dibegitukan? Terus Kk jawab gak suka ust. Terus nanti kan kita manggil
yang ngejek, kita tanya tau nggak kalau Kk nggak suka dipanggil kiko?
Nggak tau ust.Terus nanti kita bilang, tapi Kk nggak suka lho dipanggil
kiko.Kk nggak mau, dia sedih.Terus kamu gimana? Nanti kan anak si pelaku
akan bilang, nanti aku minta maaf dan tidak mengulang lagi. Gitu mbak”
Hal ini sesuai dengan penjelasan ustadzah Ys bahwa bullying tidak dijelaskan tapi
lebih kepada kegiatan secara langusng lewat morning motivation atau sewaktu
classmeeting.
Dari hasil observasi dan wawancara diatas semua subjek penelitian telah
mengetahui apa itu bullying dan jenis-jenisnya sehingga apabila da kasus dapat
secara tidak langsung lewat diskusi classmeeting dan cerita di dalam morning
66
motivation agar dapat memandu siswa agar berperilaku sesuai dengan aturan
c. Penjelasan Tindakan yang Akan Diambil oleh Guru Kelas Saat Terjadi
Bullying
Guru kelas juga menjelaskan tindakan yang akan diambil saat terjadi
bullying diantaranya yang teramati pada tanggal 29 Maret 2017. Pada saat itu siswa
sedang mengikuti mata pelajaran diskusi classmeeting, kelas hanya berisi siswa laki-
kemudian membentuk dua banjar barisan saling menghadap antar siswa lalu bertanya
satu per satu siswa mengenai kesenangan siswa menonton tv dan acara apa yang
mereka tonton. Beberapa menjawab suka menonton Upin Ipin, Spongebob sampai
acara kartun lainnya. Ustadzah Ul lalu mengatakan apakah ada yang ingat sewaktu
ingat. Lalu Ust Ul mengatakan bahwa setelah diselidiki dan bertanya pada bundanya
Ha, hal tersebut karena Ha mencontoh adegan di dalam film Larva. Ha menonton film
tersebut saat tidak ditemani oleh Ibunya. Disini dapat kita lihat bahwa guru kelas
Ha akan dicari penyebabnya. Tindakan yang akan dilakukan oleh ustadzah Ul adalah
mencari tahu ke orangtua yang artinya guru kelas akan bersinergi dengan orangtua
67
‘jelek’, mencipratkan air ke At dan mematikan lampu saat At tengah ganti baju
selepas olahraga di kamar mandi serta menyebut At serta Ty ‘upil’ itu merupakan
akhlak yang tidak baik, jelek yang secara tidak langsung sudah merupakan bullying
konsekuensi yakni Ha harus berdiam diri, dirinya tidak diperbolehkan bermain dan
harus meminta maaf pada Fr. Ustazah Ul memberitahukan konsekuensi ini saat
mendapatkan cap dari ustadzah, siswa laki-laki mulai mendorong karena tidak sabar,
Ty yang merasa terjepit kemudian mengadu pada Ustadzah Us bahwa dirinya merasa
sakit dan tidak nyaman. Tiba-tiba terdengar suara kursi yang terjatuh akibat Rf tidak
hati-hati saat memegang dan merapikan kursi sehingga hampir mengenai siswa lain
Ak terjatuh dan menindih Ar. Ustadzah Us yang melihat hal tersebut lalu
68
classmeeting pada akhir hari. Disini dapat kita lihat bahwa ustadzah Us melakukan
tindakan saat bullying terjadi yakni dengan berdiskusi mana perilaku yang
Pada observasi tanggal 7 April 2017, pada saat makan siang, siswa kelas 1a
mulai keluar untuk makan bersama di diningroom. Ha terlihat ikut mengantri dengan
terhimpit mulai ribut serta berteriak kesakitan akibat dorongan Ha. Hal ini membuat
barisan siswa laki-laki yang mengantri menjadi tidak rapi dan beberapa makanan
melihat hal tersebut lalu mulai mendekati Ha dan menggandeng Ha untuk duduk di
tidak diperkenankan untuk mendorong teman lain karena harus mengantri dengan
tertib, menyuruh Ha untuk mengantri dengan tertib dan dilarang untuk duduk dan
makan bersama dengan teman-teman namun harus duduk dengan ustadz yang berada
di diningroom tersebut sebagai konsekuensi dari tindakan yang telah dilakukan oleh
Ha. Pada observasi ini, guru kelas tidak memberi penjelasan terlebih dahulu tetapi
bullyingnya tersebut.
Dari keermpat observasi ini didapatkan hasil bahwa guru kelas akan
menindak kasus bullying lewat menyelidiki mengapa suatu kasus dapat terjadi lewat
crosscheck antar pelaku, korban, juga orangtua pelaku untuk mendapatkan keterangan
69
yang sesuai (lampiran 6), tindakan langsung menghukum pelaku dan menyuruh
mengingatkan” saat terjadi kejadian bullying agar hal yang sama tidak terulang. Ha
selaku pelaku yang pernah mengalami classmeeting mengatakan bahwa saat ada
yang akan diambil guru kelas saat terjadi bullying dilakukan secara langsung saat
terjadi kasus dan dilakukan lewat classmeeting. Mengenai tindakan apa saja yang
akan dilakukan menurut wawancara kepada kepala sekolah yakni ustadzah Ys dan
dilakukan atau berdasarkan levelnya. Apabila masih masuk bullying verbal, maka
pelaku masih diingatkan tetapi apabila pelaku melakukan bullying fisik maka
70
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diatas yang diperkuat dengan
terdapat peran guru kelas sebagai pembimbing baik untuk pelaku maupun korban
lewat pemberian informasi pada siswa tentang tata tertib di kelas dan sekolah tentang
perilaku anti bullying diantaranya bersikap baik pada teman, tidak boleh bermain
tindih-tindihan, tidak boleh bermain dalam kelas, tidak merugikan orang lain, tidak
boleh mendorong teman saat berada di diningroom. Peran guru kelas sebagai
akan diambil oleh guru kelas saat terdapat kasus bullying tidak dilakukan lewat
Peran guru kelas sebagai mediator dan fasilitator mencakup tiga indikator.
Indikator yang pertama ialah penumbuhan hubungan positif antara pelaku dan korban
untuk saling menghormati dan menghargai, kedua ialah pendorong tingkah laku
sosial yang baik, dan ketiga ialah pengusahaan sumber belajar mengenai perilaku
bullying. Penjelasan hasil penelitian ketiga indikator tersebut dijelaskan dibawah ini.
saling mengoreksi jawaban saat ustadzah menanyakan kasus yang dilaporkan oleh Fr.
71
Fr merasa tidak nyaman saat Ah mengangkat tubuhnya dan menjatuhkannya di
konblok depan kelas sehingga melaporkan hal tersebut kepada ustadzah Us dan
terlihat bahwa Ah dan Fr harus bisa mendengarkan jawaban satu sama lain dan
Selain itu, penumbuhan hubungan positif antara pelaku dan korban untuk
saling menghormati dan menghargai juga teramati pada saat observasi ke 2 tanggal
21 Maret 2017 (lampiran 4) dimana siswa Af dan Nr diminta untuk meminta maaf
serta bermain bersama di luar kelas pada saat tidak sengaja menyebabkan Zn
terdorong di pintu kelas saat bermain, observasi ke 4 tanggal 23 Maret 2017 dimana
saat Ak sedang berganti baju di dalamnya. Ak juga mencipratkan air ke dalam kamar
mengkonfirmasi ke Ak, Ak tidak mau mengaku bahwa ia telah melakukan semua hal
antar pelaku dan korban untuk saling menghormati dan menghormati tampak saar
guru kelas menempatkan Fr dan Ha dalam satu kelompok maket rumah impian
sehingga mereka dapat berinteraksi dengan baik (lampiran 4). Ini dilakukan karena
72
9 tanggal 6 April 2017, guru kelas menumbuhkan hubungan yang positif antar pelaku
dan korban yang mana Fr dan Ha, dengan membiarkan keduanya bekerjasama dan
Selain itu, data observasi juga diperkuat dengan data wawancara yang
dan korban untuk saling menghormati dan menghargai, siswa dapat melaporkan
tindakan bullying yang dilihat atau dialaminya sendiri secara langsung. Hal ini
disampaikan oleh ustadzah Ul yang mengatakan “langsung aja lapor ke guru kelas
atau supervisor yang pakai baju oranye-oranye itu kan kalau misal kejadiannya di luar
kelas. Lapor saat itu juga.” dan ustadzah Us yang menyebutkan untuk langsung
melaporkan karena biasanya “anak-anak disini sudah sensitif ya untuk masalah itu
dan biasanya langsung lapor ke kami”. Hal senada juga disampaikan oleh Ha dan Ar
yang menyebutkan untuk langsung melaporkan pada ustadzah. Sementara untuk cara
guru kelas menumbuhkan perilaku positif antar pelaku dan korban di dalam
kelasmenurut Ar dan Ha yakni dengan cara saling meminta maaf dan memaafkan
(lampiran 7).
dilakukan dengan cara menempatkan siswa itu ke dalam kelompok secara berbeda-
beda, mengawasi pelaku dan korban, meminta maaf dan apabila masih dendam maka
akan ada kesepakatan antara pelaku dan korban (lampiran 7). Pendapat dari ustadzah
73
FH: “Bagaimana cara ustadzah menumbuhkan perilaku positif antar pelaku
dan korban di dalam kelas?kalau semisal habis terjadi kasus bullying kan
kadang masih ada yang dendam atau marah, atau perilaku negatif lain misal”
UL: “Kalau di kelas ini sih Alhamdulillah nggak ada ya mbak perilaku
negatif kayak gitu. Mungkin karena masih kelas bawah.Jadi kalau udah
minta maaf, maaf-maafan itu ya udah nanti main bareng lagi.Terus nanti
juga dikuatkan lagi mbak kalau disini kamu itu bebas, nggak ada yang boleh
ngelarang-larang kamu atau menakut-nakuti kamu.Terus bisa juga
ditempatkan dalam satu kelompok biar ada interaksi. Dan kami juga
bersinergi dengan orangtua kan biasanya ortu suka cerita. Kelas 1 juga habit
trainingnya ada pendengar yang baik. Jadi anak bisa saling mendengarkan
kalau ada yang sedang berbicara.”
US: “Kita juga biasa menempatkan siswa itu ke dalam kelompok secara
berbeda-beda. Kalau misal ada masalah seperti bullying itu kita kerucutkan
masalahnya, kita tanya kedua-duanya ‘tadi kenapa, kok bisa?’ dan suruh
minta maaf. Kalau masih dendam kita tunggu, sampai mau memaafkan. Tapi
kalau dia kita tunggu sampai maksimal marahnya itu masih belum mau
jawab dan masih diem, kan tandanya masih dendam. nanti kita tanya yang
buat kamu marah apa, terus bilang ke pelakunya ‘nak ini dia masih sakit hati
lho, masih marah sama kamu. Gimana?’ nanti pelaku kan bilang kayak ‘aku
nggak ulangin lagi ust’ atau ‘aku bakal diem kok ust’ gitu. Jadi ada deal-deal
an disitu antara pelaku dan korban. Jadi kita masih awasi korban dan
pelaku.”
mendapatkan kartu kuning dan kartu merah, adanya teguran, pengurangan hak seperti
harus berdiam diri sampai istirahat selesai hingga siswa tidak mendapat waktu
istirahat, penyelidikan penyebab kasus dapat terjadi dengan orangtua dan harus
Peran guru kelas sebagai mediator dan fasilitator dalam hal penumbuhan
hubungan positif antar pelaku dan korban untuk saling menghormati dan menghargai
apabila masih dendam maka akan dicari titik temu antara keinginan korban dan
74
kesanggupan pelaku,bermain bersama di luar kelas, menempatkan dalam satu
kelompok antar pelaku dan korban, pengetahuan akan adanya konsekuensi saat siswa
penyelidikan penyebab kasus dapat terjadi dengan orangtua dan harus meminta maaf
pada korban.
Selain itu peran guru kelas sebagai mediator dan fasilitator pada indikator
yang kedua adalahpendorong tingkah laku sosial yang baik juga dilakukan oleh guru
kelas dengan cara keikutsertaan guru dalam kegiatan supervisor yang dibuktikan
dengan dokumentasi kegiatan piket supervisor. Kegiatan ini akan mendorong adanya
tingkah laku sosial yang baik baik di dalam maupun di luar kelas karena supervisor
sehingga siswa akan berusaha untuk tidak melakukan tindakan yang berbahaya
termasuk bullying. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan ustadzah Ul dan ustadzah Us
UL: Supervisor mbak, itu guru kelas sudah ada jadwal piketnya. Biasanya
supervisor itu ditempatkan di playground, lapangan upacara, koridor tengah,
selatan di kelas 6 samadiningroom. Sama ngisi incidentreport yang nanti
diberikan ke BK. Terus ada sistem kartu, nanti ada kartu kuning kartu merah
tapi kurang efektif walaupun masih jalan. Sistem kartu itu nanti kalau 3x
melakukan bullying kan dapat kartu merah 1. Tapi dikelas 1 belum jalan,
kelas atas sudah. Terus juga star of the week, itu bisa juga digunakan untuk
menangani kasus. Misal pelaku liat temannya kok berbuat baik terus dapet
star of the week nanti kan dia jadi gak bully terus bisa kita calonkan jadi star
of the week. ”
US: “kadang piket jadi supervisor seminggu tiga kali. Jadwalnya gak tentu
kadang rabu, senin, jumat selama masing-masing 1 jam.Spv itu dilakukan
setiap anak di luar kelas, dan setiap hari dari senin-jumat.Malah setau saya
75
lebih banyak guru kelasnya yang terlibat disana, tapi itu di luar kelas. Terus
dari BK juga ada pengisian angket incidental report untuk menuliskan
insiden-insiden selama di kelas apa saja, butuh di tangani enggak.”
penghargaan dan apresiasi bagi siswa yang menonjol dari aspek tertentu (semua
aspek) dan dimaksudkan agar setiap anak merasakan motivasi dari hal-hal baik yang
Yn selaku guru BK, selain supervisor guru kelas juga terlibat dalam konseling
kelompok atau classmeeting, dan terlibat dalam sebagai sebagai pelaksana teknis dari
program BK pengisian incident report. Hal lain disampaikan oleh kepala sekolah
76
supervisor selama istirahat dan pulang sekolah, adanya program star of the week dan
penggunaan kartu kuning dan kartu merah dalam buku parents guide, pengisian
incident report, dan wawancara dengan orangtua untuk mengatahui penyebab kasus
sehingga anak terdorong untuk tidak melakukan kasus bullying karena akan malu saat
lewat mata pelajaran PSHE yang biasanya terdapat dalam waktu diskusi antara hari
Selasa atau Rabu saa diskusiclassmeeting. Hal ini diungkapkan oleh kepala sekolah,
dan guru kelas lewat wawancara (lampiran 7).Selengkapnya, guru kelas yakni
UL: “Lewat PSHE, Physic social health education, selain itu lewat agama.
Jadi kita lewat morning motivation juga kan ada cerita-cerita kayak yang
judulnya ‘semua bisa sedih’ itu kan mengajarkan tentang kenapa sih kok
orang bisa sedih. Oh karena dikata-katain, diejek, dikucilkan. Nah terus ada
lagi ini buku ucapkan dengan baik ini kan isinya tentang anak yang sukanya
nyuruh-nyuruh teman tanpa bilang makasih atau tolong, suka kasar sama
teman terus temannya sedih. Jadi menjelaskan kayak bullying pakai cerita-
cerita itu pas PSHE atau morning motivation. Pas PSHE juga saya pernah
kasih mereka kertas, terus ditulis nama anak yang kamu sukai dan kamu tidak
sukai, kenapa alasanannya apa, nanti kan saya bilang Cuma ustadzah yang tau
jadi harus jujur. Ada yang nulis aku nggak suka ini karena suka marah-marah,
itu ada mbak. Jadi kita kan tau anak-anak itu aslinya gimana dan kita tau
treatmentnya seperti apa. Tapi semester satu.”
US: “lebih ke PSHE sih mbak, masuk disitu. Physic, Social, Health,
Education. Kayak Pkn kalau di sekolah biasa. Nanti isinya macem-macem tapi
intinya kita berdiskusi lewat classsmeeting, cerita nabi, cerita dari buku-buku
di perpus.Pemilihan sumber belajar didasarkan atas kebutuhan anak. Kalau
misal hari itu lagi ada kasus pukul-pukulan ya kita ambil cerita Rasul yang
diludahi terus Rasul tidak balas meludahi,misal.”
77
Ar juga menyebutkan apabila ustadzah “pakai cerita…pas belajar” untuk
menjelaskan kepada siswa mengenai apa itu akhlak yang tidak baik dilakukan
(bullying). Hal senada juga diungkap Ha yang berkata bahwa “ustadzah suka cerita
rasul” dan hal ini dilakukan pada saat morning motivation dan diskusi classmeeting
berisi PSHE.
didapatkan data bahwa terdapat penyediaan buku cerita, dan poster-poster di kelas
‘Aku Tidak Memukul Sembarangan’ yang berisi tentang mengapa kita tidak boleh
memukul teman dan akibatnya yakni akan dijauhi oleh teman, ‘Semua Bisa Sedih’
yang berisi cerita-cerita kenapa seseorang bisa sedih salah satunya adalah cerita Omar
yang sedih karena pada hari pertama masuk sekolah ia diperlakukan jahat oleh teman
dan diolok-olok dengan nama yang jelek, ‘Ucapkan dengan Baik’ yang berisi cerita
Yopi yang diperlakukan kasar dan diperintah oleh temannya, Koko hingga akhirnya
Koko sadar bahwa diperintah dan bersikap kasar itu tidak enak, dan ‘Good Habit’
78
Gambar 8.Buku cerita yang digunakan guru untuk menjelaskan bullying
dilakukan, guru kelas memiliki peran sebagai mediator dan fasilitator dalam
dendam maka akan dicari titik temu antara keinginan korban dan kesanggupan
pelaku, bermain bersama di luar kelas, menempatkan dalam satu kelompok antar
pelaku dan korban, pengetahuan akan adanya konsekuensi saat siswa (pelaku)
penyebab kasus dapat terjadi dengan orangtua dan harus meminta maaf pada korban.
Pendorong tingkah laku sosial yang baik dengan adanya piket supervisor
selama istirahat dan pulang sekolah, adanya program star of the week dan
penggunaan kartu kuning dan kartu merah dalam buku parents guide, pengisian
incident report, dan wawancara dengan orangtua untuk mengetahui penyebab kasus
sehingga anak terdorong untuk tidak melakukan kasus bullying karena akan malu saat
79
diketahui oleh orangtua. Peran guru kelas sebagai mediator dan fasilitator juga
classmeeting, poster-poster di kelas dan sekolah tentang anti bullying, hadist, surat
indikator.Indikator pertama yakni pemberian saran pada pelaku dan saran pada
korban bullying.Indikator yang kedua adalah merujuk kepada guru BK atau psikolog
sekolah apabila diperlukan konseling lebih lanjut pada kasus bullying. Penjelasan dari
kedua aspek tersebut selama penelitian yang dilakukan peneliti akan dipaparkan di
bawah ini.
tanggal tanggal 20 Maret 2017 dimana guru kelas mengatakan kepada Ah untuk
sehingga dapat menyakiti teman secara tidak sengaja. Sedangkan untuk korban yakni
Fr, guru kelas menyarankan untuk tidak langsung mengadu tetapi berkata kalau
dirinya tidak ingin diperlakukan seperti itu. Observasi tanggal 23 Maret 2017
maaf pada At karena telah mencipratkan air dan mematikan lampu kamar
80
mandibersama dengan kakak kelas. Kepada At, guru kelas menyarankan untuk
Pada tanggal 29 Maret 2017 (lampiran 4 dan 5), teramati lewat observasi
bahwa guru kelas menasehati baik kepada korban atau pelaku untuk berhati-hati
dalam memilih tontonan yang baik agar kejadian Ha yang meniru adegan kartun
Penyampaian nasehat dilakukan oleh ustadzah pada saat diskusi classmeeting yang
berada di kelas pada waktu itu karena harus memeriksakan kondisinya yang sedang
sakit.
Kemudian peran guru kelas sebagai penasehat yang memberikan saran pada
pelaku dan korban bullying juga teramati pada tanggal 30 Maret (lampiran 4) yang
oleh ustadzah Ul bahwa kata-kata itu tidak baik dan teman-teman sekelasnya tidak
menyukai tindakan yang dilakukan oleh Ha. Ha diberikan pengertian bahwa apa yang
dilakukannya merupakan akhlak yang tidak baik dan diminta untuk meminta maaf
pada Fr. Sebelumnya, Ha diketahui telah menyebut Fr ‘jelek’ dan menyebut Ty dan
At ‘upil’ tetapi hanya diam saja saat ditanya mengapa melakukan perbuatan tersebut
81
dilakukan sebelumnya. Fr sendiri pada kasus ini menurut observasi yang dilakukan,
mendapatkan saran untuk tidak menangis tetapi langsung melapor pada ustadzah atau
disarankan untuk meminta maaf pada korban.Sedangkan untuk korban, saran dari
ketidaksukaan, berhati-hati, dan mau memaafkan pelaku. Data hasil obserasi ini
diperkuat dengan data hasil wawancara yang dilakukan kepada ustadzah Ul yang
menyebutkan bahwa “pemberian saran ya lewat tabayyun. Jadi kita harus teliti
banget ini melakukan ini karena apa. Dicari tahu, misal karena iseng ya boleh tidak,
dilakukan pada saat classmeeting dimana pelaku dan siswa saling mendengarkan
untuk mencari tahu kronologis kejadian sehingga guru kelas dapat memberi saran
sesuai dengan jenis bullying yang terjadi. Ini sesuai dengan hasil wawancara kepada
masalahnya, misalnya tadi ada pelaku bullying kata-kata. Kan verbal masuknya, jadi
lebih ke, kamu harus jaga mulut, jangan lupa meminta maaf karena kamu suka bikin
temanmu sedih”.
juga diungkapkan oleh kepala sekolah dan guru BK yang mengatakan bahwa saran
menurut Ha, saran yang diberikan kepada pelaku oleh guru kelas adalah disarankan
82
untuk menyelesaikan dan meminta maaf pada korban.Menurut Ar, saran dari guru
dilakukan dan selesaikan lewat tabayyun yakni mencari kebenaran. Saran yang
diberikan pada pelaku ialah untuk meminta maaf pada korban, belajar dirumah,
berhati-hati saat bermain, memilih tontonan yang baik, mencontoh akhlak Rasulullah,
bullying.Sedangkan untuk korban, saran dari guru kelas lebih kepadacara menghindar
memaafkan pelaku. Nasehat yang diterima pelaku dan korban selaku individu
diperlukan konseling lebih lanjut pada kasus bullying dilakukansaat guru kelas tidak
dapat lagi menangani pelaku bullying.Hal ini sesuai dengan hasil dokumentasi
(lampiran 9) buku incident report dan hasil wawancara dengan guru kelas yakni
83
menanganinya gitu. Atau udah destroyer banget biasanya untuk ditenangkan
langsung masuk BK..”
US: “kalau untuk bullyingnya ya semua jenis bullying,mbak. Awalnya
ditangani di wali kelas dulu, kalau tidak bisa, kita ke orangtua, kalau ortu
sudah angkat tangan baru kita lapor ke BK, pakai insiden report. Nah sama
BK nanti diobservasi di kelas itu sampai BK menemukan gejalanya. Nanti
kalau sudah menemukan data-datanya, ada gejala yang harus disembuhkan
nanti baru di test dan di treatmen sama BK atau psikolog sekolah.”
menyebutkan hal yang senada bahwasanya indikator untuk sebuah kasus ditangani
oleh BK adalah ketika guru kelas sudah tidak mampu menangani.Wawancara lebih
pertama kali adalah harus diselesaikan di kelas, kemudian ke BK, apabila BK sudah
tidak bisa menangani maka kasus akan dilanjutkan ke psikolog. Apabila psikolog
sudah menangani dan tidak dapat mengatasi maka langkah selanjutnya akan dibawa
adanya kasus bullying yang dibawa hingga ke BK dan hanya teramati lewat
84
Kesimpulan yang dapat diambil dari peran guru kelas sebagai penasehat
disarankan untuk meminta maaf pada korban, belajar dirumah, berhati-hati saat
bermain, memilih tontonan yang baik, mencontoh akhlak Rasulullah, berdiam diri,
dan tidak bermain dengan permainan yang menjurus ke bullying. Sedangkan untuk
korban saran dari guru kelas lebih kepada cara menghindar dari bullying dengan
saran juga berbeda tergantung dengan perilaku dan jenis bullyingnya. Apabila guru
kelas tidak dapat lagi menangani pelaku bullying maka akan dilakukan perujukan
kepada guru BK atau psikolog sekolah dengan syarat perilaku tersebut dilakukan
hambatan . Hambatan yang teramati ialah sewaktu observasi tanggal 23 Maret 2017
dimana Ak belum mau memintaa maaf secara terbuka. UstadzahUs harus mengulangi
kembali agar Ak mau meminta maaf dengan suara yang jelas karena awalnya Ak
mengucapkan maaf dengan suara yang lirih sehingga At tidak dapat mendengar.
Selain itu hambatan teramati pada tanggal 30 Maret 2017 (lampiran 4) dimana Ha
sebagai pelaku hanya diam saja saat ditanya mengenai penyebab dirinya melakukan
tindak bullying. Hal serupa juga terjadi pada tanggal 7 April 2017 saat Ha
85
teman Ha terhimpit kesakitan dan beberapa piring makanan tumpah, Ha terlihat
menunduk dan diam saat ditanyai oleh Ustadzah Ul. Sedangkan pada tanggal 30
Maret 2017, kendala yang dihadapi adalah saat pelaku yakni Ha tidak mau meminta
maaf kepada korban sampai waktu shalat dhuhur sehingga membuat ustadzah Ul
Dari hasil wawancara, terdapat hambatan lain yang dialami oleh guru kelas
komunikasi antar orangtua pelaku dan guru kelas.Hal ini disampaikan oleh kepala
sekolah SDIT LHI pada wawancara yang dilakukan pada Jumat, 7 April 2017
(lampiran 7) yang mengatakan “kalau dulu sulitnya di jam terbang guru kelas karena
belum ada BK dan psikolog. Kemarin ada masalah komunikasi antara guru dan
orangtua saat penyampaian, bagaimana agar orangtua tidak merasa disalahkan saat
ada kasus.” yang dimaksud dengan jam terbang adalah kemampuan guru kelas dalam
menangani perilaku bullying yang masih kurang dan pada waktu itu SDIT LHI belum
manajemen waktu pengisian incident report karena guru kelas tidak menuliskan
kasus yang terjadi saat itu juga karena tugas guru kelas yang beragam.
UL: “biasanya mengatur anak untuk tidak melakukan lagi. Karena kan suka
seketika itu juga inget besoknya udah lupa lagi. Harus dikuatkan. Terus
kalau mau menangani bullying itu kalau nasehat di rumah dan di sekolah gak
86
sama nanti gak smooth, bisa gagal treatmentnya. Jadi kita minta penguatan
ke orangtua juga kalau perbuatan itu tidak baik, merugikan.Kalau nasehat
kita dimentahkan ortu dirumah ya gagal dong mbak untuk menangani
anaknya.”
US: “kadang kesulitan di anak yang sulit mengungkapkan cerita. Anak yang
kenabullying itu kadang tiba-tiba gak mau sekolah, terus dateng ke sekolah
maunya digendong ayahnya. Tidak mau cerita.Itu kita menggalinya sulit dan
semakin lama. Kalau pelaku itu misal Ha itu suka diem aja kenapa memukul,
kenapa mencubit. Caranya itu kita cerita ke orangtua Alhamdulillah
sekarang anaknya sudah bisa cerita kenapa mukul, kenapa nyubit. Ada juga
yang perlu jeda untuk cerita, misalnya istirahat baru cerita, harapannya ada
masalah anak langsung ngomong. Tapi kan anak beda-beda. jadi perlu
diawasi tapi kan waktu itu nunggu anak bicara itu juga terbatas. Kalau untuk
tenaga kita nggak sulit ya.”
Hasil wawancara terhadap kedua guru kelas ini didapatkan data bahwa
hambatan yang terjadi adalah anak mudah lupa untuk tidak melakukan bullying lagi,
nasehat yang dimentahkan kembali oleh orangtua karena komunikasi yang tidak baik,
tidak adanya waktu untuk menunggu anak mau bercerita saat terkena kasus bullying
karena harus melanjutkan KBM, siswa yang diam saat ditanya alasan melakukan
87
Hasil wawancara sesuai dengan hasil observasi yang telah dikemukakan
diatas yang menemukan bahwa hambatan yang dialami guru kelas saat penanganan
kasus bullying adalah siswa kelas 1 yang mudah lupa dan susah mengungkapkan
cerita saat terkena kasus, dan diam saat dimintai keterangan, tidak adanya waktu
untuk menunggu anak mau bercerita saat terkena kasus bullying karena harus
melanjutkan KBM. Selain itu pelaku juga enggan meminta maaf dan guru harus
komunikasi antar orangtua pelaku dan guru kelas serta kurangnya manajemen waktu
5. Hasil Penanganan yang Dilakukan Oleh Guru Kelas Terhadap Korban dan
Pelaku Bullying
Hasil penanganan guru kelas terhadap korban dan pelaku bullying terbagi
dalam dua indikator. Indikator pertama adalah hasil penanganan terhadap korban,
sesuatu pada Fr dengan sedikit memaksa tetapi Fr mengatakan tidak suka dan
Melihat hal tersebut, Ha lalu meminta maaf pada Fr dan Fr memaafkan Ha kemudian
88
terlihat bahwa korban Fr yang ditempatkan dengan pelaku dalam satu kelompok
mampu membela dirinya sendiri dengan menolak cara Ha yang ingin memaksa Fr
perlakuan teman.
Sedangkan dari observasi dan catatan lapangan tanggal 23 Maret 2017 yakni
kasus At dan Ak, At selaku korban puas dengan kasus bullying yang dilaporkan
olehnya dapat diselesaikan oleh guru kelas (lampiran 4) sehingga hasilnya membuat
At tidak lagi cemberut dan mau kembali ke barisan. Hal ini sama dengan hasil
penanganan pada korban Ar, yang menurut wawancara dan pengakuan Ar adalah ia
“jadi mau berteman lagi, aku maafin”. Ar mengatakan bahwa ia kembali mau
sebelumnya.
(lampiran 7) dengan guru kelas, kepala sekolah dan guru BK mendapatkan hasil yang
sama yakni korban dapat meninggalkan teman dan melaporkan kepada guru kelas
apabila perilaku tersebut masih berlanjut. Setelahnya, korban mau memaafkan pelaku
dan kemudian berteman kembali.Hal berbeda diungkapkan oleh kepala sekolah yang
berkebutuhan ya biasanya sulit karena masih teringat yang dulu-dulu terus tiba-tiba
memukul”. Hal ini disampaikan beliau karena pernah terdapat kasus anak
89
b. Hasil Penanganan Terhadap Pelaku
Hasil penanganan guru kelas terhadap pelaku bullying, dari wawancara yang
dilakukan kepada Ha, Ha menjawab bahwa ia merasa menjadi anak yang baik
dibanding dengan sebelumnya. Hasil wawancara ini sesuai dengan hasil observasi
yang dilakukan tanggal 30 Maret 2017 dimana pelaku yakni Ha sudah membiasakan
diri untuk mengucapkan maaf kepada Fr, dan bekerjasama dalam kelompok serta
berteman dengan Fr. Perilaku ini dibuktikan dengan hasil observasi tanggal 6 April
dengan kata-kata ‘emoh’. Melihat hal tersebut, Ha lalu meminta maaf pada Fr dan Fr
kembali melakukan bullying, walaupun bukan kepada Fr, pada tanggal 7 April 2017
90
Selain itu, ada pula Ah, yang dari hasil observasi tanggal 20 Maret 2017
menunjukkan perilaku lebih berhati-hati saat bermain dengan Fr yang badannya lebih
kecil agar tidak menyakiti. Tetapi pada observasi tanggal 29 Maret 2017 diketahui Ah
dan siswa laki-laki lain kembali bermain tindih-tindihan sehingga perlu diingatkan
Apa yang dilakukan oleh Ah, atau Ha sesuai dengan apa yang dituturkan
oleh kepala sekolah. Hasil penanganan terhadap pelaku menurut ustadzah Ys selaku
kepala sekolah adalah “sama ya mbak kalau kelas 1 bisa langsung minta maaf, terus
misal kelas 1 belum selesai nanti di treatment sampai benar-benar selesai misal kelas
sewaktu awal semester.Pendapat dari ustadzah Ul sendiri adalah “kalau untuk pelaku
ya biasanya jadi lebih hati-hati kalau habis classmeeting. Minta maaf ke korban.
Kalau misal masih melakukan kita juga tabayyun ke orangtua. Itu kalau kasusnya
bullying setelah mendapatkan nasehat dan bimbingan serta telah dimediasi dan
difasilitatori oleh guru kelas menjadi lebih memahami cara agar tidak terbully
sehingga mampu membela dirinya sendiri, mau memaafkan pelaku dan kemudian
berteman kembali. Ini karenana korban puas dengan kasus bullying yang dilaporkan
91
oleh korban dapat diselesaikan oleh guru kelas. Hasil penanganan pada pelaku yang
untuk tidak melakukan bullying, dan mau meminta maaf serta berteman kembali
dengan korban.
LHI dapat menangani perilaku bullying siswa dengan perannya dalam membimbing
siswa, menasehati siswa, dan memediasi serta memfasilitasi siswa sehingga walaupun
terdapat hambatan tetapi hasil dari penanganan oleh guru kelas tersebut tetap dapat
terlihat. Hasil yang diharapkan juga dapat terlihat setelah kasus ditangani oleh guru
kelas yakni korban dapat membela dirinya sendiri, kemudian apabila pelaku masih
juga belum dapat menghilangkan sikapnya untuk terus melakukan bullying maka
treatment dari guru kelas akan terus dilakukan ke kelas selanjutnya (lampiran 7) oleh
Pada aspek peran guru kelas sebagai pembimbing, guru kelas telah
melakukan memberikan informasi mengenai tata tertib kelas dan sekolah tentang
perilaku anti bullying dan menjelaskan pengertian mengenai bullying serta penjelasan
tindakan yang akan diambil saat terjadi bullying. Ini dilakukan agar tercapai tujuan
sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Mudri (2010: 116) yang mengatakan
bahwa guru sebagai pembimbing siswa memiliki arti bahwa guru adalah guide atau
pembimbing yang akan membawa siswa melewati tujuan yang ingin dicapai lewat
92
Aspek kedua adalah peran guru kelas sebagai mediator dan fasilitator yakni
menumbuhkan hubungan positif antar pelaku dan korban lewat penguatan nasihat
positif dari guru kelas, saling mendengarkan pendapat saat classmeeting, meminta
maaf, menempatkan kedua belah pihak dalam satu kelompok agar dapat diawasi,
meminta korban untuk melaporkan tindakan bullying pada guru kelas, dan membuat
kesepakatan antar pelaku dan korban. Penumbuhan hubungan positif juga didapatkan
dari pengetahuan akan adanya konsekuensi saat siswa (pelaku) melakukan bullying
yakni dengan teguran, pengurangan hak, penyelidikan penyebab kasus dapat terjadi
Selain itu peran guru kelas sebagai mediator dan fasilitator dalam hal
mendorong tingkah laku sosial yang baik juga dilakukan oleh guru kelas dengan
kelas juga menggunakan sumber belajar mengenai bullying lewat mata pelajaran
PSHE, star of the week, kartu merah kartu kuning, ceramah dari kepala sekolah saat
upacara, buku cerita, poster-poster di sekolah dan ketikamorning motivation. Hal ini
sesuai dengan pendapat Usman (2009: 9) yang mengatakan bahwa guru sebagai
kegiatan yang dapat mendukung hal ini adalah dengan mendorong berlangsungnya
tingkah laku sosial yang baik diantaranya dengan melakukan tindakan preventif dan
93
kuratif saat terdapat anak yang memiliki masalah, dan menumbuhkan hubungan yang
positif dengan para siswa dimana satu sama lain saling menghormati dan menghargai.
yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar.
Aspek peran guru sebagai penasehat sesuai dengan pendapat Mudri (2010:
116) yakni peran guru sebagai penasehat juga memungkinkan guru untuk
memberikan konseling maupun saran kepada peserta didik maupun orangtua apabila
terjadi hal-hal yang membutuhkan bantuan guru untuk menanganinya. Hal ini
dikarenakan sebagai penasehat, guru kelas telah memberikan saran pada pelakuyang
dilakukan sesuai dengan perilaku dan jenis bullyingnya sedangkan apabila guru kelas
tidak dapat lagi menangani pelaku bullying maka akan dilakukan perujukan kepada
kelas satu yang mudah lupa. Ini sesuai dengan pandangan menurut Balillargeon et al.
& Brendgen (dalam Santrock, 2011: 261) adalah anak laki-laki secara fisik lebih
agresif dibandingkan dengan anak perempuan dan hubungan yang bersifat agresi
menyebabkan anak mudah lupa dan kembali melakukan tindakan bullying baik
disengaja maupun tidak untuk kemudian saling berteman kembali karena menurut
Hurlock (2013: 155) siswa usia sekolah dasar senang bergaul dan bersosialisasi.
Selain itu pelaku susah mengungkapkan cerita saat terkena kasus sehingga sering
94
diam saat dimintai keterangan. Pelaku juga enggan meminta maaf dan guru harus
komunikasi antar orangtua pelaku dan guru kelas padahal hal tersebut penting
dilakukan karena guru kelas dan orangtua harus menjalin kerjasama yang baik dalam
mendidik anak. Hal ini dikarenakan menurut Ki Hajar Dewantara (dalam Dwi
Siswoyo dkk, 2013: 163), orangtua dan guru kelas termasuk dalam tri pusat
pendidikan yang diantaranya memuat alam keluarga, alam keguruan, dan alam
pergerakan pemuda atau masyarakat. Hambatan lain yakni kurangnya waktu untuk
Aspek terakhir adalah hasil penanganan guru kelas terhadap korban dan
pelaku yakni korban menjadi lebih memahami cara agar tidak terbully sehingga
mampu membela dirinya sendiri, mau memaafkan pelaku dan kemudian berteman
kembali karena korban puas dengan kasus bullying yang dilaporkan oleh korban
diselesaikan oleh guru kelas. Penyelesaian kasus bullying yang melibatkan guru
sesuai dengan teori dari Yusuf (2014: 24-26) yang mengatakan bahwa anak memiliki
sifat yang khas terhadap kekuasaan (otoritas) yakni anak menerima otoritas tersebut
sebagai sesuatu yang wajar dan mengharapkan campur tangan kedua pihak tersebut.
Hasil penanganan pada pelaku adalah menjadi lebih berhati-hati untuk tidak
melakukan bullying, dan mau meminta maaf serta berteman kembali dengan korban.
Kemauan siswa untuk dapat saling meminta maaf dan memaafkan kemudian
berteman kembali sesuai dengan pendapat dari Yusuf (2014: 24-26) yang
menyebutkan bahwa perkembangan usia sekolah dasar pada umur 6-12 tahun adalah
95
masa dimana anak relatif lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya
E. Temuan Penelitian
menangani bullying tidak terbatas hanya kepada siswa. Dari hasil wawancara dengan
kepala sekolah dan ustadzah Ul didapatkan informasi bahwa guru kelas juga berperan
untuk menangani orangtua yang memiliki anak dengan masalah bullying (Ha) dengan
dilakukan orangtua bersama anak, seperti contohnya membaca cerita dengan tema
tertentu bersama orangtua. Selain itu, menurut kepala sekolah di SDIT LHI terdapat
sekitar 10% siswa yang bermasalah, termasuk di dalamnya adalah siswa dengan
perilaku bullying di sekolah dan angka tersebut menurut beliau adalah persentase
F. Keterbatasan Penelitian
tersebut adalah peneliti hanya dapat melakukan penelitian pada kelas 1A dan
narasumber pelaku dan korban yang masih berada di kelas 1 menyebabkan kedua
96
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
bahwa peran guru kelas dalam menangani perilaku bullying dapat dijabarkan ke
dalam lima aspek yakni peran guru kelas sebagai pembimbing, mediator dan
fasilitator, penasehat, hambatan dan hasil penanganan terhadap korban dan pelaku.
1. Pada aspek peran guru kelas sebagai pembimbing, terdapat peran guru kelas
informasi pada siswa tentang tata tertib di kelas dan sekolah tentang perilaku anti
bullying diantaranya bersikap baik pada teman, tidak boleh bermain tindih-
tindihan, tidak boleh bermain dalam kelas, tidak merugikan orang lain, tidak
boleh mendorong teman saat berada di diningroom. Peran guru kelas sebagai
yang akan diambil oleh guru kelas saat terdapat kasus bullying tidak dilakukan
lewat sosialisasi tetapi dijelaskan saat adanya emergency classmeeting atau saat
diskusi classmeeting.
2. Peran guru kelas sebagai mediator dan fasilitator dalam menangani perilaku
dicari titik temu antara keinginan korban dan kesanggupan pelaku, bermain
97
bersama di luar kelas, menempatkan dalam satu kelompok antar pelaku dan
kasus dapat terjadi dengan orangtua dan harus meminta maaf pada korban.
Pendorong tingkah laku sosial yang baik dengan adanya piket supervisor selama
istirahat dan pulang sekolah, adanya program star of the week dan penggunaan
kartu kuning dan kartu merah dalam buku parents guide, pengisian incident
sehingga anak terdorong untuk tidak melakukan kasus bullying karena akan malu
3. Peran guru kelas sebagai penasehat dengan indikator pemberian saran pada
pelaku/korban bullying ialah pelaku disarankan untuk meminta maaf pada korban,
mencontoh akhlak Rasulullah, berdiam diri, dan tidak bermain dengan permainan
yang menjurus ke bullying. Sedangkan untuk korban saran dari guru kelas lebih
tergantung dengan perilaku dan jenis bullyingnya. Apabila guru kelas tidak dapat
98
lagi menangani pelaku bullying maka akan dilakukan perujukan kepada guru BK
4. Hambatan yang dialami guru kelas saat penanganan kasus bullying adalah siswa
kelas 1 yang mudah lupa dan susah mengungkapkan cerita saat terkena kasus, dan
diam saat dimintai keterangan, tidak adanya waktu untuk menunggu anak mau
bercerita saat terkena kasus bullying karena harus melanjutkan KBM. Selain itu
pelaku juga enggan meminta maaf dan guru harus mengulang kembali nasehat
yang diberikan. Hambatan lain yakni kendala komunikasi antar orangtua pelaku
dan guru kelas serta kurangnya waktu untuk pengisian incident report.
5. Hasil penanganan yang dilakukan oleh guru kelas terhadap pelaku dan korban
bullying yang pertama ialah pada korban bullying. Hasil yang terlihat korban
difasilitatori oleh guru kelas menjadi lebih memahami cara agar tidak terbully
sehingga mampu membela dirinya sendiri, mau memaafkan pelaku dan kemudian
berteman kembali. Ini karena korban puas dengan kasus bullying yang dilaporkan
olehnya dapat diselesaikan oleh guru kelas. Hasil penanganan pada pelaku adalah
menjadi lebih berhati-hati untuk tidak melakukan bullying, dan mau meminta
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat beberapa hal yang perlu
dievaluasi agar peran guru kelas dalam menangani bullying menjadi lebih baik lagi.
Oleh karena itu, saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai berikut:
99
1. Bagi kepala sekolah
2. Bagi guru
apa saja yang telah diberikan oleh guru kelas kepada korban dan pelaku.
b. Menjalin komunikasi dan kerjasama dengan orangtua siswa lewat kegiatan yang
3. Bagi Orangtua
c. Bekerjasama dengan guru untuk menasehati dan mengingatkan siswa pelaku agar
b. Dapat meneliti angka jumlah siswa wajar yang mengalami masalah bullying di
100
DAFTAR PUSTAKA
Eriksen, Nielsen, & Simonsen. (2012). The Effect of Bullying in Elementary School.
IZA Discussion Paper, 6718, 2.
Habel. (2015). Peran Guru Kelas Membangun Perilaku Sosial Siswa Kelas V Sekolah
Dasar 005 Di Desa Setarap Kecamatan Malinau Selatan Hilir Kabupaten
Malinau. E-journal sosiatri-sosiologi, 3, 14-27.
101
Liputan 6. (2015). Survei ICRW: 85% Anak Indonesia Alami Kekerasan di Sekolah.
Diakses dari http://m.liputan6.com/news/read/2191106/survey-icrw-84-anak-
indonesia-alami-kekerasan-di-sekolah pada 24 Oktober 2016, jam 19.16
Mayer M.J, & Furlong M.J. (2010). How Safe Our School. Educational Researcher,
39, 16-26.
Parkay & Stanford. (2010). Menjadi Seorang Guru Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta
Barat: Indeks
Surilena. (2016). Perilaku Bullying (Perundungan) Pada Anak dan Remaja. Jurnal
CDK-236, 43, 35-37.
102
Usman, M. U. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
103
LAMPIRAN
104
Lampiran 1. Pedoman Observasi
105
mengenai perilaku bullying
Peran Guru Kelas Sebagai
Penasehat
Memberikan saran pada
pelaku/korban bullying
Merujuk kepada guru
BK/Psikolog sekolah apabila
diperlukan konseling lebih lanjut
pada kasus bullying
Hambatan yang dialami oleh
guru kelas saat penanganan
bullying
Kesulitan guru kelas pada saat
menangani kasus bullying
Hasil penanganan yang
dilakukan oleh guru kelas
terhadap pelakau dan korban
bullying
Hasil penanganan terhadap
korban
Hasil penanganan terhadap
pelaku
106
Lampiran 2. Pedoman Wawancara
107
Pendorong tingkah laku sosial yang baik
108
Pedoman wawancara terhadap pelaku
109
Apa saja sumber belajar yang digunakan
guru berikan untuk mengajarkan
mengenai bullying?
Peran guru kelas sebagai penasehat
110
Pedoman wawancara terhadap korban
111
Peran guru kelas sebagai penasehat
112
Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi
PEDOMAN DOKUMENTASI
PERAN GURU KELAS DALAM MENANGANI PERILAKU
BULLYING PADA SISWA SDIT LHI
113
Lampiran 4. Hasil Observasi
Hasil Observasi
114
korbanuntuk saling menghormati keterangan yang sesuai dari kedua belah pihak. Baik Fr ataupun Ah saling
dan menghargai mengoreksi jawaban apabila terdapat ketidaksesuaian dan mengiyakan
pendapat yang benar.
2. Pendorong tingkah laku sosial Tidak teramati
yang baik
3. Pengusahaan sumber belajar Teramati lewat dokumentasi poster safe school zone
mengenai perilaku bullying
Peran Guru Kelas Sebagai
Penasehat
1. Memberikan saran pada Guru menyuruh Ah untuk berhati-hati dan menyuruh Fr untuk
pelaku/korban bullying mengungkapkan ketidaksukaan pada apa yang dilakukan oleh temannya.
2. Merujuk kepada guru Tidak teramati
BK/Psikolog sekolah apabila
diperlukan konseling lebih lanjut
pada kasus bullying
Hambatan yang dialami oleh
guru kelas saat penanganan
bullying
1. Kesulitan guru kelas pada saat Tidak teramati
menangani kasus bullying
Hasil penanganan yang
dilakukan oleh guru kelas
terhadap pelakau dan korban
bullying
115
1. Hasil penanganan terhadap Fr lebih sering menggunakan kata “aku nggak mau” ketika merasa tidak
korban nyaman dengan perlakuan temannya
2. Hasil penanganan terhadap Ah berhati-hati saat bermain dengan Fr dengan tidak melibatkan permainan
pelaku fisik
116
Aspek yang Diamati
No Hari/Tgl Keterangan
Peran Guru Kelas Sebagai
Pembimbing
1. Selasa/21 Pemberian informasi pada siswa Guru memberitahukan kembali peraturan tidak boleh bermain di dalam
Maret 2017 mengenai tata tertib di kelas dan kelas untuk siswa agar mencegah perilaku yang tidak diinginkan terjadi
sekolah tentang perilaku anti
bullying
2. Penjelasan mengenai bullying Tidak teramati
117
mengenai perilaku bullying
Peran Guru Kelas Sebagai
Penasehat
1. Memberikan saran pada Guru menyarankan untuk lebih berhati-hati saat bermain agar tidak
pelaku/korban bullying menimbulkan korban.
2. Merujuk kepada guru Tidak teramati
BK/Psikolog sekolah apabila
diperlukan konseling lebih lanjut
pada kasus bullying
Hambatan yang dialami oleh
guru kelas saat penanganan
bullying
1. Kesulitan guru kelas pada saat Tidak teramati
menangani kasus bullying
Hasil penanganan yang
dilakukan oleh guru kelas
terhadap pelakau dan korban
bullying
1. Hasil penanganan terhadap Mau memaafkan dan kembali bermain dengan semua teman termasuk Af
korban dan Nr.
2. Hasil penanganan terhadap Af dan Nr bermain di luar kelas dengan lebih berhati-hati agar tidak
pelaku menyakiti teman lain.
118
Aspek yang Diamati
No Hari/Tgl Keterangan
Peran Guru Kelas Sebagai
Pembimbing
1. Rabu/22 Pemberian informasi pada siswa Tidak teramati
Maret 2017 mengenai tata tertib di kelas dan
sekolah tentang perilaku anti
bullying
2. Penjelasan mengenai bullying Tidak teramati
119
Peran Guru Kelas Sebagai
Penasehat
1. Memberikan saran pada Tidak teramati
pelaku/korban bullying
2. Merujuk kepada guru Tidak teramati
BK/Psikolog sekolah apabila
diperlukan konseling lebih lanjut
pada kasus bullying
Hambatan yang dialami oleh
guru kelas saat penanganan
bullying
1. Kesulitan guru kelas pada saat Tidak teramati
menangani kasus bullying
Hasil penanganan yang
dilakukan oleh guru kelas
terhadap pelakau dan korban
bullying
1. Hasil penanganan terhadap Tidak teramati
korban
2. Hasil penanganan terhadap Tidak teramati
pelaku
120
Aspek yang Diamati
No Hari/Tgl Keterangan
Peran Guru Kelas Sebagai
Pembimbing
1. Kamis/23 Pemberian informasi pada siswa Ust Lailis mengatakan pada Ak bahwa perbuatannya membuat tidak
Maret 2017 mengenai tata tertib di kelas dan nyaman At yang artinya menyalahi aturan kelas nomer 4 yakni bersikap
sekolah tentang perilaku anti baik dengan teman.
bullying
2. Penjelasan mengenai bullying Tidak teramati
121
Peran Guru Kelas Sebagai
Penasehat
1. Memberikan saran pada Menyarankan Ak untuk meminta maaf dan menyarankan At untuk
pelaku/korban bullying memaafkan
2. Merujuk kepada guru Tidak teramati
BK/Psikolog sekolah apabila
diperlukan konseling lebih lanjut
pada kasus bullying
Hambatan yang dialami oleh
guru kelas saat penanganan
bullying
1. Kesulitan guru kelas pada saat Kesulitan saat Ak belum mau memintaa maaf secara terbuka. Ust Lailis
menangani kasus bullying harus mengulangi kembali agar Ak mau meminta maaf dengan suara yang
keras
Hasil penanganan yang
dilakukan oleh guru kelas
terhadap pelakau dan korban
bullying
1. Hasil penanganan terhadap At tidak cemberut lagi dan mau mengiyakan permintaan maaf Ak dan mau
korban kembali ke dalam barisan.
2. Hasil penanganan terhadap Minggu selanjutnya tidak terdapat laporan bahwa Ak menjahili teman-
pelaku temannya saat ganti di kamar mandi
122
Aspek yang Diamati
No Hari/Tgl Keterangan
Peran Guru Kelas Sebagai
Pembimbing
1. Jumat/24 Pemberian informasi pada siswa Tidak teramati
Maret 2017 mengenai tata tertib di kelas dan
sekolah tentang perilaku anti
bullying
2. Penjelasan mengenai bullying Tidak teramati
123
Peran Guru Kelas Sebagai
Penasehat
1. Memberikan saran pada Tidak teramati
pelaku/korban bullying
2. Merujuk kepada guru Tidak teramati
BK/Psikolog sekolah apabila
diperlukan konseling lebih lanjut
pada kasus bullying
Hambatan yang dialami oleh
guru kelas saat penanganan
bullying
1. Kesulitan guru kelas pada saat Tidak teramati
menangani kasus bullying
Hasil penanganan yang
dilakukan oleh guru kelas
terhadap pelakau dan korban
bullying
1. Hasil penanganan terhadap Tidak teramati
korban
2. Hasil penanganan terhadap Tidak teramati
pelaku
124
Aspek yang Diamati
No Hari/Tgl Keterangan
Peran Guru Kelas Sebagai
Pembimbing
1. Rabu/29 Pemberian informasi pada siswa Ust Heri memberitahu Ah dan siswa laki-laki lain bahwa tidak boleh
Maret 2017 mengenai tata tertib di kelas dan bermain pukul-pukulan atau tindih-tindihan karena akan berakibat sakit
sekolah tentang perilaku anti yang secara tidak langsung menginfomasikan bahwa hal tersebut dapat
bullying merugikan orang lain (aturan nomer 5) sapabila ada teman yang tidak
sengaja terluka saat bermain.
2. Penjelasan mengenai bullying Tidak teramati
3. Penjelasan tindakan yang akan Ust Lina mengatakan akan menyelidiki mengapa suatu kasus bullying dapat
diambil oleh guru kelas saat terjadi antara dua pihak yakni pelaku dan korban serta mencari tahu
terjadi bullying penyebab terjadinya perilaku tersebut.
Peran Guru Kelas Sebagai
Mediator dan Fasilitator
1. Penumbuhan hubungan yang Tidak teramati
positif antar pelaku dan korban
untuk saling menghormati dan
menghargai
2. Pendorong tingkah laku sosial Melihat Ust Lailis menuju lapangan untuk piket supervisor.
yang baik
3. Pengusahaan sumber belajar Lewat classmeeting dan diskusi mana tontonan yang baik.
125
mengenai perilaku bullying
Peran Guru Kelas Sebagai
Penasehat
1. Memberikan saran pada Agar memilih tontonan yang baik, tidak mengandung kekerasan serta
pelaku/korban bullying menyarankan kepada semua siswa (termasuk Ha, Ar dan Ak) untuk
didampingi orangtua saat menonton tv dan mencontoh akhlak Nabi
Muhammad
2. Merujuk kepada guru Tidak teramati
BK/Psikolog sekolah apabila
diperlukan konseling lebih lanjut
pada kasus bullying
Hambatan yang dialami oleh
guru kelas saat penanganan
bullying
1. Kesulitan guru kelas pada saat Tidak teramati
menangani kasus bullying
Hasil penanganan yang
dilakukan oleh guru kelas
terhadap pelakau dan korban
bullying
1. Hasil penanganan terhadap Tidak teramati
korban
2. Hasil penanganan terhadap Tidak teramati
pelaku
126
Aspek yang Diamati
No Hari/Tgl Keterangan
Peran Guru Kelas Sebagai
Pembimbing
1. Kamis/30 Pemberian informasi pada siswa Tidak teramati
Maret 2017 mengenai tata tertib di kelas dan
sekolah tentang perilaku anti
bullying
2. Penjelasan mengenai bullying Ust Lina mengatakan bahwa tindakan yang dilakukan oleh Ha itu
merupakan akhlak yang tidak baik, jelek (secara tidak langsung sudah
merupakan bullying) dan tidak disukai teman
3. Penjelasan tindakan yang akan Memberitahukan Ha bahwa ia tidak dapat bermain sampai ia mau meminta
diambil oleh guru kelas saat maaf pada Fr.
terjadi bullying
Peran Guru Kelas Sebagai
Mediator dan Fasilitator
1. Penumbuhan hubungan yang Menempatkan Fr dan Ha dalam satu kelompok pembuatan maket rumah
positif antar pelaku dan korban impian (catatan lapangan 6 april 2017)
untuk saling menghormati dan
menghargai
2. Pendorong tingkah laku sosial Tidak teramati.
127
yang baik
3. Pengusahaan sumber belajar Tidak teramati
mengenai perilaku bullying
Peran Guru Kelas Sebagai
Penasehat
1. Memberikan saran pada Ust Lina menyarankan pada Fr untuk tidak langsung menangis apabila
pelaku/korban bullying dijahati oleh teman tetapi langsung lapor pada guru kelas atau supervisor
Ust Lina menyarankan Ha untuk belajar di rumah, meminta maaf pada Fr
dan tidak bermain dahulu dengan teman-temannya
2. Merujuk kepada guru Tidak teramati
BK/Psikolog sekolah apabila
diperlukan konseling lebih lanjut
pada kasus bullying
Hambatan yang dialami oleh
guru kelas saat penanganan
bullying
1. Kesulitan guru kelas pada saat Ha belum mau meminta maaf pada Fr sampai shalat dhuhur berlangsung
menangani kasus bullying sehingga Ust Lina perlu mengulang kembali nasehatnya agar Ha mau
meminta maaf pada Fr
Hasil penanganan yang
dilakukan oleh guru kelas
terhadap pelakau dan korban
bullying
1. Hasil penanganan terhadap Fr sudah menggunakan kata ‘emoh’ dan menyatakan ketidaknyamanannya
128
korban ketika diganggu Ha (catatan lapangan 6 April 2017)
2. Hasil penanganan terhadap Ha mulai membiasakan meminta maaf saat merasa bersalah dan dapat
pelaku berteman baik dengan Fr (catt.lapangan 6 april 2017)
129
Aspek yang Diamati
No Hari/Tgl Keterangan
Peran Guru Kelas Sebagai
Pembimbing
1. Rabu/ 5 Pemberian informasi pada siswa Tidak teramati.
April 2017 mengenai tata tertib di kelas dan
sekolah tentang perilaku anti
bullying
2. Penjelasan mengenai bullying Ust Lailis menjelaskan mengenai terkena sesuatu dan dijahati oleh teman
pada siswa dan cara menjaga diri yang dimulai dari diri sendiri
3. Penjelasan tindakan yang akan Siswa disuruh melapor apabila merasa tidak aman ke guru kelas atau
diambil oleh guru kelas saat supervisor agar dapat diselesaikan lewat classmeeting atau lainnya
terjadi bullying
Peran Guru Kelas Sebagai
Mediator dan Fasilitator
1. Penumbuhan hubungan yang Tidak teramati
positif antar pelaku dan korban
untuk saling menghormati dan
menghargai
2. Pendorong tingkah laku sosial Melihat Ust Lailis berada di diningroom untuk piket supervisor.
yang baik
3. Pengusahaan sumber belajar Lewat classmeeting yang diadakan oleh Ust Lailis yang membahas
130
mengenai perilaku bullying mengenai tanggungjawab terhadap diri kita sendiri apabila terkena sesuatu,
merasa tidak aman atau capek yakni dengan melapor pada guru kelas
Peran Guru Kelas Sebagai
Penasehat
1. Memberikan saran pada Tidak teramati
pelaku/korban bullying
2. Merujuk kepada guru Tidak teramati
BK/Psikolog sekolah apabila
diperlukan konseling lebih lanjut
pada kasus bullying
Hambatan yang dialami oleh
guru kelas saat penanganan
bullying
1. Kesulitan guru kelas pada saat Tidak teramati
menangani kasus bullying
Hasil penanganan yang
dilakukan oleh guru kelas
terhadap pelakau dan korban
bullying
1. Hasil penanganan terhadap Tidak teramati
korban
2. Hasil penanganan terhadap Tidak teramati
pelaku
131
Aspek yang Diamati
No Hari/Tgl Keterangan
Peran Guru Kelas Sebagai
Pembimbing
1. Kamis/ 6 Pemberian informasi pada siswa Tidak teramati
April 2017 mengenai tata tertib di kelas dan
sekolah tentang perilaku anti
bullying
2. Penjelasan mengenai bullying Tidak teramati
132
mengenai perilaku bullying
Peran Guru Kelas Sebagai
Penasehat
1. Memberikan saran pada Ust Lina menasehati Fr dan Ha agar tidak bermain tarik-tarikan tangan agar
pelaku/korban bullying tidak ada yang terluka atau berkelahi.
2. Merujuk kepada guru Teramati lewat dokumentasi.
BK/Psikolog sekolah apabila
diperlukan konseling lebih lanjut
pada kasus bullying
Hambatan yang dialami oleh
guru kelas saat penanganan
bullying
1. Kesulitan guru kelas pada saat Tidak teramati
menangani kasus bullying
Hasil penanganan yang
dilakukan oleh guru kelas
terhadap pelakau dan korban
bullying
1. Hasil penanganan terhadap Fr mampu membela dirinya sendiri
korban
2. Hasil penanganan terhadap Ha sudah bersedia meminta maaf pada Fr
pelaku
133
Aspek yang Diamati
No Hari/Tgl Keterangan
Peran Guru Kelas Sebagai
Pembimbing
1. Jumat/ 7 Pemberian informasi pada siswa Ust Lina memberitahukan tata tertib di ruang makan dan peraturan untuk
April 2017 mengenai tata tertib di kelas dan bersikap baik dengan teman pada Ha.
sekolah tentang perilaku anti
bullying
2. Penjelasan mengenai bullying Tidak teramati.
3. Penjelasan tindakan yang akan Ha diberitahu oleh Ust Lina bahwa ada konsekuensi yang akan diberikan
diambil oleh guru kelas saat pada Ha yakni dilarang duduk dengan teman sekelas saat makan dan harus
terjadi bullying duduk dengan ustadz saat makan.
Peran Guru Kelas Sebagai
Mediator dan Fasilitator
1. Penumbuhan hubungan yang Tidak teramati
positif antar pelaku dan korban
untuk saling menghormati dan
menghargai
2. Pendorong tingkah laku sosial Tidak teramati.
yang baik
3. Pengusahaan sumber belajar Tidak teramati
mengenai perilaku bullying
134
Peran Guru Kelas Sebagai
Penasehat
1. Memberikan saran pada Tidak teramati.
pelaku/korban bullying
2. Merujuk kepada guru Tidak teramati
BK/Psikolog sekolah apabila
diperlukan konseling lebih lanjut
pada kasus bullying
Hambatan yang dialami oleh
guru kelas saat penanganan
bullying
1. Kesulitan guru kelas pada saat Ha diam saja saat ditanya alasan melakukan tindakan tersebut.
menangani kasus bullying
Hasil penanganan yang
dilakukan oleh guru kelas
terhadap pelakau dan korban
bullying
1. Hasil penanganan terhadap Tidak teramati
korban
2. Hasil penanganan terhadap Ha menangis pada saat harus duduk dengan ustadz namun tampak tenang
pelaku saat baris pada kegiatan selanjutnya di dalam kelas.
135
Lampiran 5. Catatan Lapangan
CATATAN LAPANGAN
Deskripsi kegiatan :I
Pagi hari saat anak-anak akan shalat dhuha, siswa laki-laki terlihat sedang
yakni Ah berbadan tinggi dan lebih besar dari teman-teman yang lain kemudian
kejadian tersebut lalu memberikan pengertian pada Ah “tidak boleh mas Ah” saat
Deskripsi kegiatan II
merancang rumah impiannya, satu per satu anak-anak kemudian maju untuk
depan kelas. Lalu muncul Fr. Mereka berdua lalu bermain.Kemudian Fr diangkat
oleh Ah dan dijatuhkan di atas konblok yang sedang diperbaiki. Ah lalu berteriak
136
sambil tertawa “Ust..Fr nginjek konblok!”Fr lalu masuk dan mengadu pada
Sama Fr? Tadi mas Fr bilang kalau mas Ah katanya jatuhin Fr pas mainan.”Lalu
Ah membela diri bahwa awalnya Ah sudah meminta ijin untuk menggendong Fr.
mengatakan dengan pelan bahwa “Itu… disitu ust… (sambil menunjuk konblok
yang sedang diperbaiki di depan kelas) kakiku kena pasir mainan pasir hehe”
kotor karena bermain pasir dan mereka berdua tertawa. Ust Lailis yang
kan badan mas Ah besar, badan Fr kecil jadi mas Ah harus hati-hati kalau bermain
sama teman-teman yang badannya lebih kecil dari mas Ah, ya?” kemudian Ah
nggak mau, bilang. Emoh aku nggak mau! Gitu ya Fr?”Fr mengangguk.
137
CATATAN LAPANGAN
Deskripsi kegiatan :
Pada jam istirahat ke dua antara pukul 11.00-12.30 siswa keluar ke dining
room untuk makan siang termasuk kedua ustazah. Kelas kosong kemudian siswa
dengan cara 2-3 siswa menjadi hantu di dalam kelas dan sisanya berperan menjadi
kursi dan meja kelas. Sewaktu berlari keluar, Zn yang berada di depan terdorong
oleh Af dan Nr yang berada di belakangnya ingin keluar dari kelas secepat
mungkin sehingga Zn menabrak pintu kelas dan terjatuh. Di luar pintu kelas
terdapat guru kelas 2a yakni Ust Vita yang bertugas menjadi supervisor dan
baiknya di luar atau di perpus saja. Hal ini juga sebagai salah satu peraturan
sekolah agar tidak terjadi perilaku yang tidak diinginkan salah satunya kekerasan
fisik tidak sengaja.Lalu Ust.Lina datang dan masuk ke dalam kelas sambil
mengingatkan agar tidak ada siswa yang bermain di dalam kelas karena dapat
138
CATATAN LAPANGAN
Deskripsi kegiatan :I
halaman tetapi Ak terlihat tidak peduli dan kembali bermain dengan teman-teman
Deskripsi kegiatan : II
Pukul 13.00 saat Ust.Lailis mengajak siswa untuk berkumpul dan duduk
mencipratkan air ke dalam kamar mandi tempat Ia berganti baju. Ust. Lailis lalu
dan terganggu? At menjawab ia tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Ak.
Ust. Lailis lalu memanggil Ak. Ust Lailis menanyakan pada Ak tadi ganti
dimana? Tadi merasa nyipratin air nggak? Baru kemudian Ust Lailis
139
mematikan lampu saat At sedang berganti baju. Ak kemudian diam agak lama
sampai Ust Lailis bertanya kembali pada Ak, baru kemudian Ak bercerita dan
mengakui sambil sesekali menunduk. Baik Ust Lailis atau At mendengarkan cerita
Ak. Ust Lailis bertanya apakah Ak bersama dengan teman lainnya dan
kakak kelas dan mengetahui keberadaan At di dalam kamar mandi. Ust Lailis lalu
memberi pengertian bahwa apa yang dilakukan itu membuat At tidak nyaman,
takut dan marah lalu menyuruh Ak untuk meminta maaf. Ak awalnya diam saja
hingga Ust Lailis mengatakan bahwa meminta maaf itu tidak perlu malu dan
suaranya sangat lirih sehingga At tidak mendengar sehingga Ust Lailis perlu
meminta maaf dan At memaafkan Ak, Ust Lailis lalu menyuruh mereka untuk
140
CATATAN LAPANGAN
Deskripsi kegiatan :
141
CATATAN LAPANGAN
Deskripsi kegiatan :I
guling di depan kelas, Ust.Heri yang berada di kelas lalu menegur agar jangan
Deskripsi kegiatan : II
Pada saat classmeeting, kelas hanya berisi siswa laki-laki karena siswa
dua banjar barisan saling menghadap antar siswa lalu bertanya satu per satu siswa
mengenai kesenangan siswa menonton tv dan acara apa yang mereka tonton.
Beberapa menjawab suka menonton upin ipin, spongebob sampai acara kartun
lainnya. Ust Lina lalu mengatakan apakah ada yang ingat sewaktu Ha dibantu
142
Akmembungkus kepala Ar dengan plastik? Semua menjawab masih ingat. Lalu
Ust Lina mengatakan bahwa setelah diselidiki dan bertanya pada bundanya Ha,
hal tersebut karena Ha mencontoh adegan di dalam film Larva. Ha menonton film
tersebut saat tidak ditemani oleh Ibunya. Ust Lina lalu saling bertanya jawab
dengan siswa apabila menonton tv sudahkah ditemani ayah bunda? Ada beberapa
yang menjawab ditemani ada yang diam dan ada yang menjawab tidak ditemani.
Ust Lina menyarankan agar mencontoh akhlak Nabi Muhammad yang baik dan
harus ditemani oleh orangtua karena tidak semua tontonan di tv itu baik. Siswa
Ust.Lina apabila memiliki kesalahan kepada siswa hari ini dan menanyakan
143
CATATAN LAPANGAN
Deskripsi kegiatan :I
meja dan sela kursi yang berada di pojok timur ruangan sambil memilin-milin
tangan.Mukanya cemberut.
Deskripsi kegiatan : II
Ust.Lina mendekati Fr yang duduk di pojok kelas dan menanyakan kenapa duduk
sendirian di sini. Fr lalu menangis dan berkata bahwa iadinakali oleh Ha. Ust Lina
lalu bercerita bahwa Ia diejek ‘jelek’ oleh Ha sambil sesegukan. Ust Lina
menanyakan apakah benar Ha melihat kearah Fr saat mengatakan hal tersebut dan
Lalu Ha dipanggil dan duduk diantara Ust Lina dan Fr di pojok kelas kemudian
mengatakan alasannya. Lalu At datang dan mengatakan kepada Ust Lina bahwa
Ha juga mengganggunya saat ganti baju dengan mencipratkan air dan mematikan
144
lampu saat ia tengah ganti baju selepas olahraga di kamar mandi dan menyebut At
serta Ty ‘upil’. Ust Lina lalu mengkonfirmasi pada Ty dan Ha.Ty membenarkan
hal tersebut tetapi Ha hanya diam sambil menunduk.Ust Lina lalu menanyakan
arti ‘upil’ ke Ha tetapi Ha berkata tidak tahu. Ust Lina kemudian bertanya pada
Ha apakah ia mau dipanggil ‘upil’ tetapi Ha tidak mau dipanggil seperti itu yang
artinya ia mengetahui arti dari kata tersebut (kesimpulan Ust Lina), kemudian Ust
Lina membandingkan keadaan saat Ha tidak masuk sekolah dimana tidak ada
dan menunduk. Ha lalu dinasehati oleh Ust Lina bahwa kata-kata itu tidak baik
dan teman-teman sekelasnya tidak menyukai tindakan yang dilakukan oleh Ha. Ha
diberikan pengertian bahwa apa yang dilakukannya merupakan akhlak yang tidak
baik. Hal ini lalu dibenarkan oleh teman-teman sekelasnya yang berada di
sekeliling Ha dan Fr saat Ust Lina menanyakan apakah menyukai perbuatan yang
barusan dilakukan oleh Ha. Teman-teman berkata bahwa Fr tidak jelek dan tidak
menyukai sikap jelek Ha. Ust Lina lalu bertanya apakah Ha ingin belajar sendiri
dirumah? Dan memberitahu konsekuensi yang harus dijalani Ha yakni antara lain
tidak boleh ikut berbaris bersama teman-teman dan harus duduk sendiri agar tidak
mengusili teman lain. Fr sendiri dinasehati oleh Ust Lina agar tidak bermain
dahulu dengan Ha sampai Ha mau meminta maaf padanya dan Fr juga diingatkan
agar jangan langsung menangis saat diejek oleh teman namun langsung melapor
pada ustadzah Lina atau Lailis atau pada supervisor yang ada didekatnya.
atau bermain bersama teman sampai dirinya meminta maaf pada Fr. Hingga
145
dhuhur Ha belum mau meminta maaf kepada Fr hingga perlu diulang kembali
nasehat untuk meminta maaf oleh us Lina agar Ha bersedia meminta maaf.
Ust Lina lalu keluar kelas dan mendiskusikan langkah yang diambil
Ha lakukan yakni berdiam diri di dalam kelas dan larangan sementara untuk
146
CATATAN LAPANGAN
Deskripsi kegiatan :
Saat siswa mengantri untuk mendapatkan cap dari ustadzah, siswa laki-
laki mulai mendorong karena tidak sabar, Ty yang merasa terjepit kemudian
mengadu pada Ust Lailis bahwa dirinya merasa sakit dan tidak nyaman. Tiba-tiba
terdengar suara kursi yang terjatuh akibat Rf tidak hati-hati saat memegang dan
merapikan kursi sehingga hampir mengenai siswa lain yang sekelompok dengan
kaki Ak tersandung kaki Ar yang sedang telungkup. Ak terjatuh dan menindih Ar.
Ust Lailis yang melihat hal tersebut lalu mengumpulkan anak-anak dalam barisan-
barisan kemudian bertanya siapa yang menjaga diri kita apabila kita terkena
sesuatu atau dijahati teman? Siswa menjawab diri kita sendiri. Lalu Ust Lailis
menasehati dengan kalimat bahwa yang menjaga diri kita adalah kita sendiri
sehingga apabila merasa capek atau tidak aman, siswa dapat berisitirahat atau
melapor pada ustadz/ustadzah walikelas atau yang ada di sekitar kejadian agar
siswa dapat dibantu masalahnya hingga selesai lewat classmeeting atau lainnya.
147
CATATAN LAPANGAN
Jam Pelaksanaan :
Deskripsi kegiatan :I
dengan kata-kata ‘emoh’. Melihat hal tersebut, Ha lalu meminta maaf pada Fr dan
kelompok bersama-sama.
Deskripsi kegiatan : II
148
CATATAN LAPANGAN
Deskripsi kegiatan :
Pada saat makan siang, siswa kelas 1a mulai keluar untuk makan bersama
berteriak kesakitan akibat dorongan Ha.Hal ini membuat barisan siswa laki-laki
yang mengantri menjadi tidak rapi dan beberapa makanan berceceran karena
tersenggol teman yang terdorong oleh Ha.Ust Lina yang melihat hal tersebut lalu
menunduk dan diam saat ditanyai oleh Ust Lina. Kemudian Ust Lina menyuruh
Ha untuk mengantri dengan tertib dan dilarang untuk duduk dan makan bersama
Ha. Ha lalu menangis. Namun saat di dalam kelas, Ha tampak tenang saat
149
Lampiran 6. Reduksi, Display dan Kesimpulan Hasil Observasi
150
Tidak teramati meminta pelaku
Observasi 9 (Kamis, 6 April 2017) meminta maaf,
Tidak teramati pengurangan hak
Observasi 10 (Jumat, 7 April 2017) dan crosscheck
Ust Lina memberitahukan tata tertib di antar pelaku dan
ruang makan dan peraturan untuk bersikap korban.
baik dengan teman kepada Ha
B. Penjelasan Observasi 1 (Senin, 20 Maret 2017) Penjelasan mengenai
mengenai Tidak teramati pengertian bullying
bullying Observasi 2 (Selasa, 21 Maret 2017) dilakukan oleh guru
Tidak teramati kelas dengan kalimat
Observasi 3 (Rabu, 22 Maret 2017) yang lebih mudah
Tidak teramati dipahami oleh siswa.
Observasi 4 (Kamis, 23 Maret 2017) Penjelasan tentang
Tidak teramati bullying disampaikan
Observasi 5 (Jumat, 24 Maret 2017) pada saat terjadi suatu
Tidak teramati kasus.
Observasi 6 (Rabu, 29 Maret 2017)
Tidak teramati
Observasi 7 (Kamis, 30 Maret 2017)
Menjelaskan bahwa perilaku Ha termasuk
akhlak yang tidak baik, dan tidak disukai
oleh siswa
Observasi 8 (Rabu, 5 April 2017)
Penjelasan mengenai terkena sesuatu,
dijahati oleh teman dan menjaga diri dari
sendiri agar aman dari Ust Lailis pada
siswa
151
Observasi 9 (Kamis, 6 April 2017)
Tidak teramati
Observasi 10 (Jumat, 7 April 2017)
Tidak teramati
C. Penjelasan Observasi 1 (Senin, 20 Maret 2017) Tidak ada penjelasan
tindakan yang Tidak teramati dari guru sebelumnya.
akan diambil Observasi 2 (Selasa, 21 Maret 2017) Penjelasan tindakan
oleh guru kelas Tidak teramati yang akan diambil
saat terjadi Observasi 3 (Rabu, 22 Maret 2017) oleh guru kelas
bullying Tidak teramati dilakukan saat terjadi
Observasi 4 (Kamis, 23 Maret 2017) bullying dengan
Tidak teramati meminta pelaku untuk
Observasi 5 (Jumat, 24 Maret 2017) meminta maaf pada
Tidak teramati korban, pengurangan
Observasi 6 (Rabu, 29 Maret 2017) hak (tidak boleh
Ust Lina mengatakan akan menyelidiki bermain, tidak boleh
penyebab suatu kasus dapat terjadi lewat duduk dengan teman),
kedua belah pihak yakni dari pihak korban dan melakukan
dan pihak pelaku penyelidikan mengapa
Observasi 7 (Kamis, 30 Maret 2017) suatu kasus dapat
Ha tidak diperbolehkan bermain dan harus terjadi antara korban
meminta maaf pada Fr dan pelaku
Observasi 8 (Rabu, 5 April 2017) (crosscheck)
Siswa disuruh untuk melapor apabila
merasa tidak aman agar guru dapat
menyelesaikan kasus lewat classmeeting
Observasi 9 (Kamis, 6 April 2017)
Tidak teramati
152
Observasi 10 (Jumat, 7 April 2017)
Ada konsekuensi apabila seseorang
melakukan bullying (Ha) diantaranya tidak
boleh duduk bersama teman dan harus
duduk dengan ustadz
2. Peran guru A. Penumbuhan Observasi 1 (Senin, 20 Maret 2017) Cara penumbuhan Peran guru kelas
kelas sebagai hubungan yang Fr maupun Ah saling mengoreksi jawaban hubungan positif antar sebagai mediator dan
mediator dan positif antara dengan Ust Lailis dan masing-masing pelaku dan korban fasilitator bagi pelaku
fasilitator pelaku dan mengiyakan pendapat yang benar. ialah dengan saling dan korban bullying
korban untuk Observasi 2 (Selasa, 21 Maret 2017) mendengarkan diantaranya adalah
saling Ust Vita menyuruh siswa meminta maaf pendapat, meminta dengan:
menghormati dan dan mengingatkan untuk bermain bersama maaf, menempatkan 1. Menumbuhkan
menghargai di luar kelas pelaku dan korban hubungan positif
Observasi 3 (Rabu, 22 Maret 2017) dalam satu kelompok lewat saling
Tidak teramati dan mengawasi mendengarkan
interaksi antar pelaku pendapat, meminta
Observasi 4 (Kamis, 23 Maret 2017) dan korban. maaf,
Menempatkan Ak dan At dalam satu menempatkan
barisan yang sama agar dapat berinteraksi kedua belah pihak
dan menyuruh Ak meminta maaf pada At dalam satu
Observasi 5 (Jumat, 24 Maret 2017) kelompok dan
Tidak teramati mengawasi
Observasi 6 (Rabu, 29 Maret 2017) interaksi antara
Tidak teramati pelaku dan korban.
Observasi 7 (Kamis, 30 Maret 2017) 2. Mendorong
Menempatkan Fr dan Ha pada satu terjadinya tingkah
kelompok pembuatan maket rumah impian laku sosial yang
Observasi 8 (Rabu, 5 April 2017) baik lewat
153
Tidak teramati pengawasan
Observasi 9 (Kamis, 6 April 2017) sebagai supervisor
Membiarkan Fr dan Ha bermain bersama di berbagai tempat
dan bekerja dalam satu kelompok dengan 3. Memiliki berbagai
pengawasan guru agar tidak terjadi kasus sumber belajar
bullying mengenai apa itu
Observasi 10 (Jumat, 7 April 2017) perilaku bullying
Tidak teramati yakni buku cerita,
poster, dan lewat
classmeeting.
154
B. Pendorong Observasi 1 (Senin, 20 Maret 2017) Cara guru kelas untuk
tingkah laku Tidak teramati mendorong terjadinya
sosial yang baik Observasi 2 (Selasa, 21 Maret 2017) tingkah laku sosial
Ust Vita melakukan tugas sebagai yang baik adalah
supervisor di dekat kelas 1a untuk dengan terlibat dalam
mengawasi anak-anak program piket
Observasi 3 (Rabu, 22 Maret 2017) supervisor yang tiap
Tidak teramati minggu sudah
Observasi 4 (Kamis, 23 Maret 2017) dijadwalkan
Tidak teramati
Observasi 5 (Jumat, 24 Maret 2017)
Melihat Ust Lina memakai jaket oranye
untuk piket supervisor
Observasi 6 (Rabu, 29 Maret 2017)
Melihat Ust Lailis menuju lapangan untuk
piket supervisor
Observasi 7 (Kamis, 30 Maret 2017)
Tidak teramati
Observasi 8 (Rabu, 5 April 2017)
Melihat Ust Lailis berada di diningroom
untuk piket supervisor
Observasi 9 (Kamis, 6 April 2017)
Tidak teramati
Observasi 10 (Jumat, 7 April 2017)
Tidak teramati
C. Pengusahaan Observasi 1 (Senin, 20 Maret 2017) Sumber belajar yang
sumber belajar Teramati lewat dokumentasi poster digunakan oleh guru
mengenai stopbullying kelas yakni lewat
155
perilaku bullying Observasi 2 (Selasa, 21 Maret 2017) buku cerita, poster,
Tidak teramati dan lewat diskusi
Observasi 3 (Rabu, 22 Maret 2017) classmeeting yang
Teramati lewat dokumentasi buku cerita diadakan tiap selasa
‘Aku Tidak Memukul Sembarangan’ dan rabu
Observasi 4 (Kamis, 23 Maret 2017)
Tidak teramati
Observasi 5 (Jumat, 24 Maret 2017)
Tidak teramati
Observasi 6 (Rabu, 29 Maret 2017)
Lewat classmeeting dan diskusi tontonan
yang baik oleh Ust Lina
Observasi 7 (Kamis, 30 Maret 2017)
Tidak teramati
Observasi 8 (Rabu, 5 April 2017)
Lewat classmeeting yang diadakan oleh
Ust Lailis membahas tentang
tanggungjawab terhadap diri sendiri
Observasi 9 (Kamis, 6 April 2017)
Tidak teramati
Observasi 10 (Jumat, 7 April 2017)
Tidak teramati
3. Peran guru A. Memberikan Observasi 1 (Senin, 20 Maret 2017) Pemberian saran pada Peran guru kelas
kelas sebagai saran pada Guru mengatakan pada Ah (pelaku) untuk pelaku/korban sebagai penasehat
penasehat pelaku/korban berhati-hati dan menyuruh Fr (korban) bullying oleh guru diantaranya:
bullying untuk mengungkapkan ketidaksukaan pada kelas adalah 1. Memberikan saran
apa yang dilakukan oleh temannya menyarankan untuk pada pelaku dan
Observasi 2 (Selasa, 21 Maret 2017) meminta maaf, belajar korban dengan
156
Guru menyarankan untuk berhati-hati saat di rumah (bagi cara saling
bermain agar tidak menimbulkan korban pelaku), melaporkan, meminta maaf dan
Observasi 3 (Rabu, 22 Maret 2017) mengungkapkan memaafkan,
Tidak teramati ketidaksukaan serta belajar di rumah
Observasi 4 (Kamis, 23 Maret 2017) memaafkan (bagi (pelaku), melapor,
Menyarankan Ak(pelaku) untuk meminta korban), berhati-hati mengungkapkan
maaf dan menyarankan At (korban) untuk saat bermain dan ketidaksukaan,
memaafkan memilih tontonan berhati-hati, dan
Observasi 5 (Jumat, 24 Maret 2017) yang tidak memilih tontonan
Tidak teramati mengandung yang baik
Observasi 6 (Rabu, 29 Maret 2017) kekerasan 2. Memberikan
Menyarankan untuk memilih tontonan rujukan pada
yang baik dan tidak mengandung BK/Psikolog saat
kekerasan dengan didampingi orangtua diperlukan
Observasi 7 (Kamis, 30 Maret 2017) konseling lebih
Ust Lina menyarankan Fr (korban) untuk lanjut.
tidak langsung menangis apabila dijahati
teman tetapi lapor kepada guru kelas atau
spv
Ust Lina menyarankan Ha (pelaku) untuk
belajar di rumah, meminta maaf pada Fr
Observasi 8 (Rabu, 5 April 2017)
Tidak teramati
Observasi 9 (Kamis, 6 April 2017)
Ust Lina menasehati Fr dan Ha agar
berhati-hati dengan tidak bermain tarik-
tarikan tangan
Observasi 10 (Jumat, 7 April 2017)
157
Tidak teramati
B. Merujuk pada Observasi 1 (Senin, 20 Maret 2017) Perujukan ke
guru Tidak teramati BK/Psikolog tidak
BK/Psikolog Observasi 2 (Selasa, 21 Maret 2017) terjadi selama
apabila Tidak teramati observasi tetapi
diperlukan Observasi 3 (Rabu, 22 Maret 2017) teramati lewat
konseling lebih Tidak teramati dokumentasi
lanjut pada kasus Observasi 4 (Kamis, 23 Maret 2017)
bullying Tidak teramati
Observasi 5 (Jumat, 24 Maret 2017)
Tidak teramati
Observasi 6 (Rabu, 29 Maret 2017)
Tidak teramati
Observasi 7 (Kamis, 30 Maret 2017)
Tidak teramati
Observasi 8 (Rabu, 5 April 2017)
Tidak teramati
Observasi 9 (Kamis, 6 April 2017)
Teramati lewat dokumentasi
Observasi 10 (Jumat, 7 April 2017)
Tidak teramati
4. Hambatan Kesulitan guru kelas Observasi 1 (Senin, 20 Maret 2017) Kesulitan yang Hambatan saat
yang dialami saat menangani Tidak teramati dialami oleh guru menangani kasus
oleh guru kelas kasus bullying Observasi 2 (Selasa, 21 Maret 2017) kelas adalah pelaku bullying adalah:
saat Tidak teramati enggan meminta maaf 1. Pelaku enggan
penanganan Observasi 3 (Rabu, 22 Maret 2017) dan guru harus meminta maaf
bullying Tidak teramati mengulang kembali 2. Pelaku diam saat
Observasi 4 (Kamis, 23 Maret 2017) nasehat untuk dimintai
158
Ak tidak mau meminta maaf pada At meminta maaf pada keterangan alasan
secara terbuka sehingga Ust Lailis harus korban serta pelaku melakukan
mengulangi kembali agar Ak mau meminta diam saat diminta tindakan bullying
maaf dengan jelas keterangan
Observasi 5 (Jumat, 24 Maret 2017)
Tidak teramati
Observasi 6 (Rabu, 29 Maret 2017)
Tidak teramati
Observasi 7 (Kamis, 30 Maret 2017)
Ha belum mau meminta maaf pada Fr
sampai waktu dhuhur sehingga Ust Lina
perlu mengulang kembali nasehat agar Ha
mau meminta maaf pada Fr
Observasi 8 (Rabu, 5 April 2017)
Tidak teramati
Observasi 9 (Kamis, 6 April 2017)
Tidak teramati
Observasi 10 (Jumat, 7 April 2017)
Ha diam saat ditanya alasan melakukan
tindakan tersebut
5. Hasil A. Hasil penanganan Observasi 1 (Senin, 20 Maret 2017) Penanganan guru Hasil penanganan
penanganan terhadap korban Fr lebih sering menggunakan kata ‘nggak kelas terhadap korban terhadap korban dan
yang dilakukan mau’ ketika tidak nyaman dengan hasilnya ialah korban pelaku bullying
oleh guru kelas perlakuan teman lebih sering diantaranya adalah:
terhadap Observasi 2 (Selasa, 21 Maret 2017) menunjukkan 1. Korban mampu
pelaku dan Mau memaafkan dan kembali bermain ketidaknyamanan membela dirinya
korban dengan semua teman termasuk Af dan Nr dengan berkata tidak sendiri, mau
bullying Observasi 3 (Rabu, 22 Maret 2017) mau (membela diri), memaafkan pelaku
159
Tidak teramati serta mau memaafkan dan tampak puas
Observasi 4 (Kamis, 23 Maret 2017) pelaku dan korban saat laporan atas
At tidak cemberut lagi lalu masuk kembali tampak puas setelah tindakan bullying
dalam barisan dan mau memaafkan Ak masalahnya teratasi. diselesaikan oleh
Observasi 5 (Jumat, 24 Maret 2017) guru kelas
Tidak teramati 2. Pelaku lebih
Observasi 6 (Rabu, 29 Maret 2017) berhati-hati, tidak
Tidak teramati lagi melakukan
Observasi 7 (Kamis, 30 Maret 2017) bullying, mau
Fr menggunakan kata ‘emoh’ dan meminta maaf dan
menyatakan ketidaknyamanan saat berteman dengan
diganggu Ha korban
Observasi 8 (Rabu, 5 April 2017)
Tidak teramati
Observasi 9 (Kamis, 6 April 2017)
Fr menggunakan kata ‘emoh’ dan
menyatakan ketidaknyamanan saat
diganggu Ha
Observasi 10 (Jumat, 7 April 2017)
Tidak teramati
B. Hasil penanganan Observasi 1 (Senin, 20 Maret 2017) Penanganan terhadap
terhadap pelaku Ah berhati-hati saat bermain dengan Fr pelaku hasilnya ialah
dengan tidak melibatkan permainan fisik pelaku lebih berhati-
Observasi 2 (Selasa, 21 Maret 2017) hati, tidak lagi
Af dan Nr bermain di luar kelas tanpa menyakiti atau
menyakiti teman menjahili teman,
Observasi 3 (Rabu, 22 Maret 2017) menangis, mau
Tidak teramati meminta maaf, dapat
160
Observasi 4 (Kamis, 23 Maret 2017) berteman dan bermain
Tidak terdapat laporan Ak menjahili kembali dengan
teman-temannya saat ganti di kamar mandi korban
Observasi 5 (Jumat, 24 Maret 2017)
Tidak teramati
Observasi 6 (Rabu, 29 Maret 2017)
Tidak teramati
Observasi 7 (Kamis, 30 Maret 2017)
Ha membiasakan meminta maaf saat
merasa bersalah pada teman
Ha dapat berteman baik dengan Fr
Observasi 8 (Rabu, 5 April 2017)
Tidak teramati
Observasi 9 (Kamis, 6 April 2017)
Ha membiasakan meminta maaf saat
merasa bersalah pada teman terutama Fr
Ha dapat berteman baik dengan Fr
Observasi 10 (Jumat, 7 April 2017)
Ha menangis saat menjalani konsekuensi
di diningroom namun tampak tenang saat
kegiatan di dalam kelas
161
Lampiran 7. Reduksi, Display, dan Kesimpulan Hasil Wawancara
A. Narasumber
1. Ust Yunisa (YS) Kepala Sekolah SDIT LHI Jumat, 07 April 2017
2. Ust Lailis (US) Guru Kelas IA Senin, 17 April 2017
3. Ust Lina (UL) Guru Kelas IA Selasa, 18 April 2017
4. Ust Yuni (YN) Guru BK Rabu, 19 April 2017
5. Haekal (HA) Siswa (Pelaku) Jumat, 21 April 2017
6. Arka (AR) Siswa (Korban) Jumat, 21 April 2017
162
buku parents guide. Dari mulai tata cerita saat morning
tertib, aturan, SOP dan tidak ditempel motivation. Siswa
tetapi harapannya di kelas itu belajar mengenai
semuanya sudah diberitahu tentang tindakan guru kelas
parents guide itu. Karena disini kan yang akan diambil
yang dicantumkan dikelas kan saat terjadi bullying
biasanya peraturan kelas. Nggak yang, lewat contextual
tidak boleh memukul. Peraturan nomer learning saat
3 yang meminta maaf, nomer 4 dan 5 classmeeting.
masuk peraturan anti bullying juga.”
YS: “di parents guide sudah ada
semua, dibagikan di pertemuan akbar
tapi tidak ada guru kelas.
Pertemuannya itu stadium general ke
orangtua tapi tidak dijelaskan secara
detail isi parents guide. Tidak dibahas
lagi.”
YN: “biasanya kalau di kelas
kesepakatan siswa-siswanya sama
guru jadi tidak mesti ada bullyingnya
termasuk di kelas 1a”
AR: “hm.. mendengarkan, tidak boleh
bertengkar dengan teman.”
HA: “harus mendengarkan yang baik,
gak boleh main sendiri. Lainnya... gak
tau. Lupa.”
c. Apa saja tata tertib UL: “termasuk tata tertib di sekolah
di sekolah terkait itu juga ada di parents guide itu juga
163
sekolah anti mbak.”
bullying? US: “ada di parents guide juga mbak.”
YS: “kalau bullying ada di parents
guide bagian dicipline policy “
YN: “Keseluruhan kelas itu pas
upacara. Pas awal masuk disampaikan.
Dan dikuatkan lewat morning
motivation. Mengulang-ulang itu
disitu.”
AR: “gak inget”
HA: “dikasih tau tapi lupa.”
d. Bagaimana cara UL: “pemberian infomasi tentang tata
guru kelas tertib itu tidak disampaikan tapi anak
memberikan langsung tau kalau bullying itu tidak
informasi mengenai boleh karena saat ada kasus langsung
tata tertib tersebut? kami tangani dan beri tahu.
memberitahu memakai bahasa yang
dimengerti anak. Seperti bahasa
sehari-hari bertanya ‘ada apa’. Tidak
langsung menghakimi. Tidak kasar
juga kalau bertanya.”
US: “kita banyak role play, kalau
nggak role play kita bikin cerita.
Kalau ada begini, temanmu begini, apa
yang anda lakukan. Jadi kita tidak
hanya memberikan tapi anak-anak
juga ada diskusi, ada clasmeeting.
Setiap masalah pun pasti didiskusikan
164
bersama. Kita diskusi sampai anak
mengerti itu tidak baik dan tidak
dilakukan.. Walaupun hanya satu atau
dua anak yang bermasalah tapi semua
anak harus tahu, tapi ketika sudah
selesai. Jadi masalahnya tidak
diselesaikan di dalam forum besar tapi
si anak diambil terlebih dahulu.
Selesai baru kita bahas. Kan kadang
ada yang tanya tadi kenapa sih ust,
kok begitu tadi kenapa sih ust..gitu.”
YS: “Tidak dalam bentuk sosialisasi
peraturan tapi lebih ke aktifitas, hasil
dari classmeeting, siswa belajar secara
contextual learning kalau ada kasus.
Itu lebih kuat biasanya daripada
berkata ke anak kalau peraturannya ini
ini ini.“
AR: “gak tau. Taunya mendengarkan
dengan baik. ”
HA: “gak dikasih tau.”
Penjelasan mengenai 1. Apa yang diketahui UL: “Bullying itu ketika seorang anak Guru dan warga sekolah
bullying saudara mengenai melakukan tindakan yang tidak mengetahui mengenai
bullying? menyenangkan terhadap orang lain perngertian bullying dan
baik itu fisik, verbal atau gestur misal jenis-jenisnya. Siswa
tatapan mengintimasi itu udah belajar mengenai apa itu
termasuk bullying disini.” bullying lewat
US: “bullying itu tindakan menyakiti classmeeting, dan cerita-
165
baik secara sengaja atau tidak, mulai cerita saat morning
dari verbal, sikap, sosial pergaulan. motivation yang
Memang sumbernya 2 ya verbal dan bertujuan agar anak lebih
fisik.” paham dan dapat
YS: “bullying itu ada 3 macam meneladani dari cerita
sepengetahuan saya. Phsysical kayak tersebut sehingga tidak
menyakiti fisik, verbal lebih ke anak- membully teman.
anak olok-olokan, kemudian yang ke
tiga seperti aku nggak mau main
dengannmu, itu bullying sosial.”
YN: “Bullying itu kan perilaku yang
dia cenderung menyakiti, orang lain,
baik itu psikisl maupun fisik. Dan
disini juga menekankan bahwa
bullying itu tidak hanya kita misalkan
dorong teman sampai terluka tapi juga
bisa fisik, psikis, verbal semacam
umpatan julukan tidak baik. Bullying
fisik ini yang paling diperhatikan oleh
guru kelas.”
AR: “nggak tau bullying.” (tapi
mengetahui kalau perbuatan mengata-
ngatai teman, mencubit dan membuat
teman tidak nyaman itu termasuk
perbuatan nakal)
HA: “tau. Kekerasan. Aku punya
bukunya. Dikasih tau bunda.”
2. Bagaimana caraguru UL: “jadi ketika akan menjelaskan itu
166
kelas untuk kita mencari cerita-cerita bagaimana
menjelaskan Nabi Muhammad menghadapi kalau
bullying? ada umatnya bullying itu. Misalnya
ketika Rasul itu diludahi, dilempari
batu, diejek, diasingkan oleh tetangga.
Kan bisa masuk bullying fisik, sosial
sama verbal. Jadi kita mengambil
siroh nabawiyah. Atau nanti dikaitkan
dengan Al-Qur’an misalnya menjaga
lisan. Atau hadist menjaga lisan kan
ada mbak, yang berkata yang baik atau
diam. Sama surat An-Nisaa yang gak
boleh bisik-bisik ngomongin teman
yang jelek-jelek.”
US: ”kalau secara kosakata dan
langsung, itu jarang. Tapi lebih ke, hal
itu boleh nggak dilakukan? Tidak ‘eh
itu bully lho!’ Itu nggak. Kita pakai
bahasa yang mudah dimengerti anak.
Jadi kita tidak langsung menghakimi
atau marah-marah. Misalnya kiki
kemarin diejek kiko. Terus nanti tanya
ke kiki suka nggak dibegitukan? Terus
kiki jawab gak suka ust. Terus nanti
kan kita manggil yang ngejek, kita
tanya tau nggakkalau kiki nggak suka
dipanggil kiko? Nggak tau ust. Terus
nanti kita bilang, tapi kiki nggak suka
167
lho dipanggil kiko. Kiki nggak mau,
dia sedih. Terus kamu gimana? Nanti
kan anak si pelaku akan bilang, nanti
aku minta maaf dan tidak mengulang
lagi. Gitu mbak.”
YS: “tidak dijelaskan tapi lebih kepada
kegiatan secara langusng lewat
morning motivation atau pas
classmeeting.”
YN: “kalau untuk kelas bawah pakai
konseling kelompok, itu seperti
classmeeting.”
AR: “Nggak tau.”
HA: “nggak tau.”
3. Bagaimana cara UL: “jadi kita itu pagi
guru kelas untuk morningmotivation. Kita kadang suka
memandu siswa menceritakan cerita yang sesuai
agar berperilaku dengan keadaan siswa. Misal kemarin
sesuai aturan di itu ada utang-utangan kartu. Terus
sekolah mengenai nanti kita cari cerita tentang hukum
program sekolah utang-piutang. Intinya kita kan umat
anti bullying? Islam jadi sebisa mungkin apa yang
kita sampaikan mengarah ke Nabi
Muhammad. Insyaallah anak-anak sih
udah paham ya mbak, apa yang
disampaikan gurunya itu orientasinya
kemana. Jadi disini itu gak ada istilah
guru dikte anak. Kita memancing
168
pendapat anak. Selain itu kalau tiap
selesai pelajaran kan kami selalu minta
maaf kalau ada yang salah. Terus
lewat simulasi kayak kemarin itu ada
surat-suratan. Kami jelaskan
bagaimana kalau suratnya jatuh k etas
ust lailis padahal isinya jelek terus
nanti ust lailis marah ke ust lina karena
dikira mengejek ust lailis. Terus nanti
anak kan kami ajak agar mau
ngomong langsung kalau ada masalah,
jangan pakai surat-suratan.”
US: “Seperti yang di awal tadi ya
mbak, kita ada diskusi. Kalau di
rumah kan ada ayah bunda, kalau di
sini siapa? ada banyak teman. Sesama
teman kan bersaudara, nah mau nggak
kamu diginikan? kalau kamu
dikucilkan, nggak diajak teman, mau
nggak? Nggak mau kenapa? Nggak
enak begini-begini.”
YS: “kalau di kita ada beberapa
program untuk membantu. Pertama
ada morning motivasi lebih ke
mencegah kayak input positif cerita-
cerita, siroh. Kemudian ada yang
sudah terjadi bullying ada bagaimana
menangani itu ada di parents guide
169
sudah ada aturan-aturan untuk
emergency classmeeting. Kayak
musyawarah anak.”
AR: “ustdzah bilang jangan diulangi.”
HA: “Ustadzah suka cerita, pas pagi.”
Penjelasan tindakan Bagaimana tindakan UL: “Pake diskusi classmeeting mbak. Tindakan guru kelas
yang akan diambil guru kelas saat terjadi Anak-anak disini juga sudah lumayan ketika terjadi bullying
guru kelas saat terjadi bullying? aware kok kalau ada yang ngomong tergantung jenis bullying,
bullying apa dikit, atau bisik-bisik ngomongin. namun secara
Nanti anak udah aware dengan yang keseluruhan tindakan
kayak gitu terus bilang ke kami.” guru kelas adalah
US: ”langsung mbak pake emergency langusung mengadakan
classmeeting, jadi walaupun sedang emergency classmeeting
pelajaran kalau ada masalah ya sedangkan penjelasan
langsung kita tangani pakai lainjuga didapatkan dari
classmeeting. Jadi kita terbantu diskusi classmeeting.
dengan adanya partner di kelas, kalau
ada kayak gitu ya salah satu kita
segera menyelesaikan.”
YN: “berdasarkan levelnya. Kalau
verbal, masih diingatkan. Kalau sudah
3x melanggar nanti ada ancaman
untuk pemanggilan ortu. Kalau dia
melakukan bullying fisik itu sudah
langsung pemanggilan orangtua.”
YS: “kalau saya kan tidak mengamati
langsung, biasanya lihat dari incident
report itu. Biasanya tergantung jenis
170
bullyingnya apa, kalau masih verbal
ya teguran.”
AR: “diingetin.”
HA: “diselesaikan.”
Peran guru kelas sebagai mediator dan fasilitator terhadap korban dan pelaku
Penumbuhan 1. Bagaimana cara UL: “Langsung aja lapor ke guru kelas Apabila siswa melihat Peran guru kelas
hubungan yang positif siswa yang melihat atau supervisor yang pakai baju perilaku bullying dapat sebagai mediator dan
antar pelaku dan perilakubullying oranye-oranye itu kan kalau misal langsung melapor ke fasilitator adalah
korban untuk saling untuk melapor pada kejadiannya di luar kelas. Lapor saat ustadzah sehingga menumbuhkan
menghormati dan guru? itu juga.” tercipta hubungan positif hubungan positif
menghargai US: “Kita langsung mbak. Kayaknya antar siswa. Selain itu antar pelaku dan
anak-anak disini sudah pada sensitif ya juga dikuatkan kembali korban lewat
untuk masalah itu dan biasanya pemberian nasehat penguatan nasihat
langsung lapor ke kami.” positif, pembuatan positif, pelaporan
YS: “kalau kita yang sering kita kesepakatan antar korban tindakan bullying
tanamkan itu membela diri, baru kalau dan pelaku, pada guru kelas,
sudah bilang tidak suka kok masih pengelompokan antar pembuatan
sama ya nanti lapor ke ustadzah. Itu korban dan pelaku, dan kesepakatan antar
kalau korban, kalau bukan korban bisa saling minta maaf dan korban dan pelaku,
langsung lapor ke ustdaza/ustadzah memaafkan. Selain itu pengelompokan
walikelas atau supervisor kalau pas penumbuhan hubungan antar korban dan
berada di luar kelas.” positif juga didapatkan pelaku, saling maaf
YN: “langsung lapor saja” dari habit training memaafkan. Selain
AR: “ustadzah…disuruh lapor.” pendengar yang baik, itu penumbuhan
HA: “bilang ke ustadzah.” pengetahuan akan adanya hubungan psotif juga
2. Bagaimana cara UL: “Kalau di kelas ini sih konsekuensi saat siswa didapatkan dari
guru kelas Alhamdulillah nggak ada ya mbak. (pelaku) melakukan pengetahuan akan
menumbuhkan Mungkin karena masih kelas bawah. bullying yakni dengan adanya konsekuensi
171
perilaku positif antar Jadi kalau udah minta maaf, maaf- adanya teguran, saat siswa (pelaku)
pelaku dan korban maafan itu ya udah nanti main bareng pengurangan hak, melakukan bullying
di dalam kelas? lagi. Terus nanti juga dikuatkan lagi penyelidikan penyebab yakni dengan adanya
mbak kalau disini kamu itu bebas, kasus dapat terjadi konsekuensi
nggak ada yang boleh ngelarang- dengan orangtua dan diantaranya teguran,
larang kamu atau menakut-nakuti harus meminta maaf pada pengurangan hak,
kamu. Terus bisa juga ditempatkan korban. penyelidikan
dalam satu kelompok biar ada penyebab kasus
interaksi. Dan kami juga bersinergi dapat terjadi dengan
dengan orangtua kan biasanya ortu orangtua dan harus
suka cerita. Kelas 1 juga habit meminta maaf pada
trainingnya ada pendengar yang baik. korban. selain itu
Jadi anak bisa saling mendengarkan tingkah laku sosial
kalau ada yang sedang berbicara.” yang baik juga
US: “Kalau disini alhamdulillah tidak didorong oleh guru
ada anak-anak yang si A dan si B kelas agar dapat
bareng-bareng terus, nge geng gitu itu memediasi kasus
nggak ada. Cuma kemarin memang Ha bullying lewat
itu pernah dijauhi karena teman-teman keikutsertaan guru
lain merasa Ha itu nakal, tapi cuma dalam kegiatan
sebentar. Kita juga biasa supervisor,
menempatkan siswa itu ke dalam pengisiam angket
kelompok secara berbeda-beda. Kalau incidental report,
misal ada masalah seperti bullying itu classmeeting,
kita kerucutkan masalahnya, kita tanya wawancara orangtua,
kedua-duanya ‘tadi kenapa, kok bisa?’ dan classmeeting.
dan suruh minta maaf. Kalau masih Guru kelas juga
dendam kita tunggu, sampai mau menggunakan
172
memaafkan. Tapi kalau dia kita sumber belajar
tunggu sampai maksimal marahnya itu mengenai bullying
masih belum mau jawab dan masih lewat mata pelajaran
diem, kan tandanya masih dendam. PSHE, ceramah dari
nanti kita tanya yang buat kamu marah kepala sekolah,
apa, terus bilang ke pelakunya ‘nak ini cerita di morning
dia masih sakit hati lho, masih marah motivation.
sama kamu. Gimana?’ nanti pelaku
kan bilang kayak ‘aku nggak ulangin
lagi ust’ atau ‘aku bakal diem kok ust’
gitu. Jadi ada deal-deal an disitu antara
pelaku dan korban. Jadi kita masih
awasi korban dan pelaku.”
YS: “diajak bicara bagaimana
perasaanmu, tapi tunggu tenang dulu
agar bisa saling mendengarkan. Baru
di classmeetingkan”
YN: “biasanya dari walikelas mulai
minta maaf, mendamaikan. Kalau
sudah agak berat bisa ke BK.”
AR: “minta maaf”
HA: “suruh minta maaf ke temen.”
3. Apa konsekuensi UL: “Dikasih tahu kalau tidak boleh
yang diterima oleh melakukan itu. Kita tegur pertama-
pelaku saat tama. Tapi kalau udah 3x bullying ya
melakukan tindakan nanti dapat kartu merah. Kalau baru
bullying? sekali nanti dapet 1 kartu kuning. Nah
kartu merah itu akan terhapus kalau
173
sudah melakukan kebaikan tanpa
disuruh. Kalau sudah 3x kartu merah
nanti orangtua dipanggil.”
US: “kadang kita ngurangin istirahat,
kadang kita suruh berdiam diri, kalau
sampai dia fisik bisa sampai skorsing
kalau sampai berulang-ulang. Tapi
bukan di kelas ini. Dan alhamdulillah
kalau udah mengalami itu, anaknya
jadi bisa berpikir lagi tentang
perbuatan dia sewaktu skorsing di
rumah.”
YS: tergantung. Kalau masih ringan
nanti tergantung guru kelas. Atau
kesepakatan teman-teman sekelas.
Kalau sudah dapat peringatan nanti
kayak pengurangan waktu bermain,
atau hal-hal yang tidak dia suka.
Intinya pengurangan hak.”
HA: “suruh diem, menyelesaikan.”
Pendorong tingkah Guru kelas terlibat UL: “Supervisor mbak, itu guru kelas Guru kelas terlibat dalam
laku sosial yang baik dalam kegiatan apa saja sudah ada jadwal piketnya. Biasanya kegiatan supervisor,
dalam menangani kasus supervisor itu ditempatkan di pengisian angket
bullying? playground, lapangan upacara, koridor incidental report,
tengah, selatan di kelas 6 sama classmeeting, wawancara
diningroom. Sama ngisi incidentreport orangtua, star of the
yang nanti diberikan ke BK. Terus ada week, kartu merah kartu
sistem kartu, nanti ada kartu kuning kuning dan diskusi
174
kartu merah tapi kurang efektif classmeeting
walaupun masih jalan. Sistem kartu itu
nanti kalau 3x melakukan bullying kan
dapat kartu merah 1.Tapi dikelas 1
belum jalan, kelas atas sudah. Terus
juga star of the week, itu bisa juga
digunakan untuk menangani kasus.
Misal pelaku liat temannya kok
berbuat baik terus dapet star of the
week nanti kan dia jadi gak bully terus
bisa kita calonkan jadi star of the
week.”
US: “kadang piket jadi supervisor
seminggu tiga kali. Jadwalnya gak
tentu kadang rabu, senin, jumat selama
masing-masing 1 jam.Spv itu
dilakukan setiap anak di luar kelas,
dan setiap hari dari senin-jumat.
Malah setau saya lebih banyak guru
kelasnya yang terlibat disana, tapi itu
di luar kelas. Terus dari BK juga ada
pengisian angket incidental report
untuk menuliskan insiden-insiden
selama di kelas apa saja, butuh di
tangani enggak.”
YS: “wawancara orangtua, diagnosa
kasus lewat emergency classmeeting,
pengisian inciden report, supervisor
175
juga.”
YN: “bisa lewat konseling kelompok
atau classmeeting, kalau incident
report itu guru sebagai pelaksana
teknis dari program BK itu. Supervisor
juga ada guru kelasnya.”
Pengusahaan sumber Apa saja sumber belajar UL: “Lewat PSHE, Physic social Sumber belajar yang
belajar mengenai yang digunakan guru health education, selain itu lewat digunakan adalah mata
perilaku bullying kelas untuk agama. Jadi kita lewat morning pelajaran PSHE, ceramah
mengajarkan mengenai motivation juga kan ada cerita-cerita dari kepala sekolah,
bullying? kayak yang judulnya ‘semua bisa cerita di morning
sedih’ itu kan mengajarkan tentang motivation.
kenapa sih kok orang bisa sedih. Oh
karena dikata-katain, diejek,
dikucilkan. Nah terus ada lagi ini buku
ucapkan dengan baik ini kan isinya
tentang anak yang sukanya nyuruh-
nyuruh teman tanpa bilang makasih
atau tolong, suka kasar sama teman
terus temannya sedih. Jadi
menjelaskan kayak bullying pakai
cerita-cerita itu pas PSHE atau
morning motivation. Pas PSHE juga
saya pernah kasih mereka kertas, terus
ditulis nama anak yang kamu sukai
dan kamu tidak sukai, kenapa
alasanannya apa, nanti kan saya bilang
Cuma ustadzah yang tau jadi harus
176
jujur. Ada yang nulis aku nggak suka
ini karena suka marah-marah, itu ada
mbak. Jadi kita kan tau anak-anak itu
aslinya gimana dan kita tau
treatmentnya seperti apa. Tapi
semester satu.”
US: “lebih ke PSHE sih mbak, masuk
disitu. Physic, Social, Health,
Education. Kayak Pkn kalau di
sekolah biasa. Nanti isinya macem-
macem tapi intinya kita berdiskusi
lewat classsmeeting, cerita nabi, cerita
dari buku-buku di perpus. Pemilihan
sumber belajar didasarkan atas
kebutuhan anak. Kalau misal hari itu
lagi ada kasus pukul-pukulan ya kita
ambil cerita Rasul yang diludahi terus
Rasul tidak balas meludahi,misal.”
YS: “saya biasa kasih ceramah tentang
itu pas upacara, ada PSHE tentang
konsep diri karena secara teori kan
anak kelas awal harus tahu sedih itu
bagaimana, kecewa itu bagaimana.
Belajar secara contextual learning
kalau ada kasus.”
YN: “Morning motivation biasanya,
diulang-ulang. Pakai cerita-cerita
biasanya kalau kelas 1.”
177
AR: “pakai cerita…pas belajar”
HA: “ustadzah suka cerita rasul”
Peran guru kelas sebagai penasehat terhadap pelaku dan korban bullying
Memberikan saran 1. Bagaimana UL: “Pemberian saran ya lewat Pemberian saran pada Peran guru kelas
pada pelaku/korban pemberian saran tabayyun. Jadi kita harus teliti banget pelaku dilakukan sesuai sebagai penasehat
bullying pada pelaku ini melakukan ini karena apa. Dicari dengan perilaku dan jenis diantaranya adalah
bullying? tahu. misal karena iseng ya boleh bullying yang dilakukan memberikan saran
nggak, Kalau kamu dibegitukan kamu tetapi secara umum pada pelaku yang
mau nggak. Kita cari kronologinya.” pelaku disarankan untuk dilakukan sesuai
US: “sesuai dengan masalahnya, meminta maaf. dengan perilaku dan
misalnya tadi ada pelaku bullying Sedangkan untuk korban jenis bullyingnya
kata-kata. Kan verbal masuknya, jadi saran dari guru kelas tetapi secara umum
lebih ke, kamu harus jaga mulut, lebih ke cara menghindar pelaku disarankan
jangan lupa meminta maaf karena dari bullying dan mau untuk meminta maaf.
kamu suka bikin temanmu sedih.” memaafkan pelaku. Sedangkan untuk
YS: “secara individu. Beda-beda korban saran dari
tergantung perilakunya kan biasanya guru kelas lebih ke
kalau kelas bawah bullying fisik. ” cara menghindar dari
YN: “berbeda-beda tergantung bullying dan mau
bullying apa yang dia lakukan. Yang memaafkan pelaku.
paling umum sih meminta maaf dulu.” Namun apabila guru
HA: “Suruh selesaikan, minta maaf. kelas tidak dapat lagi
Ng…lupa” menangani pelaku
2. Bagaimana UL: “biasanya kita kasih tahu kalau bullying maka akan
pemberian saran kamu ngerasa gak nyaman atau dilakukan perujukan
pada korban terintimidasi kamu menjauh dulu, baru kepada guru BK atau
bullying? kemudian lapor. Jadi biar nggak dikit psikolog sekolah
dikit ‘ust..ini’ atau ‘ust..itu’ begitu
178
mbak.”
US: “Kalau untuk korban itu lebih
kepada cara mencegah misal kalau
nggak mau, kamu nggak suka ya
bilang ke temanmu ‘aku nggak suka
kamu beginikan’, terus ditinggalkan
dan lapor ke guru kelas biasanya.”
YS: “langsung pas classmeeting,
besok lagi kalau kamu diginikan kamu
harus pertma-tama bilang kalau tidak
suka, terus tinggalkan, kalau masih
dibully ya teriak atau lapor ke
ustadzah. Seperti itu sudah ada
SOPnya sih mbak.”
YN: “lewat walikelas dulu kan mbak.”
AR: “suruh maafin”
Merujuk kepada guru Perilaku bullying UL: “untuk semua perilaku bullying Perujukan kepada guru
BK/Psikolog sekolah seperti apa yang yang membutuhkan ke BK biasanya BK atau psikolog sekolah
apabila diperlukan membutuhkan rujukan udah berkali-kali dan sudah terlalu dilakukan apabila guru
konseling lebih lanjut ke guru BK atau sering. Ibaratnya iseng tapi sudah kelas sudah tidak mampu
pada kasus bullying psikolog sekolah? menyakiti teman secara fisik. Biasanya menangani perilaku
kita laporan ke BK untuk di observasi pelaku bullying.
dulu. Nanti kita konsultasi dengan BK
kalau udah dirasa abot banget kami
menanganinya gitu. Atau udah
destroyer banget biasanya untuk
ditenangkan langsung masuk BK..”
US: “kalau untuk bullyingnya ya
179
semua jenis bullying,mbak. Awalnya
ditangani di wali kelas dulu, kalau
tidak bisa, kita ke orangtua, kalau ortu
sudah angkat tangan baru kita lapor
ke BK, pakai insiden report. Nah sama
BK nanti diobservasi di kelas itu
sampai BK menemukan gejalanya.
Nanti kalau sudah menemukan data-
datanya, ada gejala yang harus
disembuhkan nanti baru di test dan di
treatmen sama bk atau psikolog
sekolah.”
YS: “biasanya ketika guru kelas sudah
tidak sanggup lagi nanti BK atau
psikolog sekolah akan mengambil
alih.”
YN: “indikatornya wali kelas sudah
tidak sanggup lagi menangani,
sedangkan standar walikelas
kewalahan kan beda-beda. Urutannya
harus diselesaikan di kelas, baru ke
BK, kalau BK sudah tidak bisa nanti
ke psikolog. Nah nanti kalau dari
psikolog ke kepala sekolah.”
Hambatan yang dialami oleh guru kelas saat penanganan bullying
Kesulitan guru kelas Apa saja kesulitan yang UL: “Biasanya mengatur anak untuk Kesulitan penanganan Hambatan yang
pada saat menangani dialami saat terdapat tidak melakukan lagi. Karena kan suka kasus bullying terdapat dialami guru kelas
kasus bullying? seketika itu juga inget besoknya udah pada siswa yang mudah saat penanganan
180
kasus bullying lupa lagi. Harus dikuatkan. Terus lupa dan susah kasus bullying
kalau mau menangani bullying itu mengungkapkan cerita adalah siswa kelas 1
kalau nasehat di rumah dan di sekolah saat terkena kasus, dan yang mudah lupa
gak sama nanti gak smooth, bisa gagal kesulitan dalam waktu dan susah
treatmentnya. Jadi kita minta untuk menunggu anak mengungkapkan
penguatan ke orangtua juga kalau bercerita. Selain itu juga cerita saat terkena
perbuatan itu tidak baik, merugikan. terdapat kendala kasus sehingga
Kalau nasehat kita dimentahkan ortu komunikasi antar waktu guru kelas
dirumah ya gagal dong mbak untuk orangtua pelaku dan guru terbatas, kesulitan
menangani anaknya..” kelas dan manajemen tenaga saat
US: “kadang kesulitan di anak yang waktu untuk menuliskan menangani bullying
sulit mengungkapkan cerita. Anak kasus yang terjadi saat fisik di kelas atas.
yang kena bullying itu kadang tiba- bullying Selain itu juga
tiba gak mau sekolah, terus dateng ke terdapat kendala
sekolah maunya digendong ayahnya. komunikasi antar
Tidak mau cerita. Itu kita menggalinya orangtua pelaku dan
sulit dan semakin lama. Kalau pelaku guru kelas dan
itu misal Ha itu suka diem aja kenapa manajemen waktu
memukul, kenapa mencubit. Caranya untuk menuliskan
itu kita cerita ke orangtua kasus yang terjadi
Alhamdulillah sekarang anaknya saat bullying
sudah bisa cerita kenapa mukul,
kenapa nyubit. Ada juga yang perlu
jeda untuk cerita, misalnya istirahat
baru cerita, harapannya ada masalah
anak langsung ngomong. Tapi kan
anak beda-beda. jadi perlu diawasi tapi
kan waktu itu nunggu anak bicara itu
181
juga terbatas. Kalau untuk tenaga kita
nggak sulit ya, tapi beda kalau di kelas
atas kan badannya besar-besar.”
YS: “kalau dulu sulitnya di jam
terbang guru kelas karena belum ada
BK dan psikolog. Kemarin ini ada
masalah komunikasi antara guru dan
orangtua saat penyampaian agar
orangtua tidak merasa disalahkan saat
ada kasus. Termasuk kasus Ha itu kan
orangtuanya juga awalnya tidak
terima. Tapi kemarin sudah saya
selesaikan bagaimana cara
mengcounter ke ortu.Kalau disini kan
kasus seperti bullying seperti HA dan
anak yang bermasalah ada
sekitar…10% dan itu masih terhitung
wajar ya”
YN: “kadang guru kelas tidak
menuliskan kasus yang terjadi saat itu
juga tapi misal seminggu baru ditulis.
Jadi sudah banyak yang lupa. Itu
karena tugas guru kelas kan banyak
juga sih mbak.”
Hasil dari penanganan yang dilakukan oleh guru kelas terhadap pelaku dan korban bullying
Hasil penanganan Bagaimana hasil dari UL: “Kalau untuk korban jadi lebih Hasil penanganan korban Hasil penanganan
terhadap korban penanganan bullying paham harus gimana kalau dia merasa menjadi lebih memahami terhadap koban ialah
pada korban? tidak aman atau terbully.” cara agar tidak terbully, korban menjadi lebih
182
US: “anak jadi lebih aware dan mau dan mau memaafkan memahami cara agar
memaafkan temannya. Biasanya kalau pelaku kemudian tidak terbully, dan
disini kan bisa langsung memaafkan berteman kembali. mau memaafkan
terus main bareng lagi.” pelaku kemudian
YS: “bisa langsung memaafkan, berteman kembali
kecuali anak-anak berkebutuhan ya. kemudian hasil
Pelaku dan korban itu bisa langsung penanganan pada
baikan.” pelaku adalah
YN: “kalau saya kan tidak mengamati menjadi lebih
langsung, hanya lewat incident report, berhati-hati untuk
biasanya korban setelah classmeeting tidak melakukan
mau memaafkan pelaku mbak.” bullying, dan mau
AR: “jadi berteman lagi, aku maafin.” meminta maaf
Hasil dari penanganan Bagaimana hasil dari UL: “Kalau untuk pelaku ya biasanya Hasil penanganan
terhadap pelaku penanganan bullying jadi lebih hati-hati kalau habis terhadap pelaku adalah
pada pelaku? classmeeting. Minta maaf ke korban. perilaku pelaku menjadi
Kalau misal masih melakukan kita lebih baik dengan
juga tabayyun ke orangtua. Itu kalau berhati-hati untuk tidak
kasusnya berat.” melakukan bullying, dan
US: “Alhamdulillah, kelihatan mbak, mau meminta maaf pada
perkembangannya jadi bagus. Kita kan korban
kerjasama dengan orangtua. Kita
semangati lagi biar perilakunya baik.”
YS: “sama ya mbak kalau kelas 1 bisa
langsung minta maaf, terus main
bareng terus terus bullying lagi.
Perlahan-lahan memang treatmennya.
Kalau misal kelas 1 belum selesai
183
nanti di treatment sampai benar-benar
selesai misal kelas 4 baru selesai
treatmentnya. ”
YN: “kalau untuk Ha perilakunya
sudah berkurang setelah orangtuanya
dipanggil. Jadi kan nanti orangtua juga
di treatmen bersama anak dengan
memberikan tugas misal baca buku
dengan tema ini bersama anak. Itu
guru kelas juga berperan.”
HA: “aku jadi baik”
184
Lampiran 8. Contoh Triangulasi Sumber
185
Pertemuannya itu stadium general ke
orangtua tapi tidak dijelaskan secara
detail isi parents guide. Tidak dibahas
lagi.”
YN: “biasanya kalau di kelas
kesepakatan siswa-siswanya sama
guru jadi tidak mesti ada bullyingnya
termasuk di kelas 1a”
AR: “hm.. mendengarkan, tidak boleh
bertengkar dengan teman.”
HA: “harus mendengarkan yang baik,
gak boleh main sendiri. Lainnya... gak
tau. Lupa.”
UL: “termasuk tata tertib di sekolah
itu juga ada di parents guide itu juga
mbak.”
US: “ada di parents guide juga mbak.”
YS: “kalau bullying ada di parents
guide bagian dicipline policy “
YN: “Keseluruhan kelas itu pas
upacara. Pas awal masuk disampaikan.
Dan dikuatkan lewat morning
motivation. Mengulang-ulang itu
disitu.”
AR: “gak inget”
HA: “dikasih tau tapi lupa.”
UL: “pemberian infomasi tentang tata
tertib itu tidak disampaikan tapi anak
186
langsung tau kalau bullying itu tidak
boleh karena saat ada kasus langsung
kami tangani dan beri tahu.
memberitahu memakai bahasa yang
dimengerti anak. Seperti bahasa
sehari-hari bertanya ‘ada apa’. Tidak
langsung menghakimi. Tidak kasar
juga kalau bertanya.”
US: “kita banyak role play, kalau
nggak role play kita bikin cerita.
Kalau ada begini, temanmu begini, apa
yang anda lakukan. Jadi kita tidak
hanya memberikan tapi anak-anak
juga ada diskusi, ada clasmeeting.
Setiap masalah pun pasti didiskusikan
bersama. Kita diskusi sampai anak
mengerti itu tidak baik dan tidak
dilakukan.. Walaupun hanya satu atau
dua anak yang bermasalah tapi semua
anak harus tahu, tapi ketika sudah
selesai. Jadi masalahnya tidak
diselesaikan di dalam forum besar tapi
si anak diambil terlebih dahulu.
Selesai baru kita bahas. Kan kadang
ada yang tanya tadi kenapa sih ust,
kok begitu tadi kenapa sih ust..gitu.”
YS: “Tidak dalam bentuk sosialisasi
peraturan tapi lebih ke aktifitas, hasil
187
dari classmeeting, siswa belajar secara
contextual learning kalau ada kasus.
Itu lebih kuat biasanya daripada
berkata ke anak kalau peraturannya ini
ini ini.“
AR: “gak tau. Taunya mendengarkan
dengan baik. ”
HA: “gak dikasih tau.”
Penjelasan UL: “Bullying itu ketika seorang anak Guru dan warga sekolah
mengenai bullying melakukan tindakan yang tidak mengetahui mengenai
menyenangkan terhadap orang lain perngertian bullying dan
baik itu fisik, verbal atau gestur misal jenis-jenisnya. Siswa
tatapan mengintimasi itu udah belajar mengenai apa itu
termasuk bullying disini.” bullying lewat
US: “bullying itu tindakan menyakiti classmeeting, dan cerita-
baik secara sengaja atau tidak, mulai cerita saat morning
dari verbal, sikap, sosial pergaulan. motivation yang
Memang sumbernya 2 ya verbal dan bertujuan agar anak lebih
fisik.” paham dan dapat
YS: “bullying itu ada 3 macam meneladani dari cerita
sepengetahuan saya. Phsysical kayak tersebut sehingga tidak
menyakiti fisik, verbal lebih ke anak- membully teman.
anak olok-olokan, kemudian yang ke
tiga seperti aku nggak mau main
dengannmu, itu bullying sosial.”
YN: “Bullying itu kan perilaku yang
dia cenderung menyakiti, orang lain,
baik itu psikisl maupun fisik. Dan
188
disini juga menekankan bahwa
bullying itu tidak hanya kita misalkan
dorong teman sampai terluka tapi juga
bisa fisik, psikis, verbal semacam
umpatan julukan tidak baik. Bullying
fisik ini yang paling diperhatikan oleh
guru kelas.”
AR: “nggak tau bullying.” (tapi
mengetahui kalau perbuatan mengata-
ngatai teman, mencubit dan membuat
teman tidak nyaman itu termasuk
perbuatan nakal)
HA: “tau. Kekerasan. Aku punya
bukunya. Dikasih tau bunda.”
UL: “jadi ketika akan menjelaskan itu
kita mencari cerita-cerita bagaimana
Nabi Muhammad menghadapi kalau
ada umatnya bullying itu. Misalnya
ketika Rasul itu diludahi, dilempari
batu, diejek, diasingkan oleh tetangga.
Kan bisa masuk bullying fisik, sosial
sama verbal. Jadi kita mengambil
siroh nabawiyah. Atau nanti dikaitkan
dengan Al-Qur’an misalnya menjaga
lisan. Atau hadist menjaga lisan kan
ada mbak, yang berkata yang baik atau
diam. Sama surat An-Nisaa yang gak
boleh bisik-bisik ngomongin teman
189
yang jelek-jelek. ”
US: ”kalau secara kosakata dan
langsung, itu jarang. Tapi lebih ke, hal
itu boleh nggak dilakukan? Tidak ‘eh
itu bully lho!’ Itu nggak. Kita pakai
bahasa yang mudah dimengerti anak.
Jadi kita tidak langsung menghakimi
atau marah-marah. Misalnya kiki
kemarin diejek kiko. Terus nanti tanya
ke kiki suka nggak dibegitukan? Terus
kiki jawab gak suka ust. Terus nanti
kan kita manggil yang ngejek, kita
tanya tau nggakkalau kiki nggak suka
dipanggil kiko? Nggak tau ust. Terus
nanti kita bilang, tapi kiki nggak suka
lho dipanggil kiko. Kiki nggak mau,
dia sedih. Terus kamu gimana? Nanti
kan anak si pelaku akan bilang, nanti
aku minta maaf dan tidak mengulang
lagi. Gitu mbak.”
YS: “tidak dijelaskan tapi lebih kepada
kegiatan secara langusng lewat
morning motivation atau pas
classmeeting.”
YN: “kalau untuk kelas bawah pakai
konseling kelompok, itu seperti
classmeeting.”
AR: “Nggak tau.”
190
HA: “nggak tau.”
UL: “jadi kita itu pagi morning
motivation. Kita kadang suka
menceritakan cerita yang sesuai
dengan keadaan siswa. Misal kemarin
itu ada utang-utangan kartu. Terus
nanti kita cari cerita tentang hukum
utang-piutang. Intinya kita kan umat
Islam jadi sebisa mungkin apa yang
kita sampaikan mengarah ke Nabi
Muhammad. Insyaallah anak-anak sih
udah paham ya mbak, apa yang
disampaikan gurunya itu orientasinya
kemana. Jadi disini itu gak ada istilah
guru dikte anak. Kita memancing
pendapat anak. Selain itu kalau tiap
selesai pelajaran kan kami selalu minta
maaf kalau ada yang salah. Terus
lewat simulasi kayak kemarin itu ada
surat-suratan. Kami jelaskan
bagaimana kalau suratnya jatuh ke tas
ust lailis padahal isinya jelek terus
nanti ust lailis marah ke ust lina karena
dikira mengejek ust lailis. Terus nanti
anak kan kami ajak agar mau
ngomong langsung kalau ada masalah,
jangan pakai surat-suratan.”
US: “Seperti yang di awal tadi ya
191
mbak, kita ada diskusi. Kalau di
rumah kan ada ayah bunda, kalau di
sini siapa? ada banyak teman. Sesama
teman kan bersaudara, nah mau nggak
kamu diginikan? kalau kamu
dikucilkan, nggak diajak teman, mau
nggak? Nggak mau kenapa? Nggak
enak begini-begini. ”
YS: “kalau di kita ada beberapa
program untuk membantu. Pertama
ada morning motivasi lebih ke
mencegah kayak input positif cerita-
cerita, siroh. Kemudian ada yang
sudah terjadi bullying ada bagaimana
menangani itu ada di parents guide
sudah ada aturan-aturan untuk
emergency classmeeting. Kayak
musyawarah anak.”
AR: “ustdzah bilang jangan diulangi.”
HA: “ustadzah suka cerita, pas pagi.”
Penjelasan tindakan UL: “Pake diskusi classmeeting mbak. Tindakan guru kelas
yang akan diambil guru Anak-anak disini juga sudah lumayan ketika terjadi bullying
kelas saat terjadi aware kok kalau ada yang ngomong tergantung jenis bullying,
bullying apa dikit, atau bisik-bisik ngomongin. namun secara
Nanti anak udah aware dengan yang keseluruhan tindakan
kayak gitu terus bilang ke kami.” guru kelas adalah
US: ”langsung mbak pake emergency langusung mengadakan
classmeeting, jadi walaupun sedang emergency classmeeting
192
pelajaran kalau ada masalah ya sedangkan penjelasan
langsung kita tangani pakai lain juga didapatkan dari
classmeeting. Jadi kita terbantu diskusi classmeeting.
dengan adanya partner di kelas, kalau
ada kayak gitu ya salah satu kita
segera menyelesaikan.”
YN: “berdasarkan levelnya. Kalau
verbal, masih diingatkan. Kalau sudah
3x melanggar nanti ada ancaman
untuk pemanggilan ortu. Kalau dia
melakukan bullying fisik itu sudah
langsung pemanggilan orangtua.”
YS: “kalau saya kan tidak mengamati
langsung, biasanya lihat dari incident
report itu. Biasanya tergantung jenis
bullyingnya apa, kalau masih verbal
ya teguran.”
AR: “diingetin.”
HA: “diselesaikan.”
Peran guru kelas Penumbuhan UL: “Langsung aja lapor ke guru kelas Apabila siswa melihat Peran guru kelas
sebagai mediator hubungan yang atau supervisor yang pakai baju perilaku bullying dapat sebagai mediator dan
dan fasilitator positif antar pelaku oranye-oranye itu kan kalau misal langsung melapor ke fasilitator adalah
terhadap korban dan dan korban untuk kejadiannya di luar kelas. Lapor saat ustadzah sehingga menumbuhkan
pelaku saling menghormati itu juga.” tercipta hubungan positif hubungan positif
dan menghargai US: “Kita langsung mbak. Kayaknya antar siswa. Selain itu antar pelaku dan
anak-anak disini sudah pada sensitif ya juga dikuatkan kembali korban lewat
untuk masalah itu dan biasanya pemberian nasehat penguatan nasihat
langsung lapor ke kami.” positif, pembuatan positif, pelaporan
193
YS: “kalau kita yang sering kita kesepakatan antar korban tindakan bullying
tanamkan itu membela diri, baru kalau dan pelaku, pada guru kelas,
sudah bilang tidak suka kok masih pengelompokan antar pembuatan
sama ya nanti lapor ke ustadzah. Itu korban dan pelaku, dan kesepakatan antar
kalau korban, kalau bukan korban bisa saling minta maaf dan korban dan pelaku,
langsung lapor ke ustadz/ustadzah memaafkan. Selain itu pengelompokan
walikelas atau supervisor kalau pas penumbuhan hubungan antar korban dan
berada di luar kelas.” positif juga didapatkan pelaku, saling maaf
YN: “langsung lapor saja” dari habit training memaafkan. Selain
AR: “ustadzah…disuruh lapor.” pendengar yang baik, itu penumbuhan
HA: “bilang ke ustadzah.” pengetahuan akan adanya hubungan psotif juga
UL: “Kalau di kelas ini sih konsekuensi saat siswa didapatkan dari
Alhamdulillah nggak ada ya mbak. (pelaku) melakukan pengetahuan akan
Mungkin karena masih kelas bawah. bullying yakni dengan adanya konsekuensi
Jadi kalau udah minta maaf, maaf- adanya teguran, saat siswa (pelaku)
maafan itu ya udah nanti main bareng pengurangan hak, melakukan bullying
lagi. Terus nanti juga dikuatkan lagi penyelidikan penyebab yakni dengan adanya
mbak kalau disini kamu itu bebas, kasus dapat terjadi konsekuensi
nggak ada yang boleh ngelarang- dengan orangtua dan diantaranya teguran,
larang kamu atau menakut-nakuti harus meminta maaf pada pengurangan hak,
kamu. Terus bisa juga ditempatkan korban. penyelidikan
dalam satu kelompok biar ada penyebab kasus
interaksi. Dan kami juga bersinergi dapat terjadi dengan
dengan orangtua kan biasanya ortu orangtua dan harus
suka cerita. Kelas 1 juga habit meminta maaf pada
trainingnya ada pendengar yang baik. korban. selain itu
Jadi anak bisa saling mendengarkan tingkah laku sosial
kalau ada yang sedang berbicara.” yang baik juga
194
US: “Kalau disini alhamdulillah tidak didorong oleh guru
ada anak-anak yang si A dan si B kelas agar dapat
bareng-bareng terus, nge geng gitu itu memediasi kasus
nggak ada. Cuma kemarin memang Ha bullying lewat
itu pernah dijauhi karena teman-teman keikutsertaan guru
lain merasa Ha itu nakal, tapi cuma dalam kegiatan
sebentar. Kita juga biasa supervisor,
menempatkan siswa itu ke dalam pengisiam angket
kelompok secara berbeda-beda. Kalau incidental report,
misal ada masalah seperti bullying itu classmeeting,
kita kerucutkan masalahnya, kita tanya wawancara orangtua,
kedua-duanya ‘tadi kenapa, kok bisa?’ dan classmeeting.
dan suruh minta maaf. Kalau masih Guru kelas juga
dendam kita tunggu, sampai mau menggunakan
memaafkan. Tapi kalau dia kita sumber belajar
tunggu sampai maksimal marahnya itu mengenai bullying
masih belum mau jawab dan masih lewat mata pelajaran
diem, kan tandanya masih dendam. PSHE, ceramah dari
nanti kita tanya yang buat kamu marah kepala sekolah,
apa, terus bilang ke pelakunya ‘nak ini cerita di morning
dia masih sakit hati lho, masih marah motivation.
sama kamu. Gimana?’ nanti pelaku
kan bilang kayak ‘aku nggak ulangin
lagi ust’ atau ‘aku bakal diem kok ust’
gitu. Jadi ada deal-deal an disitu antara
pelaku dan korban. Jadi kita masih
awasi korban dan pelaku.”
YS: “diajak bicara bagaimana
195
perasaanmu, tapi tunggu tenang dulu
agar bisa saling mendengarkan. Baru
di classmeeting kan”
YN: “biasanya dari walikelas mulai
minta maaf, mendamaikan. Kalau
sudah agak berat bisa ke BK.”
AR: “minta maaf”
HA: “suruh minta maaf ke temen.”
UL: “Dikasih tahu kalau tidak boleh
melakukan itu. Kita tegur pertama-
tama. Tapi kalau udah 3x bullying ya
nanti dapat kartu merah. Kalau baru
sekali nanti dapet 1 kartu kuning. Nah
kartu merah itu akan terhapus kalau
sudah melakukan kebaikan tanpa
disuruh. Kalau sudah 3x kartu merah
nanti orangtua dipanggil.”
US: “kadang kita ngurangin istirahat,
kadang kita suruh berdiam diri, kalau
sampai dia fisik bisa sampai skorsing
kalau sampai berulang-ulang. Tapi
bukan di kelas ini. Dan alhamdulillah
kalau udah mengalami itu, anaknya
jadi bisa berpikir lagi tentang
perbuatan dia sewaktu skorsing di
rumah.”
YS: tergantung. Kalau masih ringan
nanti tergantung guru kelas. Atau
196
kesepakatan teman-teman sekelas.
Kalau sudah dapat peringatan nanti
kayak pengurangan waktu bermain,
atau hal-hal yang tidak dia suka.
Intinya pengurangan hak.”
HA: “suruh diem, menyelesaikan.”
Pendorong tingkah laku UL: “Supervisor mbak, itu guru kelas Guru kelas terlibat dalam
sosial yang baik sudah ada jadwal piketnya. Biasanya kegiatan supervisor,
supervisor itu ditempatkan di pengisian angket
playground, lapangan upacara, koridor incidental report,
tengah, selatan di kelas 6 sama classmeeting, wawancara
diningroom. Sama ngisi incident orangtua, star of the
report yang nanti diberikan ke BK. week, kartu merah kartu
Terus ada sistem kartu, nanti ada kartu kuning dan diskusi
kuning kartu merah tapi kurang efektif classmeeting
walaupun masih jalan. Sistem kartu itu
nanti kalau 3x melakukan bullying kan
dapat kartu merah 1. Tapi dikelas 1
belum jalan, kelas atas sudah. Terus
juga star of the week, itu bisa juga
digunakan untuk menangani kasus.
Misal pelaku liat temannya kok
berbuat baik terus dapet star of the
week nanti kan dia jadi gak bully terus
bisa kita calonkan jadi star of the
week. ”
US: “kadang piket jadi supervisor
seminggu tiga kali. Jadwalnya gak
197
tentu kadang rabu, senin, jumat selama
masing-masing 1 jam. Spv itu
dilakukan setiap anak di luar kelas,
dan setiap hari dari senin-jumat.
Malah setau saya lebih banyak guru
kelasnya yang terlibat disana, tapi itu
di luar kelas. Terus dari BK juga ada
pengisian angket incidental report
untuk menuliskan insiden-insiden
selama di kelas apa saja, butuh di
tangani enggak.”
YS: “wawancara orangtua, diagnosa
kasus lewat emergency classmeeting,
pengisian inciden report, supervisor
juga.”
YN: “bisa lewat konseling kelompok
atau classmeeting, kalau incident
report itu guru sebagai pelaksana
teknis dari program BK itu. Supervisor
juga ada guru kelasnya.”
Pengusahaan sumber UL: “Lewat PSHE, Physic social Sumber belajar yang
belajar mengenai health education, selain itu lewat digunakan adalah mata
perilaku bullying agama. Jadi kita lewat morning pelajaran PSHE, ceramah
motivation juga kan ada cerita-cerita dari kepala sekolah,
kayak yang judulnya ‘semua bisa cerita di morning
sedih’ itu kan mengajarkan tentang motivation.
kenapa sih kok orang bisa sedih. Oh
karena dikata-katain, diejek,
198
dikucilkan. Nah terus ada lagi ini buku
ucapkan dengan baik ini kan isinya
tentang anak yang sukanya nyuruh-
nyuruh teman tanpa bilang makasih
atau tolong, suka kasar sama teman
terus temannya sedih. Jadi
menjelaskan kayak bullying pakai
cerita-cerita itu pas PSHE atau
morning motivation. Pas PSHE juga
saya pernah kasih mereka kertas, terus
ditulis nama anak yang kamu sukai
dan kamu tidak sukai, kenapa
alasanannya apa, nanti kan saya bilang
Cuma ustadzah yang tau jadi harus
jujur. Ada yang nulis aku nggak suka
ini karena suka marah-marah, itu ada
mbak. Jadi kita kan tau anak-anak itu
aslinya gimana dan kita tau
treatmentnya seperti apa. Tapi
semester satu.”
US: “lebih ke PSHE sih mbak, masuk
disitu. Physic, Social, Health,
Education. Kayak Pkn kalau di
sekolah biasa. Nanti isinya macem-
macem tapi intinya kita berdiskusi
lewat classsmeeting, cerita nabi, cerita
dari buku-buku di perpus. Pemilihan
sumber belajar didasarkan atas
199
kebutuhan anak. Kalau misal hari itu
lagi ada kasus pukul-pukulan ya kita
ambil cerita Rasul yang diludahi terus
Rasul tidak balas meludahi,misal.”
YS: “saya biasa kasih ceramah tentang
itu pas upacara, ada PSHE tentang
konsep diri karena secara teori kan
anak kelas awal harus tahu sedih itu
bagaimana, kecewa itu bagaimana.
Belajar secara contextual learning
kalau ada kasus.”
YN: “Morning motivation biasanya,
diulang-ulang. Pakai cerita-cerita
biasanya kalau kelas 1.”
AR: “pakai cerita…pas belajar”
HA: “ustadzah suka cerita rasul”
Peran guru kelas Memberikan saran UL: “Pemberian saran ya lewat Pemberian saran pada Peran guru kelas
sebagai penasehat pada pelaku tabayyun. Jadi kita harus teliti banget pelaku dilakukan sesuai sebagai penasehat
terhadap pelaku dan ini melakukan ini karena apa. Dicari dengan perilaku dan jenis diantaranya adalah
korban bullying tahu. misal karena iseng ya boleh bullying yang dilakukan memberikan saran
nggak, Kalau kamu dibegitukan kamu tetapi secara umum pada pelaku yang
mau nggak. Kita cari kronologinya.” pelaku disarankan untuk dilakukan sesuai
US: “sesuai dengan masalahnya, meminta maaf. dengan perilaku dan
misalnya tadi ada pelaku bullying Sedangkan untuk korban jenis bullyingnya
kata-kata. Kan verbal masuknya, jadi saran dari guru kelas tetapi secara umum
lebih ke, kamu harus jaga mulut, lebih ke cara menghindar pelaku disarankan
jangan lupa meminta maaf karena dari bullying dan mau untuk meminta maaf.
kamu suka bikin temanmu sedih.” memaafkan pelaku. Sedangkan untuk
200
YS: “secara individu. Beda-beda korban saran dari
tergantung perilakunya kan biasanya guru kelas lebih ke
kalau kelas bawah bullying fisik. ” cara menghindar dari
YN: “berbeda-beda tergantung bullying dan mau
bullying apa yang dia lakukan. Yang memaafkan pelaku.
paling umum sih meminta maaf dulu.” Namun apabila guru
HA: “Suruh selesaikan, minta maaf. kelas tidak dapat lagi
Ng…lupa” menangani pelaku
Memberikan saran pada UL: “biasanya kita kasih tahu kalau bullying maka akan
korban bullying kamu ngerasa gak nyaman atau dilakukan perujukan
terintimidasi kamu menjauh dulu, baru kepada guru BK atau
kemudian lapor. Jadi biar nggak dikit psikolog sekolah
dikit ‘ust..ini’ atau ‘ust..itu’ begitu
mbak.”
US: “Kalau untuk korban itu lebih
kepada cara mencegah misal kalau
nggak mau, kamu nggak suka ya
bilang ke temanmu ‘aku nggak suka
kamu beginikan’, terus ditinggalkan
dan lapor ke guru kelas biasanya.”
YS: “langsung pas classmeeting,
besok lagi kalau kamu diginikan kamu
harus pertma-tama bilang kalau tidak
suka, terus tinggalkan, kalau masih
dibully ya teriak atau lapor ke
ustadzah. Seperti itu sudah ada
SOPnya sih mbak.”
YN: “lewat walikelas dulu kan mbak.”
201
AR: “suruh maafin”
Merujuk kepada guru UL: “untuk semua perilaku bullying Perujukan kepada guru
BK/Psikolog sekolah yang membutuhkan ke BK biasanya BK atau psikolog sekolah
apabila diperlukan udah berkali-kali dan sudah terlalu dilakukan apabila guru
konseling lebih lanjut sering. Ibaratnya iseng tapi sudah kelas sudah tidak mampu
pada kasus bullying menyakiti teman secara fisik. Biasanya menangani perilaku
kita laporan ke BK untuk di observasi pelaku bullying.
dulu. Nanti kita konsultasi dengan BK
kalau udah dirasa abot banget kami
menanganinya gitu. Atau udah
destroyer banget biasanya untuk
ditenangkan langsung masuk BK..”
US: “kalau untuk bullyingnya ya
semua jenis bullying,mbak. Awalnya
ditangani di wali kelas dulu, kalau
tidak bisa, kita ke orangtua, kalau ortu
sudah angkat tangan baru kita lapor
ke BK, pakai insiden report. Nah sama
BK nanti diobservasi di kelas itu
sampai BK menemukan gejalanya.
Nanti kalau sudah menemukan data-
datanya, ada gejala yang harus
disembuhkan nanti baru di test dan di
treatmen sama bk atau psikolog
sekolah.”
YS: “biasanya ketika guru kelas sudah
tidak sanggup lagi nanti BK atau
psikolog sekolah akan mengambil
202
alih.”
YN: “indikatornya wali kelas sudah
tidak sanggup lagi menangani,
sedangkan standar walikelas
kewalahan kan beda-beda. Urutannya
harus diselesaikan di kelas, baru ke
BK, kalau BK sudah tidak bisa nanti
ke psikolog. Nah nanti kalau dari
psikolog ke kepala sekolah.”
Hambatan yang Kesulitan guru kelas UL: “Biasanya mengatur anak untuk Kesulitan penanganan Hambatan yang
dialami oleh guru pada saat menangani tidak melakukan lagi. Karena kan suka kasus bullying terdapat dialami guru kelas
kelas saat kasus bullying seketika itu juga inget besoknya udah pada siswa yang mudah saat penanganan
penanganan bullying lupa lagi. Harus dikuatkan. Terus lupa dan susah kasus bullying
kalau mau menangani bullying itu mengungkapkan cerita adalah siswa kelas 1
kalau nasehat di rumah dan di sekolah saat terkena kasus, dan yang mudah lupa
gak sama nanti gak smooth, bisa gagal kesulitan dalam waktu dan susah
treatmentnya. Jadi kita minta untuk menunggu anak mengungkapkan
penguatan ke orangtua juga kalau bercerita. Selain itu juga cerita saat terkena
perbuatan itu tidak baik, merugikan. terdapat kendala kasus sehingga
Kalau nasehat kita dimentahkan ortu komunikasi antar waktu guru kelas
dirumah ya gagal dong mbak untuk orangtua pelaku dan guru terbatas, kesulitan
menangani anaknya..” kelas dan manajemen tenaga saat
US: “kadang kesulitan di anak yang waktu untuk menuliskan menangani bullying
sulit mengungkapkan cerita. Anak kasus yang terjadi saat fisik di kelas atas.
yang kena bullying itu kadang tiba- bullying Selain itu juga
tiba gak mau sekolah, terus dateng ke terdapat kendala
sekolah maunya digendong ayahnya. komunikasi antar
Tidak mau cerita. Itu kita menggalinya orangtua pelaku dan
203
sulit dan semakin lama. Kalau pelaku guru kelas dan
itu misal Ha itu suka diem aja kenapa manajemen waktu
memukul, kenapa mencubit. Caranya untuk menuliskan
itu kita cerita ke orangtua kasus yang terjadi
Alhamdulillah sekarang anaknya saat bullying
sudah bisa cerita kenapa mukul,
kenapa nyubit. Ada juga yang perlu
jeda untuk cerita, misalnya istirahat
baru cerita, harapannya ada masalah
anak langsung ngomong. Tapi kan
anak beda-beda. jadi perlu diawasi tapi
kan waktu itu nunggu anak bicara itu
juga terbatas. Kalau untuk tenaga kita
nggak sulit ya, tapi beda kalau di kelas
atas kan badannya besar-besar.”
YS: “kalau dulu sulitnya di jam
terbang guru kelas karena belum ada
BK dan psikolog. Kemarin ini ada
masalah komunikasi antara guru dan
orangtua saat penyampaian agar
orangtua tidak merasa disalahkan saat
ada kasus. Termasuk kasus Ha itu kan
orangtuanya juga awalnya tidak
terima. Tapi kemarin sudah saya
selesaikan bagaimana cara
mengcounter ke ortu. Kalau disini kan
kasus seperti bullying seperti HA dan
anak yang bermasalah ada
204
sekitar…10% dan itu masih terhitung
wajar ya”
YN: “kadang guru kelas tidak
menuliskan kasus yang terjadi saat itu
juga tapi misal seminggu baru ditulis.
Jadi sudah banyak yang lupa. Itu
karena tugas guru kelas kan banyak
juga sih mbak.”
Hasil dari Hasil penanganan UL: “Kalau untuk korban jadi lebih Hasil penanganan korban Hasil penanganan
penanganan yang terhadap korban paham harus gimana kalau dia merasa menjadi lebih memahami terhadap koban ialah
dilakukan oleh guru tidak aman atau terbully.” cara agar tidak terbully, korban menjadi lebih
kelas terhadap US: “anak jadi lebih aware dan mau dan mau memaafkan memahami cara agar
pelaku dan korban memaafkan temannya. Biasanya kalau pelaku kemudian tidak terbully, dan
bullying disini kan bisa langsung memaafkan berteman kembali. mau memaafkan
terus main bareng lagi.” pelaku kemudian
YS: “bisa langsung memaafkan, berteman kembali
kecuali anak-anak berkebutuhan ya. kemudian hasil
Pelaku dan korban itu bisa langsung penanganan pada
baikan.” pelaku adalah
YN: “kalau saya kan tidak mengamati menjadi lebih
langsung, hanya lewat incident report, berhati-hati untuk
biasanya korban setelah classmeeting tidak melakukan
mau memaafkan pelaku mbak.” bullying, dan mau
AR: “jadi berteman lagi, aku maafin.” meminta maaf
Hasil dari penanganan UL: “Kalau untuk pelaku ya biasanya Hasil penanganan
terhadap pelaku jadi lebih hati-hati kalau habis terhadap pelaku adalah
classmeeting. Minta maaf ke korban. perilaku pelaku menjadi
Kalau misal masih melakukan kita lebih baik dengan
205
juga tabayyun ke orangtua. Itu kalau berhati-hati untuk tidak
kasusnya berat.” melakukan bullying, dan
US: “Alhamdulillah, kelihatan mbak, mau meminta maaf pada
perkembangannya jadi bagus. Kita kan korban
kerjasama dengan orangtua. Kita
semangati lagi biar perilakunya baik.”
YS: “sama ya mbak kalau kelas 1 bisa
langsung minta maaf, terus main
bareng terus terus bullying lagi.
Perlahan-lahan memang treatmennya.
Kalau misal kelas 1 belum selesai
nanti di treatment sampai benar-benar
selesai misal kelas 4 baru selesai
treatmentnya. ”
YN: “kalau untuk Ha perilakunya
sudah berkurang setelah orangtuanya
dipanggil. Jadi kan nanti orangtua juga
di treatmen bersama anak dengan
memberikan tugas misal baca buku
dengan tema ini bersama anak. Itu
guru kelas juga berperan.”
HA: “aku jadi baik”
206
Lampiran 9. Contoh Triangulasi Teknik
207
sebagai mediator dan mediator dan fasilitator bagi mediator dan fasilitator adalah sekolah anti bullying, mediator dan fasilitator adalah
fasilitator pelaku dan korban bullying menumbuhkan hubungan Dokumentasi poster menumbuhkan hubungan
diantaranya adalah dengan: positif antar pelaku dan korban sekolah anti bullying, positif antar pelaku dan
1. Menumbuhkan lewat penguatan nasihat positif, Dokumentasi buku korban lewat penguatan
hubungan positif lewat pelaporan tindakan bullying bacaan anti bullying di nasihat positif dari guru kelas,
saling mendengarkan pada guru kelas, pembuatan dalam kelas, saling mendengarkan pendapat
pendapat, meminta maaf, kesepakatan antar korban dan Dokumentasi kegiatan saat classmeeting, meminta
menempatkan kedua pelaku, pengelompokan antar supervisor maaf, menempatkan kedua
belah pihak dalam satu korban dan pelaku, saling maaf belah pihak dalam satu
kelompok dan memaafkan. Selain itu kelompok agar guru kelas
mengawasi interaksi penumbuhan hubungan psotif dapat mengawasi interaksi
antara pelaku dan juga didapatkan dari antara pelaku dan korban,
korban. pengetahuan akan adanya meminta korban untuk
2. Mendorong terjadinya konsekuensi saat siswa melaporkan tindakan bullying
tingkah laku sosial yang (pelaku) melakukan bullying pada guru kelas, membuat
baik lewat pengawasan yakni dengan adanya kesepakatan antar pelaku dan
sebagai supervisor di konsekuensi diantaranya korban. Penumbuhan
berbagai tempat. teguran, pengurangan hak, hubungan positif juga
3. Memiliki berbagai penyelidikan penyebab kasus didapatkan dari pengetahuan
sumber belajar mengenai dapat terjadi dengan orangtua akan adanya konsekuensi saat
apa itu perilaku bullying dan harus meminta maaf pada siswa (pelaku) melakukan
yakni buku cerita, poster, korban. selain itu tingkah laku bullying yakni dengan adanya
dan lewat classmeeting. sosial yang baik juga didorong konsekuensi diantaranya
oleh guru kelas agar dapat teguran, pengurangan hak,
208
memediasi kasus bullying penyelidikan penyebab kasus
lewat keikutsertaan guru dalam dapat terjadi dengan orangtua
kegiatan supervisor, pengisiam dan harus meminta maaf pada
angket incidental report, korban. Selain itu peran guru
classmeeting, wawancara kelas sebagai mediator dan
orangtua, dan classmeeting. fasilitator dalam hal
Guru kelas juga menggunakan mendorong tingkah laku sosial
sumber belajar mengenai yang baik juga dilakukan oleh
bullying lewat mata pelajaran guru kelas dengan cara
PSHE, ceramah dari kepala memediasi kasus bullying
sekolah, cerita di morning lewat keikutsertaan guru
motivation. dalam kegiatan supervisor,
pengisian angket incidental
report, wawancara orangtua,
dan classmeeting. Guru kelas
juga menggunakan sumber
belajar mengenai bullying
lewat mata pelajaran PSHE
atau lewat classmeeting,
ceramah dari kepala sekolah
saat upacara, buku cerita,
poster-poster di sekolah dan
ketika morning motivation.
Peran guru kelas Peran guru kelas sebagai Peran guru kelas sebagai Dokumentasi kegiatan Peran guru kelas sebagai
209
sebagai penasehat penasehat diantaranya: penasehat diantaranya adalah pelaksanaan penasehat diantaranya adalah
1. Memberikan saran pada memberikan saran pada pelaku classmeeting, dokumen memberikan saran pada
pelaku dan korban yang dilakukan sesuai dengan buku incident report, pelakuyang dilakukan sesuai
dengan cara saling perilaku dan jenis bullyingnya dengan perilaku dan jenis
meminta maaf dan tetapi secara umum pelaku bullyingnya. Pada kasus yang
memaafkan, belajar di disarankan untuk meminta teramati lewat observasi, guru
rumah (pelaku), melapor, maaf. Sedangkan untuk korban menyarankan pelaku untuk
mengungkapkan saran dari guru kelas lebih ke belajar di rumah apabila masih
ketidaksukaan, berhati- cara menghindar dari bullying menggangu teman, tetapi
hati, dan memilih dan mau memaafkan pelaku. secara umum pelaku
tontonan yang baik. Namun apabila guru kelas disarankan untuk meminta
2. Memberikan rujukan tidak dapat lagi menangani maaf pada korban. Sedangkan
pada BK/Psikolog saat pelaku bullying maka akan untuk korban saran dari guru
diperlukan konseling dilakukan perujukan kepada kelas lebih kepada cara
lebih lanjut. guru BK atau psikolog sekolah menghindar dari bullying
dengan mengungkapkan
ketidaksukaan, berhati-hati,
dan mau memaafkan pelaku.
Pada kasus yang teramati,
guru kelas juga menyarankan
baik kepada korban atau
pelaku untuk berhati-hati
dalam memilih tontonan.
Apabila guru kelas tidak dapat
210
lagi menangani pelaku
bullying maka akan dilakukan
perujukan kepada guru BK
atau psikolog sekolah
Hambatan yang Kesulitan yang dialami oleh Hambatan yang dialami guru Dokumentasi kegiatan Hambatan yang dialami guru
dialami oleh guru guru kelas adalah pelaku kelas saat penanganan kasus pelaksanaan kelas saat penanganan kasus
kelas saat penanganan enggan meminta maaf dan bullying adalah siswa kelas 1 classmeeting bullying adalahsiswa kelas 1
bullying guru harus mengulang yang mudah lupa dan susah yang mudah lupa dan susah
kembali nasehat untuk mengungkapkan cerita saat mengungkapkan cerita saat
meminta maaf pada korban terkena kasus. Selain itu juga terkena kasus sehingga pelaku
serta pelaku diam saat terdapat kendala komunikasi sering diam saat dimintai
diminta keterangan. antar orangtua pelaku dan guru keterangan. Selain itu pelaku
kelas dan manajemen waktu juga enggan meminta maaf
untuk menuliskan kasus yang dan guru harus mengulang
terjadi saat bullying kembali nasehat yang
diberikan. Hambatan lain
yakni kendala komunikasi
antar orangtua pelaku dan
guru kelas serta kurangnya
manajemen waktu pengisian
incident report.
Hasil penanganan Hasil penanganan terhadap Hasil penanganan terhadap Dokumentasi kegiatan Hasil penanganan terhadap
yang dilakukan oleh korban dan pelaku bullying koban ialah korban menjadi belajar mengajar kelas kobanialah korban menjadi
guru kelas terhadap diantaranya adalah: lebih memahami cara agar 1A lebih memahami cara agar
211
pelaku dan korban 1. Korban mampu membela tidak terbully, dan mau tidak terbully sehingga mampu
bullying dirinya sendiri, mau memaafkan pelaku kemudian membela dirinya sendiri, mau
memaafkan pelaku dan berteman kembali. Hasil memaafkan pelaku dan
tampak puas saat laporan penanganan pada pelaku kemudian berteman kembali
atas tindakan bullying adalah menjadi lebih berhati- karena korban puas dengan
diselesaikan oleh guru hati untuk tidak melakukan kasus bullying yang
kelas. bullying, dan mau meminta dilaporkan oleh korban
2. Pelaku lebih berhati-hati, maaf pada korban diselesaikan oleh guru kelas.
tidak lagi melakukan Hasil penanganan pada pelaku
bullying, mau meminta adalah menjadi lebih berhati-
maaf dan berteman hati untuk tidak melakukan
dengan korban. bullying, dan mau meminta
maaf serta berteman kembali
dengan korban.
212
Lampiran 10. Dokumentasi
Buku bacaan anti bullying di dalam kelas siswa yang bermain tindih-tindihan
213
Jadwal kelas
214
Suasana kegiatan belajar mengajar di kelas
IA Buku bacaan anti bullying di
perpustakaan
215
Lampiran incidentreport
216
217
218
Lampiran parents guide
219
220
221
222
Lampiran 11. Surat
223
224