BIOSTATISTIKA
OLEH:
RIA FEBRIANY DARFIS
NIM: KM. 23.10.010
MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO
UAS BIOSTATISTIKA
2. Jelaskan perbedaan antara Uji T saling bebas dan Uji T berpasangan berserta
contoh kasusnya masing-masing dalam bidang kesehatan
Jawab :
Uji T Saling Bebas (Independent Samples t-test) suatu metode pengujian yang
digunakan ketika kita ingin membandingkan rata-rata dua kelompok yang tidak
memiliki hubungan langsung. Dalam hal kesehatan gigi dan mulut, ini berguna untuk
memahami apakah ada perbedaan signifikan dalam indeks kebersihan gigi antara
dua kelompok pasien yang mungkin menerima perawatan atau memiliki karakteristik
yang berbeda.
Contoh Kasus:
Seorang peneliti ingin mengetahui apakah ada perbedaan dalam rata-rata indeks
kebersihan gigi antara kelompok pasien anak-anak dan kelompok pasien dewasa. Uji
T saling bebas dapat membantu menentukan apakah perbedaan tersebut statistik
signifikan.
Uji T Berpasangan (Paired Samples t-test) adalah suatu metode pengujian yang
digunakan ketika kita ingin membandingkan rata-rata dua kelompok yang memiliki
hubungan atau keterkaitan langsung satu sama lain. Dalam konteks kesehatan gigi
dan mulut, uji ini dapat digunakan untuk menilai efektivitas suatu perawatan pada
pasien dengan membandingkan hasil pengukuran sebelum dan sesudah perawatan.
Contoh Kasus:
Seorang peneliti ingin mengevaluasi apakah terdapat perubahan yang signifikan
dalam indeks kebersihan gigi pada setiap pasien setelah penerapan teknik
pembersihan gigi baru. Dengan menggunakan uji t berpasangan, peneliti dapat
menentukan apakah perbedaan hasil sebelum dan sesudah perawatan pada setiap
pasien secara statistik signifikan.
4. Data dari pihak Puskesmas menyatakan bahwa rata-rata tinggi badan pasien sakit
paru- paru adalah 160 cm untuk menguji pernyataan itu diambil 50 pasien dan
diukur tinggi badannya 155 cm. Diketahui simpangan baku dari populasi adalah 3,5
cm. Ujilah pada tingkat 5% apakah betul bahwa rata-rata tinggi badan pasien adalah
160 cm.
Jawab :
Data dari pihak Puskesmas menyatakan bahwa rata-rata tinggi badan pasien sakit
paru-paru adalah 160 cm untuk menguji pernyataan itu diambil 50 pasien dan diukur
tinggi badannya 155 cm. Diketahui simpangan baku dari populasi adalah 3,5 cm.
Ujilah pada tingkat 5% apakah betul bahwa rata-rata tinggi badan pasien adalah 160
cm.
Dari hasil uji t diperoleh nilai t hitung =-5,71 dan nilai t tabel=2,01. Karena t dihitung
<-t tabel atau t hitung > t tabel, maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternative
diterima. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata tinggi badan pasien sakit paru-paru
tidak sama dengan 160 cm pada tingkat signifikansi 5 %