Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN

Dengan Judul HIPERTENSI (HT)

Di Klinik Miftachul Munir medika Surabaya

Di susun oleh:

Nama : Lilin zurotul anisah

No Absen : 23 (dua tiga)

Prodi : Asisten keperawatan

SMK UNGGULAN TERPADU SURABAYA

PRODI KEPERAWATAN

TAHUN 2022-2023
LAPORAN PENDAHULUAN

Dengan Judul l HIPERTENSI (HT)

Di Klinik Miftachul Munir medika Surabaya

Di susun oleh:

Nama : Lilin zurotul anisah

No Absen : 23 (dua tiga)

Prodi : Asisten keperawatan

SMK UNGGULAN TERPADU SURABAYA

PRODI KEPERAWATAN

TAHUN 2022-2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan ,Asuhan keperawatan dan asuhan keperawatan teori

dengan diagnose medis "Hipertensi" di klinik Miftachul Munir Medika Surabaya

telah diperiksa dan disahkan sebagai laporan memenuhi Tugas Praktik Kerja Lapangan

(PKL) Asisten Keperawatan yang dilaksanakan mulai tanggal 9 Januari- 5 April.

MENGETAHUI

PEMBIMBING AKADEMIK. PEMBIMBING KLINIK

SLAMET AMD. KEP KEPALA SEKOLAH. FANANI AMD. KEP

ABU YASIN.S.Pd,SE,MM
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan pengalaman Laporan Penelitian yang berjudul
"Hipertensi" ini tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, sehingga saran
dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan Penelitian
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, 26 maret 2023

Lilin zurotul anisah


DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................i

LEMPENG.............................................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

DAFTAR ISI....................................................................................................iv - v

A. LAPORAN PENDAHULUAN

1.1.1 Definisi.........................................................................................…

1.1.2. Klasifikasi....................................................................................…..

1.1.3. Etiologi.........................................................................................….

1.1.4. Patofisiologi................................................................................…..

1.1.5. Gambaran Klinis............................................................................…

1.1.6. Pemeriksaan Penunjang................................................................…

1.1.7. Penatalaksanaan...........................................................................…

1.1.8. Komplikasi...................................................................................…..

1.1.9. Pathway.......................................................................................…..

B. ASKEP (Asuhan keperawatan Teori)

2.1.1. Pengkajian....................................................................................

2.1.2 Diagnosa Keperawatan............................................................…..

2.1.3. Intervensi...................................................................................…

C. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS


2.2.1. Identitas.........................................................................................

2.2.2. Status Kesehatan.......................................................................….

2.2.3. Diagnosa Medis dan Therapy........................................................

2.2.4. Pola Kebutuhan Dasar...................................................................

2.2.5. pola kongnitif dan Presepsi...........................................................

2.2.6. Pola Nilai-Kepercayaan...............................................................…

2.2.7. Pengkajian Fisik...........................................................................…

2.2.8. Pemeriksaan Penunjang.............................................................….

2.2.9. Analisa Data...................................................................................

2.2.10. Tabel Daftar Diagnosa Keperawatan........................................…..

2.2.11. Rencana Tindakan keperawatan................................................…

2.2.12. Evaluasi Keperawatan................................................................…


A. Konsep Dasar Penyakit Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan


tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 90
mmHg.Populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik ≥ 160
mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg (Aspiani, 2016 :211). Sedangkan
menurut Kushariyadi (2008) menyatakan bahwa hipertensi adalah suatu
keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan
angka kematian(mortalitas). Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih
dianggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥ 160/95
mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan WHO tersebut tidak membedakan
usia dan jenis kelamin(Udjianti, 2010 : 101). Kaplan memberikan batasan
hipertensi dengan memperhatikan usia dan jenis kelamin (Udjianti, 2010 : 101-
102).

a. Pria berusia < 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah pada waktu
berbaring ≥ 130/90 mmHg.

b. Pria berusia > 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya


>145/95mmHg.

c. Wanita, hipertensi bila tekanan darah ≥ 160/95 mmHg.

Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan dan mungkin klien tidak


menunjukkan gejala selama bertahun-tahun sampai terjadi kerusakan organ
yang bermakna (silent killer). Hipertensi merupakan penyakit akibat gangguan
sirkulasi darah yang masih menjadi masalah dalam kesehatan di masyarakat. Bila
klien kurang atau bahkan belum mendapatkan penatalaksanaan yang tepat
dalam mengontrol tekanan darah, maka angka mordibitas dan mortalitas akan
semakin meningkat dan masalah kesehatan dalam masyarakat semakin sulit
untuk diperbaiki (Suwardianto,2011).

2. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi pada klien berusia ≥ 18 tahun oleh The Joint


NationalCommittee VII (JNC VII) on Prevention, Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure adalah sebagai berikut (Puspitorini, 2009:9)

Tabel 2.1 klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VI

KATEGORI SISTOLIK (mmHg) DIASTOLIK (mmHg)

Normal <120 <80

Prahipertensi 120-139 80-89

Hipertensi ≥140 ≥90

Stadium 1 140-159 90-99

Stadium 2 160-≥180 100-≥110

Menurut Aspirin (2016:211) Join Nation Comitten on Detection Evolution and


Treatment of High Blood Presure, badan penelitian hipertensi di Amerika serikat,
menentukan batasan tekanan darah yang berbeda. Tahun 1993 dikenal dengan
sebutan JPC-V, tekanan darah pada orang dewasa berusia 18 tahun
diklasifikasikan sebagai berikut.
Tabel 2.2 kriteria Hipertensi Menurut JPC-V AS

KATEGORI SISTOLIK (mmHg) DIASTOLIK (mmHg)

Normal <130 <85

Pembatasan (high 130-139 85-89


normal)

HIPERTENSI

Derajat 1 : ringan 140-159 90-99

Derajat 2 : sedang 160-179 100-109

Derajat 3 : berat 180-209 110-119

Derajat 4 : sangat berat ≥210 ≥120

3. Etiologi Hipertensi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2

golongan besar, yaitu

1). Hipertensi Essensial atau Hipertensi primer

Menurut Ardiansyah (2012) hipertensi primer yaitu hipertensi yang

tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi primer terdapat pada

lebih dari 90% klien dengan hipertensi. Meskipun hipertensi primer


belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian

telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan

terjadinya hipertensi, antara lain :

a. Faktor keturunan atau genetik; individu yang mempunyai

riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko lebih tinggi untuk

mendapatkan penyakit ini ketimbang mereka yang tidak.

b. Jenis kelamin dan usia; laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita

pasca menopause beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi.

c. Diet; konsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak, secara

langsung berkaitan dengan perkembangan penyakit hipertensi.

d. Berat badan atau obesitas (>25% di atas BB ideal) juga sering

dikaitkan dengan perkembangan hipertensi.

e. Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan

tekanan darah (bila gaya hidup yang tidak sehat tersebut tetap

diterapkan).

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.

Sekitar 5-10% dari klien yang mengalami hipertensi sekunder. Beberapa

gejala atau penyakit yang menyebabkan hipertensi jenis ini antara lain:

a. Coarctation aorta, yaitu penyempitan aorta congenial yang


(mungkin) terjadi pada beberapa tingkatan aorta torasik atau

aorta abdominal. Penyempitan ini menghambat aliran darah

melalui lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan

tekanan darah diatas area konstrinsik

b. Penyakit parenkim dan vascular ginjal. Penyakit ini

merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi

renovaskular berhubungan dengan penyempitan satu atau

lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke

ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada klien dengan

hipertensi disebabkan oleh arterosklerosis atau fibrous

dysplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous).

c. Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi,

inflamasi, serta perubahan struktur serta fungsi ginjal.

d. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen). Oral

kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan

hipertensi melalui mekanisme rennin-aldosteron-mediate

volume expansion. Dengan penghentian oralkontrasepsi,

tekanan darah kembali normal setelah beberapa

bulan(Udjianti, 2010 : 107).

e. Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau

korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder.

Adrenal-mediate hypertensiondisebabkan kelebihan primer


aldosteron, kortisol, dan katekolamin.Kelebihan

aldosteron pada aldosteron primer menyebabkan

Hipertensi dan hipokalemia. Aldosteonisme primer biasanya

timbul dari adenomakorteks adrenal yang benign (jinak).

Pheochromocytomas pada medullaadrenal yang paling

umum dan meningkatkan sekresi katekolamin yang

berlebihan (Ardiansyah, 2012 : 61).

f. Kegemukan (obesitas) dan gaya hidup yang tidak

aktif (malas berolahraga).

g. Stress yang cenderung menyebabkan kenaikan tekanan

darah untuk sementara waktu. Jika stress telah berlalu,

maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.

h. Kehamilan. Hipertensi akibat kehamilan atau hipertensi

gestasion aladalah peningkatan tekanan darah (≥ 140

mmHg pada sistolik; > 90mmHg pada diastolik) terjadi

setelah usia kehamilan 20 minggu pada wanita non-

hipertensi dan membaik dalam 12 minggu

pascapartum(Aspiani, 2016 : 213).

i. Peningkatan volume intravascular. Merokok. Nikotin dalam

rokok dapat merangsang pelepasan katekolamin.

Peningkatan katekolamin ini mengakibatkan

iritabilitasmiokardial, peningkatan denyut jantung, serta


Menyebab kanvasokonstriksi yang kemudian meningkatkan

tekanan darah (Ardiansyah,2012 : 61-62).

4. Patofisiologi

Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara
akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk
mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang
reflekkardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol yang bereaksi
segera.Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang
mengaturjumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ terutama ginjal.

1) Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah Aterosklerosis

adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan

penebalan dan hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis

Merupakan proses multifaktorial. Terjadi inflamasi pada dinding

pembuluh darah danterbentuk deposit substansi lemak, kolesterol,

produk sampah seluler, kalsiumdan berbagai substansi lainnya

dalam lapisan pembuluh darah. Pertumbuhan inidisebut plak.

Pertumbuhan plak di bawah lapisan tunika intima akan

memperkecil lumen pembuluh darah, obstruksi luminal, kelainan

aliran darah,pengurangan suplai oksigen pada organ atau bagian

tubuh tertentu. Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran

penting dalam pengontrolan pembuluh darah jantung dengan

cara memproduksi sejumlah vasoaktif lokal yaitu molekul oksida


nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi

pada kasus hipertensi primer.

2) Sistem renin-angiotensin Mekanisme terjadinya hipertensi

adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I

oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE).Angiotensin II inilah

yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah

melalui dua aksi utama.

a. Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan rasa

haus.Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang

dikresikan keluar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi

pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya,

volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara

menarik cairan dari bagian intraseluler.Akibatnya, volume darah

meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan

darah.

b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk

Mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan

mengurangi ekskresi NaCl(garam) dengan cara

mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi

NaCl akan diencerkan kembali dengan cara

meningkat kanvolume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya


akan meningkatkan volume dan tekanan darah

3) Sistem saraf simpatis Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan

relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula

di otak Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang

berlanjut ke bawah ke korda spinalis dankeluar dari kolumna

medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks danabdomen.

Rang sangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis.

Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang

akan merangsang serabutsaraf pasca ganglion ke pembuluh

darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan

konstriksi pembuluh darah.

5. Gambaran Klinis Hipertensi

Menurut Puspitorini (2009 : 20-21) gejala hipertensi yang

dapat timbul antara lain yaitu sakit kepala, kelelahan, mual

atau muntah, sesak napas, napas pendek (terengah-engah),

gelisah, pandangan menjadi kabur, mata berkunang-kunang,

mudah marah, telinga berdengung, sulit tidur, rasa berat di tengkuk,

nyeri didaerah kepala bagian belakang nyeri di dada, otot lemah,

pembengkakan pada kakidan pergelangan kaki, keringat

berlebihan, kulit tampak pucat atau kemerahan,denyut jantung

yang kuat, cepat atau tidak teratur, impotensi, darah di urine dan
mimisan (jarang dilaporkan). Ardiansyah (2012 : 66-67) menyebutkan

bahwa Sebagian manifestasi klinis timbul setelah klien mengalami

hipertensi selama bertahun-tahun. Gejalanya berupa:

a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual

dan muntah akibat peningkatan tekanan darah

intrakranium

b. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina

sebagai dampak dari hipertensi

c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan

susunan saraf pusat

d. Nokturia (sering berkemih di malam hari) karena

adanya peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi

glomeruluse.

e Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan

tekanan kapiler.

Gejala yang dialami klien dengan kasus hipertensi berat antara lain sakit kepala
(rasa berat di tengkuk), palpitasi, kelelahan, nausea, muntah-muntah,
kegugupan,keringat berlebihan, tremor otot, pandangan kabur atau ganda,
tinnitus (telinga mendengung), serta kesulitan tidur.

Sementara menurut Kurniadi & Nurrahmani (2014) banyak klien dengan


hipertensi tidak mempunyai tanda-tanda yang menunjukkan tekanan darah
meninggi dan hanyaakan terdeteksi pada saat pemeriksaan fisik. Sakit kepala di
tengkuk merupakan ciriyang sering terjadi pada hipertensi berat. Gejala lainnya
adalah pusing, palpitasi (berdebar-debar), dan mudah lelah. Namun, gejala-
gejala tersebut kadang tidak muncul pada beberapa klien, bahkan pada
beberapa kasus klien dengan tekanan darah tinggi biasanya tidak merasakan
apa-apa. Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya
gejala. Bila demikian, gejala baru akan muncul setelah terjadi komplikasi pada
ginjal, mata, otak, atau jantung.

6. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Aspiani (2016:217-218) pemeriksaan penunjang pada

klien hipertensi antara lain :

1) Laboratorium.

a. Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal

b. Kreatinin serum dan BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat pada

hipertensikarena parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut

c. Darah perifer lengkapd. Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula

darah puasa)

2) EKG

a. Hipertrofi ventrikel kiri

b. Iskemia atau infark miokard

c. Peninggian gelombang Pd. Gangguan konduksi

3) Foto Rontgen

a. Bentuk dan besar jantung

b. Pembendungan, lebarnya paru

c. Hipertrofi parenkim ginjal

d.Hipertrofi vascular ginjal


Sedangkan menurut Udjianti (2010:109-110),

studi diagnostic yang dilakukan kepada klien dengan hipertensi adalah

sebagai berikut :

1) Hitung darah lengkap (Complete Blood cells Count)

meliputi pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk menilai

viskositas dan indicator faktor risikoseperti hiperkoagulabilitas,

anemia.

2) Kimia daraha.

a. BUN (Blood Urea Nitrogen), kreatinin : peningkatan

kadar menandakan penurunan perfusi atau faal renal.

b. Serum glukosa : hiperglisemia (diabetes melitus adalah

Presipitator hipertensi) akibat dari peningkatan kadar

katekolamin.

c. Kadar kolesterol atau trigliserida : peningkatan kadar

Mengindikasikan predisposisi pembentukan plaque

atheromatus.

d. Kadar serum aldosteron : menilai adanya aldosteronisme

primer.

e. Studi tiroid (T3 dan T4) : menilai adanya hipertiroidisme yang

Berkontribusi terhadap vasokonstriksi dan hipertensi.

f. Asam urat : hiperuricemia merupakan implikasi faktor risiko


hipertensi.

4) Elektrolita.

a. Serum potassium atau kalium (hipokalemia

mengindikasikan adanya aldosteronisme atau efek samping

terapi diuretik).

b. Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi.

5) Urinea.

a. Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine

Mengindikasikan disfungsi renal atau diabetes.

b. Urine VMA (Vanillylmandelic acid) : peningkatan kadar

Mengindikasikan adanya pheochromacytoma.

c. Steroid urine : peningkatan kadar mengindikasikan

hiperadrenalisme, pheochromacytoma, atau disfungsi pituitary,

Sindrom Cushing’s; kadar renninjuga meningkat.

6) Radiologia.

a. Intra Venous Pyelografi (IVP) : mengidentifikasi penyebab

hipertensi seperti renal pharenchymal disease, urolithiasis,

Benign Prostate Hyperplasia (BPH).

b. Rontgen toraks : menilai adanya klasifikasi obstruktif katup

jantung, deposit kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung. f.

EKG (Elektrokardiogram) : menilai adanya hipertrofi miokard,

pola strain, gangguan konduksi ataudisritmia.


7. Penatalaksanaan Hipertensi

Menurut Padila (2013:363), tujuan pengobatan hipertensi

tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi

dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar klien bertambah

kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup

klien. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli

Hipertensi (Joint National Committee on Detection, Evaluation

and Treatment of High Blood Pressure, USA, 1988)

menyimpulkan bahwa obatdiuretika, penyekat beta, antagonis

kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat

tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan klien dan penyakit

lain yang ada pada klien. Menurut Ardiansyah (2012:68-69), langkah

awal secara nonfarmakologis biasanya adalah dengan mengubah

pola hidup klien, yakni dengancara :

a. Menurunkan berat badan sampai batas ideal

b. Mengubah pola makan pada klien dengan diabetes,

kegemukan, atau kadar kolesterol darah tinggi

c. Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram

natrium atau 6gram natrium klorida setiap harinya

(disertai dengan asupan kalsium,magnesium, dan kalium

yang cukup)
d. Mengurangi konsumsi alcohol

e. Berhenti merokok, dan

f. Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat (klien dengan

hipertensi essensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama

tekanan darahnya terkendali).

Pengaturan menu bagi klien dengan hipertensi selama ini

Dilakukan dengan empat cara, yakni diet rendah garam, diet rendah

kolesterol dan lemak terbatas, diet tinggi serat, dan diet rendah

energi (bagi yang kegemukan). Kini,bertambah satu cara diet

pada klien hipertensi yang disebut dengan DASH(Dietary

Approach to Stop Hypertension). Prinsip utama dari diet DASH

adalah menyajikan menu makanan dengan gizi seimbang yang

terdiri atas buah-buahan,sayuran, produk-produk susu tanpa atau

sedikit lemak, ikan, daging unggas, biji-bijian, dan kacangkacangan

(Puspitorini, 2009 : 55).

8. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi dapat berpotensi menjadi komplikasi berbagai penyakit.

Menurutbuku Penyakit Kardiovaskular karya Edward K. Chung,


komplikasi hipertensi diantaranya adalah stroke hemorragik,

penyakit jantung hipertensi, penyakit arterikoronaria, aneurisma,

gagal ginjal, dan ensefalopati hipertensi (Shanty, 2011) Hampir

70% kasus stroke hemorragik terjadi pada klien hipertensi.

Hal inidikarenakan hipertensi dapat menyebabkan tekanan yang lebih

besar pada dinding pembuluh darah sehingga dinding pembuluh darah

menjadi lemah dan pembuluh darah akan mudah pecah. Pecahnya

pembuluh darah di otak dapat menyebabkan sel-sel otak yang

seharusnya mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi yang

Dibawa melalui pembuluh darah tersebut kekurangan nutrisi dan

akhirnya mati. Darah yangkeluar dari pembuluh darah yang pecah juga

dapat merusak sel-sel otak yang beradadi sekitarnya (Shanty, 2011).

Penyakit jantung koroner sering dialami klien hipertensi

sebagai akibat terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah

jantung. Penyempitan lubang pembuluh darah jantung menyebabkan

berkurangnya aliran darah pada beberapa bagian otot jantung. Hal

ini menyebabkan rasa nyeri di dada dan dapat berakibat gangguan

pada otot jantung. Bahkan, dapat menyebabkan timbulnya

serangan jantung (Samtosa, 2014). Dapat juga terjadi infark


miokardium apabila arterikoroner yang mengalami aterosklerotik

tidak dapat menyuplai cukup oksigen kemiokardium atau apabila

terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran darah melalui

pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi

ventrikel,maka kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi

dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-

perubahan waktu hantaran listrik saat melintasi ventrikel,sehingga

terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko

Pembentukan bekuan darah (Ardiansyah, 2012 : 69-70).

A. Asuhan Keperawatan pada Hipertensi

1. Pengkajian

Proses kesehatan fungsional menurut Gordon dalam Aspiani (2016) yaitu:

a. Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

takipnea.

b. Sirkulasi

Gejala :

1) Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup,

dan penyakit serebrovaskuler.


2) Episode palpitasi

Tanda :

1) Peningkatan tekanan darah

2) Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardia

3) Murmur stenosis valvular

4) Distensi vena jugularis

5) Kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokonstriksi perifer)

6) Pengisian kapiler mungkin lambat/tertundac.

c. Integritas EgoGejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas,

faktor stress multiple (hubungan keuangan, yang berkaitan dengan

pekerjaan).Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan

perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, menghela napas,

peningkatan pola bicara.

d. Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau Riwayat

penyakit ginjal pada masa lalu.

e. Makanan/cairan

Gejala :

1) Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam,

lemak, serta kolesterol

2) Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini

(meningkat/turun)
3) Riwayat penggunaan diuretic

Tanda :

1) Berat badan normal atau obesitas

2) Adanya edema

3) Glikosuriaf. Neurosensori

Gejala :

1) Keluhan pusing/pening, berdenyut, sakit kepala, suboksipital

(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah

beberapa jam)

2) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur,

epistaksis) Tanda : 1) Status mental, perubahan keterjagaan,

orientasi, pola/isi bicara, efek, proses pikir

Tanda:

1) status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara

efek, proses, pikir

2) Penurunan kekuatan genggaman tangan

3) Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), sakit

kepala

Deskripsi verbal tentang nyeri. Klien merupakan penilai terbaik dari

nyeri yang dialaminya dan karenanya harus diminta untuk


menggambarkan dan membuat tingkatnya. Informasi yang

diperlukan harus menggambarkan nyeri klien dalam beberapa cara

yang berikut :

1) Intensitas nyeri. Klien dapat diminta untuk membuat tingkatan

nyeri pada skala verbal (misal : tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri

hebat, atau sangat hebat;atau 0 sampai 10 dimana 0 = tidak ada

nyeri, 10 = nyeri sangat hebat).

2) Karakteristik nyeri. Termasuk letak (untuk area di mana nyeri

pada berbagai organ mungkin merupakan alih), durasi (menit,

jam, hari, bulan, dsb), irama (terus-menerus, hilang timbul,

periode bertambah dan berkurangnya intensitas atau

keberadaan dari nyeri) dan kualitas (nyeri seperti ditusuk-tusuk,

seperti terbakar, sakit, nyeri seperti digencet).

3) Faktor-faktor yang meredakan nyeri. (misal gerakan, kurang

bergerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat-obat bebas, dsb),

dan apa yang dipercaya klien dapat membantu mengatasi

nyerinya. Banyak orang yang mempunyai ide-ide tertentu tentang

apa yang akan menghilangkan nyerinya. Perilaku ini sering

didasarkan pada pengalaman atau trial and error.

4) Efek nyeri terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari (misal tidur,

nafsu makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, Gerakan

fisik, bekerja, dan aktivitas-aktivitas santai). Nyeri akut sering


berkaitan dengan ansietas dan nyeri kronis dengan depresi.

5) Kekhawatiran klien tentang nyeri. Dapat meliputi berbagai

masalah yang luas, seperti beban ekonomi, prognosis, pengaruh

terhadap peran dan perubahan citra diri (Smeltzer, 2013 : 217).

g. Pernapasan

Gejala :

1) Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja, takipnea,

ortopnea, dispnea

2) Batuk dengan atau tanpa sputum

3) Riwayat merokok

Tanda :

1) Distress respirasi/penggunaan otot aksesoris pernapasan

2) Bunyi napas tambahan (crackles/mengi)

3) Sianosis

h. Keamanan

Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan, hipotensi posturali.

Pembelajaran/penyuluhan

Gejala :

1) Faktor risiko keluarga; hipertensi, aterosklerosis, penyakit

jantung, diabetes melitus, penyakit ginjal

2) Faktor lain; risiko etnik, penggunaan pil KB atau hormone,

penggunaan alkohol atau obat


3) Rencana pemulangan Bantuan dengan pemantau dan tekanan

darah/perubahan dalam terapi obat.

2. Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan pengkajian di atas, berikut akan dijelaskan masalah

keperawatan, batasan karakteristik dan faktor yang berhubungan pada

klien dengan hipertensi (Herdman & Kamitsuru, 2015).

a. Sakit kepala, nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan tekanan

vaskuler serebral.

Definisi : nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak

menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau

potensial atauyang digambarkan sebagai kerusakan (International

Association for the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari

intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau

diprediksi.

Batasan Karakteristik :

1) Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri

untuk klien yang tidak dapat mengungkapkannya.

2) Diaphoresis

3) Ekspresi wajah nyeri (misal mata kurang bercahaya, tampak kacau;

gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis).

4) Fokus menyempit (misal persepsi waktu, proses berpikir, interaksi

dengan orang dan lingkungan)


5) Fokus pada diri sendiri

6) Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri

(misal skala Wong-Baker Faces, skala analog visual, skala

penilaian numerik)

7) Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar

Instrument nyeri

8) Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas

9) Mengekspresikan perilaku (misal gelisah, merengek, menangis,

waspada)

10) Perilaku distraksi

11) Perubahan pada parameter fisiologis (misal tekanan darah,

frekuensi jantung,frekuensi pernapasan, saturasi oksigen, dan

endtidal karbon dioksida [CO2]).

12) Perubahan selera makan

13) Putus asa

Faktor yang Berhubungan :

1) Agens cidera biologis (misal infeksi, iskemia, neoplasma)

2) Agens cidera fisik (misal abses, amputasi, luka bakar, terpotong,

mengangkatberat, prosedur bedah, trauma, olahraga berlebihan)

3) Agens cidera kimiawi (misal luka bakar, kapsaisin, metilen klorida,

agens mustard)
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan beban

kerja jantung (after load), vasokonstriksi, iskemia miokardia, dan

hipertrofi/rigiditas (kekakuan ventrikuler).

Definisi : ketidak adekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk

memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.

Batasan Karakteristik :

Perubahan Frekuensi/Irama Jantung

1) Bradikardia

2) Palpitasi jantung

3) Perubahan elektrokardiogram (EKG)

4) Takikardia

Perubahan Preload

1) Distensi vena jugular

2) Edema

3) Keletihan

4) Murmur jantung

5) Peningkatan berat badan

6) Peningkatan tekanan vena sentral / CVP (Central Venous

Pressure)

7) Peningkatan PAWP (Pulmonary Artery Wedge Pressure)

8) Penurunan PAWP
9) Penurunan tekanan vena sentral (CVP)

Perubahan Afterload

1) Dispnea

2) Kulit lembab

3) Oliguria

4) Pengisian kapiler memanjang

5) Peningkatan resistansi vascular paru / PVR (Pulmonary Vascular

Resistance)

6) Peningkatan resistansi vascular sistemik / SVR (Systemic

Vascular Resistance)

7) Penurunan nadi perifer

8) Penurunan resistansi vascular paru (PVR)

9) Penurunan resistansi vascular sistemik (SVR)

10) Perubahan tekanan darah

11) Perubahan warna kulit

c. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan

darah. Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang

dapat mengganggu metabolisme tubuh.

Batasan karakteristik :

1) Pengisian kapiler >3 detik

2) Nadi perifer menurun atau tidak teraba

3) Akral teraba dingin


4) Turgor kulit menurun

5) Parastesia

6) Nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten)

7) Edema

8) Penyembuhan luka lambat

9) Bruit femoral

faktor yang berhubungan :

1) hiperglikemia

2) penurunan konsentrasi hemoglobin

3) peningkatan tekanan darah

4) kekurangan volume cairan

5) penurunan aliran arteri dan atau/vena

6) kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis. merokok,

gaya hidu[p monoton, obesitas, asupan garam, imobilitas)

7) kurang aktivitas fisik

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, seperti

ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

Definisi : intoleransi aktivitas adalah ketidak cukupan energi

psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau

menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang

ingin dilakukan.

Batasan Karakteristik :
1) Dispnea setelah beraktivitas

2) Keletihan

3) Ketidak nyamanan setelah beraktivitas

4) Perubahan elektrokardiogram (EKG) (misal aritmia, abnormalitas

konduksi, iskemia)

5) Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas

6) Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas

Faktor yang Berhubungan :

1) Gaya hidup kurang gerak

2) Imobilitas

3) Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

4) Tirah baring

e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan pengelolaan penyakit

hipertensi.

Definisi : Defisiensi pengetahuan adalah ketiadaan atau defisiensi

informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.

Batasan Karakteristik :

1) Ketidak adekuratan melakukan tes

2) Ketidak akuratan mengikuti perintah

3) Kurang pengetahuan

4) Perilaku tidak tepat (misal hysteria, bermusuhan, agitasi,


apatis)

Faktor yang Berhubungan :

1) Gangguan fungsi kognitif

2) Gangguan memori

3) Kurang informasi

4) Kurang minat untuk belajar

5) Kurang sumber pengetahuan

6) Salah pengertian terhadap orang lain

3. Intervensi keperawatan

DIAGNOSA Tujuan/kriteria hasil Intervensi


KEPERAWATAN

Nyeri akut Setelah dilakukan MANAJEMEN Nyeri,


tindakan keperawatan px 1.08238
1x 24jam, status
observasi
kenyamanan pasien
membaik dengan kriteria 1. Identifikasi lokal,
hasil: karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
a. Tidak mengeluh nyeri 2. Identifikasi respon
nyeri non verbal
b. Tidak mringis
3. Identifikasi faktor yang
c. Tidak bersikap protektif
memperberat dan
d. Tidak gelisah memperingankan nyeri

e. Kesulitan tidur 4. Indentifikasi


munurun pengetahuan dan
keyakinan nyeri
f. Frekuensi nadi
membaik 5. Indentifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
g. Melaporkan nyeri
nyeri
terkontrol
6. Indentifikasi pengaruh
h. Kemampuan
nyeri terhadap kualitas
mengenali insert nyeri
hidup
meningkat
7. Monitor keberhasilan
i. Kemampuan mengenali
terapi komplementer
penyebab nyeri
yang sudah di berikan
meningkat
8. Monitor efek samping
j. Kemampuan
penggunaan analgetic
menggunakan teknik non
farmakologis meningkat terapeutik

9. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
(misalnya akupresure,
terapi pijat, kompres
hangat/dingin)

10. Kontrol lingkungan


yang memperberat rasa
nyeri (misalnya suhu
ruangan, pencahayaan,
dan kebisingan

11. Fasilitas istirahat dan


tidur

Edukasi

12. Jelaskan penyebab,


periode dan pemicu nyeri

Kalaborasi

13. Kalaborasi pemberian


analgesik
PATWHAY
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY, U

DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI

DI KLINIK MIFTACHUL MUNIR MEDIKA

SMK UNGGULAN TERPADU SURABAYA

PRODI ASISTEN KEPERAWATAN

I. Pengkajian

1. Identitas

a. Identitas pasien

Nama. : Ny, u

Umur. : 65 Tahun

Agama. : Islam

Jenis kelamin. : Perempuan

Status. : Kawin

Pendidikan. : Sd

Pekerjaan. : Ibu Rumah Tangga

Suku. : Indonesia

Alamat. : jl. Raya lontar 1/2

Tanggal masuk. : 7 Agustus 2011


Tanggal pengkajian. : 26 Maret 2023

No. Register : 4449

Diagnosa Medis. : Hipertensi

B. Identitas

Penanggung jawab.

Nama. : NY, W

Umur. : 42 Tahun

Hub Dengan Pasien. : Anak Kandung

Pekerjaan. : Ibu Rumah Tangga

Alamat. : Jl. Raya Lontar 1/2

2. Status Kesehatan

A. Status kesehatan saat ini

1). Keluhan Utama (Saat MPR dan Saat Ini)

Px mengakibatkan merasa lemas

2). Alasan Masuk Rumah Sakit dan Perjalanan Penyakit saat ini

Px Mengatakan merasa lemas dan tidak nafsu makan

3). Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasinya

*Sudah di Lakukan Makan dan Minum Sehari Hanya 2-3 Sendok

Makan

*Dan minum air putih Sebanyak 1000cc/hari

B.Status Kesehatan Masa Lalu


1). Penyakit Yang Pernah Dialami

Px Mengatakan Mempunyai Penyakit Hipertensi

2). Pernah Dirawat

Px Mengatakan Pernah di Rawat di Rawat Rumah Sakit Selama 5

Hari Dengan Diagnosa Medis Yaitu Hipertensi

3). Alergi

Px Mengatakan Tidak Ada Elergi Obat/Minuman

4). Kebiasaan (Merokok/Kopi/Alkohol dll)

Px Mengatakan Jarang Minum Kopi Hanya Ingin Saja, Tidak

Mengonsumsi Alkohol dan Tidak Merokok

5). Riwayat Penyakit Keluarga

Px Mengatakan ada Riwayat Penyakit Dikeluarga nya

6). Diagnosa Medis dan Therapy

•Diagnosa Medis : Hipertensi

•Therapy : - Ibuprofen - Amlodipin

- Lodecon - Allopurinol

C. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual)

a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan

°px mengatakan bahwa penyakit yang di deritanya karena adanya

faktor keturunan

°px juga merasa khawatir penyakit nya akan mengancam jiwanya

°Px merasa takut akan efek samping obat-obatanya yang


dikonsumsi setiap hari

b. Pola Nutrisi - Metabolik

•saat sakit

Px Mengatakan mengurangi makanan yang mengandung MSG

dan lebih mengontrol makanan yang dikonsumsi

C.Pola Eliminasi

1). BAB

•saat sakit

Px mengakibatkan saat sakit bab lancar

2). BAK

•saat sakit

Px Mengatakan saat sakit bak lancar

D.pola aktivitas dan latihan

1).

Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri

makan&Minu ✓
m

Mandi ✓

Toileting ✓

Berpakaian ✓

Berpindah ✓
2) Latihan

•Saat sakit

Px Mengatakan saat sakit lebih sering beristirahat

E. Pola kognitif dan Persepsi

Penglihatan px kurang berfungsi dengan baik karena mengalami

gangguan. Pendengaran, pengecapan dan penciuman px berfungsi

dengan baik. Sensori px masih mampu membedakan sensori tajam

dan tumpul sekalipun harus dengan tekanan yang kuat

F. Pola Persepsi - Konsep diri

A. Gambaran diri px Mengatakan bisa menerima bentuk tubuhnya saat

ini

B. Harga diri px Mengatakan harga dirinya semakin bertambah karena

adanya dorongan dari keluarga akan cepat sembuh

C. Peran px mengatakan perannya saat ini adalah menjadi seorang istri

D. Ideal diri px mengatakan ingin cepat pulih dan bisa melakukan

aktivitas

G. Pola tidur dan istirahat

•saat sakit

Px mengatakan saat sakit tidur teratur


H. Pola peran hubungan

Px mengatakan saat dirumah dengan anak kandung nya

I. Pola seksual

•saatk sakit

Tidak terkaji

J. Pola toleransi stress-koping

Px mengatakan apabila ada masalah di diskusikan dengan keluarga

nya maupun orang terdekatnya, px terlihat cemas akan penyakit yang

di deritanya

K. Pola Nilai-Kepercayaan

Px mengatakan rajin beribadah kemushola,

Pasien mengatakan beragama Islam dan ia selalu berdoa agar sakitnya

cepat sembu

4. Pengkajian fisik

A. Keadaan umum : px baik

Tingkat kesadaran: komposmestis

Gcs : verbal 4. Psikomotor : 5. Mata : 6

B. Tanda-tanda vital

Nadi : 88×/mnt. Suhu : 36, 4°c. Td : 170/110 mmHg. Rr : 22×/mnt

C.keadaan fisik

A. Kepala : bentuk mesochepal


Leher : simetris, tidak ada pembengkakan

B. Dada : - infeksi : bentuk dada thoraks en Betau

- palpasi : melihat adanya kelainan pada dinding thoraks

- perkusi : tidak ada nyeri tekan

- auskultasi : suara normal yang terdengar

Paru : -infeksi : simetris, tidak ada lesi / edema

- palpasi : tidak ada nyeri tekan

- perkusi : Sonor

- auskultasi: suara vesikuler

Jantung : - infeksi : simetris, tidak ada lesi / edema

- palpasi: tidak ada nyeri tekan

- perkusi : datar

- auskultasi: bunyi jantung terdengar S2 pada dasar S3

C. Payudara dan ketiak : tidak terkaji

D. Abdomen : tidak ada benjolan bising usus normal, turgor kulit

normal, tidak ada nyeri tekan, tidak distensi

E. Genetalia : tidak terkaji

F. Integumen : kulit kering, mukosa bibir kering, turgor kulit kering

G. Ekstremitas

•atas : kuku pendek, warna kulit coklat, terlihat bersih, tidak ada

edema dan lesi

• Bawah : kekuatan otot normal, px bisa melakukan gerak normal


dan tidak menggunakan alat bantu jalan

H. Neurologis

•status mental dan emosi : tidak terkaji

•pengkajian saraf emosi : tidak terkaji

•pengkajian saraf kranial : tidak terkaji

•pemeriksaan refleks : tidak terkaji

Pemeriksaan penunjang

1. Dara laboratorium yang berhubungan

Pemeriksaan GDA

Tanggal Hasil Nilai normal

17/3/2023 138 mg/dl <200 mg/dl

Pemeriksaan AU

Tanggal Hasil Nilai normal

17/3/2023 6,0 mg/dl 2,4 - 6,0 mg / dl

2. Pemeriksaan radiologi : tidak terkaji

3. Hasil konsultasi: tidak terkaji

4. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain : Tidak terkaji


5. Analisa Data

A. Tabel analisa data

Data Etiologi Masalah

Ds : px mengatakan Nafsu makan Ketidak seimbangan


merasa lemas, tidak nafsu menurunkan nutrisi kurang dari
makan | kebutuhan tubuh
Do : Ketidak seimbangan
Td : 170/110 mmHg nutrisi kurang dari
N : 88×/mnt kebutuhan tubuh
Rr : 22×/mnt
S : 36, 4 °c
1. Kulit tampak kusam
2. gcs : 4-5-6
3. Mulut kering&pecah-
pecah
4. Aktivitas px terbatas
5. Porsi makanan yang
dihabiskan 3× sehari 2-3
sendok makan
6. BB saat sehat : 60kg
7. BB saat sakit menurun
45kg

B. Tabel daftar Diagnosa Keperawatan/ masalah kolaboratif


berdasarkan prioritas

Tanggal / jam di Diagnosa Tanggal teratasi Ttd


temukan keperawatan

26 Maret 2023 Ketidak 26 Maret 2023


seimbangan nutrisi
19.10
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan ketidak
nafsu makan
menurun

C. Rencana Tindakan keperawatan

Hari/tgl Tujuan dan Intervensi Rasional Ttd No dx


kriteria hasil

26 Maret Keperawata 1. Lakukan 1. Supaya px


2023 n selama hubungan dan keluarga
1×24 jam saling kooperatif
diharapkan percaya
2. Untuk
nutrisi dengan px
mengetahui
kurang dapat
2. perkembanga
terpenuhi.
Observasi n keadaan px
Kriteria hasil: tanda-
3. Untuk
peningkatan tanda vital
meningkatkan
nafsu
3. rasa nyaman
makan, BB
Modifikasi
dalam 4. Untuk
lingkungan
rentang melatih px
normal, sekitar dalan
turgor kulit melakukan
4.
baik. beraktivitas
Anjurkan
Membrane secara mandiri
px tidak
mukosa
makan,
tidak kering
makanan
asam

Implementasi

Hari/ tanggal Diagnosa Implementasi Ttd


keperawatan

E. Evaluasi Keperawatan
Hari/tgl jam No dx Evaluasi Ttd

Minggu, 26 Maret S : px mengatakan


2023 sudah tidak lemas

19.10 O : nafsu makan


meningkat porsi
makanan nya di
habiskan

Dan tekanan darah


normal 130/100
mmHg

A : masalah
teratasi

P : intervensi
dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai