Anda di halaman 1dari 4

A.

Hukum,Rukun dan Syarat Pelaksanaan Khutbah Jumat


Shalat jum'at merupakan ketentuan Allah dan rasul-Nya untuk dilakukan
segenap ummat Islam yang status hukumnya fardlu ain yaikni wajib dilakukan oleh
setiap ummat lakilaki, dewasa, merdeka dan menetap dalam suatu daerah (mukim),
tidak wajib dilakukan muslimah, anak anak, hamba sahaya dan orang yang sedang
bepergian (Musafir). Shalat Jum'at dilakukan dengan cara tertentu dan baru dianggap
sah apabila memenuhi syarat dan rukun.1
Khutbah dan shalat jum'at merupakan salah satu rutinitas yang dilaksanakan
setiap sepekan sekali yaitu hari Jum'at yang bertepatan dengan waktu dhuhur dan
diwajibkan kususnya orang laki-laki yang sudah baligh, di antara khotbah dan shalat
jum'at tidak bisa dipisahkan karena bentuk rangkaian satu ibadah yang sudah
ditetapkan, adapun yang jadi perhatian petugas khotib ketika pelaksanaan khotbah
yaitu dalam penyampaian pesan atau materi khotbah jum'at terhadap jamaah agar
pelaksanaan khotbah bisa efektif dan kondusif yaitu lebih mendalami dan
mempelajari tentang ilmu menjadi petugas khotib untuk mengetahui rukun dan syarat
syahnya pelaksanaan khotbah jum'at agar bahsa yang disampaikan bisa dterima dan
dipahami jamaah.2
Salah satu syarat sah shalat Jum'at tersebut antara lain harus didahului dua
khutbah jum'at. Dua khutbah tersebut juga bisa dianggap sah apabila memenuhi
syarat dan rukun. Adapun rukun dua khutbah yang popular di praktekkan ditengah
masyarakat adalah:
Rukun khotbah pertama:
1. Hamdalah
Hamdalah atau bacaan tahmid adalah ucapan pujaan atau pujian yang ditujukan
kepada Allah. Lafaz hamdalah ini berbagai macam, tergantung kemampuan seorang
khatib merangkai kalimat pujian. Biasanya kalimat hamdalah itu disusun sedemikian
rupa dan mengandung unsur puisi dan sajak. Contoh hamdalah (dirangkai dengan
syahadatain) dalam khotbah:

‫ه‬0‫ريك ل‬0‫ده ال ش‬0‫ه إال هللا وح‬0‫هد أن ال إل‬0‫ أش‬. ‫الحمد هلل رب العالمين والعاقبة للمتقين وال عدوان إال على الظالمين‬
‫ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله أرسله رحمة للعالمين‬, ‫إياه نعبد وإياه نستعين‬
2. Shalawat

1
Multazim AA Multazim AA, Rukun Dua Khutbah Jumat, Al’Adalah: Jurnal Syariah dan
Hukum Islam, vol:1, 2019
2
As’ad Abdullah, Penggunaan Bahasa Untuk Meningkatkan Efektivitas Pesan Khutbah
Jumat, Interdisciplinary Journal Of Comunication, vol: 2, 2017
Shalawat kepada Rasulullah SAW bisa dengan lafadz yang sederhana, seperti :

‫اللهم صل على محمد‬


Ya Allah limpahkanlah shalawat kepada Muhammad
Tidak diharuskan menyampaikan salam, dan juga tidak harus dengan shalawat
kepada keluarga beliau. Minimal sekali hanya sekedar shalawat saja.
3. Berwasiat (nasihat takwa)
Nasihat atau washiyat yang menjadi rukun intinya sekedar menyampaikan
pesan untuk taat kepada Allah SWT dan sejenisnya. Atau setidaknya untuk menjauhi
larangan-larangan dari Allah SWT. Misalnya seperti lafadz berikut ini :

‫أطيعوا هللا واجتنبوا معاصيه‬


Taatilah Allah dan jauhilah maksiat
4. Membaca Al-Qur'an
Sebagian ulama mengatakan bahwa karena khutbah Jumat itu pengganti dari
dua rakaat shalat yang ditinggalkan, maka membaca ayat Al-Quran dalam khutbah
hukumnya wajib.
Dasarnya adalah hadits Nabi SAW:
‫كان يقرأ آيات ويذكر الناس‬
Rasulullah SAW membaca beberapa ayat Al-Quran dan mengingatkan orang-orang.
5. Berdoa untuk jemaah
Doa atau pemohonan ampun untuk umat Islam dijadikan rukun yang harus
disampaikan dalam khutbah Jumat menurut mazhab As-Ssyafi'iyah.
Minimal sekedar membaca lafadz :

‫اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات‬


Ya Allah ampunilah orang-orang muslim dan muslimah.3
3
Arif Yosodipuro, Buku Pintar Khatib dan khotbah Jumat, Jakarta, Penerbit Kalil, 2012, hal.
10.
Lima hal tersebut pembacaannya secara tertib bahkan pelaksanaanya pun
dillakukan secara tertib, padahal, tak satupun ayat al-Qur'an atau al Hadist yang
menjelaskan secara langsung bahwa pelaksanaan rukun dua khutbah harus dilakukan
secara tertib.

Syarat-syarat khutbah jumat adalah sebagai berikut:


1. Khatib berdiri di hadapan jamaah atau orang banyak.
2. Khutbah Jumat dilakukan dua kali setelah tergelincir matahari dengan
ringan atau pendek dari bacaan salat.
3. Disunahkan membaca tahmid atau puji pujian kepada Allah SWT, selawat
kepada Nabi SAW, wasiat takwa, doa, dan membaca ayat Alquran saat pelaksanaan
khutbah Jumat.
4. Pelaksanaan khutbah Jumat dilakukan di dalam masjid. Jika khutbah
dilaksanakan di luar masjid, maka tidak sah karena khutbah Jumat sama seperti
pelaksanan salat.
5. Pelaksanaan khutbah Jumat dilakukan sebelum salat. Jika dilaksanakan
setelah salat, maka tidak sah.
6. Pelaksanaan khutbah Jumat dihadiri oleh jamaah salat Jumat.
7. Pelaksanaan khutbah Jumat dilakukan dengan suara yang nyaring, baik
dengan bahasa Arab atau bahasa lainnya.
8. Duduk dengan tenang di antara dua khutbah seperti duduk antara dua sujud.
9. Pelaksanaan khutbah harus menutup aurat dan dalam keadaan suci dari
hadas kecil dan hadas besar, baik badan, pakaian beserta tempatnya.

Hukum Khutbah Jum'at menurut Jumhur Ulama berbeda pendapat dalam


menetapkan hukumnya. Jumhur Ulama sepakat bahwasanya Khutbah Jum'at itu
hukumnya wajib sedangkan menurut Madzhab Dzahiri Khutbah Jum'at itu sunat.4

B. Tata Cara Pelaksanaan Khutbah Jumat


Berikut tata cara khutbah shalat Jumat sesuai sunnah yang perlu dipahami dan
dipraktikkan:

4
Kusnadi, Koko, Hukum Khutbah Jumat: Studi Komparatif Menurut Jumhur Ulama dan
Madzhab Zhahiri, Diploma Thesis: UIN Sunan Gunung Jati Bandung, 2016
1. Tata cara khutbah shalat Jumat sesuai sunnah yang pertama adalah
mengucapkan salam. Setelah berdiri, khatib dianjurkan untuk mengucapkan salam
pada jamaah yang ada sebagaimana disebutkan dalam hadits Jabir bin Abdullah,
“Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam jika telah naik mimbar biasa
mengucapkan salam”. H.R Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam
Shahih Ibnu Majah.

2. Duduk menanti azan selesai sambil menirukan azan. Setelah mengucap


salam, maka suara azan akan dikumandagkan. Khatib dianjurkan untuk duduk
mendengarkan dan menirukan hingga azan selesai.
3. Kemudian berdiri untuk berkhutbah. Sebelum memulai berkhutbah
hendaknya membuka khutbah sesuai dengan rukun khutbah, yaitu dengan membaca
alhamdulilah, sanjungan kepada Allah, syahadat, shalawat, bacaan ayat-ayat taqwa,
dan perkataan amma ba'd.
4. Khatib berkhutbah dengan berdiri, menghadapkan wajah kepada jamaah.
Saat berkhutbah, khatib dianjurkan untuk berdiri dan menghadapkan wajahnya pada
para jamaah. Namun, jika khatib tidak dapat berdiri maka khutbah dapat dilakukan
dengan posisi duduk.
5. Duduk di antara dua khutbah. Saat telah menyampaikan khutbah pertama
hendaknya khatib duduk sejenak untuk beristirahat sebelum menyampaikan khutbah
kedua.
6. Khatib berdiri kembali dan membaca khutbah kedua

Anda mungkin juga menyukai