Anda di halaman 1dari 52

 Banyaknya limbah ternak (feces ternak) dan

komposisi sampah kota yang lebih dari 50%


termasuk sampah organik.
 Adanya potensi yg dimiliki sampah untuk
menghasilkan energi dengan bantuan
mikroorganisme dalam kondisi anaerob
 Teknologi ANAEROBIC DIGESTION
 Penggunaan teknologi anaerobic digestion
menjadi alternatif yang cocok dengan adanya
peningkatan harga bahan bakar dan pupuk.
 Merupakan proses biologi dari bahan organik yang
diuraikan dalam kondisi anaerob di lingkungan
sekitarnya.
 Keuntungan :
 Mengurangi volume limbah yang akan dibuang
 Tidak menimbulkan polusi udara
 Menghasilkan produk yang bernilai berupa :
 Biogas sebagai sumber energi; berupa bahan

bakar dan pembangkit listrik / penggerak


generator
 Lumpur sebagai fertilizier dan soil conditioner
 Biogas adalah bahan bakar yang berupa
gas yang dihasilkan dari proses fermentasi
anaerob oleh mikroorganisme dari bahan
organik, seperti limbah pertanian,
kotoran ternak, kotoran manusia atau
campurannya di dalam suatu alat yang
disebut digester.
 Komposisi biogas adalah
Methan (CH4) = 54-70%
Karbon dioksida (CO2) = 27-45%
Nitrogen (N2) = 0.5-3%
Oksigen (O2) = 0.1%
Hidrogen sulfida (H2S) < 0.1%
 Sejarah penemuan proses pencernaan
anaerobik untuk menghasilkan biogas
tersebar di benua Eropa.
 Penemuan ilmuwan Volta terhadap gas
yang dikeluarkan di rawa-rawa terjadi
pada tahun 1770.
 Beberapa dekade kemudian, Avogadro
mengidentifikasikan tentang gas metana.
 Setelah tahun 1875 dipastikan bahwa
biogas merupakan produk dari proses
anaerobik digestion.
 Tahun 1884 Pasteur melakukan
penelitian tentang biogas menggunakan
kotoran hewan.
 Era penelitian Pasteur menjadi
landasan untuk penelitian biogas hingga
saat ini.
 Industrialisasi AD mulai thn 1859 di Bombay.
 Thn 1895 biogás asal fasilitas pengolahan
limbah digunakan untuk penerangan jalam di
Exeter England.
 Than 1930 an identifikasi bakteri anaerobic
 Thn 1950 Biogas mulai ditinggalkan di Kawasan
Eropa karena semakin murah dan mudah
diperolehnya BBM.
 RRC dengan program “China’s 2003-2010
National Rural Biogas Construction Plan”
mulai diluncurkan tahun 2003.
 Tujuan : meningkatkan penggunaan
biogas, dengan target 11 juta untuk total
20 juta rumah tangga pada tahun 2005,
dan membuat satu dari sepuluh rumah
tangga petani sebagai pengguna biogas
 Pada tahun 2010, Cina akan meningkatkan
penggunaan biogas skala rumah tangga lebih
dari 31 juta untuk total 50 juta rumah
tangga, sehingga tingkat penggunaan
meningkat sampai 35 persen.
 Subsidi pemerintah China untuk setiap
digester biogas sebesar 1000 yuan (sekitar US
$ 150).
 Tahun 1981 mulai dikembangkan instalasi
biogas di India.
 Pengembangan instalasi biogas dilakukan oleh
Departemen Sumber Energi non-Konvensional
melalui program “The National Project on
Biogas Development” dengan melakukan riset
terhadap pengembangan model instalasi
biogas.
 Tahun 1999, sekitar tiga juta rumah tangga di
India menggunakan instalasi biogas.
 Di AS saat ini ada 2.100 sistem biogas yang
sudah beroperasi, dan potensi yang akan
dibangun lebih dari 11.000 unit (American
Biogas Council. 2016)
 Perkembangan biogas di Eropa, German
menempati posisi tertinggi dlm penggunaan
biogas (62% dari penggunaan biogas di Eropa),
kedua negara Itali, pertumbuhan pesat mulai
tahun 2013. Kebijakan di Itali bergeser ke unit
digester dgn ukuran kecil berbahan dasar
limbah ternak dan pertanian.
 Di Perancis, biogas secara signicant
berkembang di akhir tahun 2000
 Teknologi biogas mulai diperkenalkan di
Indonesia pada tahun 1970-an. Pada awalnya
teknik pengolahan limbah dengan instalasi
biogas dikembangkan di wilayah pedesaan,
tetapi saat ini teknologi ini sudah mulai
diterapkan di wilayah perkotaan.
 Pada tahun 1981, pengembangan instalasi
biogas di Indonesia dikembangkan melalui
Proyek Pengembangan Biogas dengan
dukungan dana dari Food and Agriculture
Organization (FAO) dengan dibangun contoh
instalasi biogas di beberapa provinsi.
 Mulai tahun 2000-an telah dikembangkan
reaktor biogas skala kecil (rumah tangga)
dengan konstruksi sederhana yang terbuat
dari plastik secara siap pasang dan dengan
harga yang relatif murah .
 Pemerintah Indonesia telah menerbitkan
Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor
5 tahun 2006 tentang kebijakan energi
nasional untuk mengembangkan sumber
energi alternatif sebagai pengganti bahan
bakar minyak.
 Tujuan : untuk mengurangi ketergantungan
terhadap bahan bakar minyak melalui
pengalihan pada sumber daya yang dapat
diperbaharui sebagai alternatif pengganti
bahan bakar minyak.
 Thn 2012 pemerintah bekerjasama dengan
HIVOS mengembangkan 8000 unit biogas di 6
propinsi : Nusa Tenggara Barat (NTB), Bali,
Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur serta Yogyakarta.
Tahap I Hidrolisis
Hidrolisa substrat utama seperti karbohidrat,
lemak, dan protein dalam limbah ternak
menjadi senyawa-senyawa sederhana,
seperti asam asetat, alkohol, CO2, NH3, dan
sulfida.
Bakteri yang berperan Clostridium acteinum,
Bacteriodes ruminicola, Bifidobacterium sp,
Eschericia sp, Enterobacter sp, dan
Desulfobio sp.
Tahap 2 Acidogenesis-Asetogenesis
 Bakteri mengoksidasi asam berantai
karbon panjang, seperti asetat dan
alkohol yang dilakukan oleh Lactobacillus
sp, Streptococcus sp.
Tahap 3 Metanogenesis
 Bakteri methanogenik menggunakan H2,
CO2, dan asetat untuk pertumbuhannya,
serta memproduksi CH4 dan CO2.
 Urea yang berasal dari protein dihidrolisa oleh
bakteri menjadi gas metan (CH4) dan NH4+.
 Asam asetat serta asam propionat dari lemak
difermentasi menjadi gas metan dan CO2
 CO2 yang dihasilkan direduksi menjadi CH4 dan
H2O.
 Bakteri yang berperan pada tahap ini adalah
Methanobacterium melianskii, Methanococcus
sp, dan Methanosarcina sp
 70% metan dihasilkan dari asam asetat, 15% dari
H2 dan CO2, 15% lagi dari reduksi metanol
Anaerobic Digestion

Karbon organik kompleks

Hydrolysis
Monosakarida, Peptida,
Gliserol
Acidogenesis
Asam organik

Acetogenesis
Asetat – H2 / CO2
Methanogenesis

CH4 + CO2
 C/N rasio = 20-30
 kadar air 36 – 99% meningkatkan produksi biogas
sampai 670%.
 kadar air antara 60 – 78% ( Elizabeth C.Price and
Paul N. Cheremisinof ,1981)
 bahan kering sekitar 20-40% (Oleszkiewicz and
Poggi-Varaldo, 1997)
 bahan kering lebih dari 50% memerlukan
penambahan air.
 Aktivitas mikroorganisme
 pH = 6.6 - 7.6
 Temperatur = 32-36oC
 Tidak mengandung bahan beracun
 Karbon dibutuhkan oleh bakteri sebagai sumber
energi. Selain unsur karbon, unsur nitrogen juga
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri,
khususnya dalam pembentukan sel.
 Jumlah unsur nitrogen ini diharapkan cukup. Bila
jumlah unsur nitrogen terlalu sedikit ( C/N rasio
tinggi) maka nitrogen akan digunakan terlebih dahulu
untuk proses pembentukan sel bakteri, hal ini
menyebabkan proses berjalan lambat.
 Bila jumlah nitrogen terlalu banyak ( C/N rasio
rendah) maka karbon akan segera habis dan proses
fermentasi berhenti dan akan terbentuk amonia yang
akhirnya akan menghambat pertumbuhan bakteri.
 Masing-masing limbah memiliki C/N rasio yang
berbeda.
C/N Kadar Air (%) C (%) N (%)
Feces sapi potong 12 50 20 1.7
Serbuk gergaji 450 15 34 0.08

Untuk menentukan perbandingan antara feces sapi potong dengan


serbuk gergaji dengan nilai C/N rasio 30 adalah :

( 20 x )  (34 y )
 30
(1.7 x )  (0.08 y )
51x  2.4 y  20 x  34 y
31x  31.6 y
untuk _ x  1, maka _ y  0.98

Ket : x = feces sapi potong


y = serbuk gergaji
Maka untuk mencapai C/N rasio 30, perbandingan feces sapi potong
dan serbuk gergaji adalah 1 : 1
 Setiap limbah memiliki kandungan bahan
kering yang berbeda-beda.
 Pada proses pembentukan gas bio diperlukan
kandungan bahan kering limbah berkisar
antara 5-10%
 Jika nilai yang diharapkan belum tercapai,
maka diperlukan penambahan air.
Keterangan : 1 kg feces dengan kadar air 50%
Dibuat menjadi 1 kg feces dengan
kadar air 90%
x
 90%
x  0.5
x  0.9 x  0.45
0.1x  0.45
x  4.5
Keterangan : x = kandungan air
Maka air yang perlu ditambahkan = 4.5kg-0.5 kg
= 4 kg
 Merupakan indikator tingkat pertumbuhan
mikroba dalam memfermentasi limbah
organik.
 Peningkatan temperatur berhubungan
dengan peningkatan aktivitas mikroba.

 Metanogenetic bakteria sangat sensitif


terhadap perubahan temperatur secara
tiba-tiba. Maka temperatur harus dijaga
dalam level yang konstan
 Terjadi penurunan pH karena
terbentuknya asam organik.
 Nilai pH paling rendah terjadi ketika asam
organik dalam konsentrasi tinggi.
 Bakteri pembentuk metan tidak akan
tumbuh pada pH di bawah 6.5
Metode Curah / Batch
 Digester Batch beroperasi pada satu siklus
sampai substrat habis didegradasi.
 Pada akhir siklus pencernaan, Digester
Batch dikosongkan, dibersihkan, diisi
ulang dan restart untuk siklus baru.
 Digester Batch memiliki kualitas yang
terukur karena sekali jalan, tidak
terganggu atau terputus, tetapi kurang
praktis.
Metode Kontinu

 Pada digester Kontinu dilakukan penambahan


limbah organik setiap hari untuk memberikan
pengisian.
 Sistem kontinu memiliki biaya modal yang
lebih rendah (hanya perlu satu digester) tetapi
membutuhkan pemantauan ketat dari bahan
baku.
1. Digester Kubah Tetap (Fixed-dome)
 Digester ini disebut juga ”digester china”.
Dinamakan demikian karena digester ini dibuat
pertama kali di China sekitar tahun 1930-an,
kemudian sejak saat itu digester ini
berkembang dengan berbagai model.
 Dinamakan kubah tetap karena bentuknya
menyerupai kubah dan bagian ini merupakan
pengumpul gas yang tidak bergerak (fixed).
 Gas yang dihasilkan dari material organik pada
digester akan mengalir dan disimpan di bagian
kubah.
 Keuntungan : biaya konstruksi lebih murah
dan perawatannya lebih mudah.
 Kerugian : seringnya terjadi kehilangan gas
pada bagian kubah karena konstruksi
tetapnya.
 Digester jenis terapung pertama kali
dikembangkan di India pada tahun 1937
sehingga dinamakan dengan ”digester India”.
 Digester jenis ini memiliki bagian digester yang
sama dengan digester kubah, perbedaannya
terletak pada bagian penampung gas dengan
peralatan bergerak menggunakan drum.
 Drum ini dapat bergerak naik turun yang
berfungsi untuk menyimpan gas hasil
fermentasi dalam digester. Pergerakan drum
mengapung pada cairan dan tergantung dari
jumlah gas yang dihasilkan.
 Keuntungan : dapat melihat secara langsung
volume gas yang tersimpan pada drum karena
pergerakannya, tekanan gas relatif konstan
 Kerugian : biaya material konstruksi dari drum
lebih mahal, faktor korosi pada drum juga
menjadi masalah sehingga bagian pengumpul
gas pada digester ini memiliki umur yang lebih
pendek dibandingkan menggunakan tipe kubah
tetap.
 Digester balon merupakan jenis digester yang
banyak digunakan pada skala rumah tangga
yang menggunakan bahan plastik sehingga lebih
efisien dalam penanganan dan perubahan
tempat biogas.
 Digester ini terdiri dari satu bagian yang
berfungsi sebagai digester dan satu bagian lain
berfungsi sebagai penampung gas.
 Bahan yang digunakan untuk digester biasanya
menggunakan kantong plastik dengan ketebalan
yang lebih dibandingkan dengan balon plastik
untuk menampung gas.
 Keuntungan : sederhana sehingga mudah
untuk dilakukan pada skala rumah tangga,
proses pemasangan tidak menghabiskan
waktu lama (tidak sampai satu hari), harga
terjangkau, cukup awet, dengan
menggunakan material plastik khusus
sehingga dapat tahan hingga 6 tahun; mudah
dalam perawatan dan penggunaan.
 Produksi gas dengan jenis ini setara dengan
2,5 liter minyak tanah/hari, lebih dari cukup
untuk dijadikan bahan bakar memasak.
 Kandungan energi biogas berkisar antara
20.000 sampai 26.000 kJ/m3 bergantung pada
jumlah kandungan metan, sedangkan untuk
metan murni adalah 35.000 kJ/m3 (Sardjoko,
1991).
 Nilai kalor yang dihasilkan berkisar 4800–6700
Kcal/m3
± 0.48 kg gas LPG
± 0.62 liter minyak tanah
Ada Pertanyaan ?

Anda mungkin juga menyukai