Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN

PEMBINAAN KESEHATAN TN. A


DENGAN MASALAH HIPERTENSI DI RT 01
KECAMATAN KUTAI TIMUR

DISUSUN OLEH :

KATARINA 171114401722

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


TAHUN AKADEMIK 2019/2020
STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Laporan pembinaan

Keluarga Ny. M di RT 03, Kelurahan jawa, Kecematan Samarinda Ulu.

Meskipun banyak hambatan yang saya alami dalam proses

pengerjaannya, tapi saya berhasil menyelesaikan laporan pembinaan

keluarga ini tepat waktunya.

Laporan ini di susun bedasarkan pembinaan keluarga yang penulis

laksanakan adalah proses Asuhan Keperawatan Keluarga untuk aplikasi

Teori dan praktik Keperawatan Keluarga.

Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mengalami kesulitan

dan hambatan, namun berkat bimbingan dan dorongan serta kerjasama

dari semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Lurah Kelurahan Jawa yang telah membantu mengizinkan kami untuk

melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di wilayah RT 03

2. Kepala Puskesmas Pasundan, yang telah mengizinkan kami

mahasiswa Stikes Dirgahayu untuk melakukan penyuluhan Kesehatan

di daerah RT 03.

3. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dirgahayu Samarinda yang

telah menyediakan tempat untuk kami mahasiswa tingkat III untuk


melaksanakan PKL dan telah membimbing saya dalam rangka

penyususan laporan ini.

4. Ns. Vinsesia Tetty,. M. Kep sebagai pembimbing yang telah

membimbing dalam proses Keperawatan Keluarga dan praktek kerja

lapangan.

5. Ketua RT 03 yang telah mengijinkan saya untuk mendata dan

memberikan penyuluhan kesehatan.

6. Petugas Perpustakaan Stikes Dirgahayu Samarinda yang telah

menyediakan bahan referensi bagi penulis.

7. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Dalam penulisan laporan ini penulis menyadari masih banyak terdapat

kekurangan dan kekeliruan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan laporan ini agar

menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak.

Samarinda, 25 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Lembar Judul ........................................................................................................ i

Kata Pengantar ..... ...............................................................................................

Daftar Isi ............... ...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................

A. Latar Belakang ......................................................................................

B. Tujuan Pembinaan Kesehatan Keluarga ..............................................

C. Metode Pembinaan Keluarga ...............................................................

D. Batasan Masalah ..................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI MEDIK ....................................................................

A. Pengertian ............................................................................................

B. Etiologi ..................................................................................................

C. Patofisiologi dan Pathway ....................................................................

D. Manifestasi Klinik ..................................................................................

E. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................

F. Penatalaksanaan Medis ........................................................................

G. Diagnosa Keperawatan.........................................................................

BAB III PELAKSANAAN PEMBINAAN .............................................................

A. Pengkajian Asuhan Keperawatan .........................................................

B. Analisa Data .........................................................................................

C. Prioritas Masalah Berdasarkan Skoring ................................................

D. Intervensi Keperawatan Keluarga .........................................................


BAB IV PENUTUP ..............................................................................................

A. Kesimpulan ...........................................................................................

B. Saran ....................................................................................................

Daftar Pustaka………. ..........................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu

peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri

secara terus-menerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila

arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit

mengalir dan meningkat tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi

menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat

menimbulkan kerusakan jantng dan pembuluh darah.

Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥

140 mmHg dan atau tekanan darah diastolic ≤ 90 mmHg yang

terjadi pada seorang klien pada tiga kejadian terpisah (ignatavicius,

1994). Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap

normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≤160/95

mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah diantara

normotensi dan hipertensi disebut borderline hipersention (dalam


batas hipertensi). Batasan WHO tersebut tidak membedakan usia

dan jenis kelamin (Udjianti juni, 2010).

Kaplan memberikan batas hipertensi dengan memperhatikan

usia dan jenis kelamain (soeparman,1999;2005).

1) Pria berusia < 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan

darah pada waktu berbaring > 130/90mmHg.

2) Pria berusia > 45 tahun, dikaitkan hipertensi bila tekanan

darah > 145/95 mmHg

3) Wanita hipertensi bila tekanan darah ≥ 160/95 mmHg

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat. Kepala keluarga

dan bebebrapa orang berkumpul dan tinggal disuatu tempat

dibawah satu atap saling bergantungan

B. Tujuan pembinaan

1. Tujuan Umum

a. Memperluas jangkauan kesehatan di Indonesia terutama

jangakauan pelayanan kesehatan keluarga.

b. Meningkatkan kualitas pelayanan yang sesuai dengan

tujuan membangun agar dapat mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal untuk mencapai derajat

kesehatan.

2. Tujuan Khusus
a. mampu memberikan asuhan keperawatan yang meliputi

beberapa langkah pengkajian, analisa dan diagnosa

keperawatan.

b. menerapkan diagnosa keperawatan tersebut untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.

C. Metode Pembinaan

Adapun metode pembinaan keluarga, penulis

menggunakan beberapa metode antara lain :

a. penyuluhan yang dilakukan dirumah RT 01

b. penyuluhan keluarga melalui pembinaan secara intensif

dengan keluarga.

c. pemberian leaflet yang berhubungan dengan masalah

yang dihadapi oleh keluarga

D. Batasan Masalah

Pada kepala keluarga terdapat masalah yaitu kurang

pengetahuan tentang penyakit hipertensi.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu

peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah

arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode. Hal ini

terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontrksi arteriole

membuat darah sulit mengalir dan meningkat tekanan melawan

dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan

arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantng

dan pembuluh darah.

Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan darah

sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolic ≤ 90

mmHg yang terjadi pada seorang klien pada tiga kejadian

terpisah (ignatavicius, 1994). Menurut WHO, batasan tekanan


darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg,

sedangkan tekanan darah ≤160/95 mmHg dinyatakan sebagai

hipertensi. Tekanan darah diantara normotensi dan hipertensi

disebut borderline hipersention (dalam batas hipertensi). Batasan

WHO tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin

(Udjianti juni, 2010).

Batas hipertensi dengan memperhatikan usia dan jenis

kelamain (soeparman,1999;2005).

a. Pria berusia < 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan

darah pada waktu berbaring > 130/90mmHg.

b. Pria berusia > 45 tahun, dikaitkan hipertensi bila tekanan

darah > 145/95 mmHg

c. Wanita hipertensi bila tekanan darah ≥ 160/95 mmHg.

Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa menurut JNC 7

terbagi menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat

1, dan hipertensi derajat 2 (Yugianto, 2009)

Tabel 1.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah


Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 >160 >100

B. ETOLOGI
Berdasarkan etiologinya hiperensi dibagi menjadi dua

gologan yaitu:

1. Etiologi yang pasti dari hipertensi esensial belum

diketahui. Namun, sejumlah interaksi beberapa energy

homeostatic saling terkait. Defek awal diperkirakan pada

makenisme pengaturan cairan tubuh dan tekanan oleh

ginjal. Faktor hereditas berperan penting bilamana

ketidakmampuan genetik dalam mengelola kadar natrium

normal. Kelebihan intake natrium dalam diet dapat

meningkat volume cairan dan curah jantung. Pembuluh

darah memberikan reaksi atas peningkatan aliran darah

melalui kontriksi atau peningkatan tahanan perifer.

Tekanan darah tinggi adalah hasil awal dari peningkatan

curah jantung yang kemudian dipertahankan pada tingkat

yang lebih tinggi sebagai suatu timbal balik peningkatan

tahanan perifer.

2. Etiologi hipertensi sekunder pada umumnya diketahu.

Berikut ini beberapa kondisi yang menjadi penyebab

terjadinya hipertensi sekunder.

a. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen).Oral

kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan

hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-

mediated volume expansion. Dengan penghentian oral


kontrasepsi, tekanan darah normal kembali setelah

beberapa bulan.

b. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal.

Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder.

Hipertensi renovaskular berhubungan dengan

penyempitan satu atau lebih arteri besar yang secara

langsungmembawa darah keginjal. Sekitar 90% lesi

arteri renal pada klien dengan hipertensi disebabkah

oleh aterosklerosis atau fibrous dysplasia (pertumbuhan

abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal

terkait dengan infeksi, inflamasi, dan perubahan

struktur, serta fungsi ginjal.

c. Gangguan endokrin.

d. Coarctation aorta

Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat

menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediated

hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron,

kortisol, dan katekolamin. Pada aldostreronisme

primer, kelebihsn aldosteron menyebabkan hipertensi

dan hipokalemia. Aldosteronisme primer biasanya

timbul dari benign adenoma korteks adrenal.

Pheochromocytomas pada medulla adrenal yang

apling umum dan meningkatkan sekresi katekolamin


yang berlebihan. Pada sindrom cushing, kelebihan

glukokortikoid yang diekresika dari adrenal. Sindrom

cushings mungkin disebabkan oleh

hiperplasiadrenokortikal atau adenoma adrenokortikal.

e. Coarctation aorta

Merupakan penyempitan aorta congenital yang

mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta torasik

atau aorta abnormal menghambat aliran darah melalui

lengkungan aorta dan mengakibatkan peningkatan

tekanan darahdiatas area kontriksi.

f. Neurogenik : tumor otak, encephalitis, dan gangguan

psikiatrik.

g. Kehamilan

h. Luka bakar

i. Peningkatan volume intravaskuler

j. Merokok

Nikotin dalam rokok meransang pelepasan

katekolamin. Peningkatan katekolamin menyebabkan

iritabilitas miokardial, peningkatan denyut jantung, dan

menyebabkan vasokontriksi, yang mana pada

akhirnya meningkat tekanan darah.

C. Patofisologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi

pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla dari

otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang

berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna

medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdormen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia

simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan

asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion

ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepeneprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor

seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap vasokonstriksi. Pada saat bersamaan

dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.

Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,

menyebabkan pelepasan renin, yang merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II.

Suatu vasokonstriktor yang dapat merangsang sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon yang menyebabkan

retensi natrium yang menyebabkan peningkatan intravaskuler.

Semua faktor yang cenderung mencetuskan keadaan hipertensi


D. Pathway

Tekanan darah = Curah jantung x Tahanan perifer

Perub. Nutrisi berlebihan Koping keluarga Kurang pengetahuan

Obesitas Stres Na, makanan berlemak


Rokok,alcohol

Insulin, plak pemb. Darah, Katekolamin Hormon Natriuretik, .konstriksi, rebound,


tahanan per- fer berkurang Aktivitas saraf Hipervolemia, Penyempitan tembakau sbg
simpatis pem. Darah vasokonstriksi.

Penurunan Tekanan Arteri

Renin (ginjal)

Substrat Renin (Protein Plasma) Angiotesin I


“Converting enzim”
A III Angiotensi II

Aldosteron vasokontriksi arteri perifer

Nyeri/sakit
Retensi Na & H2O
kepala
Volume plasma

Tekanan Darah
Shock

Suplai dan kebutuhan O2, tidak seimbang


Resti Penurunan curah jantung
E. Manifestasi Klinis Intoleransi Aktivitas

Sebagian manifestasi klinis timbul setelah penderita mengalami

hipertensi selama bertahun-tahun. Gejalanya berupa:

1. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah

akibat peningkatan tekanan darah intraknium.

2. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina sebagai

dampak dari hipertensi.

3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi klerusakan

susunan sarap pusat.

4. Nokturia (sering berkemih di malam hari) karena adanya

peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus; dan.

5. edema defenden dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan

kapiler.

Pada kasus hipertensi beret, gejala yang dialami pasien antara

lain sakit kepala (rasa berat di tengkuk), palpitasi, kelahan, nausea,

muntah-muntah, kegugupan, keringat berlebihan, tremor otot, nyeri

dada, epistaksis, pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga

mendenging), serta kesulitan tidur.

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Hemoglobin atau Hematokrit bukan pemeriksaan diagnostik tetapi

mengkaji hubungan sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan

mengidentifikasi faktor-faktor risiko, seperti hyperkoagubilitas dan

anemia.
2. BUN/kreanin memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.

3. Glukosa hyperglikemia (diabetes mellitus adalah pencetus

hipertensi) dapat di akibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin

(meningkatkan hipertensi).

4. Kalium serum hypokalemia dapat mengindikasikan adannya

aldosterone utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi

diuretic.

5. Kalsium serum peningkatan kadar kalsium serum dapat

meningkatkan hipertensi.

6. Kolestrol dan trigeliserida serum, peningkatan kadar dapat

mengindikasikan adanya pembentukan flak ateromatosa (efek

kardiovaskular).

7. Pemeriksaan tiroid, hipertiroidisme dapat menimbulkan

vasokontriksi dan hipertensi.

8. Kadar aldosterone serum, tes ini digunakan untuk mengkaji

aldosteronisme primer (penyebab).

9. Urinalisa, darah, protein, glukosa mengisaratkan disfungsi ginjal

dan adanya diabetes.

10. VMA urine (metabolit katekolamin);kenaikan dapat mengindikasikan

adanya feokromositoma (penyebab). VMA urine 24 jam dapat

dilakukan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang

timbul.
11. Asam urat, hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor

risiko terjadinya hipertensi.

12. Steroid urine; kenaikan steroid dalam urine dapat mengindikasikan

hiperadrenalisme, feokromositoma atau disfungsi piutitari, sindrom

cushing. Kadar pada renin juga dapat meningkat.

13. IVP; dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit

parenkim ginjal dan batu ginjal/batu ureter.

14. Foto dada; dapat menunjukan obstruksi klasifikasi pada area katup,

deposit pada dan/atau takik aorta, serta pembesaran jantung.

15. CT-scan;mengkaji tumor serebral, CSV,ensefralopati, atau

feokromositoma.

16. EKG;dapat menunjukan pembesaran jantung, pola regangan, dan

gangguan konduksi. Catatan: luas dan peninggian gelombang P

adalah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

G. Penatalaksanaan

Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan

hipertensi, karena olah raga isotonik (seperti bersepeda, jogging,

aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga

dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan

untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam

ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam

lewat kulit). Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2

jenis yaitu:
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)

2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

a. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat

antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang

tepat diharapkan menghubungi dokter.

1) Diuretik Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara

mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume

cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa

jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah

Hidroklorotiazid.

2) Penghambat Simpatetik

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf

simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ).

Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.

3) Betabloker

Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui

penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak

dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap

gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya

adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita


diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala

hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun

menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi

penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme

(penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat

harus hati-hati.

4) Vasodilator

Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah

dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang

termasuk dalam golongan ini adalah: Prasosin, Hidralasin. Efek

samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat

ini adalah : sakit kepala dan pusing.

5) Penghambat ensim konversi Angiotensin

Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan

zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan

tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini

adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah :

batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

6) Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan

cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang


termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan

Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah :

sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.

7) Penghambat Reseptor Angiotensin II

Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan

zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan

ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk

dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping

yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan

mual. Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta

menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka

kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.

b. Penatalaksanaan Keperawatan

Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat

mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis

menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda.

Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan,

pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap

untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.

Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :

1) Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh.

2) Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.


Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan

kebiasaan makan penderita. Pengurangan asupan garam

secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini

hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi

lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan

farmakologis.

3) Ciptakan keadaan rileks.

Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis

dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat

menurunkan tekanan darah.

5) Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat

selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.

6) Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol

H. Komplikasi

Penyakit hipertensi bila tidak dikontrol secara teratur akan berlanjut

kearah penyakit yang mematikan seperti :

1. Arterioklerosis (pembuluh dara yang memasuk oksigen dan nutrisi

lainnya keorgan tubuh mengeras dan menjadi lebih sempit) :

arteoklerosis bisa meneyebabkan penyakit serius, misalnya

penyakit jantung dan stroke.

2. Aneurisma (pembuluh darah yang bengkak) : hipertensi yang tidak

terkendali bisa menyebabkan pembuluh darah menjadi tipis dan


mengembang, dan mengakibatkan aneurisma. Hal ini bisa berakibat

fatal jika aneurisma pecah.

3. Gagal jantung: peningkatan tekanan darah akan meningkatkan

resistensi pembuluh darah, memberikan beban tambahan pada

jantung dan akan menyebabkan kegagalan jantung.

4. Stroke: pecahnya aneurisma diotak bisa menyebabkan stroke.

Hipertensi yang tak terkendali juga bisa menyebabkan pembekuan

darah diarteri karotis (arteri dileher). Bekuan darah tersebut bisa

menyebabkan stoke emboli bila memasuki otak.

5. Gagal ginjal : hipertensi yang tidak terkendali akan mempengaruhi

arteri diginjal, menyebabkan kerusakan fungsi ginjal.

6. Retinopati (kerusakan pembuluh darah pada jaringan peka cahaya

dibagian belakang mata) hipertensi yang tidak terkendali akan

mempengaruhi arteriol (cabang arteri) dimata,sehingga

menyebabkan lesi.
BAB III

PELAKSANAAN PEMBINAAN

A. Identitas

1. Identitas Kepala Keluarga :

Nama : Tn. A

Pendidikan : SLTP

Umur : 53 Th

Perkerjaan : Swasta

Agama : Islam

Alamat : Jl. Martadinata Gg. Vila Taruna

Suku : Bugis

No.telpon :

2. Komposisi Keluarga : Suami, Istri, Anak dan Cucu

No Nama L/ Hubunga Umur Pendidika Status Keluarga


P n n Imunisasi Berencana
keluarga (BCG,
Polio,
DPT,
Hepatitis,
campak)
1 Tn. A L KK 53 Th SLTP lengkap -
2 Ny. S P Istri 50 Th Belum lengkap -
tamat SD
3 Tn. H L Anak 30 Th SLTA lengkap -
4 Ny. H P Anak 27 Th SLTP lengkap -

5 An. D L Cucu 14 Th Belum lengkap -


tamat SD
3. Genogram

Keterangan :

: perempuan : pasien

: laki-laki

: tinggal serumah

X : meninggal
Tn. A tinggal bersama istri, anak dan cucu, sehari-hai kegiatan Tn.

A berjualan makanan di tepian bersama istri setiap malam dan pulang

ke rumah bersama istri pada subuh hari dan anak Tn. A ada yang

belum berkerja dan masih ada yang sekolah. Tn. A dan istri saat pagi

hari melakukan aktivitas berbelanja ke pasar untuk keperluan berjualan

dan setelah dari pasar Tn. A dan isrti beristirahat di rumah.

4. Tipe Keluarga

Keluarga ini tergolong dalam Commune Family, Masalah yang sering

terjadi dan menyerang kesehatan anggota keluarga adalah asma dan

hipertensi sehingga satu keluarga kemungkinan besar dapat

mengalami asma dan hipertensi akibat faktor genetic.

5. Suku Bangsa (etnis)

a. Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga :Keluarga

ini berbudaya suku bugis dikenal dengan anggapan menumpahkan

darah orang lain atau ia mau mati untuk seseorang.

b. Tempat tinggal keluarga (bagian dari sebuah lingkungan yang

secara etnis bersifat homogen) : sebagian masyarakat adalah

etnis flores, dayak, dan jawa masyarakat ditempat tinggal keluarga

Tn.A bersifat Homogen.

c. Kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi, pendidikan

(apakah kegiatan-kegiatan ini berada dalam kelompok kultur /

budaya keluarga) : Dalam aktifitas keluarga anggota keluarga


biasanya menonton TV bersama, berbincang-bincang bersama dan

aktif terlibat dalam kegiatan di masjid

d. Kebiasaan diet dan berbusana (tradisional/modern) : Tn A

bersama yang tinggal satu rumah sudah berbusana modern dan

tidak memiliki kebiasaan diet.

e. Struktur kekuasaan keluarga tradisional atau modern : Dalam

pengambilan keputusan adalah kepala keluarga (KK) tetapi

sebelumnya melalui proses musyawarah bersama anggota keluarga

yang satu rumah.

f. Bahasa (bahasa-bahsa) yang digunakan dirumah : Tn A dan Ny S

menggunakan bahasa Indonesia saat berbicara dengan anak-

anaknya, cucu atau orang asing dan tidak ada hambatan komunikasi

dalam keluarga.

g. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan

praktisi (apakah keluarga mengunjungi pelayanan praktisi,

terlibat dalam praktik-praktik pelayanan kesehatan tradisional

atau memiliki kepercayaan tradisional asli dalam bidang

kesehatan) : Semua anggota keluarga apabila sakit anak atau cucu

dibawa ke rumah sakit atau Puskesmas terdekat dan menurut

keluarga tidak ada masalah dalam pemanfaatan layanan kesehatan.

6. Agama dan Kepercayaan

Semua anggota keluarga Tn.A menganut agama Islam, anggota

keluarga aktif dalam kegiatan keagamaan dilingkungan seperti tahlilan


satu kali seminggu. Menurut Tn. A bahwa penyakit adalah takdir dari

yang Maha Kuasa dan selalu mengupayakan kesembuhan dan tidak

ada nilai-nilai keyakinan yang bertentangan dengan kesehatan.

7. Status Sosial Ekonomi Keluarga

Tn. A mengatakan pendapatan keluarganya Rp. 1.000.000 / hari dari

hasil dari berjualan

8. Aktivitas Keluarga

Tn. A mengatakan biasanya setelah selesai berjualan dan beristirahat

Tn. A dan keluarga menonton TV bersama.

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

Anak tertua dari keluarga berusia 30 tahun, berarti keluarga ini ada

pada tahap keluarga dengan anak usia dewasa. Tahap yang belum

terpenuhi yaitu anak tertua di anggota keluarga belum mendapatkan

perkerjaan.

C. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

1. Riwayat keluarga sebelumnya

a. Riwayat keluarga dari pihak suami: Tn A mengatakan tidak ada ayah

atau ibu mengalami hipertensi saat meninggal.

b. Riwayat keluarga pihak istri : Ny S hanya ayah yang masih hidup dan

ibu dari Ny S tidak pernah menderita penyakit Hipertensi.

2. Riwayat masing-masing anggota keluarga

Menurut Ny S riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarganya

adalah sebagai berikut :


Tn. A : saat Ini Tn. A mempunyai riwayat hipertensi

Ny. S : Ny S mempunyai riwayat penyakit Hipertensi

Tn. H : keadaan sehat, tidak pernah sakit serius.

Ny. H : keadaan sehat, tidak pernah sakit serius.

An. D : keadaan sehat, tidak pernah sakit serius.

No Nama Umur BB Keadaa Imunisasi Masalah Tindakan Yang


n (BCG/Poli/ Kesehatan Telah Dilakukan
Kesehat DPT/
an Campak
1 Tn. A 53 th 65 Hiperten Lengkap Mampu mengkonsumsi
si Berobat obat
2 Ny. S 50 th 67 Hiperten Lengkap Mampu mengkonsumsi
si Berobat obat
Tn. H 30 th 63 - Lengkap - -

Ny. H 27 th 50 - Lengkap - -
An. D 14 th 47 - Lengkap - -

3. Sumber pelayanan kesehatan yang di manfaatkan : jika sakit keluarga

Tn. A ke puskesmas pasundan samarinda hulu dan Rs. Dirgahayu

Samarinda.

D. PENGKAJIAN LINGKUNGAN

a. Karakteristik rumah :

1) Gambaran tipe tempat tinggal : status rumah yang sedang ditinggali

merupakan rumah sendiri.


2) Denah rumah

6
3 4
Wc/kamar
kamar kamar
mandi

1 2
teras 7
Ruang tamu
tt

5 7
lorong dapur

3) Gambaran kondisi rumah : rumah terdiri dari teras, 2 kamar tidur, ruang
tamu,lorong kecil diikuti dengan dapur dan kamar mandi,penataan rumah
terkesan tidak rapi dan sempit, ventilasi dirasakan kurang tetapi pencahayaan
cukup,lantai dari semen dan di alaskan karpet dan dinding kuat melindungi
suhu dingin maupun panas.
4) Dapur : dapur terkesan kurang bersih , sumber air dari PDAM, alat masak
lengkap dan bersih karena setiap selesai masak langsung dicuci dan tidak
terdapat alat untuk kebakaran.
5) Kamar mandi : peralatan mandi lengkap dan setiap anggota keluarga memiliki
peralatan mandi tersendiri, bak mandi di kuras 1 minggu sekali dan tidak ada
jentik nyamuk.
6) Mengkaji pengaturan tempat tidur didalam rumah : tempat tidur satu kamar
dihuni maksial 3 orang, privasi orang di dalam kamar terjamin karena memiliki
pintu dan kunci.
7) Mengkaji keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah : ada binatang
peliharaan saat pengkajian yaitu kucing dan tampak tikus berkeliaran didapur
dan masuk kamar.
8) Mengkaji perasaan-pperasaan subjektif keluarga terhadap rumah :
keluarga mengatakan bahwa mereka merasa aman tinggal dalam rumah dan
dapat melakukan kegiatan dengan leluasa.
9) Evaluasi edukasi pembuangan sampah : sampah rumah tangga di buang
oleh Tn. A sendiri ke tempat pembuangan sampah
10) Pengaturan atau penataan rumah : anggota keluarga merasa puas dengan
penataan rumah karena menyadari rumah yang ditempati sudah cukup baik
untuk di tempati.
b. Karakteristik tetangga dan komunikasi RT/RW : tetangga sebelah kiri dan
kanan jika ada yag sakit salah satu dari mereka akan menjenguk
c. Mobilitas geografis keluarga : keluarga sudah lama tinggal di Samarinda
d. Sistem pendukung keluarga : anggota keluarga selalu membantu jika ada
kesusahan dalam bentuk keuangan maupun masalah kesehatan.
E. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi : pola komunikasi keluarga dilakukan secara terbuka, bahasa
yang digunakan sehari-hari bahasa Indonesia
2. Struktur kekuatan keluarga : pengendalian strukturn keluarga adalah Tn. A
sebagai kepala keluarga dan di keluarga Tn. A tidak ada yang mendominasi
kekuasaan hanya struktur tertinggi dipegang oleh kepala keluarga
3. Struktur peran : Tn.A berperan sebagai kepala rumah tangga dan juga sebagai
kepala rumah tangga
4. Nilai atau norma keluarga : norma keluarga berkaitan dengan kesehatan
adalah bila ada keluarga yang sakit priksa ke puskesmas atau Rs Dirgahayu.
Dalam kehidupan sehari-hari keluarga menjalani hidup berdasarkan tuntunan
agama.
F. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi apektif : sikap dan hubungan antara anggota keluarga baik. Tn. A

sekeluarga mengembagkan sikap saling menghagai.

2. Fungsi sosialisasi : interaksi dalam keluarga baik dan berpakaian rapi

3. Fungsi perawatan kesehatan : kemampuan mengenal masalah keluarga

sudah mengenali sakitnya, keluarga mengambil keputusan apabila ada

permasalahan kesehatan keluarga merundingkan bersama-sama, keluarga

memelihara lingkungan rumah, keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

seperti BPJS jika anggota keluarga sakit

4. Fungsi reproduksi : Tn. A mengatakan memiliki 3 orang anak. Ny. S

mengatakan bahwa dirinya sempat menggunakan KB untuk menunda

kehamilan.

5. Fungsi ekonomi : keluarga Tn. A dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

G. STRES KOPING KELUARGA

1. Stresor jangka pendek dan jangka panjang : Tn. A mengatakan tidak ada

masalah yang berat selama ini.

2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor : bila ada

masalah kesehatan langsung di bawa ke puskesmas atau Rs Dirgahayu

3. Strategi koping yang digunakan : jika ada masalah selalu dibicarakan

bersama keluarga.
H. PEMERIKSAAN FISIK

NO KETERANGA KK IK AK1 AK2 AK3 CK1


N
1 Penampilan
Umum
a. TB : 170 cm 165 cm 168 cm 157 cm 160 CM 150 cm
b. BB : 65 kg 70 kg 73kg 50 kg 56 kg 52 kg
c. IMT : 22,5 25,7 25,9 20.3 21.9 23.1

2 Tanda tanda
Vital
120/80mmH 180/90mmHg. 120/90mm 110/80mmH 110/80mmH 100/80mmH
a. Tekanan g. 78x/mnt Hg. g. g g
Darah : 80x/mnt 76x/mnt 70x/mnt 73x/mnt 80x/mnt
20x/mnt
b. Nadi : 18x/mnt 19x/mnt 17x/mnt 19x/mnt 16x/mnt
36⁰C
c. Respirator 37⁰C Irama nafas 36⁰C 37⁰C 36.5°C 36°C
y Irama nafas teratur, tidak Irama Irama nafas Irama nafas Irama nafas
Rate(RR): teratur, tidak ada nafas teratur, tidak teratur, tidak teratur, tidak
d. Hart Rate ada penggunaan teratur, ada ada ada
(HR) penggunaan otot bantu tidak ada penggunaan penggunaan penggunaan
e. Suhu(axill otot bantu pernafasan, penggunaa otot bantu otot bantu otot bantu
a): pernafasan, tidak terdengar n otot pernafasan, pernafasan, pernafasan,
tidak suara nafas bantu tidak tidak tidak
terdengar tambahan pernafasan terdengar terdengar terdengar
suara nafas , tidak suara nafas suara nafas suara nafas
tambahan terdengar tambahan tambahan tambahan
suara
nafas
tambahan

3 Bagian
Kepala a. Bersih, a. Bersih, a. Bersih, a. Bersih, a. Bersih, a. Bersih,
a.Rambut : hitam, hitam, hitam, hitam, hitam, hitam,
b. Conjungtiva pendek, pendek, pendek, pendek, pendek, pendek,
: tidak tidak tidak tidak tidak tidak
c. Sclera: berketomb berketombe, berketo berketomb berketomb berketomb
d. Telinga: e, tidak tidak mudah mbe, e, tidak e, tidak e, tidak
e. Hidung mudah rontok tidak mudah mudah mudah
f. Mulut rontok b. Anemik mudah rontok rontok rontok
b. Anemik c. Tidak ikterik rontok b. Anemik b. Anemik b. Anemik
c. Tidak d. Simetris b. Anemik c. Tidak c. Tidak c. Tidak
ikterik tidak ada c. Tidak ikterik ikterik ikterik
d. Simetris peradangan ikterik d. Simetris d. Simetris d. Simetris
tidak ada & tidak ada d. Simetris tidak ada tidak ada tidak ada
peradanga serimen tidak ada peradanga peradanga peradanga
n & tidak e. Septum peradan n & tidak n & tidak n & tidak
ada ditengah, gan & ada ada ada
serimen tidak tidak ada serimen serimen serimen
e. Septum bersekret, serimen e. Septum e. Septum e. Septum
ditengah, tidak ada e. Septum ditengah, ditengah, ditengah,
tidak kelainan ditengah, tidak tidak tidak
bersekret, pada tidak bersekret, bersekret, bersekret,
tidak ada penciuman( bersekre tidak ada tidak ada tidak ada
kelainan dapat t, tidak kelainan kelainan kelainan
pada mencium ada pada pada pada
penciuma bau minyak kelainan penciuman penciuman penciuman
n(dapat kayu putih & pada (dapat (dapat (dapat
mencium parfum) pencium mencium mencium mencium
bau f. Mukosa bibir an(dapat bau bau bau
minyak lembab, mencium minyak minyak minyak
kayu putih tidak ada bau kayu putih kayu putih kayu putih
& parfum) kesulitan minyak & parfum) & parfum) & parfum)
f. Mukosa untuk kayu f. Mukosa f. Mukosa f. Mukosa
bibir menelan putih & bibir bibir bibir
lembab, dan tidak parfum) lembab, lembab, lembab,
tidak ada ada f. Mukosa tidak ada tidak ada tidak ada
kesulitan cyanosis bibir kesulitan kesulitan kesulitan
untuk lembab, untuk untuk untuk
menelan tidak ada menelan menelan menelan
dan tidak kesulitan dan tidak dan tidak dan tidak
ada untuk ada ada ada
cyanosis menelan cyanosis cyanosis cyanosis
dan tidak
ada
cyanosis
4 Thorax/Dada BJ I & II BJ I & II BJ I & II BJ I & II BJ I & II BJ I & II
Jantung : tunggal. tunggal. tunggal. tunggal. tunggal. tunggal.
Paru : Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
bunyi bunyi jantung bunyi bunyi bunyi bunyi
jantung tambahan. jantung jantung jantung jantung
tambahan. Pernafasan tambahan. tambahan. tambahan. tambahan.
Pernafasan vesikuler, tidak Pernafasa Pernafasan Pernafasan Pernafasan
vesikuler, ada suara n vesikuler, vesikuler, vesikuler, vesikuler,
tidak ada tambahan tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
suara suara suara suara suara
tambahan tambahan tambahan tambahan tambahan

5 Abdomen Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk


Inspeksi datar,15x/me datar,15x/meni datar,15x/ datar,15x/me datar,15x/me datar,15x/me
Auskultasi nit. t. menit. nit. nit. nit.
Perkusi Tympani Tympani Tympani Tympani Tympani Tympani
Palpasi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
massa, tidak massa, tidak massa, massa, tidak massa, tidak massa, tidak
ada nyeri ada nyeri tidak ada ada nyeri ada nyeri ada nyeri
tekan tekan nyeri tekan tekan tekan tekan
epigastrik, epigastrik, epigastrik, epigastrik, epigastrik, epigastrik,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
pembesaran pembesaran pembesara pembesaran pembesaran pembesaran
lien & hepar lien & hepar n lien & lien & hepar lien & hepar lien & hepar
hepar

6 Tangan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembengkak pembengkaka pembengk pembengkak pembengkak pembengkak
an, simetris n, simetris akan, an, simetris an, simetris an, simetris
dapat dapat simetris dapat dapat dapat
digerakkan digerakkan ke dapat digerakkan digerakkan digerakkan
ke segala segala arah. digerakkan ke segala ke segala ke segala
arah. ke segala arah. arah arah
arah.

7 kaki Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembengkak pembengkaka pembengk pembengkak pembengkak pembengkak
an, simetris n, simetris akan, an, simetris an, simetris an, simetris
dapat dapat simetris dapat dapat dapat
digerakkan digerakkan ke dapat digerakkan digerakkan digerakkan
ke segala segala arah. digerakkan ke segala ke segala ke segala
arah. ke segala arah. arah. arah
arah.
I. HARAPAN KELUARGA

1. Terhadap masalah kesehatannya :

Tn. A dan Ny. S berharap keluarganya selalu dalam keadaan sehat dan

penyakit Tn.Z dapat terkontrol dengan baik

2. Terhadap petugas kesehatan yang ada :

Harapan keluarga Tn. A terhadap petugas kesehatan yaitu keluarga dapat

diberikan informasi kesehatan. Keluarga menganggap perawat adalah orang

yang mampu membantu jika ada masalah kesehatan yang dialami.


ANALISA DATA

No. Data Penyebab Masalah


1. DS: Kurang terpapar Defisit pengetahuan
Tn. A mengatakan informasi tentang Hipertensi
kepala kadang
pusing, kadang nyeri
saat kelelahan
DO:
TD : 150/100 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
T : 36.8oC
2 DS: Program Ketidakberdayaan
Tn. A mengatakan perawatan/pengobatan
dulu pernah yang kompleks atau
mengalami tekanan jangka panjang
darah tinggi dan saat
ini
DO:
TD : 150/100mmHg
N : 75X/menit
Klien mengatakan
mengkonsumsi obat
penurun tekanan
yang diberikan dari
puskesmas
PRIORITAS MASALAH

1. Diagnosa keperawatan : defisit pengetahuan tentang hipertensi

No Kriteria Perhitungan Score Pembenaran

1 Sifat masalah 2/3 x 1 0,6 Tn. A merasa cemas dengan

(Ancaman keadaannya, rasa cemas dapat

Kesehatan) meningkatkan TD dan

memperburuk keadaanya

sehingga menghambat

aktivitas.

2 Kemungkinan 1/2x2 1 kurangnya terpapar informasi

masalah diubah mengenai penyakit hipertensi,

dengan adanya perawat dapat

mempermuda atau

memberikan pemahaman

maupun menjadi sumber

informasi untuk kesehatan.

dan Terdapat pelayanan

kesehatan sekitar tempat

tinggal.

3 Potensial 2/3 x 1 0,6 penjelasan dari perawat dapat

masalah untuk membantu mengurangi rasa

dicegah cemas

4 menonjolnya 1/2x1 0,5 dengan diberinya penyuluhan


masalah kesehatan dan mematuhi diet

yang disarankan dapat

mengurangi rasa cemas Tn. A

Total Skor 2,7

2. Diagnosa keperawatan : ketidakberdayaan

No Kriteria Perhitungan Score Pembenaran

1 Sifat masalah 3/3 x 1 1 Masalah hipertensi sudah

(aktual) terjadi pada KK

2 Kemungkinan 1/2 x 2 1 KK tidak mengetahui bahwa

masalah diubah dengan kebiasaan stres,

kurang beristirahat dapat

menyebabkan hipertensi naik

3 Potensial 2/3 x 1 0.6 KK sudah mengetahui bahwa

masalah untuk jika KK banyak berdiri KK

dicegah seperti ingin jatu dan kembali

membaringkan tubuhnya

4 menonjolnya 1/2x 1 0,5 Keluarga KK mengetahui dan

masalah menyadari bahwa ada masalah

tetapi belum perlu segera di

tangani ke rumah sakit

Total Skor 3.1


J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.Ketidakberdayan berhubungan dengan program

perawatan/pengobatan jangka panjang dibuktikan dengan………

2. Defisit pengetahuan tentang Hipertensi berhubungan dengan

kurang terpapar informasi dibutkikan dengan………


II. RENCANA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan umum Tujuan khusus Kriteria Penanggung


jawab
1. Keberdayaan 1. keluarga 1. Perserta menghadiri
mengerti acara penyuluhan 50
Ketidakberdayan meningkat
tentang %. Ketua RT
berhubungan dengan penyakit setempat dan
hipertensi. 2. Kegiatan Dosen
program
berlangsung tepat pembimbing.
perawatan/pengobatan 2. kegiatan waktu.
berjalan dengan
jangka panjang
lancer. 3. Klien dapat
menyebutkan
kembali tanda dan
gejala hipertensi.

2. Defisit pengetahuan Setelah Setelah A 27 november


Respon verbal Tn.
2019 pukul
tentang Hipertensi dilakukan pertemuan selama mampu menyebutkan
11.00
berhubungan dengan penyuluhan 15 menit keluarga pengertian hipertensi
kurang terpapar kesehatan, Tn. A mampu menurut bahasa sendiri
informasi keluarga mengerti dan
mampu menyebutkan
mengenal 1. pengertian
penyakit hipertensi
hipertensi 2. tanda dan
gejala
3. penyebab
hipertensi
III. TINDAKAN KEPERAWATAN

No TGL & Jam Implementasi TTD


Perawat
1. Senin,25 1. kunjungan pertama dan Katarina
November perkenalan
2019 DO :
09.00 a. Keluarga menerima
kedatangan mahasiswa
dengan baik
b. Keluarga terbuka untuk
diajak berdiskusi
2. Bina hubungan saling
percaya
3. Mengukur TTV
DO :
TD : 150/100 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
T : 36.8°C
2. Selasa , 26 katarina
November 1. mengukur TTV
2019 DO :
15.00 TD : 130/90 mmHg
N : 71 x/menit
RR : 18 x/menit
T : 36.0°C
2. mengkaji keluhan pasien
DS : Tn.A mengatakan sering
terasa pusing dan leher
tegang
3. menanjurkan Tn. A untuk
minum obat tekanan
darah tinggi
DS : Tn. A mengatan minum
obat teratur
4. kontrak waktu kepada
keluarga Tn. A untuk
penyuluhan pada hari
rabu ,27 november 2019
pukul 11.00
Ds: keluarga Tn. A
mengatakan bersedia
untuk menerima
penyuluhan kesehatan

3. Rabu,27 1. memberikan Penkes Katarina


November a. Pengertian hipertensi
2019 b. Peyebab hipertensi
11.00 c. Tanda dan gejala
hipertensi
d. Pencegahan
hipertensi
e. Penanganan
hipertensi
f. Komplikasi hipertensi
2. mendiskusikan dengan
keluarga tentang tanda
dan gejala hipertensi
3. mendiskusikan dengan
keluarga tentang cara
mengidentifikasi serangan
hipertensi
4. mendiskusikan alternative
yang dapat dilakukan
keluarga untuk mencegah
serangan berulang
5. memberikan kesempatan
keluarga menanyakan
penjelasan ulang apabila
ada penjelasan yang
belum di mengerti
6. mengevaluasi secara
singkat pada tofik yang
diskusikan dengan
keluarga
7. memberikan pujian
terhadap kemampuan
keluarga selama
mengikuti pertemuan.

4. Kamis,28 1. Mengukur TTV Katarina


November DO :
2019 TD : 130/100 mmHg
11.00 N : 80 x/menit
RR : 19 x/menit
T : 36.8°C

Anda mungkin juga menyukai