Anda di halaman 1dari 42

TEORI PRODUKSI

TEORI PRODUKSI

• Produksi adalah hubungan fisik atau hubungan teknis


antara jumlah faktor produksi yang dipakai dengan
jumlah yang dihasilkan.
• Secara matematis: Y = f ( X), atau Y adalah fungsi dari... ,
tergantung pada…, atau ditentukan oleh X.
• Faktor produksi yang digunakan dalam suatu proses
produksi itu dalam kenyataannya lebih dari satu macam
sehingga fungsi produksi tersebut bisa berbentuk fungsi
linier, kuadratik, Cobb-Douglas atau bentuk lainnya,
• Fungsi produksi yang umum (fungsi produksi klasik)
dapat dinyatakan sebagai berikut:
Y = f ( X1 / X2, X3,…, Xn)
FAKTOR PRODUKSI
Faktor produksi adalah segala sesuatu atau sumber-sumber
yang digunakan dalam suatu proses produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa secara terus menerus.

Faktor produksi utama  lahan, modal tenaga kerja dan


kewiraswastaan (entrepreneurship).

Faktor Produksi Tetap (Fixed factor of production), yaitu faktor


produksi yang sifatnya tidak habis dipakai dalam satu periode
produksi serta relatif tidak dipengaruhi oleh jumlah produk
yang dihasilkan.
Contoh: kandang, peralatan tahan lama, kendaraan, mesin pelet
dll

Faktor Produksi Variabel (Variable factor of production),yaitu


faktor produksi yang sifatnya habis dipakai dalam satu periode
produksi, serta besar penggunaannya sangat berkaitan dengan
jumlah produk yang dihasilkan.
Contoh: pakan, doc, bahan bakar dan lain-lain.
Dalam suatu fungsi, maka fungsi produksi dapat
dituliskan:

Y = f ( X1 / X2, X3, …, Xn )

Produk Y merupakan fungsi dari faktor produksi


variabel X1, jika faktor produksi tetap X2, X3, …,
Xn ditetapkan pemakaiannya pada tingkat
tertentu.
Ukuran Produktivitas

Produk Total (Total Product)


Yaitu jumlah produk keseluruhan yang dihasilkan dari sejumlah
faktor produksi.

Misalnya dari sejumlah 1.96 kg konsentrat dihasilkan 1 kg broiler.

Produk Marjinal (Marginal Product)


Yaitu penambahan jumlah produk sebagai akibat penambahan satu
satuan faktor produksi.

Misalnya untuk menambah produksi susu dari 8 liter/ekor/hari


menjadi 12 liter/ekor/hari, perlu ditambahkan pemberian konsentrat
sebanyak 8 kg/ekor/hari. Berarti produk marjinalnya adalah 4 liter /
8 kg atau sama dengan 0,5 liter/kg.
Ukuran Produktivitas
Produk Rata-rata (Average Product)
Yaitu rata-rata jumlah produk yang dihasilkan untuk
setiap satuan faktor produksi yang dipakai

Misal: pada tingkat produksi 12 liter/ekor/hari jumlah


konsentrat yang diberikan sebanyak 8 kg/ekor/hari.
Produk rata-ratanya adalah 1,5 liter/kg
BENTUK KENAIKAN HASIL
Apabila ke dalam suatu proses produksi ditambahkan faktor produksi
secara berturut-turut maka produknya akan meningkat.
Seberapa besar kenaikannya dan sifat kenaikannya dapat dibedakan atas:

Kenaikan Hasil Tetap (Constant Return to Scale).


Penambahan tiap satu satuan faktor produksi yang terus menerus
menyebabkan kenaikan hasil yang tetap. (Tabel 4.1)

Tabel 4.1. Hubungan Input dan Output yang Menggambarkan Kenaikan


Hasil Tetap

Penambahan Penambahan Produk


Faktor prod Produk
faktor prod produk marjinal
(X) (Y)
(X) (Y) (Y/ X)
1 10

2 1 20 10 10
3 1 30 10 10
4 1 40 10 10
45
40
35
Produksi (Y)

30
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4
Faktor Produksi (X)

Ilustrasi 4.1. Kurva Kenaikan Hasil Tetap


Kenaikan Hasil Bertambah (Increasing Return to Scale)
Apabila ke dalam suatu proses produksi ditambahkan secara terus
menerus satu satuan faktor produksi akan mengakibatkan
penambahan produk yang makin lama makin meningkat.

Tabel 4.2. Hubungan Input dan Output yang Menggambarkan Kenaikan


Hasil Bertambah

Faktor Penambahan Penambahan Produk


Produk
prod faktor prod produk marjinal
(Y)
(X) (X) (Y) (Y/ X)
1 10
2 1 25 15 15
3 1 45 20 20
4 1 70 25 25

Setiap penambahan satu satuan faktor produksi (X) menyebabkan


penambahan produk (Y) yang makin lama makin tinggi sehingga
produk marjinalnya (Y/X) makin besar, dimana kurvanya akan
cembung ke arah sumbu horizontal seperti pada ilustrasi 4.2
80
70
60
Produksi (Y)

50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5
Faktor Produksi (X)

Ilustrasi 4.2. Kurva Kenaikan Hasil Bertambah


Kenaikan Hasil Berkurang (Decreasing Return to Scale)
Penambahan satu satuan faktor produksi yang terus menerus akan
menyebabkan penambahan produk yang makin lama makin
berkurang.

Tabel 4.3. Hubungan Input dan Output dengan Kenaikan Hasil


Berkurang

Faktor Penambahan Penambahan Produk


Produk
prod Fakktor prod produk marjinal
(Y)
(X) (X) (Y) (Y/ X)
1 10
2 1 18 8 8
3 1 24 6 6
4 1 28 4 4

Pada tabel di atas tampak bahwa makin banyak faktor produksi


digunakan, menyebabkan produk total makin tinggi tetapi dengan
produk marjinal yang makin rendah. Keadaan tersebut dapat dilihat
pada Ilustrasi 4.3.
30

25
Produksi (Y)

20

15

10

0
0 1 2 3 4 5
Faktor Produksi (X)

Ilustrasi 4.3. Kurva Kenaikan Hasil Berkurang


Kombinasi antara Kenaikan Hasil Bertambah
dengan Kenaikan Hasil Berkurang.

Secara umum dapat dikatakan apabila penggunaan faktor


produksi variabel relatif masih sedikit dipergunakan
dibandingkan dengan penggunaan faktor produksi tetapnya,
akan terjadi kenaikan hasil bertambah (increasing return to
scale), dan sebaliknya bila penggunaan faktor produksi
variabel relatif lebih besar dibandingkan dengan faktor
produksi tetapnya, akan terjadi kenaikan hasil berkurang
(decreasing return to scale).

Kombinasi berbagai fase produksi ini biasanya terjadi untuk


berbagai jenis proses produksi, baik pabrik, pertanian
maupun peternakan. Karena terjadi secara umum, maka
terbentuk apa yang dinamakan dengan HUKUM KENAIKAN
HASIL YANG MAKIN BERKURANG atau “THE LAW OF
DIMINISHING RETURN”
HUKUM KENAIKAN HASIL YANG MAKIN
BERKURANG (The Law of Diminishing Return)

• Dalam suatu proses produksi apabila secara berturut-turut


ditambahkan satu satuan faktor produksi variabel pada faktor
produksi tetap, pada tahap awal, produksi total akan
bertambah dengan pertambahan yang makin besar, tetapi
sampai pada tingkat tertentu pertambahannya akan semakin
berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif, dan ini
mengakibatkan pertambahan produksi total semakin kecil
sampai mencapai produksi maksimal dan kemudian produksi
total menurun.
Tabel 4.4. Hukum Kenaikan Hasil yang Makin Berkurang

Faktor Produk Produk Produk Rata-


Produksi (Y) Marjinal rata
(X) (Y/X) (Y/X)
1 20 20,0
2 50 30 25,0
3 90 40 30,0
4 140 50 35,0
5 180 40 36,0
6 210 30 35,0
7 232 22 33,1
8 240 8 30,0
9 238 - 2 26,4
10 234 - 4 23,4
Sifat dari The Law of Diminishing Return:
• Penambahan terus menerus faktor produksi menyebabkan
produk total meningkat sampai tingkat tertentu (x=8 dan
Y=240)

• Mula-mula terjadi kenaikan hasil bertambah, produk marjinal


semakin besar (naik).

• Pada saat fungsi produksi total mencapai titik balik (inflection


point), produk marjinal mencapai titik maksimum (x=4 dan
MP=50)

• Sesudah titik balik terjadi kenaikan hasil yang semakin


berkurang (produk marjinal menurun).

• Pada tingkat produksi total maksimum, produk marjinal sama


dengan nol (0).

• Sesudah produk total maksimum, produk marjinal mempunyai


nilai negatif
300

250

200
Produksi (Y)

150

100

50

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Faktor Produksi (X)

Ilustrasi 4.4. The Law of Diminishing Return


Pengertian Kurva Produk Total, Produk Rata-rata dan
Produk Marjinal.

• Kurva Produk Total (KPT) atau Total Physical Product (TPP), adalah
kurva yang menunjukkan hubungan antara faktor produksi yang
digunakan dengan produk yang dihasilkan.

• Kurva Produk Rata-Rata (KPR) atau Average Physical Product (APP)


adalah kurva yang menunjukkan hubungan antar faktor produksi
yang digunakan dengan produk rata-rata pada berbagai tingkat
pemakaian faktor produksi.
Produk rata-rata adalah jumlah produk yang dihasilkan untuk setiap
penggunaan satu satuan faktor produksi. Apabila jumlah produk
dinyatakan dengan Y dan jumlah faktor produksi yang digunakan
adalah X maka produk rata-rata adalah Y/X.

• Kurva Produk Marjinal (KPM), atau Marginal Physical Product (MPP)


adalah kurva yang menunjukkan hubungan antar faktor produksi
dengan produk marjinal pada berbagai tingkat pemakaian faktor
produksi.
Produk marjinal adalah penambahan produk yang diperoleh karena
penambahan faktor produksi satu satuan (Y / X).
ELASTISITAS PRODUKSI DAN DAERAH PRODUKSI

Elastisitas Produksi merupakan perbandingan perubahan relatif


antara jumlah produk yang dihasilkan dengan perubahan relatif
jumlah faktor produksi yang digunakan. Secara matematis dapat
dituliaskan sebagai berikut:
dY / Y dY X
Ep  atau sama dengan x
dX / X dX Y

Kita ketahui dY/ dX = produk marjinal dan Y/X = produk rata-


rata, sehingga dapat dituliskan bahwa :

Ep = PM / PR
oleh karena itu : pada saat PM > PR maka Ep > 1
pada saat PM = PR maka Ep = 1
pada saat PM < PR maka Ep < 1
 Hubungan antara input dengan produk total, produk marginal dan
produk : rata-ratanya dapat digambarkan dalam bertuk kurva seperti
ditampilkan pada Ilustrasi 4.5.

 Daerah produksi dibagi atas daerah rasional dan daerah irasional


berdasarkan tingkat elastisitas produksinya.

 Berdasarkan nilai elastisitas produksi, daerah produksi dapat dibagi


menjadi 3 daerah, yaitu :
• Daerah elastisitas produksi > 1 s/d elastisitas produksi = 1, disebut
daerah I (irasional). Penambahan faktor produksi sebesar 1%
menyebabkan penambahan produk selalu lebih besar dari 1%.

• Daerah elastisitas produksi = 1 s/d elastisitas produksi = nol, disebut


daerah II (rasional). Penambahan faktor produksi 1% menyebabkan
penambahan produk paling tinggi 1% dan paling rendah 0%.

• Daerah elastisitas produksi = nol s/d elastisitas produksi < nol,


disebut daerah III (irasional). Penambahan faktor produksi
menyebabkan pengurangan produk (penambahan negatif).
260
250
240 E=0

Output (Y
230
220
210
200 E=1
190
180
170
)

160
150
140 I II III
130
120
110
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
-
(10)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(20)
Input Produksi (X)

KPT KPM KPR

Ilustrasi 4.5. Hubungan Input dengan Produk Total, Produk Rata-rata


dan Produk Marjinal
EFISIENSI EKONOMI DAN
TINGKAT PRODUKSI OPTIMUM

 Efisiensi tehnis akan tercapai pada saat produk rata-rata


mencapai maksimum.

 Pada ilustrasi 4.5. efisiensi teknis dicapai pada saat PR


max yaitu saat berpotongan dengan PM, atau saat PR =
PM. yaitu pada tingkat penggunaan input X = 5 unit dan
tingkat produksi (output) mencapai Y = 195 unit.

 Sementara produk maksimum dicapai saat X = 9 dan


output Y max =240 unit.
EFISIENSI EKONOMI DAN
TINGKAT PRODUKSI OPTIMUM

 Bila diketahui jumlah produk yang dihasilkan = Y dan harganya =


Hy serta jumlah faktor produksi yang digunakan = X dan harganya
Hx. Maka besarnya keuntungan (π) = penerimaan total – biaya
total.
π = Y. Hy – X. Hx

 Keuntungan maksimum dicapai bila turunan pertama dari fungsi


keuntungan tersebut sama dengan nol
dπ / dX = Hy . dY/dX – Hx = 0; dimana dY/dX = produk marjinal
atau nilai produk marjinal (NPMx) = Hx.

 Keuntungan maksimal dicapai bila nilai produk marjinal sama dengan


harga inputnya.
HUBUNGAN ANTAR FAKTOR
PRODUKSI
 Dalam proses produksi ternak digunakan lebih dari satu
jenis faktor produksi (rumput dan konsentrat, kandang
dan tenaga kerja dll)

 Tujuan kombinasi faktor produksi adalah untuk menekan


biaya produksi sekecil mungkin (least cost combination)
atau kombinasi faktor poduksi yang menghasilkan biaya
yang paling murah.

 Kemampuan satu faktor produksi X2 (misalnya


konsentrat) untuk menggantikan faktor produksi X1
(misalkan rumput) disebut Daya Substitusi Marjinal
(DSM).
HUBUNGAN ANTAR FAKTOR
PRODUKSI
Ada tiga macam pola hubungan antar input:

 Hubungan dengan Daya Substitusi Tetap (DSM Tetap), yaitu bila


penambahan satu satuan faktor produksi yang satu (X1) menyebabkan
pengurangan faktor produksi yang lain (X2), dalam jumlah yang tetap,
sementara jumlah produk yang dihasilkan tidak berubah (iso produk).

 Hubungan Komplementer, yaitu bila kedua jenis faktor produksi harus


dikombinasikan dalam satu perbandingan yang tetap. Misalnya X1 = 1
satuan dan X2 = 4 satuan. Apabila X1 = 5 satuan maka X2 = 20 satuan.

 Hubungan dengan Daya Substitusi yang Semakin Berkurang, yaitu


apabila dalam kondisi iso produk, penggunaan jumlah faktor produksi
yang satu (X1) dapat digantikan oleh faktor produksi kedua (X2) dengan
penggunaan yang semakin kecil.
HUBUNGAN ANTAR HASIL PRODUKSI
Kombinasi berbagai produk yang dihasilkan dari sejumlah faktor produksi
yang digunakan dalam proses produksi membentuk empat macam pola
hubungan antar hasil produksi:

 Joint Products, yaitu dua macam produk dihasilkan secara bersamaan


dalam sekali proses produksi.

 Complementary Products ,yaitu dua produk dihasilkan dengan pola


kenaikan produk yang satu diikuti oleh kenaikan produk yang lainnya,
pada penggunaan faktor produksi tertentu.

 Supplementary , yaitu bila kenaikan produk yang satu tidak


mempengaruhi produk yang lain dalam satu proses produksi.

 Competitive Products, yaitu bila kenaikan produk yang satu


mengakibatkan turunnya produk yang lain.
KONSEP DASAR BIAYA PRODUKSI
 Biaya produksi adalah jumlah kompensasi yang diterima pemilik faktor
produksi yang dipergunakan dalam proses produksi yang bersangkutan

 Konsep biaya sangat erat hubungannya dengan jumlah produk yang


dihasilkan, sehingga dikenal ada Biaya Total, Biaya Tetap, Biaya
Variabel, Biaya Rata-tata dan Biaya Marjinal

 Biaya total (total cost) adalah seluruh biaya yang dibutuhkan untuk
memproduksi tiap tingkat output. Biaya total (TC) dibagi atas dua bagian
yaitu Biaya Tetap atau Fixed Cost (FC) dan biaya variabel atau
variable cost (VC). Secara matematis dapat dituliskan:
TC = FC + VC
 Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang tidak berubah dengan
berubahnya produksi.

Biaya ini sering pula disebut sebagai biaya prasarana atau biaya tak
terhindarkan. Dalam suatu usahaternak, biaya ini umumnya untuk
membeli faktor produksi yang tidak habis pakai dalam satu kali
proses produksi, misalnya kandang, mesin perah susu, kendaraan,
sapi perah dan lain-lain (Ilustrasi 4.6.)

 Biaya variabel (variable cost) adalah seluruh biaya yang berubah


langsung mengikuti perubahan produk, bila produk naik maka biaya
variabel akan naik dan sebaliknya

Dalam usahaternak pada umumnya berasal dari faktor produksi


yang habis dalam satu kali proses produksi, misalnya pakan, bahan
bakar, obat-obatan dan lain-lain (Ilustrasi 4.6.)
Cost (Rp)
TC

VC

FC

0
Output
Ilustrasi 4.6. Kurva Biaya tetap (FC), Biaya variabel (VC) dan
Biaya Total (TC)
• Kurva biaya tetap merupakan garis lurus sejajar sumbu x
(output) karena besarnya tidak dipengaruhi besarnya
produk.

• Kurva biaya variabel tampak melengkung mengikuti


efisiensi penggunaan faktor produksi .Apabila secara teknis
penggunaan faktor produksi efisien (yang digambarkan oleh
elastisitas produksi) maka biaya variabelnya akan rendah,
sehingga bila ada kenaikan efisiensi penggunaan faktor
produksi akan ada penurunan biaya variabel dan
sebaliknya bila ada penurunan efisiensi faktor produksi
menyebabkan kenaikan biaya variabel.

• Kurva biaya total merupakan penjumlahan biaya tetap dan


biaya variabel.
Biaya rata-rata (average cost) adalah biaya keseluruhan untuk
menghasilkan suatu output tertentu dibagi dengan jumlah unit produk
yang dihasilkan atau merupakan biaya per unit produksi.

Biaya rata-rata dapat dibedakan atas Biaya Total Rata-rata (ATC),


Biaya tetap Rata-rata (AFC) dan Biaya Variabel Rata-rata (AVC).

TC VC FC dimana Y = total produk


ATC  AVC  AFC 
Y Y Y

Biaya variabel rata-rata adalah total biaya variabel dibagi dengan


total jumlah produksi atau biaya variabel per satu satuan output.

Apabila faktor produksi variabel adalah X ,dan harganya Hx,


maka biaya variabel adalah VC = X.Hx.
Latihan:

Q TFC TVC TC AFC AVC AC MC


0 200 0
1 20 220
2 232
3 242
4 52
5 60
6 72
7 291
8 312
9 344
10 380
11 418
12 260.8
13 320
14 396.4
15 699
16 848

Lengkapilah data tabel di atas dan jelaskan “gambaran“ atas


data yang diperoleh!
Apabila output adalah Y, maka AVC = X.Hx / Y.  = X/Y . Hx

Y/X = produksi rata-rata, maka AVC = Hx / Produksi Rata-rata atau (= Hx /PR)

Oleh karena itu apabila: PR meningkat  AVC akan turun


PR max  AVC minimum
PR turun  AVC naik
Biaya variabel rata-rata akan turun dan naik bila produksi ditingkatkan (ilustrasi
4.7.), tetapi biaya tetap rata-rata akan terus menerus turun bila jumlah produk
ditingkatkan (ilustrasi 4.8.).

Biaya marjinal (manginal cost) adalah besarnya tambahan biaya sebagai


akibat bertambahnya satu satuan produk yang dihasilkan.
X .Hx Y
karena MC   MP
Y X
(Marginal Product)
Maka Hx
MC 
MP

Oleh karena itu apabila: MP meningkat  MC turun


MP maksimum  MC minimum
MP turun  MC naik
Cost (Rp) Cost (Rp)

AVC
AVC

AP . max
AFC
0 OuOutput 0 Output
tput (RP)
Ilustrasi 4.7. Kurva Biaya Tetap Rata-rata Ilustrasi 4.8. Kurva Biaya Variabel
(AFC) Rata-rata (AVC)

Cost (Rp)
M
MC C

MP max

0
Output
Output (RP)
Ilustrasi 4.9. Kurva Biaya Marjinal (MC)
Cost (Rp) Cost (Rp)

AVC

AP . max
AFC
0 0 Output
Output
Ilustrasi 4.7. Kurva Biaya Tetap Rata-rata Ilustrasi 4.8. Kurva Biaya Variabel
(AFC) Rata-rata (AVC)

Cost (Rp)

MC

MP max

0
Output
Ilustrasi 4.9. Kurva Biaya Marjinal (MC)
260
250
240
230
220
TP
210
200
190
180
170
160
150

Output (Y)
140
130
120
110
100
90
80
70
60
50
40
30
20
AP
10
-
(10)
PM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(20)
Input Produksi (X)

260
250
240
230
220
ATC
210
200
190
180
170
160
150
AVC
Output (Y)

140
130
120
110
100
90
MC
80
70
60
50
40
30
20
10
-
(10) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(20)
Input Pr oduk s i (X)

Ilustrasi 4.10. Hubungan Kurva Produksi dan Kurva Biaya


Bagaimana hubungan antara kurva produksi dan biaya produksi
dapat digambarkan pada ilustrasi 4.10 .

 Pada saat saat kurva TP mencapai titik balik dari increasing ke


decreasing return, saat itu kurva PM mencapai maksimum dan
kurva MC mencapai minimum.

 Pada saat EP=1 (membentuk sudut α maksimum), maka kurva PM


berpotongan dengan AP (PM=AP) dan pada saat itu pula kurva MC
berpotongan dengan AVC (MC=AVC) dimana pada saat itu AP ada
pada tingkat maksimum dan AVC ada pada tingkat minimum.

 Pada saat kurva TP mencapai maksimum, maka kurva ATC


mencapai minimum. Pada saat itu PM =0 dan kurva ATC
berpotongan dengan MC
KAPASITAS PRODUKSI, HARGA DAN
KEUNTUNGAN MAKSIMUM
 Kapasitas produksi suatu perusahaan sangat ditentukan oleh
perkembangan harga produk di pasar.

 Perusahaan yang rasional akan menentukan kapasitas produksi


dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan maksimum.

 Kurva biaya produksi diturunkan dari kurva produksi oleh karena itu
penentuan kapasitas produksi dapat didekati melalui pendekatan
kurva biaya dimana keuntungan maksimum akan dicapai pada saat
MC = MR dan = Hy (Ilustrasi 4.11)
Untuk memperoleh keuntungan maksimum maka kapasitas produksi
harus diatur sebagai berikut (berdasarkan ilustrasi 4.11):
• Bila harga produk (Y) = H1  kapasitas produksi harus sebesar Y1
(saat MC=MR=Hx) , pada posisi demikian dengan ATC sebesar
Y1K atau OB1
Berarti penerimaan = OY1. Y1L atau OY1.OH1
Biaya = OY1.OK atau OY1.OB1
Keuntungan = (OY1.OH1) – (OY1.OB1) atau B1H1 . B1K.

• Bila harga Y = H2 (saat ATC = MC)


Maka kapasitas produksi harus Y2 agar keuntungan maksimum
yaitu saat (MC = MR=Hx).
Berarti penerimaan = OY2. Y2M atau OY2.OH2
Biaya = OY2. Y2M atau OY2.OH2
Keuntungan = 0 (Normal profit) artinya tidak ada
keuntungan dan tidak ada kerugian.
Oleh karena itu mulai titik M (ATC = MC) ke kanan, atau kapasitas
produksi > Y2 dimulainya kurva penawaran.
Latihan
1. Sebuah perusahaan menggunakan tenaga kerja (L) dan modal (K)
untuk menghasilkan barang X. Modal merupakan input tetap dan
tenaga kerja merupakan input variabel. Fungsi produksi yang
dihadapi oleh perusahaan tersebut ditunjukkan oleh persamaan
sebagai berikut:
Q = 1.620L + 18L2 – 0.2L3, di mana Q adalah jumlah unit barang X
yang dihasikan per minggu dan L adalah jumlah tenaga kerja yang
digunakan.
a. Tentukan jumlah barang X yang dihasilkan agar biaya marjinal
sama dengan biaya variabel rata-rata
b. Jika perusahaan ingin berproduksi pada tingkat produksi total
maksimum, tentukan jumlah tenaga kerja yang harus
digunakan
c. Jika perusahaan menjual barang X yang dihasilkan dengan harga
0,2 pada kondisi shut-down point , tentukan upah tenaga kerja
maksimal agar perusahaan tidak memilih tutup usaha
Ilustrasi 4.11. Hubungan antara Biaya Produksi, Kapasitas Produksi dan
Keuntungan
• Bila harga Y = H3 (AVC = MC)
Agar keuntungan maksimum kapasitas produksi harus Y3
Penerimaan = OY3. Y3Q atau OY3. OH3
Biaya = OY3.Y3P atau OY3.OH5  biaya lebih
besar dari penerimaan
Besar kerugian = H3QPH5
Dalam keadaan tersebut perusahaan masih bisa berproduksi
meskipun tidak mampu bayar AFC, karena seluruh penerimaan
hanya cukup untuk menutup seluruh biaya variabel saja.

• Bila harga Y = H4 (saat AFC = MC)


Agar keuntungan maksimum maka kapasitas produksi harus Y4
Penerimaan = OY4.Y4R atau OY4.OH4
Biaya = OY4.Y4S atau OY4.OH6
Dalam keadaan tersebut, bagaimana kondisi usaha ?

Anda mungkin juga menyukai