Oleh
Daging merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki nilai gizi berupa
didefinisikan sebagai urat daging (otot) yang melekat pada kerangka, kecuali urat
daging bagian bibir, hidung, dan telinga yang berasal dari hewan yang sehat
Daging adalah bagian lunak pada hewan yang terbungkus kulit dan melekat
pada tulang yang menjadi bahan makanan. Daging tersusun sebagian besar dari
jaringan otot, ditambah dengan lemak yang melekat padanya, urat, serta tulang
rawan. Menurut SNI 3932:2008 daging merupakan bagian otot skeletal dari
karkas sapi yang aman, layak dan lazim dikonsumsi oleh manusia, dapat berupa
Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain
adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan, termasuk
bahan aditif (hormon, antibiotik, dan mineral) dan stres. Faktor setelah
1.2. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini adalah untuk membedakan
ciri-ciri fisik daging segar, daging beku yang disegarkan kembali, dan daging
1.3. Manfaat
membedakan ciri-ciri fisik daging segar, daging beku yang disegarkan kembali,
dan daging yang mulai mengalami pembusukan dan mampu melakukan analisis
kualitas daging yang meliputi, daya ikat air dan susut masak.
karena mengandung protein dan asam amino esensial, lemak dari asam lemak
esensial, vitamin dan mineral yang sangat baik untuk pertumbuhan manusia
mempunyai serat lunak, konversi pakan rendah dan siap dipotong pada umur yang
Ayam broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak
digemari oleh masyarakat karena dapat diolah menjadi aneka makanan dengan
nilai gizi yang tinggi. Selain memiliki kandungan gizi yang tinggi, ayam broiler
mudah diternakkan dan dijual bebas di pasar tradisional maupun di swalayan. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas daging ayam broiler, salah
Salah satu bahan pangan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat adalah
daging ayam broiler. Daging ayam broiler banyak mengandung nutrisi seperti
protein, lemak, mineral, karbohidrat dan vitamin. Kandungan nutrisi yang tinggi
sebagai sumber protein. Namun daging merupakan bahan pangan yang mudah
rusak. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan membuat dan menganalisis
kombinsai kemasan cerdas yang mendeteksi perubahan mutu dan kemasan aktif
Daging merupakan salah satu bahan pangan sebagai sumber lemak dan
protein yang berilai gizi tinggi yang diperlukan dalam tubuh manusia sebagai
(Daswi 2021).
dkk. 2014).
dengan perubahan bau, rasa atau penampilan dari daging yang menyimpang.
struktur daging menjadi produk yang sangat lunak dan berair (Windiana 2012).
Daging ayam bangkai berasal dari ayam yang darahnya tidak keluar sama
daging berpotensi lebih gelap warna merah pada daging ayam yang tidak
disembelih bersifat tidak konsisten. Terjadinya warna daging yang lebih gelap
selain aktivitas bakteri juga dipengaruhi oleh tegangan oksigen dan temperatur
(Yulistiani 2016).
Mikroorganisme yang menyebabkan daging busuk dapat diperoleh melalui
infeksi hewan hidup (infeksi endogen) atau dengan kontaminasi daging pasca mati
(infeksi eksogen). Infeksi eksogen inilah yang dapat menurunkan kualitas daging
tersebut. Kontaminasi daging ayam dari luar terjadi terus menerus sejak
daging antara lain: genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, umur, pakan, aditif, dan
kualitas daging dan karkas dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah
daging antara lain adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin,
umur, pakan, termasuk bahan aditif (hormon, anti biotik, dan mineral) dan stres.
bahan tambahan termasuk enzim pengempuk daging, hormon, dan anti biotik,
dibandingkan dengan daging yang kurang berkualitas. Hal ini dapat diamati pada
daging ayam tiren dan daging sapi gelonggongan yang banyak membuat
2014).
Susut masak merupakan salah satu penentu kualitas daging yang penting,
karena berhubungan dengan banyak sedikitnya air yang hilang serta nutrien yang
larut dalam air akibat pengaruh pemasakan. Semakin kecil persen susut masak
berarti semakin sedikit air yang hilang dan nutrien yang larut dalam air. Begitu
juga sebaliknya semakin besar persen susut masak maka semakin banyak air yang
hilang dan nutrien yang larut dalam air (Prayitno dkk. 2017).
Susut masak merupakan indikator nilai nutrisi daging sehubungan dengan jus
daging yaitu banyaknya air yang berikatan didalam dan diantara serabut otot.
Daging dengan susut masak lebih rendah mempunyai kualitas relatif lebih baik
kehilangan nutrisi selama pemasakan akan lebih sedikit dan konsumsi pakan dapat
mempengaruhi besarnya susut masak. susut masak lebih banyak disebabkan oleh
lelehnya lemak. Susut masak mempunyai hubungan negatif dengan daya ikat air.
Daging dengan DIA tinggi akan mempunyai susut masak yang rendah (Prayitno
dkk. 2017).
Daya ikat air (DIA) merupakan parameter kualitas daging yang sangat terkait
dengan kemampuan air, oleh karena itu daya ikat air berhubungan dengan
parameter kualitas. Daya ikat air juga menunjukkan seberapa besar kemampuan
seberapa besar kemampuan daging dalam mengikat air bebas. Daging dengan
daya ikat air rendah akan kehilangan banyak cairan, sehingga terjadi kehilangan
berat. Semakin kecil nilai daya ikat semakin rendah karena banyak komponen-
Kemampuan daging untuk menahan air merupakan suatu sifat penting karena
dengan daya ikat air yang tinggi, maka daging mempunyai kualitas yang baik.
Penurunan daya ikat air disebabkan oleh terjadinya proses denaturasi dan
terutama pada aktin dan miosin. Kerusakan aktin dan miosin menyebabkan
penurunan kemampuan protein otot untuk mengikat air (Lapase dkk. 2016).
pada Tabel 1.
Bahan yang digunakan dalam penetuan kualitas daging dapat dilihat pada
Tabel 2.
5. Masukan sampel daging tadi ke dalam kantung klip dan tali atasnya
menggunakan rafia.
6. Masukan sampel kedalam water bath selama 30 menit dengan suhu 80,5°C.
9. Siapkan plat kaca diatas meja, taruh kertas HVS dan kertas saring diatas kaca.
10. Kedua plat kaca tersebut depres dengan beban 35 kg selama 5 menit.
11. Setalah 5 menit ambil kertas dan daging ayamnya, ukur area basah daging
Praktikum
berikut:
Membuat
Laporan
Gambar 1. Penetuan Kualitas Daging
pada Tabel 3.
4.1.1. Pembahasan
table 3 diatas bahwa warna pada daging segar terlihat putih kemerahan dan cerah
sedangkan pada daging busuk warnanya kecoklatan. Hal ini sependapat dengan
Wibisono (2014) bahwa Daging yang segar dan berkualitas tentu berbeda dengan
daging yang sudah busuk. Cara paling mudah untuk mengetahui nya adalah dari
warna, bau, dan konsistensinya. Daging yang segar berwarna merah terang pada
daging sapi dan daging berwarna putih segar pada daging ayam.
pada daging segar berbau khas daging sedangkan pada keadaan daging busuk
didapatkan bau amis atau anyir. Hal ini sependapat dengan Wibisono (2014)
bahwa bau nya khas daging sapi dan khas daging ayam serta konsistensi nya liat /
sampel dari daging sapi dan daging ayam menunjukkan daging masih segar.
didapatkan keadaan pada daging segar cenderung lebih berair sedangkan pada
keadaan daging busuk agak berair. Hal ini sependapat dengan Wala (2016) bahwa
penurunan nilai kadar air daging ayam pada penyimpanan disuhu ruang. Faktor
lain yang turut mempengaruhi penurunan nilai kadar air daging ayam yaitu
didapatkan hasil untuk keadaan daging segar tekstur kenyal dan untuk keadaan
daging busuk tekstur yang didapat agak keras. Hal ini sependapat dengan Jaelani
(2014) bahwa Tekstur daging ayam menurun seiring dengan lama penyimpanan
daging ayam. Nilai tekstur daging ayam dengan lama penyimpanan yang berbeda
berkisar antara 1,76 sampai 3,82. Lama penyimpanan daging 0 hari yang berbeda
nyata dengan lama penyimpanan daging ayam selama 6,12,18 dan 24 hari.
permukaan daging didapatkan hasil untuk keadaan daging segar permukaan masih
bersih karena belum terkena angin atau suhu ruang, sedangkan pada keadaan
daging busuk permukaannya kotor. Hal ini sependapat dengan Merthayasa dkk.
(2015) bahwa permukaan daging yang mengalami kontak dengan udara dalam
jangka waktu yang lama, akan berwarna coklat dan mengeras, karena
dapat ditandai pada daging segar < 0,5 jam dan biasanya disebut blooming pada
tetap mengalami oksigenasi dan besi dalam hemoglobin tetap pada status
tereduksi.
4.1.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pada uji susut masak dan daya ikat air dapat
dilihat pada tabel 4 diatas bahwa susut masak yang didapatkan pada daging ayam
segar sebesar 34%. Hal ini tidak sependapat dengan Prayitno (2017) yang
menyatakan susut masak daging ayam broiler pada umur 6 dan 7 minggu yaitu
sekitar 24,89% dan 34,57%, sedangkan susut masak daging ayam broiler hasil
penelitian berkisar antara 18,87% sampai 26,79%. Pada umumnya susut masak
bervariasi antara 1,5% sampai 54,5% dengan kisaran 15% sampai 40%.
Hasil pengamatan pada uji daya ikat air dapat dilihat pada tabel 4 diatas
bahwa hasil daya ikat air yang didapatkan sebesar 16%. Hal ini tidak sependapat
dengan Nasrul (2016) yang menyatakan Nilai daya ikat air daging paha Ayam
Sentul dengan lama perebusan 15 - 45 menit memiliki nilai yang tidak berbeda
jauh pada setiap perlakuan. Pada perebusan 15 menit didapatkan hasil 46.09%,
didapatkan hasil 35.39%. Waktu pemasakan yang singkat hanya akan mengubah
molekul air pada lapisan luar, sedangkan molekul air yang terikat pada lapisan
pertama dan kedua tidak banyak mengalami perubahan. Secara statistik, daya ikat
air daging akibat lama perebusan tidak menurun, tetapi secara nominal, lama
5.1. Kesimpulan
praktikum ini ada tiga uji yang dilakukan yaitu karakteristik daging ayam, uji
susut masak dan uji daya ikat air. Karakteristik daging ayam meliputi warna
Selanjutnya untuk uji susut masak didapatkan hasil 34% dan pada uji daya ikat air
didapatkan hasil 16%. Faktor yang dapat mempengaruhi daya ikat air daging
(rigormortis), temperatur dan kelembaban, pelayuan karkas dan aging, tipe otot
dan lokasi otot, spesies, umur, fungsi otot, pakan, dan lemak intramuskuler.
5.2. Saran
Saran dalam praktikum ini yaitu untuk asisten agar lebih baik lagi dalam
dan paham sehingga dalam penyusunan laporan lebih mudah. Saran dalam
praktikum ini yaitu untuk lab lebih disediakan kursi yang cukup untuk praktikum