Anda di halaman 1dari 10

TEKNIK PENAMPUNGAN

DAN
PENYIMPANAN SEMEN PADA SAPI
PENDAHULUAN
Berbagai cara penampungan semen untuk keperluan inseminasi buatan telah banyak
dilakukan dan dikembangkan. Diantaranya dengan cara menyedot sperma dari vagina segera
sesudah kawin alam. Ada pengumpulan semen pada 'sapi dengan cara masase atau pengurutan
yaitu memasukkan tangan ke dalam rectum dan mengurut bagian saluran reproduksi hewan
jantan yang mengandung semen, hingga semen itu mengalir ke luar melalui penis. Ada juga
dengan cara elektro ejakulasi yaitu dengan menggunakan rangsangan listrik (TOELIHERE,
1985).
Cara yang paling populer untuk penampungan semen yaitu dengan menggunakan suatu alat
yang disebut vagina buatan. Model vagina buatan yang berkembang sampai sekarang awalnya
merupakan model pertama yang dikembangkan oleh sarjana Rusia, kemudian dikembangkan
oleh negara-negara lain. Model Denmark yang paling banyak dipakai di Indonesia mempunyai
ukuran 40,7 cm dan diameter bagian dalamnya 5,7 cm. Dimensi alat ini dapat berubah sesuai
dengan ukuran besar, umur, dan bangsa sapi.
Vagina buatan secara umum dan meluas telah banyak dipakai untuk penampungan semen
pejantan sapi perah atau sapi potong pada pusat-pusat IB. Pemakaian alat vagina buatan
merupakan simulasi yang sempurna terhadap perkawinan secara alami, dan semen tertampung
dengan kualitas yang jauh lebih baik daripada metoda lainnya . Alat ini dapat mengatasi kerugian
yang diperoleh dengan pengurutan atau dengan elektro ejakulator. Dengan menggunakan vagina
buatan dapat diperoleh semen yang bersih, maksimal dan spontan keluar (TOELIHERE, 1985).
PENAMPUNGAN SEMEN
Untuk mendapatkan semen yang kualitas clan kuantitasnya lebih baik, perlu dibuat
rangsangan pada sapi jantan yang akan ditampung dengan melakukan pengekangan terhadap
pejantan, dengan jalan membawa pejantan itu mendekati hewan pemancing lalu membawanya
pergi lagi. Membiarkan pejantan itu menaiki hewan pemancing tetapi tidak ditampung
semennya. Pengekangan ini disebut false mount. Satu false mount meninggikan konsentrasi

sperma 50 % dan dua false mount menyebabkan peninggian konsentrasi dua kali lipat
konsentrasi sperma yang diperoleh tanpa pengekangan (HALE DAN ALMQUIST, 1960 )
Rangsangan ini dapat diulangi satu atau dua kali.
Pada penunggangan berikutnya baru ditampung semennya.Untuk mempertahankan libido
pemancing harus diganti-ganti (TOELIHERE,1985). Pada saat penampungan, penampung berdiri
di samping kanan,bmemegang vagina buatan pada tangan kanan dan mengarahkannya kira-kira
45 ke atas pada garis horizontal pemancing.
Penampung harus sabar menunggu pejantan ereksi dan menaiki pemancing. Waktu untuk
menampung harus tepat. Hal ini dapat diperoleh karena pengalaman atau kebiasaan. Sesudah
pejantan berereksi secara sempurna dan menaiki pemancing pada saat itulah dilakukan
penampungan. Dengan telapak tangan kiri yang mengarah ke atas, preputium digenggam dan
penis yang ereksi ditarik kesamping ke arah vagina buatan.
Penis itu sendiri tidak boleh digenggam dan tersentuh karena dapat menyebabkan pejantan
menarik kembali penis ke dalam preputium dan turun kembali, tetapi kadang-kadang dapat
terjadi ejakulasi sebelum penis memasuki vagina buatan. Ujung penis dikenakan ke mulut vagina
buatan. Pejantan harus dibiarkan mendorong sendiri penisnya ke dalam vagina buatan, karena
gerakan ini yang berupa gesekan perlu untuk ejakulasi.
Apabila penampung yang mendorong vagina buatan menutupi penis yang ereksi, maka
kebanyakan pejantan tidak mau berejakulasi. Ejakulasi ditandai dengan adanya suatu dorongan
tiba-tiba ke depan dan kaki-kaki belakang pejantan terangkat seolah-olah hendak melompati
betina . Sesudah ejakulasi, pejantan bergerak turun dan vagina buatan ditarik perlahan-lahan ke
depan.
Setelah penis terlepas ke luar, vagina buatan segera dibalikkan vertical dengan tabung
penampung berada di bawah, lalu lubang ventilasi udara dibuka sedikit. Atau bisa juga vagina
buatan diputar perlahan-lahan membentuk angka 8 supaya semen yang tertampung dapat turun
dan masuk ke dalam tabung penampung .
Setelah kira-kira semua semen turun ke dalam tabung penampung, maka tabung
penampung dilepas dari ekor corong karet dan ditutup . Lalu disimpan dalam termos berisi air
hangat 37C. Semen ini siap dibawa ke laboratorium untuk dievaluasi
Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam melakukan penampungan semen diantaranya :
1. Metode penampungan dengan Vagina Buatan

2. Metode penampungan dengan Elektroejakulator


3. Metode penampungan dengan Massage atau pengurutan
Berdasarkan metode diatas cara penampungan yang umum dilakukan adalah dengan
menggunakan vagina buatan, karena metode ini adalah metode yang mudah dilakukan serta
dapat menampung sperma dengan kualitas yang baik.
Metode lain juga biasa dilakukan, tetapi umumnya semen yang ditampung kualitasnya
tidak sebaik apabila ditampung dengan menggunakan metode vagina buatan. Semen yang
dihasilkan oleh penampungan dengan elektroejakulator akan mempunyai konsentrasi
spermatozoa yang sedikitkarena semennya banyak mengandung seminal plasma, begitu pula
dengan metode massage.
Metode Vagina Buatan
Vagina buatan adalah alat yang digunakan untuk menampung spermatozoa dimana alat
tersebut akan dikondisikan sebagaimana vagina asli dari ternak tersebut. Struktur dari alat ini
adalah sebagai berikut :
1. Lapisan luar yang terbuat dari bahan plastic atau karet.
2. Lapisan luar yang terbuat dari bahan seperti bahan balon yang lembut, karena lapisan ini
adalah tempat masuknya penis, sehingga tidak menyebabkan iritasi pada penis.
3. Saluran tempat masuknya air dan udara.
4. Selongsongan penampung.
5. Tabung digunakan untuk menampung sperma dan diletakkan di ujung selongsong.
Cara penampungan :
1. Vagina buatan disiapkan dengan baik, sehingga suhu dalam vagina buatan mencapai 40-450
C dan vagina buatan disimpan dalam incubator suhu 45-500 C.
2. Licinkan selubung dalam dengan sedikit vaselin, sesuaikan tekanan dengan jalan
memompakan udara kedalamnya dan kemudian pasanglah tabung penampung semen.
3. Teaser atau ternak pemancing disiapkan lebih dahulu dengan diletakkan di kandang jepit.
4. Pejantan yang akan ditampung dibersihkan terlebih dahulu, terutama pada bagian keluarnya
penis, bila bulu sekitar preputium sudah panjang harus dicukur dulu sebelum ditampung.
5. Pejantan mulai di dekatkan dengan teaser.
6. Dilakukan false mounting selama 3-5 kali.
7. Semen ditampung.

Metode Elektroejakulator
Apabila pemanpungan semen tidak biasa dilakukan dengan metode vagina buatan karena
ternak tidak cukup terlatih untuk ditampung, maka perlu dilakukan penampungan dengan
menggunakan alat ini. Perbedaan yang utama dari penampungan vagina buatan adalah volume
yang di dapatkan dengan elektroejakulator adalah dua kali lipat lebih besar daripada vagina
buatan, sedangkan densitasnya adalah separuhnya.
Meskipun demikian, perbaikan densitas dapat dilakukan dengan membuang bagian yang tidak
mengandung spermatozoa. Bagian ini keluar dulu setelah dirangsang, kemudian rangsangan
dilanjutkan dan penampungan ini menghasilkan semen dengan densitas yang baik. Tahapan
untuk mempersiapkan penampungan semen dengan menggunakan elektroejakulator :
1. Pejantan di ikat di kandang jepit untuk meminimalkan pergerakannya. Di belakang kedua
kaki belakang kita letakkan sebuah palang yang tebal dan kuat di atas tanah. Palang
tersebut untuk menjaga agar selama ejakulasi, pejantan tidak terpeleset.
2. Probe yang sudah diberi pelicin dimasukkan dalam rectum secara perlahan-lahan.
3. Preputium dicuci dan dikeringkan. Rambut di sekitar preputium bisa dicukur apabila sudah
panjang.
4. Rangsangan dilakukan secara bertingkat. Ada beberapa tipe elektroejaculator dan pola
rangsangannya tergantung pada tipe yang digunakan sebaiknya kita ikuti cara
pemakaiannya.
5. Hasil ejakulasi umumnya dikumpulkan dalam tabung penampungan yang diikat pada
sebuah corong dan terdiri dari dua bagian. Bagian pertama terdiri dari cairan seminal yang
jernih dan dibuang. Bagian kedua banyak mengandung spermatozoa.
Metode Massage atau Pengurutan
Penampungan semen menggunakan metode pengurutan ini mulai diperkenalkan oleh Case
pada tahun 1925 kemudian diikuti oleh Miller dan Evans pada tahun 1934. Teknik yang
dilakukan mereka ialah memasukkan tangan 18 sampai 25 cm ke dalam rektum dan mengurut
kelenjar-kelenjar vasicularis dan ampulae dari depan ke belakang. Pengurutan ini dilakukan
selama dua menit dan akan menghasilkan semen.
Dalam perkembangannya metode ini jarang dilakukan karena suatu keterampilan khusus
dan pengalaman diperlukan untuk mengurut ampulae melalui rektum dan biasanya semen yang

tertampung tidak sebersih dan banyak mengandung mikroorganisme yang bersifat parasit, dan
metode ini sangat tidak aman bagi penampung karena sifat keagresifan sapi pejantan dapat
mengancam dan melukai penampung.
PENYIMPANAN SEMEN
Kriopreservasi
Secara teoritis, kriopreservasi berasal dari kata krio yang berarti beku, dan preservasi yang
berarti penyimpanan pada temperatur rendah. Jadi Kriopreservasi adalah teknik penyimpanan
materi genetik dalam keadaan beku pada temperatur rendah atau suatu teknik penyimpanan sel
hewan, tumbuhan dan materi genetika lainnya (termasuk semen dan oosit) dalam keadaan beku
melalui reduksi aktivitas metabolisme tanpa mempengaruhi organel-organel di dalam sel, fungsi
fisiologi, biologi, dan morfologi (Suprianata dan Pasaribu, 1992).
Tujuan utama dari teknik ini adalah untuk menyimpan, memelihara, dan menjamin
kelangsungan hidup suatu materi genetik. Hal ini berarti bahwa penyimpanan sel gamet (plasma
germinal) dengan menggunakan teknik kriopreservasi diharapkan dapat mempertahankan daya
hidupnya dan fungsi sel gamet baik secara imunologis, biologis dan fisiologis (Suprianata dan
Pasaribu, 1992).
Beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam menggunakan teknik
kriopreservasi, yaitu:

Apabila terjadi dehidrasi (pengeluaran air dalam sel) akan terjadi kekeringan yang
menyebabkan kerusakan pada sel

Apabila tidak terjadi dehidrasi akan terbentuk kristal-kristal es yang dapat merusak sel,
jaringan dan materi genetik ternak lainnya.
Dengan demikian perlu diperhatikan proses pemindahan air pada dehidrasi sebelum deep

freezing maupun rehidrasi setelah thawing (Suprianata dan Pasaribu, 1992). Penyimpanan sel
gamet dengan teknik kriopreservasi memiliki keuntungan dan kerugian.
Adapun keuntungannya adalah dapat disimpan dalam waktu tidak terbatas, media tempat
penyimpanan (container) tetap terisi N2 cair, dapat dikoleksi setiap saat, dapat digunakan kapan
saja bila dibutuhkan, untuk melestarikan plasma nutfah dan tidak perlu mengimpor dan
dapat memelihara ternak yang memiliki genetik tunggal.

Sedangkan

kerugiannya

adalah

biaya

operasional

sangat

mahal,

memiliki kemampuan yang tinggi, sel gamet yang dihasilkanberkualitas baik dan layak disimpan
dalam keadaan beku (Suprianata dan Pasaribu, 1992).
Berdasarkan kejadiannya secara fisik, teknik kriopreservasi dapat dibedakan menjadi dua
metode yaitu metode konvensional dan vitrifikasi (Rall dan Fahy, 1985; Niemann, 1991;
Suprianata dan Pasaribu, 1992). Metode konvensional merupakan pembawa materi genetik
ternak (sel gamet) yang disimpan pada suhu dibawah 0OC dan disertai pembentukan kristalkristal es.
Pembentukan kristal-kristal es dimulai pada bagian ekstraseluler yang mengakibatnya
terjadi dehidrasi sehingga menimbulkan kekeringan yang sangat besar dankerusakan organelorganel intraseluler seperti mitokondria, lisosom dan sebaliknya. Teknik vitrifikasi adalah proses
fisik berupa pemadatan medium krioprotektan berkonsentrasi tinggi selama pendinginan tanpa
disertai pembentukan kristal-kristal es.
Dalam keadaan padat distribusi ion-ion dan molekul tetap seperti dalam fase cair (Rall,
1992). Medium yang digunakan memiliki tiga sifat umum, yaitu larutan yang mengandung
krioprotektan intraseluler dengan konsentrasi tinggi, larutan yang membutuhkan garam-garam
fisiologis dan mengandung makromolekul untuk meningkatkan kemampuan larutandan
proses supercooling (Niemann, 1991). Teknik ini memiliki kelebihan yaitu sederhana, dapat
diandalkan, relatif

mudah untuk diaplikasikan

dilapangan dan tidak

memerlukan

alat

khusus (Rall, 1992).


Faktor-faktor yang dapat merusak spermatozoa selama pemyimpanan
Kejadian yang dapat merusak dan menurunkan viabilitas spermatozoa selama proses
penyimpanan dan pembawa materi genetik ternak (sel gamet) dengan teknik kriopreservasi yaitu
kejutan dingin (cold shock) dan pembentukan krista-kristal es. Kejutan dingin terjadi karena
adanya penurunan suhu secara mendadak dibawah suhu 0OC. Watson (1995)menyatakan bahwa
kejadian kejutan dingin berkaitan erat dengan fase pemisahan dan penurunan sifat-sifat
permeabilitas secara selektif dan membran bioligik sel hidup.
Pengaruh kejutan dingin terhadap pembawa materi genetik ternak dapat dilihat pada sel
spermatozoa dan sel telur (oosit). Pada sel spermatozoa, kejutan dingin menyebabkan terjadi
penurunan motilitas, pelepasan enzim pada akrosom, perpindahan ion melewati membran dan

penurunan kandungan lipid (fosfolipid dan kolestrol) yang berperan untuk mempertahankan
integritas struktural-membran plasma (Weitze dan Petzoidt, 1992; White, 1993).
Pembentukan kristal-kristal es berkaitan erat dengan perubahan tekanan osmotik dalam
fraksi yang tidak beku (Watson, 2000). Pengaruh pembentukan kristal-kristal es terhadap
pembawa materi genetik ternak selama proses kriopreservasi dapat dilihat pada sel spermatozoa
dan sel telur. Pada sel spermatozoa dapat menyebabkan penurunan motilitas dan viabilitas
spermatozoa, peningkatan pengeluaran enzim-enzim intraseluler ke ekstraseluler dan kerusakan
pada organel-organel sel, seperti mitokondria dan lisosom (Suprianata dan Pasaribu, 1992; Dhani
dan Sahni, 1992).
Apabila mitokondria rusak dan rantai oksidasi putus akan mengakibatkan spermatozoa
berhenti bergerak karena tidak ada pasokan energi dari organel mitokondria. Sumber energi
mitokondria berperan untuk menggertak mikrotubul sehingga terjadi pergesekan diantara
mikrotubul sehingga spermatozoa dapat bergerak secara bebas (motil).
1. Krioprotektan dan Aditif
Krioprotektan merupakan zat kimia non elektrolit yang berperan untuk mengurangi dan
mematikan selama pembekuan berupa larutan kristal es untuk mempertahankan viabilitas sel.
Berdasarkan sifat-sifat fisikokimia dan daya permeabilitas membran, krioprotektan dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu (1) krioprotektan intraseluler, merupakan membran yang dapat
keluar masuk dan memiliki bobot molekul lebih kecil sehingga bersifat permeabel (contoh:
gliserol, etilen glikol, propanadiol), dan (2) krioprotektan ekstraseluler, merupakan sel yang tidak
dapat keluar masuk membran karena memiliki bobot molekul lebih besar sehingga bersifat
nonpermeatif (contoh: protein, sukrosa, manosa, rafinosa, kuning telur, susu) (Supriatna &
Pasaribu, 1992; Amann, 1999).
2. Penggunaan Gliserol
Krioprotektan digunakan dalam proses pembekuan semen hewan mamalia yaitu berupa
gliserol. Penggunaan gliserol sebagai krioprotektan merupakan suatu teknik kriopreservasi yang
telah ditemukan sejak tahun 1950 sampai sekarang masih digunakan untuk pembekuan sel. Di
dunia Kedokteran Hewan Pembekuan semen anyak digunakan oleh berbagai negara termasuk
Indonesia yang berperan utama untuk meningkatkan kapasitas produksi ternak(dairy
product). Beberapa kendala yang membatasi penggunaan teknolgi ini yaitu perbedaan fisiologis

dan biokimia spermatozoa pada setiap spesies dan adanya mekanisme transport sperma dalam
saluran reproduksi betina (Holt, 2000).
Kemampuan gliserol untuk mengikat air cukup kuat karena adanya tiga gugus hidroksil
yang dimilikinya. Gliserol dapat berdifusi ke dalam sel dan mampu mengubah kristal es menjadi
membran sel sehingga tidak mudah rapuh (Supriatna & Pasaribu 1992).
Mekanisme pergerakan gliserol dalam spermatozoa belum diketahui secara pasti, karena
gliserol dapat menggantikan air menjadi elektrolit-elektrolit intraseluler dan dapat mengurangi
konsentrasi spermatozoa yang rusak oleh Kristal es yang terbentuk (Toelihere 1985).
Krioprotektan dapat mengikat membran plasma dan gugus fosfolipid yang berikatan dengan
protein dan glikoprotein yang dapat menyebabkan partikel-partikel intra-membran terkumpul
(Park & Graham 1992).
Gliserol dapat memberikan perlindungan terhadap sel spermatozoa yang merusak selama
proses pembekuan semen, menyebabkan kejutan osmotik, dan menurunkan nilai antibiotika
dalam pengencer semen, serta menurunkan volume sel sperma sebanyak setengah dari volume
larutan isotonik sesudah pencairan kembali. Kandungan gliserol di dalam pengencer semen
bergantung pada metode pendinginan / pembekuan, komposisi pengencer, dan cara penambahan
dosis gliserol dalam pengencer semen bervariasi pada berbagai jenis ternak. Dosis optimum
gliserol dalam pengencer semen sapi sebesar 7% (Viswanath & Shannon 2000), semen kerbau
6% (Kumar et al., 1992) dan semen kambing 6-8% (Sinha et al.,1992, Das & Rajkonwar 1994,
Tambing et al., 2000).
3. Penggunaan Kuning Telur
Kuning

telur

mempunyai

pengaruh

cryoprotective

pada

sperma.

Aktivitas cryoprotectivekuning telur diperantarai oleh fraksi lipoprotein densitas rendah. Fraksi
lipoprotein densitas rendah berfungsi sebagai agen lipid tambahan pada membran plasma sel
sperma. Seperti glycerol, konsentrasi optimal kuning telur pada setiap spesies (Curry, 1995).
Khasiat kuning telur yaitu: (i) untuk mempertahankan dan melindungi integritas selubung
lipoprotein sel spermatozoa (Toelihere,1985), (ii) bersifat osmotik sebagai penyanggah sel
permatozoa terhadap larutan hipotonik dan hipertonik (Jones & Martin 1973), dan (iii)sebagai
pelindung terhadap dingin dan mencegah terjadinya peningkatan kalsium ke dalam sel yang
dapat merusak spermatozoa (Park & Graham 1992, White 1993).

Kuning

telur

dapat

digunakan

sebagai pengencer

semen, sumber

energi

dan

agens protektif. Komponen kuning telur yang bertanggung jawab sebagai agens krioprotektif
ialah lesitin, fosfolipid, ektrak lipid, fraksi lipoprotein dan lipoprotein spesifik (Vishwanath &
Shannon,

2000).

Dosis

kuning

telur yang

digunakan

pada

umumnya

sangat

bervariasi misalnya pengencer semen sapi 15% - 30% v/v (Vishwanath & Shannon 2000), semen
kambing 10 - 25% (Deka & Rao 1986, Tredjo et al. 1996), dan semen domba 1.5 - 3.0%
(Salamon & Maxwell 1995).
Aspek-Aspek Praktis dari Kriopreservasi Semen
Pemrosesan semen pada kriopreservasi telah dijelaskan sebelumnya. Semen dikemas
dalam straw (0,25 dan 0,5ml) untuk pembekuan dan penyimpanan, atau dibekukan sebagai pelet
pada depresi dangkal es kering. Straw dibekukan dalam fase uap diatas nitrogen cair atau pada
mesin pembeku dengan laju terkontrol. Spermatozoa dikemas dalam bentuk straw 0,2ml atau
sekitar 10 - 15 juta sel spermatozoael yang diinseminasikan langsung dari straw sesudah
pencairan. Sedangkan disisi semen babi dapat dibekukan pada kuantitas yang lebih besar dengan
volume 200ml pada tabung 10 - 15 ml spermatozoa untuk satu kali inseminasi.
Hewan ternak seperti biri-biri, rusa dan hewan ruminansia eksotik lainnya dapat
menggunakan pipet khusus inseminasi laparoskopis yang telah dikembangkan dengan ukuran
straw 0,25 ml dan jumlah sperma lebih rendah dari metode inseminasi secara trans servikal.
Inseminasi dapat dilakukan setelah proses pencairan dalam waktu beberapa detik dengan
menggunakan pipet trans servikal.
Pencairan straw biasanya dilakukan dengan pencelupan dalam bak air hangat dengan suhu
optimum dan kombinasi waktu dapat digunakan dalam penelitan ini dengan pencairan pada suhu
maksimum (60-700C). Manfaat dari penelitian komparatif ini yaitu teknik pencairan denga laju
penghangtan yang lebih cepat dan dapat menghasilkan kualitas sperma yang baik (Pursel dan
Park. 1985).
Parkinson dan whitfield (1987) menyatakan bahwa periode pendimginan dan pembekuan
dapat mempengaruhi kelangsungan hidup sperma dan meningkatkan fertilitas spermatozoa.
Volume pembekuan yang lebih besar seperti maxi-straw atau kantung Hlastic dapat
mempengaruhi kebutuhan dan pengembangan sistem control suhu yang lebih selektif.

DAFTAR PUSTAKA
http://konsep dasar penyimpanan semen beku.com.id
Laboratorium Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.pdf
PENAMPUNGANDAN EVALUASI MUTU SEMEN SAPI DENGAN VAGINA BUATAN.pdf

Anda mungkin juga menyukai