Anda di halaman 1dari 18

 

Beranda Download AGENDA Jadwal Haul Ulama TV NU Bahtsul Masail/ Topik Pondok


Pesantren Zakat Sedekah via Lazis NU Kudus ▼

Tanya Jawab Bab Sholat

Bab Sholat
Kumpulan tanya jawab tentang sholat (Facebook PISS-KTB, LBMNU, dan lain-lain)
Tanya: Bagaimana hukumnya adzan sebelum khotib di atas mimbar (adzan pertama), dan
bagaimana hukumnya Muraqqi membaca: Ma’asyiral muslimin dan seterusnya, dan
bagaimana hukumnya mengucapkan “amin” sewaktu khotib berdoa?
Jawab: Adapun adzan pertama, hukumnya sunnah, tentang bacaannya Muraqqi di dalam
soal itu adalah bid’ah hasanah. Adapun ucapan “amin” sewaktu khotib membaca do’a tidak
dengan suara keras, maka hukumnya tidak jauh dari sunnah (Tanwirul Qulub, Al-Tajrid li
Naf’ al-‘Abid, Fath al-Mu’in, dan I’anah al-Thalibin)

Tanya: Apakah wajib qadha bagi orang junub (hadas besar) lalu sholat dan lupa kalau ia
junub?
Jawab: Kalau sholatnya dengan tayamum, di tempat-tempat yang diperbolehkan tayamum,
maka tidak wajib qadha. Tetapi kalau sembahyangnya dengan wudhu atau di tempat yang
tidak diperbolehkan tayamum, maka wajib qadha. (Hasyiyah al-Bajuri)

Tanya: Bolehkah khutbah Jum’at memakai Bahasa Arab secara keseluruhan, padahal
sebagaian besar jamaah adalah orang awam yang pasti tidak memahami Bahasa Arab?
Jawab: Khutbah Jum’at itu memang harus menggunakan Bahasa Arab, meski semua
jamaahnya terdiri dari orang awam yang tidak mengerti artinya. Namun keharusan
menggunakan Bahasa Arab itu dikhususkan pada rukun-rukun khutbah saja. Artinya, selain
rukun khutbah, kita bisa memakai bahasa lain. Jadi, cara khutbah di komunitas kita yang
paling bijak adalah khutbah dengan Bahasa Arab yang meliputi semua rukun-rukunnya, lalu
diterangkan dengan menggunakan bahasa yang lebih bisa dimengerti oleh jamaah. (Hamisy
I’anah, II, 69)
Tanya: Ketika sholat kemudian gusi berdarah, batalkah sholatnya?
Jawab: Jika keluar darahnya sedikit tidak apa-apa artinya tidak batal sholatnya dan boleh
baginya melanjutkannya. Tapi jikalau banyak (melebihi ukuran uang logam ) maka batal
solatnya (Ref: Ianah Thalibin)

Tanya: Biasanya sesaat memasuki waktu sholat jum'at, ada petugas DKM yang
mengingatkan jama'ah untuk tertib dan tidak berbicara saat khutbah berlangsung. Ketika
khotbah berlangsung, tiba-tiba speaker di bagian belakang masjid tidak bunyi. Bolehkah
petugas yang di belakang melakukan kontak (bicara/ menelpon) pada petugas yang berada
di ruangan depan untuk membetulkan mic atau kabel-kabel, supaya speaker belakang
bersuara ?
Jawab: Tidak apa apa, boleh saja petugas DKM yang di belakang nelpon (melakukan
kontak) pada petugas yang berada di ruangan depan untuk membetulkan mic atau kabel-
kabel, supaya speaker belakang bersuara, bahkan sunnah kalau ada hajat seperti
diterangkan di atas atau bahkan bisa jadi wajib karena ditakutkan dengan matinya speaker
atau tidak jelasnya suara speaker akan mengakibatkan tidak terdengarnya rukun rukun
khutbah. Atau paling tidak, banyak yang membicarakan tentang kelalaiannya DKM masjid.
Atau bisa jadi ada orang yang tidak paham akan kemakruhan berbicara ketika khutbah
diantara para jamaah,dia akan saling berbicara ketika itu dan mengeluh akan buruknya
speaker masjid. Kalangan Syafi’iyyah berpendapat : Boleh berbicara sebelum dimulainya
khutbah, setelah khutbah, dan sebelum shalat. Sedang berbicara di tengah-tengah khutbah
berlangsung terjadi perbedaan pendapat di kalangan Syafi’iyyah, menurut pendapat yang
zhahir juga tidak haram seperti keterangan dalam kitab ‘al Muhadzdzab’, ini semua bila
pembicaraan di atas tidak berhubungan dengan hal-hal penting. Namun, bila berhubungan
dengan hal penting seperti mengingatkan orang buta yang hendak jatuh dalam sumur,
ulama sepakat tidak haram begitu juga saat isi pembicaraan berhubungan dengan
memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran maka juga tidak haram seperti yang
telah ditentukan oleh Imam syafi’i dan disepakati para pengikutnya. (Ref: Fiqih Al Islam)

Tanya: Kapan sholat taubat bisa dilakukan?


Jawab: Sholat taubat sunah ketika habis melakukan dosa, sholat sunnah taubat adalah dua
rokaat dengan niat sunnah taubat, sholat sunnah taubat bisa dilakukan sebelum taubat
maupun sesudah taubat. Jika dilakukan sebelum taubat maka tidak termasuk mengakhirkan
taubat karena sholat ini termasuk wasilahnya taubat. Jadi misalnya dilakukan sebelum
tahajud juga boleh (Ref: Nihayatuz Zain)

Tanya: Seandainya di tengah-tengah sholat berjamaah, sholatnya imam batal. Apa yang
seharusnya dilakukan imam dan makmum?
Jawab: Jika imamnya batal maka imam bisa minta ganti kepada orang yang pantas sebagai
imam, atau para makmum yang meminta ganti kepada orang pantas sebagai imam agar
menjadi imam, atau sebagian makmum yang meminta, atau orang yang pantas sebagai
imam maju dengan sendirinya menggantikan imam. Dalil istikhlaf atau penggantian imam
adalah dari riwayat Imam Bukhori yaitu ketika sayyidina Umar bin Khottob RA ditikam saat
beliau mengimami sholat berjamaah. Sayyidina Umar memegang tangan Abdurrahman bin
Auf kemudian menyuruhnya maju, kemudian Abdurrahman bin Auf menyempurnakan sholat
bersama orang-orang. (Ref: Bugyah dan al Mausu'ah Fiqhiyah)

Tanya: Ada hadist Riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah yang menerangkan bahwa
Telah bersabda Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam : “Wanita, keledai, dan anjing dapat
memutuskan shalat". Apa maksudnya. Apakah ketika mereka lewat di depan kita saat
sholat, sholat menjadi batal?
Jawab: Yang dimaksud putus disitu adalah memutuskan dari khusyu'nya sholat sebab
menoleh pada yang lewat, bukan putus dan merusak sholatnya, itu adalah penjelasan dari
imam Syafi'i, al Khitoby dan ulama' ahli tahqiq fuqoha' dan muhaditsin. Dalil penguat atas
ta'wil tas adalah pendapat Ibnu Abbas yang termasuk salah satu rowi tentang putusnya
sholat sebab hal itu, bahwa Ibnu Abbas berpendapat hukumnya makruh. Inilah pendapat
yang menjadi pegangan madzhab syafi'i. Ketika ada orang sholat dan sudah pakai
pembatas, kemudian di antara musholli dan pembatas tersebut ada seorang lelaki, atau
wanita, atau anak kecil, atau orang kafir, atau anjing hitam, atau keledai atau hewan-hewan
melewatinya maka sholatnya orang tersebut tidak batal. Ini adalah pendapat madzhab syafi'i
dan umumnya ahli ilmu kecuali Hasan Bisri. Menurut Imam Hasan Bisri, sholatnya batal
dengan lewatnya perempuan, keledai dan anjing hitam. Sedangkan menurut Imam Ahmad
dan Ishaq, sholatnya batal sebab lewatnya anjing hitam saja. (Ref: Al Majmu')

Tanya: Bagaimana hukumnya apabila sholat dengan bersandar ke tembok?


Jawab: Sholat dengan bersandar ke tembok bagi yang mampu berdiri, hukum sholatnya sah
tapi makruh (Ref: Kifayatul Akhyar dan Raudhoh)

Tanya: Bagaimana hukum mengeraskan suara saat sholat, apabila ada orang memberikan
salam, dengan tujuan agar orang yang memberikan salam tersebut paham kalau si pemilik
rumah sedang sholat?
Jawab: Jika dia mengeraskan bacaannya bertujuan agar pendengar paham bahwa dia
sedang sholat tanpa disertai niat membaca al qur'an maka batal sholatnya. Namun, jika
disertai berniat baca al qur'an agar pendengarnya paham bahwa dia sedang sholat maka
tidak batal sholatnya. Orang yang memberikan salam kepada orang yang seang sholat,
maka dia tidak berhak mendapatkan jawaban seketika itu juga dan tidak berhak mendapat
jawaban setelah sholat. Namun, bagi yang sholat, tetap dianjurkan untuk menjawab
salamnya seketika itu dengan isyarat. Jika tidak dijawab dengan isyarat, maka dianjurkan
menjawabnya setelah selesai sholat dengan lafadz (waalaikumsalam, dsb). Jika dijawab
dengan lafadz ketika sholat, maka batal sholatnya.(Ref: Kitab Iqna' dan Majmu')

Tanya: Bolehkah sholat di tempat ibadah non muslim?


Jawab: Hukum sholat di tempat peribadatan non muslim adalah sah tapi makruh jika ada
izin dari mereka, jika tanpa izin maka haram. Yang penting tidak terkena najis baik
pakaianya atau tangannya. Tempat ibadah non muslim yang ada patung berhalanya maka
haram masuk ke situ dan makruh sholatnya. Makruh membaca kalam illahi di tempat
peribadatan non muslim. Namun jika dalam keadaan darurat semisal panas, dingin, hujan,
takut terhadap musuh atau takut hewan liar maka menjadi tidak makruh semua hal tersebut.
(Ref: al Mausu'ah Fiqhiyah Kuwaitiyah, Hasiyah at Turmusy, Al Majmu' Syarah Al
Muhadzazab lil Imam Nawawi)

Tanya: Bolehkah menjama' sholat jum'at dengan sholat ashar?


Jawab: boleh menjama' sholat ashar dengan sholat jum'at, yaitu jama' taqdim (di waktu
sholat jum'at). Jama' ini tidak bisa dilaksanakan secara ta'khir karena sholat jum'at tidak bisa
dilakukan diluar waktunya dalam artian sholat jumat tidak bisa dilakukan di waktu ashar
(Ref: Al Bujairomi Alalkhotib)

Tanya:Seorang Imam lupa tidak tasyahud awal otomatis dia berdiri/Inthisob namun para
makmum tetap melaksanakannya mereka pun dengan kompak Bertasbih dalm rangka
mengingatkan Imam. Akhirnya Imampun ngikut tasyahud, dalam hal ini mungkin ma'mum
tidak tahu bahwa tasyahd awal bukan Rukun, Setahu Saya Imam batal shalatnya karena
meninggalkan wajib untuk melakukan sunah di samping itu dia juga tahu bahwa itu tidak
boleh dlakukan, Tapi Bagaimana Nasib Ma'mumnya batal atau tidak shalatnya ?
Jawab: Shalatnya imam bila sudah berdiri atau lebih dekat pada berdiri, bila kembali duduk
untuk tasyahud awal maka shalatnya batal. Batal sholatnya ma'mum, karena dengan
berdirinya si imam wajib bagi si ma'mum untuk mengikutinya. Walaupun si imam balik lagi
ke tasyahud, wajib bagi si ma'mum untuk menunggu imam diqiyam atau niat mufaroqoh.
Sholatnya si imam jika lupa (meninggalkan tasyahud) maka tidak batal. (Ref: Nihayatuzzain
dan Al Bajury)

Tanya: Seseorang (A) terlambat berangkat sholat jum'at kemudian tertinggal satu rekaat dari
imam. Dia melakukan sholat jumat bersama imam dan mengganti satu rekaat yang
tertinggal. Tiba-tiba ada orang lain (B) yang niat sholat jum'at dan bermakmum pada orang
tersebut (A). Bagaimana hukum sholat jum'at si B?
Jawab: Shalat jum'atnya sah. Makmum masbuq pada sholat jum'at (si A), jika dia masih bisa
menemui rukuk rokaat kedua dari imam dan terus bersama imam sampai salam maka dia
cukup menambah satu rokaat setelah salamnya imam dengan syarat sholat jum'ah tersebut
sah. Makmum masbuq yang datang setelah rukuk rokaat kedua imam maka dia (si A) wajib
niat sholat jum'at walaupun sholat dhuhur yang lazim baginya, -waqila boleh niat sholat
dhuhur-. Ketika masbuq menyempurnakan sholatnya setelah salamnya imam, kemudian
ada orang lain yang baru datang (si B) dan bermakmum kepada masbuq tersebut maka
orang yang ikut masbuq (si B) tesebut juga sah sholat jum'atnya asalkan sholat jum'atnya
masbuq (si A) sah. (Ref: Fathul Mu'in dan Ianat Thalibin)

Tanya: Saya memakai cincin, apakah sujud saya menjadi tidak sah karena cincin saya
menghalagi telapak tangan menyentuh tempat sujud?
Jawab: tidak mengapa jika memakai cincin atau sejenisnya ketika sholat terutama ketika
dalam posisi sujud. Di antara anggota sujud yang wajib diletakkan di atas tempat sholat
adalah kedua telapak tangan bagian dalam. Yang dimaksud telapak tangan adalah bagian
dalam dari telapak tangan dan bagian dalam dari jemari (Jika bagian ini menyentuh dzakar
dapat membatalkan wudhu). Dalam ke'sah'an meletakkan kedua telapak tangan, tidak harus
meletakkan semua juz telapak tangan dan jemari bagian dalam. Namun cukup meletakkan
sebagian saja dari telapak tangan dan jemari bagian dalam. (Ref: Ianat Thalibin)

Tanya: Apakah sholat jumat bisa diqadha?


Jawab: sholat jum'at tidak bisa di-qodho', bisanya diganti dengan sholat dhuhur (Ref: Al
majmu')

Tanya: Bolehkah orang yang sholat qashar bermakmum pada orang yang sholat sempurna
(itmam)?
Jawab: Orang yang berma'mum kepada imam yang itmam (shalatnya tidak di-qoshor) baik
imam tersebut muqim ataupun musafir maka ma'mumnya harus itmam (shalatnya tidak
boleh qosor) baik ma'mum tersebut niat qosor ataupun niat itmam (Majmu' Syarah Al-
Muhadzdzab)

Tanya: bagaimana hukumnya menyelenggarakan jumatan di sekolah?


Jawab: Menurut Abu 'Ali Ibnu Abu Hurairah hukumnya sah. Namun, Menurut qoul yang lebih
shohih hukumnya tidak sah, pendapat ini didukung oleh Abu Ishaq, juga Al-Mahamili, Imam
Al-Haromain, Al-baghowi, Al-Mutawali dan lain lain (Ref: Al Muhadzazab Maktabah
Syamilah dan Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab)

Tanya: Kereta api adalah transportasi bagi orang orang yang bepergian jauh, yang
disamping lebih murah dibanding dengan bus,juga lebih efektif dan efesien waktu karena
langsung sampai kota tujuan tanpa gonta ganti kendaraan. Namun alternative di atas
banyak menimbulkan pertanyaan. Contohnya Mr. X yang melakukan perjalanan kembali ke
Merak dengan kereta api dari Jawa Timur berangkat jam 09.30 dan sampai kota Merak
pukul 02.00 dini hari, sehingga waktu sholat dhuhur dan ashar di habiskan di atas kereta api,
sedangkan sholat maghrib dan isya di jama' takhir di Merak. Hati ingin melakukan sholat
dengan sempurna akan tetapi sangat tidak memungkinkan,sehingga ia terpaksa
melaksanakan sholat dengan cara lihurmatil waqti, Akan tetapi kebingungan Mr. X semakin
menjadi jadi, pasalnya sholat lihurmatil waqti di lakukan dengan tidak maksimal, misalnya
ketika ruku’ dan sujud yang semestinya bisa dengan membungkukkan badan sambil duduk
di kursi kereta api, tetapi karena malu pada penumpang lain ia hanya komat kamit
melafalkan bacaan sholat tanpa di sertai gerakan sesuai rukun rukun sholat.
A. Apakah alasan hemat biaya,efektif dan efesien waktu memperbolehkan mereka memilih
kereta api dengan konsekwensi melakukan sholat lihurmatil waqti ?
B. Bagaimanakah cara yang benar sholat lihurmatil waqti dalam kereta api?
C. Wajibkah mengqodho ( mengulang ) sholat yang sudah di kerjakan diatas kereta api?
D. Bolehkah memilih mengqodho sholat daripada sholat lihurmatil waqti ( karena malu)?
Jawab:
A. Faktor hemat biaya sudah cukup sebagai alasan. Yakni mengingat bila kita turun dari
kereta dan shalat di stasiun ada kemungkinan besar mengalami keterlambatan kereta.
Sebab pada kenyataannya lamanya berhenti kereta tidak pasti dan umumnya berhenti
sebentar.
B. Dilakukan sebisa mungkin menetapi rukun shalat sesuai posisi yang dialami. Namun tidak
didapati penjelasan rukhshah meniadakan membungkuk untuk sujud hanya dikarenakan
malu pada penumpang lain.
C. Menurut pendapat mayoritas ulama adalah wajib mengqadha karena termasuk udzur
yang jarang, sebagian lagi mengatakan tidak wajib.
D. Tidak boleh, alasan dilakukannya shalat lihurmatil waqti adalah agar tidak sampai
meninggalkan atau mengakhirkan shalat di saat waktunya telah tiba. (Majmu' Syarah Al
Muhadzzib)

Tanya: Kapan waktu pelaksanaan Sholat Taubat?


Jawab: kapan saja, setelah habis melakukan dosa, sunah sholat taubat. Sholat sunnah
taubat adalah dua rokaat dengan niat sunnah taubat, sholat sunnah taubat bisa dilakukan
sebelum taubat maupun sesudah taubat, jika dilakukan sebelum taubat maka tidak termasuk
mengakhirkan taubat karena sholat ini termasuk wasilahnya taubat. (Nihayatuz Zain)

Tanya: Ada 10 orang masuk masjid, mereka melihat orang orang shalat berjamaah sedang
dalam tasyahud akhir. Apakah 10 orang yang baru datang itu langsung ikut berjamaah jadi
makmum masbuk semûa atau melaksanakan shalat berjamaah baru lagi ?
Jawab: Dalam hal ini ada perbedaan pendapat :
1. Menurut qoul Imam Al-Qodli Husain sunnah mengikuti imam yang pertama dan tidak
membuat jama'ah baru.
2. Menurut qoul Imam Al-Mutawalli demikian juga qoul dari Al-Qodli Husain di tempat lain
menyatakan sunnah membuat jama'ah baru, ini yang mu’tamad.
Namun yang lebih utama bagi seseorang makmum masbuq (atau makmum yang
ketinggalan sebagian sholat dalam berjama'ah) dan ia masih berharap ada (atau membuat)
jama'ah baru, maka baginya yang lebih utama menunggu atau membuat jama'ah baru agar
ia mendapat semua bagian sholat jama'ahnya dari awal hingga selesai selama waktunya
masih luas, namun jika waktunya sempit maka yang lebih utama adalah langsung
bergabung dengan jama'ah yang pertama (Mughnl Muhtaj dan Fathul Mu’in Hamisy I’anah
At-Tholibin)
Tanya: Bagaimana rekaat makmum masbuq dalam sholat jum'at, apakah cukup menamba 
rekaat sehingga jumlahnya menjadi 2 rekaat atau menambah rekaat sehingga menjadi
seperti sholat dhuhur (4 rekaat)?
Jawab: Jika dia masih bisa menemui rukuk rokaat kedua dari imam dan terus bersama
imam sampai salam maka dia cukup menambah satu rokaat setelah salamnya imam
dengan syarat sholat jum'at nya sah. Makmum masbuq yang datang setelah rukuk rokaat
kedua imam, maka dia wajib niat sholat jum'at walaupun sholat dhuhurlah yang lazim
baginya, waqila boleh niat sholat dhuhur. Ketika masbuq menyempurnakan sholatnya
setelah salamnya imam, kemudian ada orang lain yang baru datang dan bermakmum
kepada masbuq tersebut, maka orang yang ikut masbuq tesebut juga sah sholat jum'atnya
asalkan sholat jum'atnya masbuq yang menjadi imamnya sah.
Kitab Fathul Mu'in (2/66)
‫ذا‬NN‫ام وك‬NN‫ االم‬N‫ة‬N‫حت جمع‬NN‫ أتى بركعة بعد سالمه جهرا وتمت جمعته إن ص‬،‫ولو أدرك المسبوق ركوع الثانية واستمر معه إلى أن سلم‬
‫انت‬NN‫ح – وإن ك‬NN‫ – على االص‬N‫ نية الجمعة‬:‫ الثانية‬.‫وتجب على من جاء بعد ركوع‬.- ‫من اقتدى به وأدرك ركعة معه – كما قاله شيخنا‬
‫ال الكالم فيه‬NNNNNNN‫ني وأط‬NNNNNNN‫ه البلقي‬NNNNNNN‫تى ب‬NNNNNNN‫ وأف‬.‫ر‬NNNNNNN‫ة الظه‬NNNNNNN‫وز ني‬NNNNNNN‫ تج‬:‫ل‬NNNNNNN‫وقي‬.- ‫ه‬NNNNNNN‫ة ل‬NNNNNNN‫ر هي الالزم‬NNNNNNN‫الظه‬.
Kitab I'anatut Tholibin
(‫ وكذا من اقتدى به‬:‫وفي )قوله‬.‫أي وكذلك تتم جمعة من اقتدى بالمسبوق بعد انقطاع قدوته في ركوع ركعته الثانية إن صحت جمعته‬
‫ريمي‬NN‫ه ال‬NN‫رى علي‬NN‫ وج‬،‫د‬NN‫ان عن أبي حام‬NN‫ا في البي‬NN‫كم‬.‫از‬NN‫ لو أراد آخر أن يقتدي به في ركعته الثانية ليدرك الجمعة ج‬:‫التحفة ما نصه‬
،‫ل‬NN‫ حصلت الجمعة للك‬،‫ لو أحرم خلف الثاني عند قيامه لثانيته آخر وخلف الثالث آخر وهكذا‬،‫ وعليه‬:‫قال بعضهم‬.‫وابن كبن وغيرهما‬
‫وليس‬.‫ر‬N‫ه نظ‬NN‫وفي‬.‫اه‬.‫ذكور‬NN‫ونازع بعضهم أولئك بأن الذي اقتضاه كالم الشيخين وصرح به غيرهما أنه ال يجوز االقتداء بالمسبوق الم‬
‫ة‬NN‫ذا تابع‬NN‫ وهك‬،‫ه‬NN‫دى ب‬NN‫الته كمن اقت‬NN‫ ألن ص‬N،‫ا‬NN‫ود حكم‬NN‫دد موج‬NN‫ل الع‬NN‫ ب‬،‫ه‬NN‫بوق نفس‬NN‫ح للمس‬NN‫ وإال لم تص‬،‫ة‬NN‫دد في الثاني‬NN‫وات الع‬NN‫ا ف‬NN‫هن‬
‫رامهم من‬N‫د إح‬N‫ وإال لم ينعق‬،‫اهلين‬N‫انوا ج‬N‫ إن ك‬:‫وبي‬N‫ال القلي‬N‫ق‬.‫را‬N‫ا ظه‬N‫أفتى بانقالبه‬N‫رملى ف‬N‫ال ال‬N‫ وخالف الجم‬:‫وفي الكردي‬.‫اه‬.‫لألولى‬
‫اه‬.‫ه‬NNNNNN‫فتأمل‬.‫ا‬NNNNNN‫رامهم مطلق‬NNNNNN‫اد إح‬NNNNNN‫دم انعق‬NNNNNN‫ه ع‬NNNNNN‫ه من‬NNNNNN‫ل أوج‬NNNNNN‫ ب‬:‫ال‬NNNNNN‫ق‬.‫ه‬NNNNNN‫ه الوجي‬NNNNNN‫و الوج‬NNNNNN‫وه‬.‫له‬NNNNNN‫أص‬.  

Tanya: Bagaimana hukum sholat jum'at di tanah lapang (bukan di masjid)?


Jawab: Dan telah diketahui, bahwasanya tidak disyaratkan melakukan sholat jum'at di
masjid tetapi sah bila dilakukan di tanah lapang. Tidak juga disyaratkan harus ada izin dari
imam. Yang disyaratkan dalam jum'at adalah ta'adudnya ٢/٥ ‫ريم‬NNNNNN‫رى الك‬NNNNNN‫بش‬

Tanya: Bagaimana hukum sholat berjamaah bagi laki-laki?


Jawab:  Hukum sholat berjama’ah menurut pendapat yang shohih adalah Fadlu Kifayah, dan
ada pula yang berpendapat bahwa hukum sholat berjam’ah adalah Sunnah
Muakkadah, sedangkan menurut pendapat Imam Ahmad bin Hambal hukum sholat
berjama’ah adalah Fardlu ‘Ain akan tetapi tidak menjadi syarat sahnya sholat, artinya kalau
seseorang mendirikan sholat sendirian, maka sholatnya tetap sah, namun dia tetap terkena
dosa karena tidak berjama’ah (Al-Majmu’ Syarah al-Muhadzab, 4/163)

Tanya: Kalau shalat Tahajud dikerjakan setelah bangun tidur tapi posisinya masih belum
mengerjakan shalat 'Isya, bagaimana hukumnya, sah atau tidak?
Jawab: waktu sholat isya adalah waktu terpanjang diantara sholat fardlu yang lain, meski
demikian kesunahan sholat isya adalah melakukannya diawal waktu.
 )١/١٤٠ ‫البين‬NN‫ة الط‬NN‫الة الول وقت " ( اعان‬NN‫ال الص‬NN‫ل االعم‬NN‫بر " افض‬NN‫ا لخ‬NN‫اء الول وقته‬NN‫و عش‬NN‫الة و ل‬NN‫ل ص‬NN‫دب تعجي‬NN‫رع ) ين‬NN‫ف‬
Boleh-boleh saja sholat isya setelah bangun tidur asal masih dalam waktu yang
diperbolehkan untuk melakukan sholat isya. Perlu diketahui tidur sebelum melakukan sholat
makruh hukumnya, apabila dia beranggapan bisa bangun sebelum waktu sholat habis.
Tetapi bila tidak, maka hukumnya haram.
 ‫وم‬NN‫رم الن‬NN‫ و اال ح‬، ‫ه‬NN‫يره ل‬NN‫اظ غ‬NN‫ لعادة او اليق‬،‫فرع ) يكره النوم بعد دخول وقت الصالة و قبل فعلها حيث ظن االستيقاظ قبل ضيقه‬
١/١٤٢ ‫البين‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫ة الط‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫وقت اعان‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫ذى لم يغلب فى ال‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫ال‬
Adapun sholat tahajud yang dilakukan setelah isya sesudah tidur itu boleh.Waktu tahajud
yang dikukuhkan adalah pada separuh malam yang terahir. Dan waktu afdolnya adalah
ketika waktu sahur.
 ١/٣٠٩ ‫البين‬NN‫ة الط‬NN‫ده اعان‬NN‫ع فى تهج‬NN‫ و افضله عند السحر لقوله تعالى " و باالسحار هم يستغفرون " و ان يطم‬،‫و نصفه االخر اكد‬

Tanya: Bagaimanakah hukumnya merapatkan shof dalam sholat berjama'ah?


bagaimanakah sholat kita ketika di depan atau di samping kita shof nya bolong ? Saya
pernah melihat, ketika dalam berjama'ah ada satu ma'mun yang sendirian di belakang
kemudian makmum yang di depennye ada yang mundur satu orang. apakah maksud dan
tujuan nya?
Jawab: Apabila barisan shaf depan masih terdapat tempat kosong, sunah menerobos
masuk ke dalam barisan shaf. Namun jika shaf depannya rapat, disunahkan menarik
jama’ah di depannya untuk membuat barisan shaf baru. Dan bagi jama’ah yang ditarik
tersebut sunah ikut mundur. ?
  ْ‫صفٍّ مِنْ ِج ْنسِ ِه َب ْل َي ْد ُخ ُل الصَّفَّ إن‬ َ ْ‫ُوم ا ْنف َِرا ٌد َعن‬ ‫م‬ ‫ مكتبة دار الفكر َو ُكر َه لِ َمْأ‬136 : ‫ صحـ‬2 ‫حاشية البجيرمي على الخطيب الجزء‬
ٍ ِ
‫َأ‬
‫ا‬NN‫ ُه ْم َوِإ َّن َم‬N‫ض‬ ُ ْ‫ ُه َبع‬N‫ْن َك َما َز َع َم‬ ِ ‫ص َّفي‬ َ ‫صفُوفِ ِب‬ ُّ ‫ير ِه ْم ِب َترْ ِك َها َوالَ َي َت َق َّي ُد َخرْ ُق ال‬ ِ ِ‫َو َجدَ َس َع ًة َولَ ُه نْ َي ْخ ِرقَ الصَّفَّ الَّذِي َي ِل ْي ِه َف َما َف ْو َق ُه إلَ ْي َها ِل َت ْقص‬
َّ‫ن‬N‫ ُه َو ُس‬N‫طفَّ َم َع‬N‫ص‬ َ ْ ‫فِّ ِل َي‬N‫الص‬ َّ ْ‫ا مِن‬N‫ص‬ ْ َ ُ ‫َأ‬ ً
ً ‫ ِه َشخ‬N‫ رَّ إل ْي‬N‫ ِه َج‬N‫ دَ إحْ َرا ِم‬Nْ‫ َر َم ث َّم َبع‬Nْ‫ َعة ح‬N‫د َس‬Nْ N‫ب اآلتِيْ فِي ال ُجم َُع ِة َفِإنْ ل ْم َي ِج‬ َ ْ ْ ِ ‫َي َت َق َّي ُد ِب ِه َت َخ ِّطي الرِّ َقا‬
‫ ِه َِأل َّن ُه َل ْم‬N‫ان فِي‬N َ N‫ ِّف ِه الَّذِيْ َك‬N‫ص‬ َ ‫ب‬ ِ ‫وا‬Nَ N‫ول َث‬ ِ N‫ُص‬ ُ ‫اعدَ ُت ُه ) َأيْ لِ َي َنا َل َم َع ُه َفضْ َل ْال ُم َع َاو َن ِة َعلَى ْال ِبرِّ َوال َّت ْق َوى َم َع ح‬ َ ‫لِ َمجْ ر ُْو ِر ِه م َُسا َعدَ ُت ُه َق ْولُ ُه ( م َُس‬
ْ
‫ذ ٍر اهـ َح ّج و س ل‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNُ‫ ُه إال لِع‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫ رُجْ ِمن‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫َي ْخ‬ َ ْ
Bahkan menurut imam Romli shof tidak teratur tidak mengurangi fadhilah jamaah hanya
menghilangkan keutamaan shof saja.
 ‫ ِر َأ َّن ُه‬N ‫ص‬ ْ ‫ ِل ْال َع‬N ْ‫ ِه َبعْ ضُ َأه‬N ‫اب الرَّ ْملِيُّ َعمَّا َأ ْف َتى ِب‬ Nُ ‫ مكتبة دار الفكر َوسُِئ َل ال ِّش َه‬193 : ‫ صحـ‬2 ‫نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج الجزء‬
‫ ِه‬Nِ‫ ِة ِبوُ قُوف‬N‫اع‬ َ ‫يلَ ُة ْال َج َم‬N‫ض‬ ِ ‫ ُه َف‬N‫اب ِبَأ َّن ُه الَ َتفُو ُت‬ Nَ N‫ ٌد َأ ْو الَ َفَأ َج‬N‫و مُعْ َت َم‬Nَُ ‫ ْل ه‬N‫ ِة َه‬N‫اع‬ َ ‫يلَ ُة ْال َج َم‬N‫ض‬ ِ ‫ص ْل َل ُه َف‬ ُ ْ‫صفٌّ َق ْب َل إ ْت َم ِام َما َأ َما َم ُه َل ْم َتح‬ َ ‫ف‬ َ ‫َإذا َو َق‬
ْ ْ
ُ‫يلَة‬N‫ض‬ ِ ‫ك َف‬ َ ُ ُ َ
َ ِ‫ذل‬NN‫وت ِب‬Nْ N‫فوفِ َفال َتف‬N‫الص‬ ُ ُّ َ
ْ‫ ُه مِن‬N‫ا َق ْبل‬NN‫صفٍّ ل ْم َي ِت َّم َم‬ َ َ ‫صالة‬ ُ َ َ ‫ْس ِمن ُه َك َما ُي َت َو َّه ُم‬ ْ َ
َ ‫ارت ُه لي‬ ُ ُ ِّ
َ ‫ْن َع ْب ِد ال َحق َما ي َُوافِق ُه َوعِ َب‬ ِ ‫ور َوفِي اب‬ ِ ‫ْال َمذ ُك‬
‫ ُة‬N‫ْث ْال َج َما َع‬ ُ ‫الَ ِة مِنْ َحي‬N‫الص‬ َّ ‫ ِة فِي‬N‫ َن ِن ْال َمطلُو َب‬N‫الس‬ ْ ْ
ُّ ‫ ُة‬N‫ول ِِه ْم م َُخالَ َف‬Nْ N‫ت َفضِ يلَ ُة الصَّفِّ ا ْن َت َهى َو َعلَ ْي ِه َف َي ُكونُ َه َذا مُسْ َتث ًنى مِنْ َق‬ ْ ‫اع ِة َوِإنْ َفا َت‬ َ ‫ْال َج َم‬
‫ َو‬،‫ان‬ َ َّ
ِ ‫ ْيط‬N ‫ت لِلش‬ ُ َ َ َ ُ ْ ‫َأ‬
ِ ‫ ا‬N‫ذر ُْوا فر َُج‬NN‫ َول ِّين ْوا ِب ْيدِيْ ِإخ َوا ِنك ْم َوال ت‬،‫ِي َو َسد ُّْوا الخل َل‬ ُ َ َ َ َ ْ
َ ‫ف َو َحاذ ْوا َبي َْن ال َمناك‬ ُ َ ‫صف ْو‬ ُ ‫َأ‬ َ َ ْ ٌ
ُّ ‫َم ْكرُو َهة ُمفوِّ تة لِلفضِ ْيل ِة اهـ قِ ْيم ُْوا ال‬ َ َ ٌ
‫هَّللا‬ َ
ُ ‫ ُه‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫ َّفا َقط َع‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫ص‬ َ ‫ َع‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫َو َمنْ َقط‬ َ ‫هَّللا‬ ‫لَ ُه‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫ص‬ َ ‫ َّفا َو‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫ص‬ َ ‫ َل‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫ص‬ َ ‫َمنْ َو‬
“Luruskanlah shaf rapatkan antara bahu-bahu, Isilah sela-sela yang kosong dan
lenturkanlah dengan tangan-tangan saudara kamu, janganlah kamu meninggalkan tempat
kosong untuk syaithan, barang siapa yang menyambung shaf maka Allah akan
menyambungnya, dan barang siapa yang memutuskan shaf, maka Allah akan
memutuskannya." ( HR Ahmad ).
 ‫ َّفا‬NNNNNNNNNNNNN‫ص‬ ‫ا‬NNNNNNNNNNNNN ‫ه‬‫ب‬ ‫ل‬
ُ NNNNNNNNNNNNN‫ص‬ ِ َ‫ي‬ ُ
‫د‬ NNNNNNNNNNNNNْ ‫ب‬ ‫ع‬ ‫ْأل‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ْ NNNNNNNNNNNNN‫مْش‬
ِ َ َ ‫ي‬ ‫ة‬
ٍ ‫و‬ NNNNNNNNNNNNNْ
‫ط‬ ُ
‫خ‬ ْ‫ن‬ ‫م‬ ‫هَّللا‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ َّ‫ي‬ ‫ح‬ ‫َأ‬ ‫ة‬‫و‬ NNNNNNNNNNNNN ْ
‫ط‬ ‫خ‬ ُ ْ‫ن‬ ‫م‬ ‫ا‬NNNNNNNNNNNNN ‫م‬
َ ‫َو‬
َ َِ َ َ َ ‫َ ِ َ ِإ‬ َ
Tidak ada langkah yang dilalui oleh hamba yang lebib disukai Allah melebihi langkah untuk
menyambung shaf (barisan). (HR Abu Dawud)
.، ‫نين‬NN‫ثر من اث‬NN‫ه أك‬NN‫رور من‬NN‫ وأن يكون الصف المج‬، ‫ وأن يجوز موافقته له‬،‫ أن يكون المجرور حرا‬: N‫وسنية الجر لها شروط خمسة‬
١١٠ : ‫زين‬NNNNNNNNNNNN‫ة ال‬NNNNNNNNNNNN‫ نهاي‬.‫ر‬NNNNNNNNNNNN‫ن الج‬NNNNNNNNNNNN‫رام و اال فال يس‬NNNNNNNNNNNN‫د اإلح‬NNNNNNNNNNNN‫ام و بع‬NNNNNNNNNNNN‫ون في القي‬NNNNNNNNNNNN‫وأن يك‬
Sendirian dalam shaf menurut Imam Ibnu Hajar memutuskan fadlilah jama'ah/tidak
mendapat fadlilah jama'ah, sedangkan menurut Imam Abu Makhromah tetap mendapat
fadlilah jama'ah tetapi tidak mendapat fadlilahnya shaf.

Tanya: Bagaimana Posisi Imam Wanita dalam sholat berjamaah?


Jawab: Sunnahnya Imam wanita berdiri ditengah mereka, karena diriwayatkan
sesungguhnya Aisyah dan Hafshah mengimami wanita, keduanya berdiri ditengah mereka
(al Muhadzdzab / al Majmu' 4/254).
Kesimpulan: Jika jama'ah perempuan: imam perempuan dengan makmum perempuan
(satu) formasinya sama dengan Imam laki-laki dengan makmum laki-laki (satu), yaitu posisi
makmum berada disebelah kanan Imam mundur sedikit,
Ta'birnya:
 ‫ذكور‬NNNNNNNNNNN‫دم في ال‬NNNNNNNNNNN‫ا تق‬NNNNNNNNNNN‫ذا مم‬NNNNNNNNNNN‫ا أخ‬NNNNNNNNNNN‫ط وقفت عن يمينه‬NNNNNNNNNNN‫رأة فق‬NNNNNNNNNNN‫ر إال ام‬NNNNNNNNNNN‫إن لم يحض‬NNNNNNNNNNN‫ف‬
Sumber: Hasyiya Syabramallisi 2/195
Namun, jika makmumnya lebih dari satu, maka ada khilaf, ada yang mengatakan sunnah
sejajar dan ada pula yang mengatakan sunnah maju sedikit
 ‫ات بها‬NNNNNNN‫اواة المؤتم‬NNNNNNN‫ا مس‬NNNNNNN‫دب له‬NNNNNNN‫ ين‬N‫اء‬NNNNNNN‫ة النس‬NNNNNNN‫ل أن إمام‬NNNNNNN‫ه في األص‬NNNNNNN‫ا بينت‬NNNNNNN‫ كم‬N‫روف من كالمهم‬NNNNNNN‫المع‬
yang diketahui dari kalamihim (ucapan mereka/ ulama/ ashaab) sebagaimana telah saya
jelaskan dalam kitab asal / hasyiyah Kubra bahwasanya Imam perempuan disunnahkan bagi
makmum -makmum perempuan supaya sejajar dengannya
 ‫از عليهن‬NNNNNNNNNNN‫ير بحيث تمت‬NNNNNNNNNNN‫دم يس‬NNNNNNNNNNN‫ع تق‬NNNNNNNNNNN‫ه م‬NNNNNNNNNNN‫ا نص‬NNNNNNNNNNN‫وبري م‬NNNNNNNNNNN‫ي المنهج للش‬NNNNNNNNNNN‫لكن في حواش‬
akan tetapi dalam Hawasyil Manhaj lisysyaubari, teksnya, beserta maju sedikit yang
sekiranya imam perempuan dibedakan dari makmum-makmum perempuan

Tanya: Bagaimana hukum sholat di atas kasur? 


Jawab: Boleh dengan catatan suci
 ( ‫لو قال كنحو سرير تمثيال لغيره المحمول المتحرك بحركته لكان أولى ألنه ال معنى للغاية ( قوله ألنه ليس ) قوله ولو نحو سرير‬
‫و‬NN‫ا ه‬NN‫ؤثر إنم‬N‫ه والم‬NN‫ول ل‬NN‫ه ليس بمحم‬NN‫ه ألن‬NN‫رك بحركت‬NN‫بمحمول له ) تعليل لمحذوف أي وإنما اكتفى بالسجود على نحو السرير المتح‬
‫المحمول له‬ 
Rukun Shalat ke 7 adalah sujud sebanyak dua kali dalam setiap rakaat pada perkara yang
tidak ia bawa meskipun ikut bergerak saat ia bergerak dalam shalatnya seperti sujud pada
tempat tidur yang ikut bergerak saat ia bergerak dalam shalatnya maka tidak masalah sujud
diatasnya karena bukan yang ia bawa dalam shalat seperti diperkenankannya sujud pada
perkara yang ia bawa namun tidak ikut bergerak dalam shalatnya seperti ujung
selendangnya yang panjang. 
Dikecualikan dengan keterangan saya (pengarang) diatas, bila ia sujud pada perkara yang
ia bawa dan ikut bergerak dalam shalatnya seperti ujung sorbannya maka tidak sah, bila ia
sujud padanya batal shalatnya jika ia menyengaja dan mengetahui keharamannya bila tidak
maka ulangilah sujudnya. (keterangan karena tempat tidur bukan yang ia bawa dalam
shalat) Dibolehkannya sujud pada semacam tempat tidur yang dapat bergerak saat ia
bergerak dalam shalatnya karena tempat tidur bukanlah perkara yang ia bawa (dalam
tubuhnya) sedang yang berdampak tidak sah sebatas perkara yang ia bawa (I’aanah at-
Thoolibiin I/162)

Tanya: Apakah melamun atau ngantuk pada waktu Sujud (sholat) Itu Dapat dikategorikan
seperti orang mabuk karena orang tersebut tidak sadar apa yang diucapkannya ? 
Jawab: Ngantuk tidak membatalkan wudlu. Ngantuk tidak membatalkan wudlu karena
ngantuk lebih ringan dari pada tidur karena yang menyebabkan tidur adalah angin yang
datang dari arah otak sehingga menutupi hati, namun jika angin tersebut tidak sampai ke
hati namun hanya menyebabkan mata tertutup saja maka ini di sebut mengantuk (‫)النعاس‬.
Untuk lebih mudah diketahui lagi apakah tidur atau ngantuk maka dengan melihat dari
tanda-tandanya, tanda dari pada tidur adalah mimpi, sedang tanda-tanda dari pada ngantuk
adalah mendengar suara di sekitarnya namun tidak dapat di fahami.
Oleh karena itu jika di ketahui seseorang bermimpi maka hal itu dapat di pastikan bahwa ia
tidur, sedang jika ragu-ragu apakah tidur atau hanya mengantuk saja maka hal itu tidak
membatalkan wudlu.
 ‫وال ينقض النعاس ألنه أخف من النوم ألن سبب النوم ريح تأتي من قبل الدماغ فتغطي القلب فإن لم تصل إلى القلب بل غطت العين‬
‫ك‬NN‫ا علم أن ذل‬NN‫و رأى رؤي‬NN‫ فل‬N،‫ه‬NN‫دم فهم‬NN‫ ومن عالمات النعاس سماع كالم الحاضرين مع ع‬،‫ ومن عالمات النوم الرؤيا‬.ً‫فقط كان نعاسا‬
‫ل) أي‬NN‫ زوال العق‬:‫اني‬NN‫ (الث‬26 ‫زين ص‬NN‫ة ال‬NN‫ النهاي‬.‫ديث نفس فال نقض‬NN‫ أو ح‬،‫نوم ولو شك هل نام أو نعس وأن الذي خطر بباله رؤيا‬
‫ام‬NN‫بر («فمن ن‬N‫وم) لخ‬N‫بب (ن‬NN‫تتاره بس‬NN‫ (أو) اس‬،ً‫ا‬N‫و ُم َم ِّكن‬N‫اء) ول‬NN‫التمييز إما بارتفاعه (بجنون أو) انغماره بنحو صرع أو سكر أو (إغم‬
‫عور معهما‬NNN‫اء الش‬NNN‫كر لبق‬NNN‫وة الس‬NNN‫ل نش‬NNN‫ وأوائ‬،‫ه‬NNN‫ماع كالم ال يفهم‬NNN‫ه س‬NNN‫ ومن عالمات‬، ‫اس‬NNN‫ذلك النع‬NNN‫رج ب‬NNN‫أ» ) وخ‬NNN‫فليتوض‬.
Kalau hanya dikategorikan seperti orang mabuk boleh-boleh saja, tetapi tidak dalam hukum
syar'i yang dibebankan, sebab orang yang mabuk tidak diperkenankan salat sebagaimana
dawuh Allah SWT :
 ‫كارى‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫الة وانتم س‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫وا الص‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫وال تقرب‬
 Sedangkan ia sedang dalam menghadap Allah SWT, jika ada orang yang demikian, berarti
hatinya tidak hudlur dan khudlu' sehingga ia lalai. bagi orang tasawuf, salat yang demikian
sudah diwarning dengan dawuh Allah SWT ;
 ‫اهون‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫التهم س‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫ذين هم عن ص‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫لين ال‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫ل للمص‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫فوي‬
Apalagi jika hal tersebut dilakukan saat sujud dalam shalat, saat kedekatan antara kawula
dan pengerannya. karena itu, ada hadits yang menjelaskan bahwa ketika sedang ngantuk
berat boleh mengakhirkan salat agar saat menghadap dan berkomunikasi atau dialog
dengan Allah SWThatinya bisa hudlur, bagaimana seseorang berdialog dengan kekasihnya
tapi hatinya melayang ke mana-mana atau bahkan ditinggal ngantuk.  

Tanya: Bagaimana hukumnya setelah selesai 2 khutbah jumat sebelum salat jumat disela
pengumuman 10 menit ? 
Jawab: boleh pengumuman dilakukan sebelum khutbah, setelah khutbah dan sebelum
sholat, asal tidak lama.
 ‫ا بين‬NN‫راء أو فيم‬NN‫دعاء لألم‬NN‫ال ال‬NN‫تى في ح‬NN‫ ح‬:‫د‬NN‫ قال في المرش‬.‫ويجوز الكالم قبل الشروع في الخطبة وبعد الفراغ منها وقبل الصالة‬
‫(ال َكاَل ُم‬ ْ ‫(و ُي َباحُ) لَ ُه ْم ِباَل َك َرا َه ٍة‬ َ 212 ‫ ص‬1 ‫ كفاية األخيار ج‬N‫ وبه جرم في المهذب‬،‫ وظاهر كالم الشيخ أنه ال يحرم‬،‫الخطبتين خالف‬
‫ ُد‬N‫ ِه َوال َّت ْق ِيي‬N‫ِس) َيعْ نِي َما لَ ْم َي َّتخ ِْذ لَ ُه َم َكا ًنا َو َيسْ َتقِرَّ فِي‬ ْ ‫(و) ْال َكاَل ُم (لِلدَّاخ ِِل) فِي َأ ْث َناِئ َها ( َما َل ْم َيجْ ل‬ َ ‫ْن‬ ِ ‫َق ْب َل ْال ُخ ْط َب ِة َو َبعْ دَ َها َو َب ْي َن ُه َما) َأيْ ْال ُخ ْط َب َتي‬
‫(ال َكاَل ُم‬ ْ ‫ ٍة‬N‫احُ) َل ُه ْم ِباَل َك َرا َه‬NN‫(و ُي َب‬ َ 136 ‫ ص‬2 ‫اج ُةإلَ ْي ِه أسنى المطالب ج‬ َ ‫ت ْال َح‬ ْ ‫ب َو َظا ِه ُر َأنَّ َم َح َّل َذل َِك إ َذا دَ َع‬ ِ ِ‫وس َج َرى َعلَى ْالغَال‬ ِ ُ‫ِب ْالجُل‬
ً ْ
‫ ُد‬N‫ ِه َوال َّت ْق ِيي‬N‫ِس) َيعْ نِي َما لَ ْم َي َّتخِذ لَ ُه َم َكانا َو َيسْ َتقِرَّ فِي‬ ْ ‫َأ‬ ْ
ْ ‫(و) ال َكاَل ُم (لِلدَّاخ ِِل) فِي ث َناِئ َها ( َما َل ْم َيجْ ل‬ َ ‫ْن‬ ْ ‫َأ‬ ْ
ِ ‫َق ْب َل ْال ُخط َب ِة َو َبعْ دَ َها َو َب ْي َن ُه َما) يْ ال ُخط َب َتي‬
ْ
‫الب‬NNNNNNNNNN‫ ِه روض الط‬NNNNNNNNNNْ‫اج ُةإلَي‬ َ ‫ت ْال َح‬ ْ ‫ك إ َذا َد َع‬ َ NNNNNNNNNNِ‫ َّل َذل‬NNNNNNNNNN‫ا ِه ُر َأنَّ َم َح‬NNNNNNNNNN‫ب َو َظ‬ ِ ِ‫ال‬NNNNNNNNNNَ‫ َرى َعلَى ْالغ‬NNNNNNNNNN‫وس َج‬ ْ
ِ ُ‫ال ُجل‬NNNNNNNNNN ‫ِب‬
Di dalam Al-Fiqh 'Ala Madzahibil Arba'ah - Syamilah dijelaskan:
 N‫افعية‬NN‫ط ( الش‬NN‫انظره تحت الخ‬NN‫ذاهب ف‬NN‫د الم‬NN‫د اختلفت في تحدي‬NN‫ أن ال يفصل الخطيب بين الخطبة والصالة بفاصل طويل وق‬: ‫سادسها‬
‫أخف‬N‫تين ب‬N‫در ركع‬N‫ل بق‬N‫ون الفص‬N‫ وبينهما وبين الصالة وحد المواالة أن ال يك‬: ‫ يشترط المواالة بين الخطبتين أي بين أركانهما‬: ‫قالوا‬
‫لهما‬NN‫ترط وص‬NN‫ا يش‬NN‫الة كم‬NN‫ يشترط وصل الخطبتين بالص‬: ‫ممكن فإذا زاد عن ذلكك بطلت الخطبة ما لم تكن الزيادة عظةالمالكية قالوا‬
‫ل‬N‫بي كاألك‬N‫ل أجن‬N‫الة بفاص‬N‫تين والص‬N‫ل الخطيب بين الخطب‬N‫ترط أن ال يفص‬N‫ يش‬: ‫الوا‬N‫ة ق‬N‫ا الحنفي‬N‫ ويغتفر الفصل اليسير عرف‬N‫ببعضهما‬
‫ونحوه أما الفاصل غير األجنبي كقضاء فائتة وافتتاح تطوع بينهما فإنه ال يبطل الخطبة وإن كان األولى إعادتها وكذا لو أقسد الجمعة‬
‫والة هي‬N‫الة والم‬N‫ا وبين الص‬N‫ وبينهم‬. ‫ا‬N‫ يشترط لصحة الخطبتين المواالة بين أجزائهم‬: ‫ الحنابلة قالوا‬: ‫ثم أعادها فإن الخطبة ال تبطل‬
) ‫ا‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫ل عرف‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫ل طوي‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫ا بفاص‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫ل بينهم‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫أن ال يفص‬
Menurut Syafi'iyyah boleh dan sholatnya sah, asal pengumumannya tidak lebih dari kira kira
waktu mengerjakan sholat dua rokaat.
Pengumuman 10 menit, maka khotbahnya batal dan sholat jumatnya tidak sah
sehinggaharus khotbah ulang dari awal, karena melebihi kira kira waktu mengerjakan sholat
dua rokaat.
 ‫أخف‬NN‫تين ب‬NN‫در ركع‬NN‫ وبينهما وبين الصالة وحد المواالة أن ال يكون الفصل بق‬: ‫ يشترط المواالة بين الخطبتين أي بين أركانهما‬: ‫قالوا‬
‫ادة عظة‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫ا لم تكن الزي‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫ة م‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫ك بطلت الخطب‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫إذا زاد عن ذلك‬NNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN‫ممكن ف‬  

Tanya: Bagaimana hukumnya orang yang tidak sholat jumat karena dalam perjalanan dan/
atau ketiduran? 
Jawab: 1. Kalau berangkatnya sebelum subuh maka tidak apa-apa / tidak berdosa asalkan
bukan perjalanan maksiat :
 .‫ا ال‬N‫د روي مرفوع‬N‫فر وق‬N‫أحوال الس‬N‫تغاله ب‬N‫يرا الش‬N‫و قص‬N‫ا ول‬N‫فال تجب الجمعة على كافر أصلي إلى أن قال ومسافر أى سفرا مباح‬
‫ه‬NN‫ا اال إذا أمكن‬NN‫ر يومه‬NN‫د فج‬NN‫فر بع‬NN‫ة الس‬NN‫جمعة على مسافر لكن قال البيهقي الصحيح وقفه على ابن عمر ويحرم على من تلزمه الجمع‬
‫ذلك‬NN‫وم ول‬NN‫وبة الى الي‬NN‫ا منس‬NN‫فعلها في مفصده أو طريقه أو تضرر بتخلفه عن الرفقة وإنما حرم قبل الزوال مع أنه لم يدخل وقتها ألنه‬
١/٢١٣ ‫اجوري‬NNNNNNNNNNNNNNNN‫الب‬.‫زوال‬NNNNNNNNNNNNNNNN‫ل ال‬NNNNNNNNNNNNNNNN‫دار قب‬NNNNNNNNNNNNNNNN‫د ال‬NNNNNNNNNNNNNNNN‫ا على بعي‬NNNNNNNNNNNNNNNN‫عي له‬NNNNNNNNNNNNNNNN‫ يجب الس‬.
2. Tidak berdosa bila tidurnya sebelum masuk waktunya shalat jum'at / sebelum waktu
zhuhur : .‫حيح وال‬NN‫ة على الص‬N‫و جمع‬N‫وقت ول‬N‫تغرق ال‬NN‫ه يس‬NN‫الة وإن علم أن‬NN‫وحاصله أنه ال إثم على من نام قبل الوقت ففاتته الص‬
‫ه ال‬NN‫ه أن‬NN‫ى عادت‬NN‫ (سئل) عمن نام قبل دخول وقت فريضة كالصبح وغلب على ظنه بمقتض‬٨٦ : ‫ إنارةالدجى ص‬.‫يلزمه القضاء فورا‬
‫اهر‬NN‫ا فظ‬N‫ل وقته‬N‫ا قب‬N‫ا أم‬N‫يستيقظ إال بعد خروجه هل يحرم نومه المذكور أم ال ؟ فأجاب بأنه ال يحرم نومه المذكور لعدم خطابه بفعله‬
‫رملي‬N‫ام ال‬N‫اوى اإلم‬N‫ فت‬.‫ه‬N‫ا في‬N‫ه وفعله‬N‫رم إال إن غلم أو ظن تيقظ‬N‫ه يح‬NN‫ه فإن‬N‫وأما بعده حال نومه فلرفع القلم عنه حينئذ بخالف نومه في‬
١١٥-١/١١٤
Tanya: Lama menunggu imam yang tak datang-datang, si A akhirnya sholat sendirian di
masjid. Setelah itu datang imam dan langsung ada iqamat untuk sholat berjamaah. si A ikut
sholat lagi dalam jamaah sholat itu. Gimana hukum kedua sholatnya tersebut? 
Jawab: kedua shalat itu sah dan yang kedua itu namanya mu'adah / i'adah. Hukum shalat
yang kedua itu adalah sunah / i'adah (Ust. Ghufron Bangkalan):
 .‫ه‬NN‫ري رحم‬NN‫ن البك‬NN‫يوخنا أبي الحس‬NN‫و تسن إعادة المكتوبة بشرط أن تكون في الوقت وأن ال تزاد في إعادتها على مرة خالفا لشيخ ش‬
‫وي‬N‫رض وان وقعت نفال فين‬N‫ة ف‬N‫ة بني‬N‫هللا تعالى ولو صليت األولى جماعة مع آخر ولو واحدا إماما كان أو مأموما في األولى أو الثاني‬
٢/٧ ‫البين‬NNN‫ة الط‬NNN‫ إعان‬. ‫رض‬NNN‫رض للف‬NNN‫ر مثال وال يتع‬NNN‫ر أو العص‬NNN‫وي الظه‬NNN‫ام أن ين‬NNN‫ار اإلم‬NNN‫ة واخت‬NNN‫الة المفروض‬NNN‫ادة الص‬NNN‫إع‬

Tanya: Kebanyakan di jawa kalo pas doa qunut pas bacaan "fainnaka taqdhi walaa yuqdho",
imamnya membaca dengan lirih/ pelan. Apa ada refrensinya ? 
Jawab: bagi imam tetap sunah mengeraskan suara walaupun waktu tsana' di dalam shalat
jahriyah dan sirriyah. :
 .‫أموم‬NN‫مع الم‬NN‫ارا ليس‬NN‫ية نه‬NN‫رية كمقض‬NN‫ة والس‬NN‫ام في الجهري‬NN‫و يسن الجهر به أى مما مر من القنوت و لو الثناء والصالة والسالم لإلم‬
١/٨٠ ‫ريم‬NNNNN‫رى الك‬NNNNN‫ بش‬.‫معهم‬NNNNN‫ا يس‬NNNNN‫در م‬NNNNN‫يرفع ق‬NNNNN‫أموم ف‬NNNNN‫ثر الم‬NNNNN‫الم يك‬NNNNN‫رأة م‬NNNNN‫ر الق‬NNNNN‫اع دون جه‬NNNNN‫ؤمن لإلتب‬NNNNN‫في‬
Menurut keterangan di bawah ini : bagi imam dalam qunut ketika sampai pada tsana'
hukumnya khilaf antara jahr dan sirr/ada pendapat yang mengatakan sunah sirr/ pelan
: ‫ال‬NN‫وعلى القول بأن المأموم يشارك اإلمام في الثناء وهو األولى فهل يجهر به اإلمام أو يسر ؟ قال في النهاية فيه نظر يحتمل أن يق‬
‫ام‬NN‫إن اإلم‬NN‫ا ف‬NN‫ار و نحوه‬NN‫تعاذ من الن‬NN‫يسر به كما في غيره مما يشتركان فيه ويحتمل وهو األوجه الجهر به كما اذا سأل الرحمة أو اس‬
‫وع‬NNNNNNNNNNNN‫ه في المجم‬NNNNNNNNNNNN‫ا قال‬NNNNNNNNNNNN‫ؤمن كم‬NNNNNNNNNNNN‫أموم وال ي‬NNNNNNNNNNNN‫ه الم‬NNNNNNNNNNNN‫ه في‬NNNNNNNNNNNN‫ه و يوافق‬NNNNNNNNNNNN‫ر ب‬NNNNNNNNNNNN‫يجه‬.  

Tanya: Jika kita sedang shalat, lalu orangtua memanggil kita, bolehkah kita menyahuti
panggilannya? 
Jawab: Jika kita sedang melakukan shalat fardhu, haram kita menyahuti panggilan siapa
pun, termasuk orangtua. Di samping haram, shalatnya pun menjadi batal. Haram pula
membatalkan shalat fardhu karena mendatangi panggilan mereka. Karena shalat fardhu tak
boleh dibatalkan. 
Tetapi boleh (bukannya wajib) menyahuti panggilan orangtua ketika kita sedang melakukan
shalat sunnah, tetapi shalatnya menjadi batal dengan sahutan itu. Boleh pula membatalkan
shalat sunnah walaupun bukan karena panggilan orangtua. 
Khusus mengenai panggilan orangtua, seandainya Anda sedang melakukan shalat sunnah
dan tampaknya mereka tidak senang kalau tidak kita sahuti panggilannya, yang lebih utama
di saat itu adalah menyahutinya. Menjawab panggilan orangtua dengan membacakan
kalamullah (ayat-ayat Al-Qur’an) dengan maksud agar orangtua tahu bahwa kita sedang
shalat, memang, tidak membatalkan shalat. Tetapi dengan syarat bahwa melafalkan
kalamullah itu dengan niat tilawah atau membaca Al-Qur’an. Jika dimaksudkan semata-mata
menjawab panggilan, itu membatalkan. Kecuali bila bersama niat menjawab panggilan juga
berniat membaca Al-Qur’an, itu tidak membatalkan. 
Di dalam kitab Tuhfah al-Habib ‘ala Syarhil-Khatib pada hamisy (catatan pinggir) Hasyiyah
al-Bujairimi juz II disebutkan, ”Dan tidak wajib menyahuti/mendatangi panggilan orangtua di
dalam shalat, bahkan hal tersebut haram di dalam shalat fardhu. Tetapi boleh pada shalat
sunnah (yang bukan wajib), dan yang lebih utama adalah menyahutinya sekiranya mereka
keberatan jika tidak disahuti.” 

Tanya: Apakah seseorang yang berbangkis atau bersin saat sedang melakukan shalat boleh
mengucapkan Alhamdulillah? Jika tidak boleh, dan mengucapkan Alhamdulillah, apakah
shalatnya menjadi batal? Jika boleh, bagaimana dengan kita yang mendengarnya, apakah
boleh menjawab dengan mengucapkan Yarhamukallah? 
Jawab: Membaca Alhamdulillah saat kita berbangkis tidak membatalkan shalat, karena
ucapan itu merupakan pujian yang ditujukan kepada Allah, bukan kepada manusia. 
Namun jika kita menjawab orang yang mengucapkan itu dengan mendoakannya dengan
ucapan Yarhamukallah padahal kita sedang melakukan shalat, shalat kita menjadi batal, ka-
rena doa itu tertuju kepada manusia. Karena, makna Yarhamukallah adalah “Semoga Allah
merahmatimu”. Berarti, kita berbincang dengan manusia dan itu membatalkan shalat kita,
karena dalam shalat kita tidak boleh berbicara dengan manusia. 
Hal ini diterangkan dalam hadits Nabi bahwa ada seorang sahabat berbangkis dalam shalat
lalu Mu`awiyah bin Hakam As-Salma mengucapkan Yarhamukallah. Setelah shalat, Nabi
bersabda kepadanya, “Shalat tidak boleh bercampur perbincangan dengan manusia.” 

Tanya: Benarkah kita boleh melakukan shalat sunnah sambil duduk meskipun kita dapat
berdiri?
Jawab: Pada shalat fardhu diwajibkan berdiri jika mampu, karena berdiri merupakan salah
satu rukun shalat. Tetapi pada shalat sunnah, berdiri tidak menjadi rukun.
Nabi SAW bersabda, “Barang siapa shalat sambil berdiri, mendapat ganjaran yang
sempurna; barang siapa shalat sambil duduk, mendapat seperdua ganjaran orang yang
shalat sambil berdiri; barang siapa shalat sambil berbaring, mendapat seperdua ganjaran
orang yang shalat sambil duduk.” (Riwayat Al-Bukhari).
Ganjaran shalat sunnah sambil duduk dan berbaring itu kurang dari ganjaran berdiri apabila
dilakukan ketika mampu. Tetapi jika dilakukan karena halangan, misalnya sakit atau karena
sebab lain, ganjarannya tetap sempurna seperti shalat berdiri.

Tanya: Bagaimana posisi imam wanita dalam jama'ah sholat wanita? 


Jawab: Sunnahnya Imam wanita berdiri ditengah mereka, karena diriwayatkan
sesungguhnya Aisyah dan Hafshah mengimami wanita, keduanya berdiri ditengah mereka
(al Muhadzdzab / al Majmu' 4/254). 
IMAM perempuan dengan MAKMUM perempuan (satu) formasinya sama dengan Imam laki-
laki dengan makmum laki-laki (satu), yaitu posisi makmum berada disebelah kanan Imam
mundur sedikit, Ta'birnya:
 ‫فإن لم يحضر إال امرأة فقط وقفت عن يمينها أخذا مما تقدم في الذكور‬ 
(Sumber: Hasyiya Syabramallisi 2/195 )
Tapi jika makmumnya lebih dari satu, maka ada khilaf, ada yang mengatakan sunnah sejajar
dan ada pula yang mengatakan sunnah maju sedkit
 ‫ بها‬N‫المعروف من كالمهم كما بينته في األصل أن إمامة النساء يندب لها مساواة المؤتمات‬ 
yang diketahui dari KALAAMIHIM (ucapan mereka/ ulama/ ashaab) sebagaimana telah saya
jelaskan dalam kitab asal / hasyiyah Kubra bahwasanya Imam perempuan disunnahkan bagi
makmum -makmum perempuan supaya sejajar dengannya
 ‫لكن في حواشي المنهج للشوبري ما نصه مع تقدم يسير بحيث تمتاز عليهن‬ 
akan tetapi dalam Hawasyil Manhaj lisysyaubari, teksnya, beserta maju sedikit yang
sekiranya imam perempuan dibedakan dari makmum-makmum perempuan (Sumber: Al
Hawaasyi al Madaniyyah 2/21)

Tanya: Hari Sabtu terbang ke benua laen mendarat malam sabtunya. [ mundur setengah
hari] disitu sampai sabtu siang, terus terbang naek pesawat ke benua yang laen mendarat
hari Senin. [ maju dua hari] jadi dia kehilangan satu hari yaitu hari Ahad. Bagaimana shalat
nya? Andai pas ramadhan bagaimana pula puasanya? 
Jawab: Shalat dan puasanya menyesuaikan tempat tinggalnya terakhir (tempat tujuan)..
 ‫ك‬NN‫ائمين أمس‬NN‫ده ص‬NN‫فره ثم أدركهم بع‬NN‫ل س‬NN‫د قب‬NN‫و عي‬NN‫ فل‬،ً‫ولو سافر من صام إلى محل بعيد من محل رؤيته وافق أهله في الصوم آخرا‬
‫ وإن‬،‫رين‬NN‫ة وعش‬NN‫ام ثماني‬NN‫معهم وإن تم العدد ثالثين ألنه صار منهم أو سافر من البعيد إلى محل الرؤية عيد معهم وقضى يوما ً إن ص‬
‫د‬NN‫افر إلى بل‬NN‫صام تسعة وعشرين فال قضاء وهذا الحكم ال يختص بالصوم بل يجري في غيره أيضا ً حتى لو صلى المغرب بمحل وس‬
‫فوجدها لم تغرب وجبت اإلعادة‬. (kasyifatus saja')
dan seandainya seorang yang berpuasa bepergian ke tempat yang jauh dari tempat
ruh'yahnya, maka ia menyesuaikan penduduk tempat itu dalam puasanya dengan
mengakhirkan....dan seterusnya. ....hukum ini tidak hanya khusus untuk puasa, tetapi
berlaku juga pada yang lain, hingga seandainya ia shalat maghrib di suatu tempat lalu
bepergian ke suatu negeri dan didapatinya matahari belum tenggelam, maka shalatnya
wajib diulang.

Tanya: Bagaimana hukumnya membayar khotib jumat dengan uang kas masjid? 
Jawab: Jika uang masjid tersebut didapat dengan akad UNTUK KEMASLAHATAN MASJID
maka boleh untuk membayar semacam muadzin/imam sholat dll. Jika uang masjid yang
diwakafkan secara mutlaq atau wakaf untuk pembangunan masjid maka tidak boleh untuk
membayar muadzin / khotib. Keterangan di bugyah adalah sebagai berikut:
 ‫ ويصرف الموقوف على المسجد وقفا ً مطلقا ً على عمارته في البناء والتجصيص المحكم والسلم‬:‫ قال الخطيب في المغني‬:)‫ ك‬:‫مسألة‬
‫ وفي‬،‫ارة‬NN‫ ّر بالم‬N‫ر إن لم تض‬NN‫ وفي ظلة تمنع حطب الباب من نحو المط‬،‫ والمكانس والمساحي لينقل بها الترب‬،‫والسواري للتظليل بها‬
‫ه‬NN‫رف من ريع‬NN‫جد ص‬NN‫الح المس‬NN‫ف لمص‬NN‫ان الوق‬NN‫ فإن ك‬،‫ ألن القيم يحفظ العمارة بخالف الباقي‬،‫أجرة قيم ال مؤذن وإمام وحصر ودهن‬
،ً‫ا‬N ‫ واعتمد في النهاية أنه يصرف للمؤذن وما بعده في الوقف المطلق أيض‬.‫ بل لو وقف عليها لم يصح اهـ‬،‫لمن ذكر ال لتزويقه ونقشه‬
‫ويلحق بالمؤذن الحصر والدهن‬

Tanya: Batalkah jika dalam sholat, jari menggaruk-garuk bagian tubuh yang gatal? 
Jawab: Dan tidak batal shalat akibat gerakan-gerakan ringan meskipun banyak dan
berulang-ulang namun hukumnya makruh seperti gerakan jari atau jemari saat menggaruk
dengan syarat telapak tangannya tetap (tidak ikut bergerak) atau gerakan pelupuk mata,
bibir, zakar atau lisannya karena kesemuanya masih mengikuti (menempel dengan tidak
bergerak) pada tempat pokoknya yang diam dan kokoh seperti halnya jari-jemari (Fath al-
Mu’in I/215-216).
 ‫الة‬NN‫ذلك بطلت الص‬NN‫ان ك‬NN‫إن ك‬NN‫ه اللعب ف‬NN‫ا لم يكن على وج‬NN‫ذلك م‬NN‫ة ) فال بطالن ب‬NN‫ات خفيف‬NN‫ال ( ال بحرك‬NN‫وخرج بالثقيل الخفيف كما ق‬
‫ ( كتحريك أصابع ) في سبحة بال تحريك الكف ( أو جفن ) أو لسان أو شفتين أو ذكر أو أنثيين‬Nihaayah az-Zain I/91
‫‪Tanya: Bagaimana iqamah shalat jamaah yang hanya ada satu lelaki dan calon makmum‬‬
‫‪semuanya wanita? apakah wanita yang melakukan iqamah? ‬‬
‫‪Jawab: Iqomah itu sunnah dilakukan tiap akan melakukan shalat meski sendirian. Iqomah‬‬
‫‪oleh wanita sunnah untuk dirinya dan untuk jama'ah wanita. Jadi dalam kasus di atas, yang‬‬
‫من الصلوات التي واالها )ويقيم لكل( ‪sunnah mengucapkan iqomah imam lelaki itu, bukan wanitanya.‬‬
‫سواء كانت قضاء أو أداء كما تقدّم وال يصح األذان من ام‪N‬رأة وخن‪NN‬ثى لرج‪N‬ال أو خن‪N‬اثى ول‪N‬و مح‪NN‬ارم‪( .‬و) إنم‪N‬ا تس‪N‬نّ (إقام‪NN‬ة ألن‪N‬ثى)‬
‫لنفسها ولجماعة النساء ال للذكور وال للخناثى‪ ،‬لكن لو أذنت لجماعة النساء‪ N‬بال رفع صوت لم يح‪NN‬رم ولم يك‪NN‬ره وك‪NN‬ذا ل‪NN‬و أذنت لنفس‪NN‬ها‬
‫وكان األذان ذكراً هلل تعالى‪ ،‬فإن رفعت صوتها فوق ما تسمع ص‪NN‬واحباتها ح‪NN‬رم على الص‪NN‬حيح‪ ،‬ومثله‪NN‬ا في ذل‪NN‬ك الخن‪NN‬ثى‪ ،‬فال يقيم إال‬
‫‪.‬لنفسه أو لجماعة النساء‪ N،‬ال للذكور وال لجماعة الخناثى الحتمال أنوثته وذكورتهم‬

‫‪Tanya: Bagaimana jika kita bermakmum pada imam yang bacaannya kurang fasih? ‬‬
‫‪Jawab: Diperinci, SAH jika bacaan imam hanya mengulang-ulang huruf atau makhraj-nya‬‬
‫‪huruf serupa dengan huruf lain(kurang fasih). Namun apabila kesalahannya fatal sampai‬‬
‫‪merubah huruf,atau makna maka bermakmum kepadanya tidak sah. Catatan: Praktek di‬‬
‫‪atas jika sang imam telah belajar ilmu Tajwîd (tidak ceroboh).‬‬
‫ف ِم ْن َها َخلَ ٌل لِ ِث َق ٍل فِي ‪ ‬‬ ‫الفتاوى الفقهية الكبرى الجزء ‪ 1‬صحـ ‪ 143 :‬مكتبة اإلسالمية ( َوسُِئ َل ) َن َف َع هَّللا ُ ِب ِه َعمَّنْ َت َعلَّ َم ْال َفات َِح َة َوفِي َحرْ ٍ‬
‫ِيع عُمْ ِر ِه َأ ْو الَ َو َه ْل َتصِ ُّح ْال ُج ُم َع ُة إ َذا َل ْم َي ْكم ُِل ْال َع َد ُد إالَ ِب ِه َمثال ْو ال ( ف َج َ‪N‬‬
‫اب‬ ‫َأ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َأ‬ ‫ً‬ ‫َ‬ ‫ُّ‬
‫صالَ ُت ُه ْو الَ َو َه ْل َي ِجبُ ال َّت َعل ُم فِي َجم ِ‬
‫َأ‬ ‫ان َه ْل ُتجْ ِز ْي ِه َ‬ ‫اللِّ َس ِ‬
‫‪N‬ة ِب‪ِ N‬ه َوالَ َي ْل َز ُم‪ُ N‬ه‬ ‫‪N‬ة َو َت ْك ُم‪ُ N‬ل ْال ُج ُم َع‪ُ N‬‬ ‫صالَ ُت ُه َو ْالقُ ْد َوةُ ِب ِه لَ ِك َّن َها َم ْكرُو َه‪ٌ N‬‬ ‫ت َ‬ ‫ف صَحَّ ْ‬ ‫ار ُي َكرِّ ُر ْال َحرْ َ‬ ‫ص َ‬ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ‫ْأ‬
‫ان َذل َِك ْال َخلَ ُل َنحْ َو َف َف ٍ‪N‬ة ِب نْ َ‬ ‫) ِب َق ْولِ ِه إنْ َك َ‬
‫ُ‬
‫ص‪N‬الت ُه َوِإ َما َمت‪ُ N‬ه‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ص‪ُّ N‬ح َ‬ ‫َ‬ ‫ً‬ ‫َأ‬ ‫َ‬
‫ْ‪N‬ر ِه ف َه‪ N‬ذا يْض‪N‬ا ت ِ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َّ‬ ‫رْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ً‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫نْ‬ ‫َ‬ ‫ً‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ال َّت َعلُّ ُم َوِإنْ َك َ‬
‫ص‪N‬افِيًا َوِإن َم‪N‬ا فِي‪ِ N‬ه ش‪N‬وبُ اش‪ِ N‬ت َبا ٍه ِبغي ِ‬ ‫يرة ِب َحيْث َيخ ُر ُج ال َح فُ َ‬ ‫ان لثغَة فِإ كانت يَسِ َ‬
‫َأ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫صالَ ُت ُه الَ القُ ْد َوةُ ِب ِه إالَ لِ َمنْ ُه‪Nَ N‬و مِثل ‪ُ N‬ه ِب‪ِ N‬ن‬ ‫ف ِب َغي ِْر ِه َف َتصِ ُّح َ‬ ‫ْ‬
‫ان ُي ْب ِد ُل ال َحرْ َ‬ ‫َأ‬ ‫ً‬ ‫ً‬
‫ان لثغَة َحقِيقِيَّة ِب نْ َك َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َو َت ْك ُم ُل ْال ُج ُم َع ُة ِب ِه َوالَ َيل َز ُم ُه ال َّت َعل ُم َوِإنْ َك َ‬
‫ُّ‬ ‫ْ‬
‫ص‪َّ N‬ح ا ْق ِت‪َ N‬دا ُء َأ َح‪ِ N‬د ِه َما‬ ‫آلخ‪ُ N‬ر َع ْي ًن‪NN‬ا َ‬ ‫ان ُك ٌّل ِم ْن ُه َما ُي ْب ِد ُل الرَّ ا َء لَكِنَّ َأ َح َد ُه َما ُي ْب ِدلُ َها الَ ًم‪NN‬ا َو ْا َ‬ ‫اخ َتلَ َفا فِي ْال َبدَ ِل َفلَ ْو َك َ‬ ‫ا َّت َف َقا فِي ْال َحرْ فِ ْال ُمبْدَ ِل َوِإنْ ْ‬
‫‪N‬ارةُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َأ‬ ‫ْ‬
‫ِّين ل ْم يَصِ َّح اقتِ‪N‬دَ ا ُء َح‪ِ N‬د ِه َما ِب‪N‬ا َ‬ ‫َ‬ ‫ان َأ َح ُد ُه َما ُي ْب ِد ُل الرَّ ا َء َوا َ‬
‫ْ‬ ‫آلخ ِر َوِإنْ َك َ‬ ‫ِباْ َ‬
‫ْ‪N‬ر ال ُج ُم َع‪ِ N‬ة ‪ -‬إلى أن ق‪N‬ال ‪ -‬عِ َب َ‬ ‫آلخ ِر َه‪ N‬ذا فِي غَ ي ِ‬ ‫آلخ ُر ُي ْب ِد ُل الس َ‬
‫ال‪N‬ز َمنُ َو َم َتى لَ ْم َيرْ ُج‪ُ N‬ه َك‪َ N‬ذل َِك لَ ْم‬ ‫ان ِبل َِسا ِن ِه َخلَ ٌل فِي ْال َفات َِح ِة َم َثالً َف َم َتى َر َجى َز َوالَ‪ُ N‬ه َع‪NN‬ادَ ًة لِ َت َعلُّ ٍم لَ ِز َم‪ُ N‬ه َوِإنْ َط‪NN‬ا َل َّ‬ ‫ْ‬
‫ال َّشرْ ِح ْال َمذ ُك ْو ِر َو َمنْ َك َ‬
‫َيلز ْم ُه اهـ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬

‫‪Jika makmumnya lebih fasih dari pada imamnya maka tidak sah makmum pada imam yang‬‬
‫‪tidak fasih. Ta`bir permasalahan ini ada dalam bughyah.‬‬
‫ال يصح اقتداء من يقرأ الفاتحة‪ ،‬وإن أخ ّل ببعض حروفها‪ ،‬كأن يبدل السين تاء بمن ال يعرف الفاتحة أصالً‪ ،‬ب‪NN‬ل ي‪NN‬أتي ‪):‬مسألة‪ :‬ش(‪ ‬‬
‫ببدلها من قرآن أو ذكر ويجوز عكسه اهـ‪[ .‬فائدة]‪ :‬ال يصح اقتداء ق‪NN‬ارىء ب‪NN‬أمي‪ ،‬وه‪NN‬و من يخ‪ّ N‬ل بح‪NN‬رف من الفاتح‪NN‬ة فخ‪NN‬رج التش‪NN‬هد‪،‬‬
‫فيصح اقتداء القارىء فيه باألمي‪ ،‬وإن لم يحسنه من أصله‪ ،‬كما في النهاية والشوبري اهـ بجيرمي‪ ،‬ومثل التش‪NN‬هد التكب‪NN‬ير والس‪NN‬الم إذ‬
‫ال إعجاز في ذلك‪ ،‬لكن محله إن أتى ببدله من ذكر أو دعاء‪ ،‬فإن أخ ّل بحرف من أحد الثالثة فحكمه‪ N‬حكم األمي اهـ باسودان‬
‫‪Bila makmum mengetahuinya setelah rampung shalat maka wajib mengulang shalatnya‬‬
‫‪kalau mengetahuinya ditengah-tengah shalat maka ia wajib memutus shalatnya dan‬‬
‫‪memulai lagi‬‬
‫لإلمامة ( فبان خالفه ) كأن ظنه قارئا أو غير مأموم أو رجال أو عاقال فبان أميا أو مأموما أو امرأة أو ) ولو اقتدى بمن ظنه أهال (‪ ‬‬
‫مجنونا أعاد الصالة وجوبا لتقصيره بترك البحث في ذلك ( قوله أعاد ) أي المقتدي وهو جواب لو ومحل اإلعادة إن بان بعد الف‪NN‬راغ‬
‫من الصالة فإن بان في أثنائها وجب استئنافها‬
‫‪Bila ia (seorang laki-laki) bermakmum pada imam yang menurut prasangkanya ahli/mahir‬‬
‫’‪untuk menjadi imam tetapi kenyataannya berbeda seperti ia menyangka imamnya Qaari‬‬
‫‪(ahli baca alQuran) atau bukan berstatus makmum atau laki-laki, atau berakal tapi‬‬
‫‪kenyataannya imamnya UMMI (tidak fashih baca alquran) atau berstatus makmum pada‬‬
‫‪orang lain atau perempuan atau gila maka ia wajib mengulang shalatnya karena‬‬
‫‪sembrononya dalam rangka tidak mau meneliti imamnya terlebih dahulu sebelum‬‬
‫‪shalat.n(keterangan maka ia wajib mengulang) bila kejelasan kenyataan imamnya setelah ia‬‬
‫‪rampung shalat tapi bila kejelasannya ditengah-tengah shalat maka ia wajib memutuskan‬‬
‫‪shalatnya dan memulainya dari awal lagi (I’aanah at-Thoolibiin II/52).‬‬
Dan TIDAK SAH seorang Qori' bermakmum pada seorang yang Umi, yaitu orang yang
merusak bacaan fatihahnya, atau SEBAGIAN dari fatihah itu, meski hanya satu huruf, baik
karena tidak bisa membaca secara keseluruhannya atau tidak sesuai makhrojnya, atau
tasydidnya, sekalipun hal itu dikarenakan ia sudah tidak mungkin untuk belajar, dan
makmum tidak mengerti akan keadaannya. SAH bermakmum kepada Imam yang disangka
Ummi, kecuali jk ketika sholat jahriyah Imam tersebut gak mengeraskan Bacaannya, untuk
itu wajib MUFAROQOH, jika ia meneruskan sholatnya bersama Imam tersebut dalam
keadaan tidak tahu sampai Salam, maka ia wajib mengulang solatnya, jika sampai salam
tidak jelas apakah dia QOri' (Ust. Masaji Antoro dan Mbah jenggot)

Tanya: Ada bapak-bapak yang telat datang ke musholla, shalat baru saja dimulai. Dalam
musholla Jama'ahnya kebetulan penuh, Si bapak nggak ada jalan untuk bergabung ke shof
laki-laki (padahal beliau ingin sholat berjama'ah). Tempat longgar cuma teras musholla yang
otomatis di belakang jama'ah ibu-ibu. Apakah sah sholat bapak tersebut jika terpaksa
berada dibelakang makmum perempuan ? 
Jawab: Dalam kasus diatas berikut solusi yang ditawarkan oleh ulama fiqh : 1. Bapak-bapak
tetap shalat berada di emper mushalla di belakang jamaah wanita (ibarah Abal Fatum) 2.
Wanita bergeser ke belakang dengan tidak menimbulkan hal yang dapat membatalkan
shalat (gerakan tiga kali berturut-turut), bapaknya maju ke depan, pendapat ini yang dipilih
oleh Imam Ali Syibra malisy
 ( ‫بيان ) قوله وال يؤخر الصبيان للبالغين‬NN‫الغون فال ينحى الص‬NN‫ر الب‬NN‫ف األول ثم حض‬N‫بقوا إلى الص‬N‫بيان أوال وس‬NN‫أي إذا حضر الص‬
‫ذكور‬NN‫ل الم‬NN‫ألجلهم ألنهم حينئذ أحق به منهم ( وقوله التحاد جنسهم ) أي أن جنس الصبيان والبالغين واحد وهو الذكورية وأفهم التعلي‬
‫يرهن‬NN‫ر غ‬NN‫ده حض‬NN‫رمن ثم بع‬NN‫أن النساء لو سبقن للصف األول ثم حضر غيرهن يؤخرن ألجله وذلك لعدم اتحاد الجنس وانظر إذا أح‬
‫هل يؤخرن بعد اإلحرام أو ال ثم رأيت ع ش استقرب األول وقال حيث لم يترب على تأخرهن أفعال مبطلة‬
(Keterangan dan tidak diundurkan anak-anak karena kedatangan orang-orang dewasa)
artinya bila anak-anak datang pertama dan menempati shaf awal kemudian datang orang-
orang dewasa maka tempat anak-anak tidak boleh digeser karena kedatangan mereka lebih
awal, shaf depan lebih berhak mereka miliki. (Keterangan karena sesama jenis) artinya
kelamin anak-anak dan orang-orang dewasa tersebut sama yakni lelaki, dari sini dapat
difahami para wanita bila berada dishaf awal kemudian datang jamaah lainya, jamah wanita
tersebut bisa digeser karena alasan lain jenis,.
Bagaima bila wanita-wanita tersebut telah takbiratul ihram kemudian jamah lainnya datang,
apakah mereka juga digeser kebelakang setelah menjalani takbiiratul ihram atau tidak
perlu ? Menurut ‘Ali Syibra malisy cenderung memilih opsi pertama (bergeser kebelaknag)
asalkan bergesernya tidak disertai menjalankan hal-hal yang membatalkan shalat (I’aanah
at-Thaalibiin II/25 oleh Ust. Masaji Antoro PISS KTB)

Tanya: Bagaimana menyusun baris shaf sholat berjamaah yang benar? 


Jawab: Posisi kaki makmum dalam shalat yang sesuai dengan kesunahan adalah
mensejajarkan dengan rapat sekiranya tidak memungkinkan bagi orang lain untuk
melewatinya atau berdiri di antaranya, tanpa berlebihan hingga menginjak kaki makmum lain
di sampingnya bahkan dikategorikan haram, karena mengganggu dan menyakiti orang lain
apalagi sedang shalat.
‫‪Posisi makmum satu orang laki-laki, disunnahkan disamping belakang kanan imam‬‬
‫‪sekiranya jemari kakinya tidak sejajar dengan tumit imam. Jika makmum perempuan, maka‬‬
‫‪persis dibelakang imam dengan sedikit mundur walaupun lebih dari 3 dzira’.‬‬
‫ْت الرَّ ُج‪َ N‬ل‬ ‫ير َرَأي ُ‬ ‫دَم ِب ْال َقد َِم فِي الصَّفِّ َو َقا َل ال ُّنعْ َم‪N‬انُ بْنُ َب ِش‪ٍ N‬‬ ‫ب ِب ْال َم ْن ِك ِ ْ‬
‫ب َوال َق ِ‬ ‫اق ْال َم ْن ِك ِ‬‫فتح الباري البن حجر – (ج ‪ / 3‬ص ‪َ )77‬باب ِإ ْل َز ِ‬
‫الص‪N‬فّ‬ ‫ِيل َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫ُ‪N‬راد ِب‪N‬ذل َِك ال ُم َبال َغ‪NN‬ة فِي تعْ‪ N‬د ِ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫دَم فِي الصَّفِّ ) الم َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫صاح ِِب ِه َق ْولُ ُه ‪َ ( :‬باب ِإ ْل َزاق ْال َم ْنكِب ِبال َمن ِك ِ‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ِم َّنا ي ُْل ِز ُق َكعْ َب ُه ِب َكعْ ِ‬
‫دَم ِبالق ِ‬ ‫ب َوالق ِ‬ ‫ب َ‬
‫ص‪N‬حَّ َح ُه ِابْن‬ ‫َأ‬
‫ِ‪N‬ير ٍة جْ َم ُع َه‪N‬ا َح‪ N‬دِيث ِابْن ُع َم‪N‬ر عِ ْن‪َ N‬د ِبي دَاوُ د َو َ‬ ‫َأ‬ ‫ِيث َكث َ‬ ‫َأ‬ ‫َأْل‬
‫َو َس ِّد َخلَلِ ِه ‪َ ،‬و َق ْد َو َردَ ا ْم ُر ِب َس ِّد َخلَل اَلصَّفّ َوال َّترْ غِ يب فِي ِه فِي َح‪ N‬اد َ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫اَل‬
‫ب َو ُسدُّوا الخل‪NN‬ل َو ت‪ N‬ذرُوا‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬
‫صفوف َو َحاذوا َبي َْن ال َمنا ِك ِ‬ ‫ُ‬ ‫َأ‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم – َقا َل ‪ :‬قِيمُوا ال ُّ‬ ‫ظ ُه ” َأنَّ َرسُو َل هَّللا ِ – َ‬ ‫ُخ َز ْي َم َة َو ْال َحا ِك ُم َولَ ْف ُ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫هَّللا‬ ‫َ‬ ‫ًّ‬ ‫َ‬ ‫هَّللَا‬
‫ث‬ ‫صفا َقط َع ُه ُ ” ‪َ .‬ق ْول ُه ‪َ ( :‬و َقا َل ال ُّنعْ َمان بْن بَشِ ير ) َهذا ط َرفٌ مِنْ َح‪ N‬دِي ٍ‬ ‫صلَ ُه ُ ‪َ ،‬و َمنْ َقط َع َ‬ ‫ص ًفا َو َ‬ ‫ص َل َ‬ ‫ان ‪َ ،‬و َمنْ َو َ‬ ‫فُر َُجات لِل َّش ْي َط ِ‬
‫ارث َق‪NN‬ا َل ” اَل ُّنعْ َم‪NN‬ان بْن َب ِش‪N‬ير َيقُ‪N‬و ُل ‪َ :‬أ ْق َب‪َ N‬ل‬ ‫ُس‪N‬يْن بْن ْال َح‪ِ N‬‬ ‫اس‪ُ N‬م ُه ح َ‬ ‫َأ ْخ َر َج ُه َأبُو دَ اوُ دَ َوصَحَّ َح ُه ِابْن ُخ َز ْي َم َة مِنْ ِر َوا َي ِة َأ ِبي ْال َقاسِ م ْال َجدَ لِيِّ َو ْ‬
‫هَّللَا‬ ‫َأ‬ ‫هَّللَا‬ ‫ً‬ ‫اس ِب َوجْ ِه‪ِ N‬ه َف َق‪NN‬ا َل ‪َ :‬أقِي ُم‪NN‬وا ُ‬
‫ص ‪N‬فوفك ْم ْو لي َُخ‪ N‬الِ َفنَّ ُ َبي َْن‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫ص ‪N‬فوفك ْم ث ث‪NN‬ا ‪َ ،‬و ِ لتقِيمُنَّ ُ‬ ‫َاَل‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ص ‪N‬لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‪ِ N‬ه َو َس ‪N‬لَّ َم – َعلَى ال َّن ِ‬ ‫َر ُس ‪N‬و ُل هَّللا ِ – َ‬
‫ب‬ ‫‪N‬ال َكعْ ِ‬ ‫‪N‬را َد ِب‪ْ N‬‬ ‫ث ال ُّنعْ َم‪NN‬ان َه‪َ N‬ذا َعلَى َأنَّ ْال ُم‪َ N‬‬ ‫صاح ِِب ِه َو َكعْ َب ُه ِب َكعْ ِب ِه ” َواسْ َت َد َّل ِب َح‪ N‬دِي ِ‬ ‫ب َ‬ ‫وب ُك ْم ‪َ .‬قا َل ‪َ :‬فلَ َق ْد َرَأيْت الرَّ ُج َل ِم َّنا َي ْل َز ُق َم ْنكِبه ِب َم ْن ِك ِ‬ ‫قُلُ ِ‬
‫ً‬ ‫اَل‬ ‫ْ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫دَم – َوه َُو الذِي يُمْ كِنُ نْ َيلزقَ ِبالذِي ِب َجن ِب‪ِ N‬ه ‪ِ ،‬خ ف‪NN‬ا لِ َمنْ‬ ‫َأ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫فِي آ َي ِة الوُ ضُو ِء ال َعظم الناتِئ فِي َجا ِن َبيْ الرِّ جْ ِل – َوه َُو عِ ندَ مُلتقى الس ِ‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫َّاق َوالق ِ‬
‫ض ْال َح َنفِ َّي ِة َولَ ْم ي ُْث ِب ْت‪ُ N‬ه م َُح ِّققُ‪N‬و ُه ْم َوَأ ْث َب َت‪ُ N‬ه َبعْ ض‪N‬ه ْم فِي َم ْس‪َN‬ألَ ِة ْال َح ِّج اَل‬ ‫ب ُمَؤ َّخر ْال َقدَم ‪َ ،‬وه َُو َق ْو ٌل َش‪ٌّ N‬اذ ُي ْن َس‪N‬بُ ِإلَى َبعْ ِ‬ ‫ب َأنَّ ْالم َُرادَ ِب ْال َكعْ ِ‬ ‫َذ َه َ‬
‫ب فِي َظهْ‪NN‬ر ْال َق‪NN‬دَم فيض الق‪NN‬دير – (ج ‪ / 4‬ص ‪( - )7‬راص‪NN‬وا الص‪NN‬فوف) أي‬ ‫َ‬ ‫عْ‬‫ك‬‫َ‬ ‫ْ‬
‫ال‬ ‫نَّ‬‫َأ‬ ‫م‬
‫ََ‬ ‫ع‬ ‫َ‬
‫ز‬ ‫نْ‬ ‫م‬
‫َ‬ ‫ل‬ ‫‪NN‬و‬‫ْ‬ ‫َ‬
‫ق‬ ‫ِيّ‬‫ع‬ ‫م‬
‫َ‬ ‫ص‪NN‬‬ ‫ْ‬ ‫َأْل‬ ‫ا‬ ‫‪NN‬ر‬
‫َ‬ ‫ك‬‫َ‬ ‫ْ‬
‫ن‬ ‫َأ‬‫و‬‫َ‬ ‫‪،‬‬ ‫وء‬ ‫ض‪NN‬‬‫ُ‬ ‫ْالوُ‬
‫تالصقوا وضاموا أكتافكم‪ N‬بعضها إلى بعض حتى ال يكون بينكم فرجة تسع واقفا أو يلج فيها مار (فإن الشيطان يقوم في الخلل) ال‪NN‬ذي‬
‫بين الص‪NN‬فوف ليش‪NN‬وش ص‪NN‬التكم ويقطعه‪NN‬ا عليكم‪ .‬ق‪NN‬ال القاض‪NN‬ي ‪ :‬وال‪NN‬رص ض‪NN‬م الش‪NN‬ئ إلى الش‪NN‬ئ‪ .‬ق‪NN‬ال هللا تع‪NN‬الى ‪( * :‬ك‪NN‬أنهم بني‪NN‬ان‬
‫مرصوص) * فالتراص في الصفوف هو التداني والتقارب يقال رص البناء إذا ضم بعض‪NN‬ه إلى بعض‪( .‬حم عن أنس) ق‪NN‬ال الهيثمي ‪:‬‬
‫رجاله موثقون اه‪ .‬ومن ثم رمز المصنف لصحته‪( – 4375 .‬راصوا صفوفكم) أي صلوها بتواصل المناكب‪( N‬وق‪NN‬اربوا بينه‪NN‬ا) بحيث‬
‫ال يسع بين كل صفين صف آخر حتى ال يقدر الشيطان أن يمر بين أيديكم ويصير تق‪NN‬ارب أش‪NN‬باحكم س‪NN‬ببا لتعاض‪NN‬د أرواحكم (وح‪NN‬اذوا‬
‫باألعناق) (‪ )1‬بأن يكون عنق كل منكم على سمت عنق اآلخر يقال حذوت النع‪N‬ل بالنع‪N‬ل إذا حاذيت‪N‬ه ب‪N‬ه وح‪N‬ذاء الش‪N‬ئ إزاؤه يع‪N‬ني ال‬
‫يرتفع بعضكم على بعض وال عبرة باألعناق أنفسها إذ ليس على الطويل وال له أن ينحني حتى يحاذي عنقه عنق القصير الذي بجنبه‬
‫‪ ،‬ذكره القاضي‪ .‬وظاهر صنيع المصنف أن هذا هو الحديث بتمامه واألمر بخالفه بل بقيته ‪ :‬فوال‪NN‬ذي نفس‪NN‬ي بي‪NN‬ده إني ألرى الش‪NN‬يطان‬
‫يدخل من خالل الصف كأنها الحذف بحاء مهملة وذال معجمة‪ ، N‬ووهم من ق‪NN‬ال بمعجم‪NN‬تين غنم س‪NN‬ود ص‪NN‬غار فك‪NN‬أن الش‪NN‬يطان يتص‪NN‬غر‬
‫حتى ي‪NN‬دخل في تض‪NN‬اعيف الص‪NN‬ف ق‪NN‬ال الزمخش‪NN‬ري ‪ :‬س‪NN‬ميت ب‪NN‬ه ألنه‪NN‬ا محذوف‪NN‬ة عن المق‪NN‬دار الطوي‪NN‬ل‪( .‬ن عن أنس) رم‪NN‬ز المص‪NN‬نف‬
‫لصحته ‪ ،‬وظاهر اقتصاره على النسائي أنه تفرد بإخراجه عن الستة وإال ل‪NN‬ذكره كعادت‪NN‬ه وليس ك‪NN‬ذلك فق‪NN‬د رواه أب‪NN‬و داود في الص‪NN‬الة‬
‫باللفظ المزبور‪( )27 .‬وندب وقوف ذكر) ولو صبيا لم يحضر غيره‪( ،‬عن يمين االمام) وإال س‪NN‬ن ل‪NN‬ه تحويل‪NN‬ه – لالتب‪NN‬اع – (مت‪NN‬أخر)‬
‫عنه (قليال)‪ ،‬بأن تتأخر أصابعه عن عقب إمامه‪ .‬وخرج بالذكر االنثى‪ ،‬فتقف خلف‪N‬ه‪ ،‬م‪N‬ع مزي‪N‬د ت‪N‬أخر‪ .‬إعان‪N‬ة الط‪N‬البين – (ج ‪ / 2‬ص‬
‫‪( )27‬قوله‪ :‬وندب وقوف ذكر) التعبير بالوقوف هنا وفيم‪NN‬ا س‪N‬يأتي للغ‪NN‬الب‪ ،‬فل‪NN‬و لم يص‪N‬ل واقف‪N‬ا ك‪NN‬ان الحكم ك‪N‬ذلك‪( .‬قول‪N‬ه‪ :‬لم يخض‪NN‬ر‬
‫غيره) خرج به ما إذا حضر غيره معه إلى الصف‪ ،‬فيندب لهما الوقوف مع‪NN‬ا خلف‪NN‬ه‪ .‬وسيص‪NN‬رح ب‪NN‬ه‪( .‬قول‪NN‬ه‪ :‬عن يمين االم‪NN‬ام) متعل‪NN‬ق‬
‫بوقوف‪ .‬قال الكردي‪ :‬رأيت في شرح البخاري للقسطالني ما نصه‪ :‬وق‪N‬ال أحم‪N‬د‪ :‬من وق‪NN‬ف على يس‪NN‬ار االم‪N‬ام بطلت ص‪NN‬الته‪( .‬قول‪N‬ه‪:‬‬
‫وإال سن) أي وإن لم يقف على يمينه بأن وقف على يساره‪ ،‬سن لالمام تحويله من غ‪NN‬ير فع‪NN‬ل كث‪NN‬ير‪ .‬وعب‪NN‬ارة المغ‪NN‬نى‪ :‬ف‪NN‬إن وق‪NN‬ف عن‬
‫يساره أو خلفه سن له أن يندار مع اجتناب االفعال الكثيرة‪ ،‬فإن لم يفعل‪ ،‬ق‪NN‬ال في المجم‪NN‬وع‪ :‬س‪NN‬ن لالم‪NN‬ام تحويل‪NN‬ه‪ .‬اه‪ .‬وق‪NN‬ال س‪NN‬م‪ :‬ف‪NN‬إن‬
‫خالف ذلك كره‪ ،‬وفاتته فضيلة الجماعة‪ .‬كما أفتى به شيخنا الرملي‪ .‬اه‪ .‬وقوله‪ :‬لالتب‪NN‬اع دلي‪NN‬ل لن‪NN‬دب وق‪NN‬وف ال‪NN‬ذكر عن يمين‪NN‬ه‪ ،‬ولن‪NN‬دب‬
‫التحويل‪ .‬وذلك ما رواه الشيخان عن ابن عباس رضي هللا عنهما ق‪NN‬ال‪ :‬بت عن‪NN‬د خ‪NN‬التي ميمون‪NN‬ة‪ ،‬فق‪NN‬ام الن‪NN‬بي (ص) يص‪NN‬لي من اللي‪NN‬ل‪،‬‬
‫فقمت عن يساره‪ ،‬فأخذ برأسي فحولني عن يمينه‪ .‬قال في النهاية‪ :‬ويؤخذ منه أنه لو فعل أحد من المقتدين خالف السنة استحب لالمام‬
‫إرشاده إليها بيده أو غيرها‪ ،‬إن وثق منه باالمتثال‪ .‬وال يبعد أن يكون المأموم مثله في االرشاد المذكور‪ .‬اه‪( .‬قوله‪ :‬مت‪NN‬أخرا) ح‪NN‬ال من‬
‫ذكر‪ ،‬أي حال كونه متأخرا عن االمام‪ ،‬وهو سنة مستقلة‪( .‬وقول‪NN‬ه‪ :‬قليال) ص‪NN‬فة لمص‪NN‬در مح‪NN‬ذوف‪ ،‬أي ت‪NN‬أخر قليال‪ ،‬وه‪NN‬و س‪NN‬نة أيض‪NN‬ا‪.‬‬
‫فهاتان سنتان‪ ،‬فكان االولى أن يقول‪ :‬ويسن تأخره عن‪NN‬ه‪ ،‬وكون‪NN‬ه قليال‪( .‬قول‪NN‬ه‪ :‬ب‪NN‬أن تت‪NN‬أخر أص‪NN‬ابعه) تص‪NN‬وير للقل‪NN‬ة‪ .‬وه‪NN‬ذا ه‪NN‬و م‪NN‬ا في‬
‫التحفة‪ .‬وصوره في االيعاب بخروجه عن المحاذاة‪ ،‬وفي فتح الجواد بأن ال يزي‪NN‬د م‪NN‬ا بينهم‪NN‬ا على ثالث‪NN‬ة أذرع‪ .‬ق‪NN‬ال‪ :‬ويحتم‪NN‬ل ض‪NN‬بطه‬
‫بالعرف‪ .‬ومحل سنية التأخر هنا‪ ،‬وفيما سيأتي‪ ،‬إذا كان االمام مستورا‪ ،‬فإذا كان عاريا وكان المأموم بصيرا في ضوء وقفا متحاذيين‪.‬‬
‫(قوله‪ :‬وخرج بالذكر االنثى) أي والخنثى‪( .‬قوله‪ :‬فتقف) أي االنثى‪ .‬وقوله‪ :‬خلفه أي االمام‪( .‬وقوله‪ :‬مع مزيد تأخر) ظ‪N‬اهره ول‪N‬و زاد‬
‫على ثالثة أذرع‬

‫‪Tanya: Bisakah menjama' sholat jumat dengan sholat ashar? ‬‬


‫‪Jawab: Untuk musafir diperbolehkan menjama' sholat zhuhur dengan ashar di waktu yang‬‬
‫‪mana saja (mau jama' taqdim pada zhuhur atw jama' ta-khir pada waktu ashar). Termasuk‬‬
‫‪boleh menjama' sholat jum'at dengan ashar, hanya saja ketentuannya harus dilakukan‬‬
dengan jama taqdim, tidak bisa dengan jama takhir, sebab solat jumat tidak bisa dikerjakan
di luar waktu zhuhur
 ‫ع‬Nَ N‫ ْأخِيرً ا ( َو ) َأنْ َيجْ َم‬N‫ دِيمًا َو َت‬N‫ا َء ) َت ْق‬N‫ا َش‬N‫ت َأي ِِّه َم‬
ِ ‫ ِر فِي َو ْق‬N‫ص‬ ْ ‫ر َو ْال َع‬N ُّ ( ْ‫اَل َتي‬N‫ص‬
ِ N‫الظ ْه‬ َ ‫ ٍر ( َأنْ َيجْ َم‬N‫ص‬
َ ) ‫ع َبي َْن‬N ْ ‫ َف َر َق‬N‫َو َيجُو ُز ل ِْلم َُساف ِِر ) َس‬
‫ْأ‬
‫ت َأي ِِّه َما َشا َء ) َت ْقدِيمًا َو َت خِيرً ا‬
ِ ‫ء فِي َو ْق‬Nِ ‫ب َو ْال ِع َشا‬
ِ ‫صاَل َتيْ ( ْال َم ْغ ِر‬
َ ) ‫ ( َبي َْن‬.
 albujairomi alaa alkhotib 5/242
ُّ ‫ة َك‬Nُ N‫ ( َو ْال ُج ُم َع‬: ‫ ُه‬Nُ‫رْ ُح َق ْول‬N‫الش‬ ‫ْأ‬ ‫ض ُل ل َِساِئر َو ْق ِ ُأ‬ َ ‫ َواَأْل ْف‬، ‫ِيم‬ ُّ ُ ْ
 ‫الظه ِْر فِي‬N َّ . ‫اع‬N ِ ‫ دِي ٌم لِاِل ِّت َب‬N‫ت ولَى َت خِي ٌر َولِ َغي ِْر ِه َت ْق‬ ِ ِ ‫َوال ُجم َُعة َكالظه ِْر فِي َج ْم ِع ال َّت ْقد‬
َ ُ َ َ ْ َّ َ َ ُّ
َ ‫ لكِنْ ل ْو‬، ‫ض ُل فِي َحق ِه الظ ْه ُر‬ ِّ ْ ‫َأْل‬ َ ْ َ ً َ ْ َ
َ ‫ِيم ) يْ ك نْ دَخ َل الم َُسافِ ُر قرْ َية ِبط ِريقِ ِه َي ْو َم ال ُجم َُع ِة فا ف‬ ‫َأ‬ َ ‫َأ‬ ْ َّ
‫م ف َيجُوز ل ُه فِي َه ِذ ِه‬Nْ ‫صلى ال ُج ُم َعة َم َع ُه‬ ِ ‫َجمْ ِع التقد‬
‫ا‬NN‫ا َك َم‬NN‫ِيم َأيْ َو َيمْ َت ِن ُع َج ْم ُع َها َتْأخِيرً ا َأِل َّن َها اَل َي َتَأ َّتى َتْأخِي ُر َها َعنْ َو ْق ِت َه‬ ِ ‫د‬‫ق‬ ْ ‫ت‬َّ ‫ال‬ ‫ع‬
ِ ْ‫م‬‫ج‬َ ‫ِي‬ ‫ف‬ : ‫ه‬
ُ ُ‫ َو َق ْول‬. ‫ َت ْقدِيمًا ا ط ف‬N‫ْال َحالَ ِة َأنْ َيجْ َم َع ْال َعصْ َر َم َع َها‬
‫فِي َشرْ ِح م ر‬
albujairomi alaa alkhotib 5/247 (PISS KTB)

Tanya: Sahkah sholatnya orang yang dalam membaca fatihah membaca tashil hamzahnya
"AN 'AMTA"?
Jawab: Kalau membaca secara Hafs dari 'Ashim (seperti yang umumnya bacaan yang
dipakai di Indonesia), maka sholatnya sah, tapi membaca seperti ituharam.
 ‫فرع لو سهل همزة أنعمت أثم وال تبطل صالته‬
(Hasyiyah Aljamal ‘Alal Manhaj II/751) oleh Ust. Masaji Antoro

Tanya: Ada dua orang masbuq dan hanya mendapati tahiyyat akhir imam, Setelah selesai
imam salam, makmum tadi berdiri dan yang satu mundur untuk makmum pada masbuq
yang satunya. Bagaimana hukumnya hal yang demikian? 
Jawab: boleh melakukan hal yang seperti itu, hanya saja dihukumi makruh
 ‫ع‬NN‫ لكن م‬- ‫د‬NN‫ على المعتم‬- ‫ا‬NN‫حت أيض‬NN‫ أو قام مسبوقون فاقتدى بعضهم ببعض ص‬،‫كأن سلم االمام فقام مسبوق فاقتدى به آخر صحت‬
‫الكراهة‬
"seperti saat imam salam lalu seorang masbuk berdiri dimamumi oleh yang lain (baru
datang) maka hukumnya sah, atau (tatkala imam salam) lalu beberapa masbuq bermamum
kepada salah saeorang diantara masbuq, maka sholatnya sah, menurut almu'tamad, hanya
saja dihukumi makruh (Fathul mu'in 2 hal 42).

Tanya: Ada orang sedang sholat ba'diyah Isya, kemudian dari belakang ditepuk oleh
seseorang untuk menjadi makmum sholat isya. Bagaimana nih? 
Jawab: Menurut Imam Syafi'i tidak disyaratkan derajat sholat imam harus sama jenisnya
(seperti sholat adaa' dan Qodhoo') juga tidak tidak disyaratkan harus sama derajatnya
(seperti imam sholat sunnah sedang makmum sholat wajib) asalkan nizhom/ urutannya
sholat sama, maka diperkenankan sholat berjamaah, (yang nizhomnya tidak sama itu
contohnya seperti imam sholat janazah sedang makmum sholat dhuhur misalnya).
Berbeda dengan Imam Madzhab lain (Hanafi, maliki dan Hambali) yang memang di
syaratkan derajat sholat imam tidak boleh lebih rendah ketimbang sholatnya makmum (Fiqh
Alaa madzaahib Al-Arba'ah)
Tanya: Batalkah sholat wanita yang ketika sholat (misal pas takbir) tiba-tiba terlihat
lengannya, demikian juga dengan paha pria yang waktu sujud tiba-tiba terlihat (karena pakai
sarung)?
Jawab: Kalau memang terlihatnya dari arah atas dan sisinya maka BATAL bila terlihat dari
arah bawahnya TIDAK BATAL
 ‫عته‬NN‫ه لس‬NN‫وق قميص‬NN‫ه أي ط‬NN‫ه من جيب‬NN‫ويجب ستر العورة من أعالها وجوانبها ال من أسفلها ولو كان المصلي امرأة فلو رؤيت عورت‬
‫في ركوعه أو غيره ضر‬
Diwajibkan menutup aurat dari sebelah atas dan sebelah sisi-sisinya (kana, kiri, depan
belakang), tidak dari sebelah bawahnya sehingga apabila ada orang sholat bila auratnya
terlihat dari kerah atau lengan baju nya yang lebar maka sholatnya batal (Al-Iqnaa’ Li
Assyarbiiny I/124).

Tanya: Bagaimana hukum sholat di tingkat dua sebuah masjid, sedangkan antara lantai
pertama dan ke dua ada tangga tetapi berada di luar masjid? 
Jawab: hukumnya tidak sah, kecuali ujung tangga yang bawah berada dalam masjid atau
ada lobang yang tembus dengan lantai bawah dan orang yang berjamaah berdiri di tepi
lubang tersebut.
 ( ‫ ُر ) َوِإ َذا َج َم َع ُه َما َمسْ ِج ٌد‬N‫يق َما َل ْم َي َت َي َّقنْ ُحدُو َث َها َبعْ َدهُ َوَأ َّن َها غَ ْي‬ َ ‫ َوِإنْ َك‬، ‫ِي َما ُح ِج َر َعلَ ْي ِه َأِلجْ لِ ِه‬
ٌ ‫ان َب ْي َن ُه َما َط ِر‬ َ ‫َو ِم ْن ُه ِجدَ ا ُرهُ َو َرحْ َب ُت ُه َوه‬
ُ‫ا َفة‬N ‫َت ْال َم َس‬ْ ‫ د‬N‫ص َّح ااِل ْق ِت َدا ُء ) إجْ َماعًا ( َوِإنْ َب ُع‬ ُ ْ‫ح‬ َ َ ْ ‫ُأ‬
َ ( ‫َح ِري ُم ُه َوه َُو َما ُي َه َّي ِإِللقا ِء ن ِو ق َما َم ِت ِه‬ ‫اَل‬ ْ‫ح‬ ْ ‫َأ‬
‫ار ُت ُه الَّتِي َبا ُب َها فِي ِه و فِي َر َب ِت ِه‬ َ ‫ َو َم َن‬، ‫َمسْ ِج ٍد‬
‫َأ‬ ْ ‫َأ‬
‫ َر َج‬N‫ َوِإنْ َخ‬، ْ‫ط ِح ِه ) ي‬N‫ ْو إلَى َس‬: ‫ ُه‬N‫ْن ( َق ْول‬ ُ ‫َأ‬ ْ ‫َأ‬
َّ ‫ ُه َكاَل ُم‬N‫ا ْف َهم‬NN‫ط ِح ِه َك َم‬N‫ ِه ْو إلَى َس‬N‫ب إلَ ْي‬
ِ ‫ي َْخي‬N‫الش‬ ِ ‫وا‬Nَ N‫ت اَأْل ْب ِن َي ُة ) التِي فِي ِه ال ُم َت َنافِذةُ ا ْب‬
‫َأْل‬ َ ْ َّ ْ َ‫َو َحال‬
َ N‫ ُر ع ش عِ َب‬N‫ا َي ْظ َه‬NN‫ا فِي َم‬NN‫ا َف ُة عُرْ ًف‬N‫ط ْل ْال َم َس‬
ُ‫ارة‬N ُ ‫ان ْال َبابُ فِي ْال َمسْ ِج ِد َأيْ َأ ْو َرحْ َب ِت ِه َك َما ه َُو ْال َفرْ ضُ َولَ ْم َت‬ َ ‫ْث َك‬ُ ‫َبعْ ضُ ْال َم َمرِّ َعنْ ْال َمسْ ِج ِد َحي‬
ِ‫رْ ط‬N‫ ًذا مِنْ َش‬N‫ ِج ِد َأ ْخ‬N‫ذ إلَى ْال َم ْس‬Nٌ Nِ‫ ْط َح َناف‬N‫الس‬َّ َّ‫ورةُ َأن‬ َ N‫الص‬ُّ ‫ َو‬، ْ‫ ْأتِي َأي‬N‫ا ِه ٌر ِممَّا َي‬NN‫الرَّ شِ يدِيِّ َق ْولُ ُه َأ ْو إلَى َس ْط ِح ِه َأيْ الَّذِي ه َُو ِم ْن ُه َك َما ه َُو َظ‬
‫اجعْ ا هـ‬ َ ‫ ال َّت َنافُ ِذ َف ْلي َُر‬. (Tuhfah al-Muhtaaj VIII/169 dan 173)

Tanya: Apa saja rukun sujud tilawah di luar sholat? 


Jawab: Rukun sujud Tilawah (di luar sholat) sujud syukur ada lima (Madzahib al arba'ah
I/442) :
1. Niat dengan lisan
2. Takbirotul Ikhrom
3. Sujud satu kali
4. Duduk setelah sujud
5. Salam
Sedangkan bacaan pada waktu sujud adalah, "Allohumma ktubli biha 'indaka ajron, wa
j'alhali 'indaka dzahron, wa dhi' anni biha wizron, waqbalha minni kama qabiltaha min
'abdika Dauda alihissalam " (Bughyah Mustarsyidin 59) .

Tanya: Makmum tidak mengetahui kalau sang imam ternyata menginjak kotoran cicak yang
najis. Bagaimana sholatnya imam dan makmum tersebut, sah atau tidak? 
Jawab: Adapun jika imamnya terkena najis.dan sholat dengan najis,serta makmum tidak
tahu. Dan mengatahuinya setelah salam maka hukumnya sama seperti Imam yang
berhadats
(‫ولي )فرع‬N‫وي والمت‬N‫ال البغ‬N‫الة ق‬NN‫رغ من الص‬NN‫تى ف‬NN‫أموم ح‬N‫ا الم‬N‫ا لم يعلم به‬N‫و عنه‬N‫ير معف‬NN‫لو كان علي ثوب االمام أو بدنه نجاسة غ‬
‫وغيرهما هو كما لو بان محدثا‬
Jadi dalam kasus di atas
1. Sholat Imam tidak Sah
2.Sholat Makmum yang tidak tahu ada najis pada badan Imamnya, dan baru tahu setelah
salam, sholatnya sah.
Sedang jika ia sudah tahu sebelum salam, dan meneruskan sholatnya tanpa niat
mufaaraqah, maka sholat si Makmum ini batal dan wajib diulang (Kang Didin dalam PISS
KTB)
demikian

Berbagi

Tidak ada komentar:


Komentar baru tidak diizinkan.



Beranda

Lihat versi web


Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai