Anda di halaman 1dari 20

RANCANGAN

PENELITIAN TATAP

RANCANGAN PETAK
A. Rancangan Petak
Definisi dan SyaratTerbagi (RPT) atau Split Plot Design (SPD) merupakan bentuk
Penggunaan
TERBAGI (SPLIT PLOT
khusus percobaan faktorial atau dengan kata lain setiap percobaan yang
menggunakan split splot design pasti faktorial, tetapi setiap percobaan faktorial
tidak selalu split splot design.
Pada Rancangan Petak Terbagi ini kombinasi perlakuan tidak diacak secara sempurna
terhadap unit-unit percobaan, dengan alasan :
 Adanya tingkatan kepentingan dari faktor-faktor yang dilibatkan dalam
percobaan.
 Pengembangan dari percobaan yang telah berjalan.
 Kendala pengacakan di lapangan.
Rancangan ini digunakan bagi percobaan-percobaan yang dimaksudkan untuk
menyelidiki pengaruh-pengaruh utama dan interaksi dengan derajad ketelitian
yang tidak sama.
Faktor dengan derajad ketelitian yang lebih rendah disebut sebagai faktor utama
(main plot faktor), sedangkan faktor dengan ketelitian yang lebih tinggi disebut
faktor anak petak (sub plot faktor). Rancangan ini dapat diaplikasikan pada semua
rancangan dasar (RAL, RAK, dan RBSL).
Beberapa kelemahan dari Rancangan Petak Terbagi antara lain :
 Pengaruh utama dari petak utama diduga dengan tingkat ketelitian yang lebih
rendah, dibandingkan pengaruh interaksi dan pengaruh utama dari anak petak-
nya.
 Analisis lebih komplek dibandingkan pola faktorial serta interpretasi hasil
analisisnya tidak mudah.
Di bidang peternakan, rancangan ini banyak digunakan pada penelitian di bidang
Agrostologi, yaitu suatu ilmu yang mempelajari berbagai rumput; klasifikasi,
manajemen dan pemanfaatannya (Forages, 6th Ed., vol.2 2007), namun dapat pula
diterapkan di bidang budidaya ternak.

Alasan dipilihnya Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) :


1. Derajat Ketepatan.
 Petak Utama : Ketepatan lebih rendah
 Anak Petak : Ketepatan lebig tinggi

Rancangan Penelitian TM ke-11 1|Page


Misalnya suatu penelitian ditujukan untuk menilai 4 jenis rumput dengan tiga
taraf/level pemupukan dalam suatu percobaan faktorial 4 x 3, dan setiap kombinasi
perlakuan di ulang 4 (empat) kali. Apabila si peneliti mengharapkan ketepatan
lebih tinggi bagi perbandingan jenis rumput daripada untuk respons
pemupukan. Dengan demikian, si peneliti akan membuat jenis rumput sebagai
faktor anak petak dan pemupukan sebagai faktor petak utama. Dengan
demikian level pemupukan hanya di ulang 4 kali sedangkan jenis rumput di ulang
12 kali.
Akan tetapi, seorang agronomis yang mempelajari respons pemupukan 4 jenis
rumput yang dikembangkan oleh si peneliti mungkin akan menginginkan
ketepatan yang lebih tinggi untuk respons pemupukan daripada untuk jenis
rumput, dan akan menempatkan jenis rumput pada petak utama dan
pemupukan pada anak petak. Dengan demikian jenis rumput hanya di ulang 4 kali
sedangkan level pemupukan di ulang 16 kali.

2. Ukuran Nisbi (relatif) Mengenai Pengaruh Utama


Apabila pengaruh utama salah satu faktor diharapkan lebih besar dan lebih
mudah dilihat daripada faktor lainnya, maka salah satu faktor tersebut dapat
ditempatkan sebagai petak utama, dan faktor yang lain sebagai anak petak.
Misalnya kita ingin meneliti jarak tanam pada beberapa varietas rumput. Dari
percobaan-percobaan terdahulu sudah diketahui informasi tentang varietas
tersebut antara lain potensi produksinya. Sedangkan dalam percobaan ini ingin
diketahui lebih mendalam tentang pengaruh jarak tanam pada beberapa
varietas tersebut, maka dalam percobaan semacam ini digunakan Rancangan Petak
Terbagi. Varietas diperlakukan sebagai faktor petak utama (main plot faktor),
sedangkan jarak tanam diperlakukan sebagai faktor anak petak (sub plot faktor),
karena mengharapkan pengaruh perlakuan jarak tanam lebih besar daripada
faktor perlakuan varietas.

3. Praktek Pengelolaan
Penempatan perlakuan sebagai petak utama dilakukan berdasarkan
pertimbangan praktis di lapangan.
Misalnya dalam suatu percobaan untuk menilai penampilan beberapa varietas
rumput dengan berbagai taraf pemupukan, si peneliti mungkin menempatkan petak
utama untuk pemupukan guna memperkecil keperluan pemisahan petakan yang
memerlukan taraf pemupukan yang berbeda.
Contoh lain pada kasus percobaan yang melibatkan cara pengolahan lahan (cangkul,
bajak, traktor) dengan berbagai jenis varietas. Dimana cara pengolahan lahan
ditempatkan sebagai petak utama dan jenis varietas sebagai anak petak.

Rancangan Penelitian TM ke-11 2|Page


4. Percobaan yang diulang pada beberapa :
a. Lokasi (Split in Space), maka lokasi sebagai petak utama dan perlakuan sebagai
anak petak.
b. Waktu (Split in Time), misalnya musim, tahun sebagai petak utama dan
perlauan sebagai anak petak.
c. Pengamatan pada satuan percobaan yang dilakukan secara periodik , misal
hari, minggu, bulan dan seterusnya sebagai anak petak dan perlakuan sebagai
petak utama.
5. Bila untuk mengamati suatu faktor dibutuhkan unit/materi percobaan yang
berbeda jumlahnya/besarnya.
Misalkan percobaan penetasan telur, ada faktor suhu mesin tetas dan berat telur.
Tidak mungkin dalam satu mesin tetas terdapat berbagai suhu yang berlainan,
tetapi dalam satu mesin tetas dapat diisi berbagai berat telur, maka mesin
tetas sebagai petak utama dan berat telur sebagai anak petak.

B. Model Matematik
Setiap jenis rancangan penelitian memiliki model matematik sendiri-sendiri dan
spesifik.

1. Model Matematik RPT dengan rancangan dasar RAL :

𝒀𝒊𝒋𝒌 = 𝝁 + 𝑎𝒊 + 𝒊𝒌 + 𝖰𝒋 + (𝑎𝖰)𝒊𝒋 + 𝗌𝒊𝒋𝒌

Keterangan :
Yijk : Nilai yang diamati/diukur
 : Nilai tengah populasi
αi : Pengaruh faktor A taraf ke i
j : Pengaruh faktor B taraf ke j
(αβ)ij : Pengaruh interaksi faktor A taraf ke i dengan faktor B taraf ke j
δik : Pengaruh acak dari petak utama yang muncul dari faktor A taraf ke i dalam
ulangan ke k (Galat Main Plot atau Galat a)
ijkl : Pengaruh acak dari satuan percobaan ke k yang mendapat kombinasi
perlakuan ij (Galat Sub Plot atau Galat b)

2. Model Matematik RPT dengan rancangan dasar RAK :

𝒀𝒊𝒋𝒌 = 𝝁 + 𝝆𝒌 + 𝑎𝒊 + 𝒊𝒌 + 𝖰𝒋 + (𝑎𝖰)𝒊𝒋 + 𝗌𝒊𝒋𝒌

Keterangan :
Yijk : Nilai yang diamati/diukur
 : Nilai tengah populasi
k : Pengaruh Blok ke k
αi : Pengaruh faktor A taraf ke i
j : Pengaruh faktor B taraf ke j
(αβ)ij : Pengaruh interaksi faktor A taraf ke i dengan faktor B taraf ke j
δik : Pengaruh acak dari petak utama yang muncul dari faktor A taraf ke i dalam
blok ke k (Galat Main Plot atau Galat a)
Rancangan Penelitian TM ke-11 3|Page
ijk : Pengaruh acak dari satuan percobaan ke k yang mendapat kombinasi
perlakuan ij (Galat Sub Plot atau Galat b)

3. Model Matematik RPT dengan rancangan dasar RBSL :

𝒀𝒊𝒋𝒌𝒍 = 𝝁 + 𝒌 + 𝜿𝒍 + 𝑎𝒊 + 𝒊𝒌𝒍 + 𝖰𝒋 + (𝑎𝖰)𝒊𝒋 + 𝗌𝒊𝒋𝒌𝒍

Keterangan :
Yijkl : Nilai yang diamati/diukur
 : Nilai tengah populasi
γk : Pengaruh Baris ke k
κl : Pengaruh Kolom ke l
αi : Pengaruh faktor A taraf ke i
j : Pengaruh faktor B taraf ke j
(αβ)ij : Pengaruh interaksi faktor A taraf ke i dengan faktor B taraf ke j
δikl : Pengaruh acak dari petak utama yang muncul dari faktor A taraf ke i dalam
baris ke k dan kolom ke l (Galat Main Plot atau Galat a)
ijkl : Pengaruh acak dari satuan percobaan ke kl yang mendapat kombinasi
perlakuan ij (Galat Sub Plot atau Galat b)

C. Langkah-Langkah Penggunaan Rancangan Petak Terbagi


Penggunaan Rancangan Petak Terbagi (RPT) pada prinsipnya sama dengan langkah-
langkah penggunaan rancangan dasar sebelumnya (RAL, Pola Tersarang, RAK dan
RBSL), karena seperti pada Pola Faktorial, maka RPT juga memerlukan rancangan dasar
untuk penerapan perlakuan pada materi atau unit percobaan. Oleh karena itu dalam
pembahasan disini akan diuraikan langkah-langkah penggunaan RPT sebagai
berikutnya :

1. Membuat Denah Percobaan (Layout Percobaan).

Denah pencobaan merupakan tata letak percobaan yang mengatur penerapan


perlakuan pada setiap materi percobaan dilokasi penelitian. Untuk menjelaskan
prosedur pengacakan dan membuat denah percobaan pada RPT, menggunakan
pendekatan contoh penelitian sebagai berikut :
Misalkan suatu penelitian bertujuan untuk membandingkan respons beberapa varietas
Rumput Gajah (RG) pada berbagai jenis pengolahan tanah. Apakah ada perbedaan respons
varietas untuk tanah yang diolah dengan dibajak sapi, hand traktor, dan tanpa diolah (zerro
tillage).
Dengan keadaan seperti itu, karena menggunakan hewan ternak untuk menarik bajak dan
hand traktor, maka memerlukan petakan yang luas untuk perlakuan jenis pengolahan tanah.
Pengujian respons varietas rumput unggul ditempatkan untuk tiap pengolahan tanah yaitu
pada tanah yang dibajak sapi, dibajak dengan hand tractor, dan tanpa olah tanah. Dalam
percobaan ini jenis pengolahan tanah dikodekan sebagai faktor T yang terdiri dari 3 level
yaitu t0 = tanpa olah tanah, t1 = dibajak sapi, t2 = Hand traktor, ditempatkan sebagai petak
utama, dan macam varietas rumput unggul dikodekan sebagai faktor V yang terdiri dari 4
level yaitu v1 = RG Hawai; v2 = RG Afrika; v3 = RG Manggala; v4 = RG Dwarf), ditempatkan
sebagai anak petak. Percobaan diulang tiga kali.

Rancangan Penelitian TM ke-11 4|Page


Prosedur pengacakan dan tata letak percobaan adalah sebagai berikut :
Disini dilakukan dua tahap pengacakan :
1. Pengacakan Petak Utama (Main Plot), yaitu level pada faktor T diacak ke
dalam petak utama (Main Plot). Pengacakannya mengikuti aturan atau
prosedur pengacakan rancangan dasarnya (RAL, RAK atau RBSL)
2. Pengacakan Anak Petak (Sub Plot), yaitu level pada faktor V diacak ke dalam
anak petak (Sub Plot) dari tiap-tiap petak utama.

a.Akan
Jikadiberikan
rancangancontoh pengacakan
dasarnya RAL : dan tata letak percobaan berdasarkan
rancangan dasarnya (RAL, RAK dan RBSL).
Pengacakan level dari faktor T ke dalam petak utama dilakukan secara acak
lengkap.
1) Pengacakan Main Plot :
Tempat percobaan dibagi ke dalam petak satuan percobaan. Jumlah petak
satuan percobaan diperoleh dengan cara :
Jumlah petak satuan percobaan = Jumlah level faktor T × Jumlah ulangan
Pada contoh disini jumlah petak satuan percobaan = 3 × 3 = 9 petak. Petak
tersebut menjadi petak utama (Main Plot).
Penempatan perlakuan ke dalam petak utama (PU) dilakukan secara acak
lengkap, dan diberi kode sesuai dengan perlakuan yang diterapkan. Dalam
hal ini level dari jenis pengolahan tanah atau faktor T yaitu t0 = tanpa olah
tanah, t1 = dibajak sapi, t2 = Hand traktor, diacak lengkap, seperti pada
denah berikut :
t2 t0 t1

t2 t2 t1

t1 t0 t0

Rancangan Penelitian TM ke-11 5|Page


2) Pengacakan Sub Plot :
Bagilah PU ke dalam anak petak (AP) atau Sub Plot. Banyaknya AP dalam
setiap PU sama dengan banyaknya perlakuan anak petak. Penempatan ke
dalam PU dilakukan secara acak, dan diberi kode sesuai dengan perlakuan
yang diterapkan, misalnya faktor V untuk varietas rumput Gajah (v1 = RG
Hawai; v2 = RG Afrika; v3 = RG Manggala; v4 = RG Dwarf), sehingga diperoleh
Tata Letak Percobaan seperti pada denah berikut :
t2 t0 t1

v2 v1 v4 v3 v4 v2 v3 v1 v3 v4 v2 v1

t2 t2 t1

v4 v3 v2 v1 v2 v4 v3 v1 v4 v1 v2 v3

v3 v4 v1 v2 v3 v1 v4 v2 v4 v2 v1 v3
b. Jika rancangan dasarnya RAK :
t1 t0 t0
Pengacakan level dari faktor T ke dalam petak utama dilakukan di dalam masing-
masing blok.
1) Pengacakan Main Plot :
Tempat percobaan dibagi ke dalam blok, banyaknya blok = banyaknya
ulangan. Pembagian blok sesuai dengan prinsip pengawasan setempat
(local control).
Setiap blok dibagi menjadi petak utama (PU). Banyaknya PU dalam tiap blok
sama dengan jenis pengolahan tanah. Penempatan perlakuan ke dalam PU
dilakukan secara acak, dan diberi kode sesuai dengan perlakuan yang
diterapkan. Dalam hal ini jenis pengolahan tanah diberi kode huruf T (t0 =
tanpa olah tanah, t1 = dibajak sapi, t2 = Hand traktor), seperti pada denah di
bawah ini (Perhatikan dan bandingkan dengan hasil pengacakan pada RAL, maka
level dari faktor T disini hanya muncul sekali dalam setiap blok dan setiap blok
mengandung semua level faktor T, yaitu sesuai dengan prinsip pengacakan pada RAK) :

Rancangan Penelitian TM ke-11 6|Page


t2 t0 t1

Blok I
t2 t1 t0
Blok II

t1 t0 t2
Blok III

2) Pengacakan Sub Plot :


Bagilah PU ke dalam anak petak (AP). Banyaknya AP dalam setiap PU sama
dengan banyaknya perlakuan anak petak. Penempatan ke dalam PU
dilakukan secara acak, dan diberi kode sesuai dengan perlakuan yang
diterapkan, misalnya V untuk varietas rumput Gajah (v1 = RG Hawai; v2 =
RG Afrika; v3 = RG Manggala; v4 = RG Dwarf), sehingga diperoleh Tata Letak
Percobaan seperti pada denah berikut :
t2 t0 t1
Blo

v2 v1 v4 v3 v4 v2 v3 v1 v3 v4 v2 v1
v4 v3 v2 V1

t2 t1 t0

v2 v4 v3 v1 v4 v1 v2 v3
Blok

v3 v4 v1 v2

t1 t0 t2

v3 v1 v4 v2 v4 v2 v1 v3
Blok

Rancangan Penelitian TM ke-11 7|Page


c. Jika rancangan dasarnya RBSL :
Pengacakan level dari faktor T ke dalam petak utama dilakukan pada baris dan
kolom.
Pada penggunaan rancangan dasar RBSL, harus diperhatikan bahwa jumlah level
dari faktor yang ditempatkan pada petak utama harus sama dengan jumlah
ulangan. Untuk faktor yang ditempatkan sebagai Sub Plot dapat berbeda jumlah
level-nya.
Pada contoh, faktor T berlevel 3 dan jumlah ulangan = 3, sehingga RBSL-nya
berukuran 3 x 3.
1) Pengacakan Main Plot :
Tempat percobaan dibagi ke dalam baris dan kolom dan banyaknya baris =
banyaknya kolom = banyaknya perlakuan sebagai petak utama.
Pembagian baris dan kolom sesuai dengan prinsip kontrol lingkungan
setempat (local control).
Setiap petak yang dihasilkan menjadi petak utama (PU). Banyaknya PU
dalam tiap baris dan kolom sama dengan jenis pengolahan tanah. Penempatan
perlakuan ke dalam PU dilakukan pengacakan baris dan kolom, dan diberi
kode sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Dalam hal ini jenis
pengolahan tanah diberi kode huruf T (t0 = tanpa olah tanah, t1 = dibajak
sapi, t2 = Hand traktor), seperti pada denah di bawah ini (Perhatikan dan
bandingkan dengan hasil pengacakan pada RAL dan RAK, maka level dari faktor T
disini hanya muncul sekali dalam setiap blok dan kolom, serta setiap level faktor T
terdapat dalam setiap baris dan kolom, yaitu sesuai dengan prinsip pengacakan pada
RBSL) :
Untuk menyederhanakan proses pengacakan perlakuan pada petak utama,
maka perlakuan pada petak utama dikodekan dengan huruf latin sebagai
berikut :

A = t0 = tanpa olah tanah

B = t1 = dibajak sapi

C = t2 = Hand traktor
Selanjutnya dilakukan prosedur pengacakan baris dan kolom sebagai berikut :
a. Gambar sejumlah 9 kotak yang mewakili denah kandang sapi dan beri kode
perlakuan secara sistematis;
Kolom
1 2 3
1 A B C
Baris

2 B C A
3 C A B

b. Lakukan pengacakan BARIS.


Hasil pengacakan baris 1 (b1) pada langkah (a) pindah ke baris 3 (b3);
b2 ke b1 dan b3 ke b2, sehingga diperoleh denah sebagai berikut :

Rancangan Penelitian TM ke-11 8|Page


Kolom
1 2 3
2 B C A

Baris
3 C A B
1 A B C

c. Lakukan pengacakan KOLOM.


Hasil pengacakan kolom 1 (k1) pada langkah (b) pindah ke kolom 2
(k2); k2 ke k1 dan k3 ke k3, sehingga diperoleh denah sebagai berikut :
Kolom
2 1 3
2 C B A
Baris

3 A C B
1 B A C

d. Lakukan perubahan nomor urut BARIS dan KOLOM seperti semula


(langkah a) tanpa mengubah posisi perlakuan.
Catatan :
Kolom Posisi perlakuan hasil pengacakan KOLOM dan
1 2 3 BARIS pada langkah (c) TIDAK DIUBAH, tetapi
nomor urut baris dikembalikan seperti pada
1 C B A
Baris

langkah (a). Hasil


pada langkah (d) ini
2 A C B
3 B A C merupakan hasil pengacakan
petak utama.

Selanjutnya ubah kode perlakuan tersebut di atas dengan kode asli level faktor
yang menjadi petak utama yaitu t0, t1, dan t2 sehingga diperoleh denah sebagai
berikut :

t2 t1 t0

t0 t2 t1

t1 t0 t2

Rancangan Penelitian TM ke-11 9|Page


2) Pengacakan Sub Plot :
Bagilah PU ke dalam anak petak (AP). Banyaknya AP dalam setiap PU sama
dengan banyaknya perlakuan anak petak. Penempatan ke dalam PU
dilakukan secara acak, dan diberi kode sesuai dengan perlakuan yang
diterapkan, misalnya V untuk varietas rumput Gajah (v1 = RG Hawai; v2 =
RG Afrika; v3 = RG Manggala; v4 = RG Dwarf), sehingga diperoleh Tata Letak
Percobaan RPT dengan rancangan dasar RBSL seperti pada denah berikut :
Kolom 1 t2 Kolom 2 t1 Kolom 3 t0
Baris
Baris

v2 v1 v4 v3 v4 v2 v3 v1 v3 v4 v2 v1

v4 v3 v2 V1 v2 v4 v3 v1 v4 v1 v2 v3

v3 v4t0 v1
2. Melaksanakan Penelitian. v2 v3 v1t2 v4 v2 v4 v2t1 v1 v3
Langkah melaksanakan penelitian adalah peneliti melaksanakan penelitiannya,
Baris

menerapkan perlakuan sesuai dengan denah percobaan, melakukan


pengamatan dan pengukuran sesuai dengan variabel yang diamati, sehingga
diakhir penelitian akan diperoleh data penelitian. Tahap ini dikatakan juga sebagai
tahap pengumpulan data t1 dan informasi. t0 t2

3. Tabulasi Data.
Langkah tabulasi data merupakan aktivitas untuk melakukan pengamatan data dan
penyusunan data ke dalam tabulasi data serta untuk keperluan analisis data.
Tabulasi data dalam setiap jenis rancangan penelitian mempunyai ciri masing-
masing sesuai dengan jenis rancangannya.
Mengingat tabulasi data untuk RPT dengan rancangan dasar RBSL cukup komplek
dan dengan pertimbangan penggunaan rancangan dasar RAL serta RAK dalam RPT
paling sering digunakan dalam penelitian, maka tabulasi data pada RPT yang akan

Rancangan Penelitian TM ke-11 10 | P a g e


disajikan disini adalah tabulasi data untuk RPT dengan rancangan dasar RAL
atau RAK, yaitu terdiri dari dua tabel sebagai berikut :

Tabel 1. MP x SP x Ulangan (Blok)

Main Plot Sub Plot Ulangan/Blok


Yij.
(MP) (SP) 1 2 3
v1
v2 Yijk
to v3
v4
Y.jk Y.j.
v1
v2
t1 v3
v4
Y.jk Y.j.
v1
v2
t2 v3
v4
Y.jk Y.j.
TOTAL Y..k Y…
Catatan : i = 1,2,..., a (jumlah level faktor T)
j = 1,2,..., b (jumlah level faktor V)
k = 1,2,.., r (jumlah blok/ulangan)

Tabel 2. MP x SP

t0 t1 t2 Yi..
v1
v2 Yij. Catatan :
v3 Salin data Yij. dari Tabel 1 dan
sesuaikan dengan kombinasi
v4 perlakuannya masing-masing.
Y.j. Y…

Rancangan Penelitian TM ke-11 11 | P a g e


4. Analisis Data.

Analisis data merupakan tahapan pengujian hipotesis berdasarkan data hasil


penelitian. Analisis data pada Pola Faktorial menggunakan teknik analisis variansi.

Namun perlu diingat bahwa sebelum analisis data dilakukan, biasanya dilakukan
pengujian untuk mengetahui apakah data sudah memenuhi asumsi yang dibutuhkan
dalam analisis variansi. Jika ada asumsi yang tidak dapat dipenuhi maka perlu
dilakukan transformasi data.

Prosedur ANAVA :
a. Menggunakan data yang sudah disusun dalam tabulasi data. Berdasarkan
tabulasi data tersebut di atas kita dapat mengetahui jumlah dan jenis sumber
variansinya. Di bawah ini disajikan komparasi sumber variasi dan derajat bebas
dari RPT dengan rancangan dasar RAL, RAK dan RBSL.

Selanjutnya kita dapat menghitung nilai variansi dari sumber variasi tersebut.
b. Menghitung nilai variansi (KT).
Untuk menghitung nilai variansi (KT) biasanya diawali dengan menhitung Faktor
Koreksi (FK), Jumlah Kuadrat (JK) dan Derajat Bebas (DB) dengan formula
sebagai berikut :
Catatan : i = 1,2,..., a (jumlah level faktor T)
j = 1,2,..., b (jumlah level faktor V)
k = 1,2,.., r (jumlah blok/ulangan/baris)
l = 1,2,..., r (jumlah kolom)

1) Formula Analisis Variansi RPT dengan RAL


(𝑌… )2
1. 𝐹𝐾 = 𝑎.𝑏.𝑟

2. 𝐽𝐾𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∑ 𝑌2 − 𝐹𝐾
𝑖
2
3. 𝐽𝐾𝑆𝑢𝑏 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (1) = ∑ 𝑌𝑖.𝑘 − 𝐹𝐾

Rancangan Penelitian TM ke-11 12 | P a g e


2
4. 𝐽𝐾𝑀𝑎𝑖𝑛 𝑃𝑙𝑜𝑡 (𝑇) = ∑ 𝑖.. − 𝐹𝐾

5. 𝐽𝐾𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 (𝑎) = 𝐽𝐾𝑆𝑢𝑏 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (1) − 𝐽𝐾𝑀𝑎𝑖𝑛 𝑃𝑙𝑜𝑡 (𝑇)
𝑌2
6. 𝐽𝐾𝑆𝑢𝑏 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (2) = ∑ 𝑖𝑗.
𝑟 − 𝐹𝐾

7. 𝐽𝐾𝑆𝑢𝑏 𝑃𝑙𝑜𝑡 2
= ∑ 𝑌.𝑗. − 𝐹𝐾
(𝑉) 𝑎.𝑟
8. 𝐽𝐾𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 (𝑇𝑉) = 𝐽𝐾𝑆𝑢𝑏 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (2) − 𝐽𝐾𝑀𝑎𝑖𝑛 𝑃𝑙𝑜𝑡 (𝑇) − 𝐽𝐾𝑆𝑢𝑏 𝑃𝑙𝑜𝑡 (𝑉)
9. 𝐽𝐾𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 (𝑏) = 𝐽𝐾𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝐽𝐾𝑆𝑢𝑏 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (2) − 𝐽𝐾𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 (𝑎) atau
𝐽𝐾𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 (𝑏) = 𝐽𝐾𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝐽𝐾𝑆𝑢𝑏 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (1) − 𝐽𝐾𝐺𝑆𝑢𝑏 𝑃𝑙𝑜𝑡 (𝑉) − 𝐽𝐾𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 (𝑇𝑉)

2) Formula Analisis
2
Variansi RPT dengan RAK
(𝑌… )
1. 𝐹𝐾 =
𝑎.𝑏.𝑟
2. 𝐽𝐾𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∑ 𝑌2𝑖 − 𝐹𝐾
2
3. 𝐽𝐾𝑆𝑢𝑏 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (1) = ∑ �𝑖.𝑘 − 𝐹𝐾

𝑌2
4. 𝐽𝐾𝐵𝑙𝑜𝑘 = ∑𝑎.𝑏
..𝑘

2
𝑖..
5. 𝐽𝐾𝑀𝑎𝑖𝑛 𝑃𝑙𝑜𝑡 (𝑇) = ∑ − 𝐹𝐾

6. 𝐽𝐾𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 (𝑎) = 𝐽𝐾𝑆𝑢𝑏 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (1) − 𝐽𝐾𝐵𝑙𝑜𝑘 − 𝐽𝐾𝑀𝑎𝑖𝑛 𝑃𝑙𝑜𝑡 (𝑇)
𝑌2
7. 𝐽𝐾𝑆𝑢𝑏 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (2) = ∑ 𝑖𝑗.
𝑟 − 𝐹𝐾
8. 𝐽𝐾𝑆𝑢𝑏 𝑃𝑙𝑜𝑡 2
= ∑ 𝑌.𝑗. − 𝐹𝐾
(𝑉) 𝑎.𝑟
9. 𝐽𝐾𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 (𝑇𝑉) = 𝐽𝐾𝑆𝑢𝑏 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (2) − 𝐽𝐾𝑀𝑎𝑖𝑛 𝑃𝑙𝑜𝑡 (𝑇) − 𝐽𝐾𝑆𝑢𝑏 𝑃𝑙𝑜𝑡 (𝑉)
10. 𝐽𝐾𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 (𝑏) = 𝐽𝐾𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝐽𝐾𝑆𝑢𝑏 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (2) − 𝐽𝐾𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 (𝑎) atau
𝐽𝐾𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 (𝑏) = 𝐽𝐾𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝐽𝐾𝑆𝑢𝑏 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (1) − 𝐽𝐾𝐺𝑆𝑢𝑏 𝑃𝑙𝑜𝑡 (𝑉) − 𝐽𝐾𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 (𝑇𝑉)

3) Formula Analisis Variansi RPT dengan RBSL


(𝑌… )2
1. 𝐹𝐾 =
𝑏.𝑟2
2. 𝐽𝐾𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∑ 𝑌2𝑖𝑗 − 𝐹𝐾
2
3. 𝐽𝐾𝑆𝑢𝑏 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (1) = ∑ �𝑖.𝑘𝑙 − 𝐹𝐾

𝑌2
4. 𝐽𝐾𝐵𝑎𝑟𝑖𝑠 = ∑𝑟.𝑏..𝑘 −
2
𝑌
5. 𝐽𝐾𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 = ∑𝑟.𝑏..𝑙 −
2
6. 𝐽𝐾𝑀𝑎𝑖𝑛 𝑃𝑙𝑜𝑡 (𝑇) = ∑ 𝑌𝑖.. − 𝐹𝐾

Rancangan Penelitian TM ke-11 13 | P a g e
7. 𝐽𝐾𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 (𝑎) = 𝐽𝐾𝑆𝑢𝑏 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (1) − 𝐽𝐾𝐵𝑎𝑟𝑖𝑠 − 𝐽𝐾𝐾𝑜𝑙𝑜𝑚 − 𝐽𝐾𝑀𝑎𝑖𝑛 𝑃𝑙𝑜𝑡 (𝑇)

Rancangan Penelitian TM ke-11 14 | P a g e


8. 𝐽𝐾𝑆𝑢𝑏 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 2
= ∑ 𝑌𝑖𝑗. − 𝐹𝐾
(2) 𝑟

9. 𝐽𝐾𝑆𝑢𝑏 𝑃𝑙𝑜𝑡 2
= ∑ 𝑌.𝑗. − 𝐹𝐾
(𝑉) 𝑟2
10. 𝐽𝐾𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 (𝑇𝑉) = 𝐽𝐾𝑆𝑢𝑏 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (2) − 𝐽𝐾𝑀𝑎𝑖𝑛 𝑃𝑙𝑜𝑡 (𝑇) − 𝐽𝐾𝑆𝑢𝑏 𝑃𝑙𝑜𝑡 (𝑉)
11. 𝐽𝐾𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 (𝑏) = 𝐽𝐾𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝐽𝐾𝑆𝑢𝑏 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (2) − 𝐽𝐾𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 (𝑎) atau
𝐽𝐾𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 (𝑏) = 𝐽𝐾𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝐽𝐾𝑆𝑢𝑏 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (1) − 𝐽𝐾𝐺𝑆𝑢𝑏 𝑃𝑙𝑜𝑡 (𝑉) − 𝐽𝐾𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 (𝑇𝑉)

Perhitungan FK dan JK merupakan perhitungan awal untuk keperluan


menghitung nilai variansi.
Untuk memudahkan perhitungan nilai variansi, digunakan tabel Analisis
Variansi berikut :
1) ANAVA RPT dengan RAL
Sumber Variasi JK DB KT Fhit F0,05 F0,01
Main Plot (T) JK MP a–1 KTMP KTMP/KTGa c d
Galat (a) JK Ga a(r-1) KTGa σ(a) =KTGa
Sub Total (1) JK ST(1) r.a – 1 KK(a) = σ(a)/Ybar x 100
Sub Plot (V) JK SP b–1 KTSP KTSP/KTGb e f
Interaksi (TV) JK Int (a–1)(b–1) KTInt KTInt/KTGb g h
Galat (b) JK Gb a(b – 1)(r– 1) KTGb σ(b) =KTGb
Total JK T a.b.r -1 KK(b) = σ(b)/Ybar x 100

2) ANAVA RPT dengan RAK


Sumber Variasi JK DB KT Fhit F0,05 F0,01
Blok JK B r–1 KTB KTB/KTGa *) m n
Main Plot (T) JK MP a–1 KTMP KTK/KTGa o p
Galat (a) JK Ga (a-1)(r-1) KTGa σ(a) =KTGa
Sub Total (1) JK ST(1) r.a – 1 KK(a) = σ(a)/Ybar x 100
Sub Plot (V) JK SP b–1 KTSP KTSP/KTGb q s
Interaksi (TV) JK Int (a–1)(b–1) KTInt KTInt/KTGb t u
Galat (b) JK Gb a(b – 1)(r– 1) KTGb σ(b) =KTGb
Total JK T a.b.r -1 KK(b) = σ(b)/Ybar x 100

3) ANAVA RPT dengan RBSL


Sumber Variasi JK DB KT Fhit F0,05 F0,01
Baris JK Brs r–1 KTB KTB/KTGa *) v w
Kolom JK Klm r–1 KTK KTK/KTGa*) v w
Main Plot (T) JK MP r–1 KTMP KTMP/KTGa v w
Galat (a) JK Ga (r-1)(r-2) KTGa σ(a) =KTGa
Sub Total (1) JK ST(1) r2 – 1 KK(a) = σ(a)/Ybar x 100
Sub Plot (V) JK SP b–1 KTSP KTSP/KTGb x y
Interaksi (TV) JK Int (r–1)(b–1) KTInt KTInt/KTGb z aa
Galat (b) JK Gb r(r-1)(b-1) KTGb σ =KTGb

Rancangan Penelitian TM ke-11 15 | P a g e


Total JK T a.b.r -1 KK = σ/Ybar x 100

Rancangan Penelitian TM ke-11 16 | P a g e


Keterangan :
*) Tidak wajib dihitung

JK = Jumlah Kuadrat Fhit = Nilai F hitung


DB = derajat Bebas F0,05 = Nilai F Tabel untuk =5%
KT = Kuadrat Tengah = JK/DB F0,01 = Nilai F Tabel untuk =1%
Ybar = Rata-rata seluruh data σ = Simpang baku galat
KK = Koef. Keragaman Galat (%)
a = Jumlah level Faktor T
b = Jumlah level Faktor V
r = Jumlah Ulangan/Blok/Baris/Kolom
c, o = Nilai F diperoleh dari Tabel F dengan acuan DB Main Plot dan DB Galat (a) untuk nilai
=5%
d, p = Nilai F diperoleh dari Tabel F dengan acuan DB Main Plot dan DB Galat (a) untuk nilai
=1%
e, q, x = Nilai F diperoleh dari Tabel F dengan acuan DB Sub Plot dan DB Galat (b) untuk nilai
=5%
f, s, y = Nilai F diperoleh dari Tabel F dengan acuan DB Sub Plot dan DB Galat (b) untuk nilai
=1%
g, t, z = Nilai F diperoleh dari Tabel F dengan acuan DB Interaksi dan DB Galat (b) untuk nilai
=5%
h, u, aa = Nilai F diperoleh dari Tabel F dengan acuan DB Interaksi dan DB Galat (b) untuk nilai
=1%
m = Nilai F diperoleh dari Tabel F dengan acuan DB Blok dan DB Galat (a) untuk nilai =5%
n = Nilai F diperoleh dari Tabel F dengan acuan DB Blok dan DB Galat (a) untuk nilai =1%
v = Nilai F diperoleh dari Tabel F dengan acuan DB Baris/ Kolom/Main Plot/ dan DB Galat
(a) untuk nilai =5%
w = Nilai F diperoleh dari Tabel F dengan acuan DB Baris/ Kolom/Main Plot dan DB Galat
(a) untuk nilai =1%

c. Pengujian hipotesis dan kesimpulan.


Berdasarkan hasil analisis variansi yang ditampilkan dalam tabel ANAVA, maka
kita dapat melakukan pengujian hipotesis untuk mengetahui apakah
perlakuan yang diberikan menyebabkan perbedaan terhadap variabel yang
diamati dalam penelitian sebagai suatu kesimpulan.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung (Fhit) dengan nilai F
tabel (F0,05 dan F0,01) dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Jika nilai Fhit lebih kecil dari nilai F tabel 5% atau Fhit < F0,05 maka
disimpulkan perlakuan tidak menyebabkan perbedaan terhadap variabel
yang diamati, dan biasanya dinyatakan non significant/tidak berbeda/ns.
Ada pula yang melambangkan dengan (P>0,05).
2) Jika nilai Fhit lebih besar dari nilai F tabel 5% tetapi lebih kecil dari nilai F
Tabel 1% atau Fhit > F0,05 dan Fhit < F0,01, maka disimpulkan perlakuan
menyebabkan perbedaan nyata terhadap variabel yang diamati, dan
biasanya dinyatakan significant/berbeda nyata/(*). Ada pula yang
melambangkan dengan (P<0,05).
3) Jika nilai Fhit lebih besar dari nilai F tabel 1% atau Fhit > F0,01, maka
disimpulkan perlakuan menyebabkan perbedaan sangat nyata terhadap
variabel yang diamati, dan biasanya dinyatakan highly significant/berbeda
sangat nyata/(**). Ada pula yang melambangkan dengan (P<0,01).
Rancangan Penelitian TM ke-11 17 | P a g e
Untuk pengujian pengaruh blok, baris dan kolom tidak wajib dilakukan,
disebabkan pembentukan blok, baris dan kolom tidak dilakukan secara acak
sebagaimana penentuan perlakuan.

5. Analisis Data Lanjutan.


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan analisis data
lanjutan, yaitu :
Seperti pada penggunaan Pola Faktorial, maka pada RPT perhatikan hasil uji dilangkah ke-4 di
Pengaruh interaksi, bahwa antara faktor yang satu dengan faktor yang lain pengaruhnya tidak bersifat bebas atau
Jika terdapat perubahan yang tidak berarti antar kombinasi perlakuan atau tidak signifikan dikatakan terdapat inte
Oleh karena itu pengujian lebih lanjut pada pengaruh utama dilakukan jika pengaruh utama te

a. UJI BEDA NYATA.


Dalam Uji Beda Nyata, hal yang harus diperhatikan adalah dalam mencari SALAH
BAKU. Salah baku untuk pembandingan pasangan perlakuan (atau interaksi),
dan masing-masing faktor mempunyai pembagi yang berbeda.
Sebagai contoh, misal Uji Beda Nyata menggunakan BNT :

(2xKTgalat) Salah Baku


BNT  (t ; dbgalat)x
r

Pada RPT mempunyai 4 (empt salah baku), yaitu :

Rancangan Penelitian TM ke-11 18 | P a g e


1) Pembandingan antara nilai rata-rata MP untuk semua SP
(2×𝐾𝑇 𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑎
SE1 = √
𝑟.𝑏

2) Pembandingan antara nilai rata-rata SP untuk semua MP


(2×𝐾𝑇 𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑏
SE2 = √ 𝑟.𝑎

3) Pembandingan antara nilai rata-rata SP dalam satu level MP


(2×𝐾𝑇 𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑏
SE3 = √ 𝑟

4) Pembandingan antara nilai rata-rata MP dalam satu level SP

{2(b -1)KT Galat b  KT Galat a}


SE4 =
(b.r)

Dari salah baku di atas, diketahui pada pembandingan antara nilai rata-rata
MP dalam satu level SP digunakan dua jenis KT galat, yaitu KTgalat a dan
KTgalat b. Implikasinya, rasio selisih perlakuan terhadap galat baku tidak
mengikuti sebaran t-student, sehingga perlu dihitung t gabungan atau
terboboti sebagai berikut :

Jika ta dan tb berturut-turut adlah nilai t yang diperoleh dari tabel t-
student dengan taraf nyata tertentu pada derajat bebas galat a dan
derajat bebas galat b, maka nilai t terboboti adalah :
(𝑏 − 1)(𝐾𝑇𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑏)(𝑡𝑏) + (𝐾𝑇𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑎)(𝑡𝑎)
𝑡′ =
(𝑏 − 1)(𝐾𝑇𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑏) + 𝐾𝑇𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑎

MP 1 MP 2 MP 3 MP 4 Rataan
SP 1 S 11 S 12 S 13 S 14 SP1
SP 2 S 21 S 22 S 23 S 24 SP2
SP 3 S 31 S 32 S 33 S 34 SP3
Rataan MP 1 MP 2 MP 3 MP 4

SE4 SE1 SE3 SE2

b. Orthogonal Polinomial.
Dalam Orthogonal Polinomial, hal yang harus diperhatikan adalah dalam menguji
bentuk respon dari pengaruh interaksi.

Rancangan Penelitian TM ke-11 19 | P a g e


1) Untuk menguji bentuk respon dari masing-masing faktor, yaitu faktor A dan
faktor B dilakukan seperti yang telah dipelajari pada RAL, RAK atau RBSL.
2) Untuk menguji bentuk respon dari pengaruh interaksi, dilakukan dengan
cara menguji bentuk respon suatu faktor di dalam level faktor lainnya.
Sebagai contoh menguji bentuk respon faktor A di dalam level b1, respon
faktor A di dalam level b2 dan seterusnya.

TUGAS RANCANGAN PETAK TERBAGI (Split Plot Design) :


1. Tuliskan hubungan antara Rancangan Petak Terbagi (RPT) dengan percobaan
Pola Faktorial.
2. Apa tujuan utama penggunaan RPT dalam suatu penelitian?
3. Bagaiamna aturan pembuatan denah percobaan pada RPT ?
4. Apa yang harus diperhatikan pada penggunaan Uji Beda Nyata pada RPTl?

Rancangan Penelitian TM ke-11 20 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai