Anda di halaman 1dari 13

OBAT ANTI HIPERTENSI

(FELODIPINE)
Dosen pengampu : Apt. Meliani Dwi Lestari, S. Farm., M. PharmSel.

DISUSUN OLEH:

DEWI NAINGGOLAN (2248201014)

S1 FARMASI
STIKES ARJUNA
TA 2023/2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

2.1 Golongan obat anti hipertensi...........................................................................3

2.2 Farmakologi Felodipine......................................................................................5

2.2.1 Peringatan Sebelum Mengonsumsi Felodipine....................................................5

2.2.2 Dosis dan Aturan Pakai Felodipine......................................................................5

2.2.3 Cara Mengonsumsi Felodipine dengan Benar.....................................................6

2.2.4 Interaksi Felodipine dengan Obat Lain................................................................6

2.2.5 Efek samping obat felodipine...............................................................................6

2.3 Kontra Indikasi Dari Obat Felodipine..............................................................7

2.4 Terapi Non Farmakologi Untuk Pasien Hipertensi.........................................8

BAB III PENUTUP..................................................................................................................9

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................9

3.2 Saran....................................................................................................................9

Daftar Pustaka........................................................................................................................10

i|Page
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan saya

kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul”OBAT ANTI

HIPERTENSI” dengan tepat waktu.

Dalam proses penyususunan makalah ini pasti ada hambatan, namun berkat dari dukungan

beberapa pihak, baik secara langsung dan tidak langsung akhirnya saya dapat menyelesaikan

makalah ini. Untuk dukungan yang telah diberikan saya mengucapkan terimakasih.

Saya berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi saya sendiri dan teman-

teman sekalian. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak

terdapat kekurangan, untuk itu saya mengharapkan saran dan kritikan yang membangun

makalah ini agar menjadi lebih baik di kemudian hari.

Laguboti, 25 November 2023

Penyusun

Dewi Nainggolan

ii | P a g e
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit kronik sistemik yang memerlukan pengobatan dalam


jangka waktu panjang bahkan memerlukan pengobatan seumur hidup. Hipertensi dapat
menyebabkan komplikasi pada berbagai organ, maka deteksi dini dan pengobatan yang tepat
serta cepat dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Tekanan darah pasien dapat
dikontrol dengan mengubah gaya hidup atau dengan bantuan obat-obat.

Hipertensi merupakan penyakit yang berbahaya dan sering disebut silent killer karena
gejala yang ditimbulkan tidak khas dan dapat berbeda tiap individu. Penyakit hipertensi dapat
mempengaruhi fungsi organ-organ lain, seperti stroke pada otak maupun jantung koroner.
Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Menurut riset
kesehatan dasar (RISKESAS) pada tahun 2007, penyebab kematian tebesar di Indonesia yang
disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular (PTM) meningkat dari 41,7% pada tahun 1995
menjadi 49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Hipertensi menjadi penyebab
kematian ke-2 terbanyak sebesar 31,7% Setelah Stroke.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥140
mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg pada minimum dua kali pengukuran dalam
keadaan cukup istirahat maupun keadaan tenang. Menurut JNC 7 tahun 2003, hipertensi
dibagi menjadi 3 klasifikasi yakni Pre-Hipertensi dengan tekanan darah sistolik (TDS) 120-
139 mmHg atau tekanan darah diastol (TDD) 80-89 mmHg, Hipertensi Stage 1 dengan TDS
140-159 mmHg atau TDD 90-99 mmHg, Hipertensi Stage 2 dengan TDS > 160 mmHg atau
TDD > 100 mmHg.
Hipertensi meyajikan satu problem unik dalam terapi. Hipertensi lazimnya merupakan
penyakit seumur hidup penyebab beragam gejala sehingga mencapai tahap lanjut. Untuk
mendapatkan pengobatan efektif, harus digunakan setiap hari obat yang mungkin mahal dan
sering menyebabkan efek samping. Oleh karena itu, para dokter harus menetapkan dengan
pasti bahwa hipertensi adalah menetap, memerlukan pengobatan dan harus mengeluarkan
penyebab hipertensi sekunder yang dapat dirawat dengan prosedur pembedahan definitif.
Hipertensi menetap, terutama pada orang-orang dengan peningkatan tekanan darah
ringan, harus ditetapkan dengan terjadinya peningkatan tekanan darah pada paling sedikit
pada tiga kali kunjungan yang berbeda. Pemantauan tekanan darah pada pasien rawat jalan
diduga merupakan predictor terbaik terhadap terjadinya risiko dan, oleh karenanya,
dibutuhkan untuk terapi pada hipertensi ringan.
Obat antihipertensi saat ini semakin berkembang dan beragam jenisnya, tiap-tiap obat
antihipertensi memiliki karakteristik farmakokinetik dan farmakodinamik sendiri. Pilihan
obat antihipertensi yang dapat digunakan oleh tenaga medis adalah Diuretik, Obat
Simpatolitik (B-adrenoreceptor blocker B-bloker /penyakat adrenergik beta, a-adrenoreceptor
blocker /penyakat adrenergik alfa, antagonis adrenergik campuran /penyakat adrenergik
campuran, senyawa kerja pusat, dan senyawa pemblok saraf ), Vasodilator, Calcium Chanel
Blocker (CCB), Angiotensin Converting Enzime Inhibotor (ACEI), Angiotensin Receptor

1|Page
Blocker (ARB) dan Direct Renin Inhibitor. Obat antihipertensi dapat digunakan sebagai
terapi tunggal maupun kombinasi. Tujuan penggunaan obat antihipertensi dapat digolongkan
menjadi tiga yaitu tujuan jangka pendek untuk mencapai target tekanan darah dan
tolerabilitas pasien. Tujuan jangka menengah untuk mengevaluasi perubahan target organ
seperti hipertrofi ventrikel kiri, proteinuria pada ginjal dan perubahan pada organ-organ lain.
Tujuan jangka panjang untuk mencegah atau menghambat terjadi komplikasi akibat
hipertensi. Obat antihipertensi tidak hanya berfokus untuk penurunan tekanan darah saja, juga
untuk membawa parameter dinamik lainnya seperti perubahan fungsional dan struktural
sistem kardiovaskular.
Kesuksesan pengobatan hipertensi menuntut kepatuhan terhadap instruksi diet dan
penggunaan obat yang dianjurkan. Pendidikan mengenai sifat alami hipertensi dan
pentingnya perawatan serta pengetahuan tentang efek-efek samping potensial obat sangat
perlu diberikan. Kunjungan tindak lanut (follow-up) harus cukup sering untuk meyakinkan
pasien bahwa dokter berfikir penyakit hipertensi adalah penyakit serius. Pada setiap
kunjungan tindak lanjut, harus ditekankan tentang pentingnya pengobatan dan pertanyaan
terutama mengenai dosis dan efek samping obat harus ditanamkan. Faktor-faktor lain yang
dapat meningkatkan kepatuhan pasien adalah penyederhanaan aturan pemberian dosis dan
juga meminata pasien untuk memantau tekanan darahnya di rumah.

1.2 Rumusan masalah


 Apa saja penggolongan obat anti hipertensi?
 Jelaskan farmakologi dari obat Felodipine?
 Apa saja kontra indikasi dari obat Felodipine?
 Bagaimana terapi non farmakologi untuk pasien hipertensi?

2|Page
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Golongan obat anti hipertensi

Obat antihipertensi adalah kelompok obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan
darah akibat hipertensi. Hipertensi yang tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan
komplikasi, mulai dari stroke, serangan jantung, gagal jantung, hingga gagal ginjal.

Ada beberapa golongan obat antihipertensi. Tiap golongan obat memiliki cara kerja yang
berbeda, tetapi sama-sama bisa menurunkan tekanan darah. Jenis dan dosis obat
antihipertensi akan ditentukan dokter sesuai usia dan kondisi kesehatan pasien, tingkat
keparahan hipertensi, serta respons tubuh pasien terhadap obat. Obat antihipertensi hanya
boleh digunakan berdasarkan resep dokter. Berikut ini adalah penjelasan dan pembagian jenis
obat antihipertensi:

1. ACE inhibitor

ACE inhibitor bekerja dengan cara menghambat enzim khusus untuk memproduksi
hormon angiotensin II, yaitu hormon yang dapat memicu penyempitan pembuluh darah.
Dengan begitu, pembuluh darah dalam melebar, aliran darah dapat lebih lancar, dan tekanan
darah dapar menurun. Contoh ACE inhibitor adalah: Benazepril, Captopril, Enalapril,
Fosinopril, Lisinopril, Moexipril, Perindopril, Quinapril, Ramipril , Trandolapril.

2. Alpha-2 receptor agonist

Alpha-2 receptor agonist bekerja dengan cara menekan aktivitas jaringan yang
memproduksi hormon adrenalin, sehingga tekanan darah turun. Contoh alpha-2 receptor
agonist adalah: Metildopa, Clonidine.

3.Clonidines kalsium (calcium channel blocker)

Antagonis kalsium bekerja dengan cara menghambat jalan masuk kalsium ke dalam
otot jantung dan dinding pembuluh darah, sehingga menyebabkan denyut jantung melambat
dan pembuluh darah melebar. Dengan begitu tekanan darah dapat turun. Contoh antagonis
kalsium adalah: Amlodipine, Diltiazem, Felodipine, Isradipine, Nicardipine, Nifedipine,
Verapamil.

4. Angiotensin II receptor blocker (ARB)

ARB bekerja dengan cara menghambat pengikatan angiotensin II, sehingga pembuluh
darah melebar dan tekanan darah pun menurun. Jenis-jenis obat ARB adalah: Candesartan,
Eprosartan, Irbesartan, Losartan, Olmesartan, Telmisartan, Valsartan.

3|Page
5. Diuretik

Diuretik bekerja dengan cara membuang kelebihan garam (natrium) dan cairan di
dalam tubuh untuk menormalkan tekanan darah. Ada beberapa jenis diuretic yang bisa
digunakan untuk menurunkan tekanan darah, yaitu diuretik loop, thiazide, diuretik hemat
kalium.

 Diuretik loop

Diuretik loop bekerja dengan membuat ginjal mengeluarkan lebih banyak cairan, sehingga
dapat mengurangi cairan di aliran darah. Contoh diuretik loop adalah: Furosemide,
Torasemide.

 Diuretik hemat kalium

Jenis obat diuretik yang kedua adalah diuretik hemat kalium (potassium-sparing). Obat ini
bekerja dengan cara mengurangi kadar air dan natrium di dalam tubuh dengan tetap
mempertahankan kadar kalium. Contoh diuretik hemat kalium adalah: Amiloride
Spironolactone.

2 Diuretik thiazide

Jenis obat diuretik yang ketiga adalah diuretik thiazide. Obat ini bekerja dengan cara
menurunkan cairan di dalam tubuh dan juga memperlebar pembuluh darah. Contoh diuretik
thiazide adalah: Hydrochlorothiazide, Indapamide.

6. Penghambat adrenergik perifer

Penghambat adrenergik perifer bekerja dengan cara memblokir neurotransmitter di


otak, sehingga tekanan darah dapat berkurang. Umumnya obat ini diberikan kepada pasien
hipertensi jika obat antihipertensi lain belum ada yang berhasil. Contoh penghambat
adrenergik perifer adalah: Reserpine.

7. Penghambat alfa (alpha-blocker)

Penghambat alfa bekerja dengan cara menghambat hormon katekolamin agar tidak
mengikat dengan reseptor alfa. Cara kerja ini akan membantu sirkulasi darah lebih lancar,
jantung berdenyut secara normal, dan tekanan darah menurun. Contoh penghambat alfa
adalah: Doxazosin, Terazosin.

8. Penghambat beta (beta-blocker)

Penghambat beta bekerja dengan cara menghambat hormon adrenalin, sehingga


jantung berdetak lebih lambat. Dengan begitu, jantung memompa lebih sedikit darah dan
dapat menurunkan tekanan darah. Contoh penghambat beta adalah: Bisoprolol, Propranolol.

4|Page
9. Penghambat renin

Penghambat renin bekerja dengan cara menghambat kerja senyawa kimiawi di dalam
tubuh yang disebut renin. Cara kerja ini dapat memperlebar pembuluh darah dan menurunkan
tekanan darah. Contoh penghambat renin adalah: Aliskiren.

2.2 Farmakologi Felodipine

Felodipine adalah obat untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Tekanan darah yang terkontrol akan menurunkan risiko terjadinya komplikasi, seperti
serangan jantung, stroke, atau penyakit ginjal.

Felodipine merupakan obat antagonis kalsium (calcium channel blockers) yang


bekerja dengan cara menghambat dan mengendalikan aliran kalsium ke dalam sel jantung dan
pembuluh darah, sehingga pembuluh darah lebih relaks dan aliran darah lebih lancar.

Kalsium dapat menyebabkan jantung dan arteri menyempit, sehingga menyebabkan


tekanan darah naik. Dengan begitu, antagonis kalsium merelaksasi detak jantung dan
menurunkan tekanan darah (hipertensi).

Golongan obat dengan calcium channel blocker mechanism ini juga seringkali
diindikasikan untuk meredakan nyeri dada (angina) dan mengontrol detak jantung yang tidak
teratur (aritmia).

2.2.1 Peringatan Sebelum Mengonsumsi Felodipine

Felodipine tidak boleh dikonsumsi sembarangan. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu
Anda perhatikan sebelum mengonsumsi felodipine:

 Jangan mengonsumsi felodipine jika Anda alergi terhadap obat ini. Pastikan untuk
selalu memberi tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki.
 Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita penyakit liver,
edema, penyakit ginjal, atau penyakit jantung, termasuk gagal jantung.
 Jangan mengemudikan kendaraan atau mengoperasikan alat yang membutuhkan
kewaspadaan selama menjalani pengobatan dengan felodipine, karena obat ini dapa
menyebabkan pusing.
 Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
 Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat-obatan lain, termasuk suplemen
atau produk herbal.
 Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi obat, efek samping yang serius, atau
overdosis setelah mengonsumsi felodipine.

5|Page
2.2.2 Dosis dan Aturan Pakai Felodipine

Dosis felodipine ditentukan berdasarkan usia, kondisi pasien, dan respons tubuh
terhadap obat. Berikut ini adalah dosis felodipine berdasarkan tujuan penggunaannya:

Kondisi: Pengobatan hipertensi

 Dewasa: Dosis awal 5 mg per hari. Dosis dapat disesuaikan dengan kondisi pasien,
rentag dosisnya adalah 2,5–10 mg per hari. Dosis dapat disesuaikan berdasarkan
respons pasien terhadap obat.
 Lansia: Dosis awal 2,5 mg per hari.

Kondisi: Pengobatan angina pektoris

 Dewasa: Dosis awal 5 mg per hari. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 10 mg per hari
sesuai kebutuhan.
 Lansia: dosis awal 2,5 mg per hari.

2.2.3 Cara Mengonsumsi Felodipine dengan Benar

Gunakan felodipine sesuai anjuran dokter dan jangan lupa untuk membaca keterangan
pada kemasan obat. Jangan menambahkan atau mengurangi dosis, serta jangan mengonsumsi
obat melebihi jangka waktu yang dianjurkan.
Felodipine dapat diminum sebelum atau sesudah makan. Minumlah felodipine tablet
dengan segelas air putih. Jangan menghancurkan, mengunyah, atau membelah obat ini,
karena dapat memengaruhi efektivitas obat.
Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya.
Usahakan untuk mengonsumsi felodipine pada jam yang sama setiap harinya agar
pengobatan maksimal.
Agar tekanan darah lebih terkendali, selain mengonsumsi obat antihipertensi, Anda
juga harus menjalani pola hidup sehat, seperti menerapkan diet rendah garam, menjaga berat
badan ideal, rutin berolahraga, serta berhenti merokok.
Lakukan kontrol rutin sesuai dengan jadwal yang diberikan oleh dokter, sehingga
kondisi dan respons terapi dapat terpantau.
Simpan felodipine dalam suhu ruangan, serta terhindar dari paparan sinar matahari
langsung. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.

2.2.4 Interaksi Felodipine dengan Obat Lain

Ada beberapa interaksi antarobat yang dapat terjadi jika felodipine digunakan bersama obat-
obatan lain, di antaranya:

 Peningkatan kadar felodipine jika digunakan dengan cimetide,


erythromycin, itraconazole, atau ritonavir
 Penurunan kadar felodipine jika digunakan dengan phenytoin, carbamazepine,
rifampisin, efavirenz, atau obat golongan barbiturate

6|Page
 Peningkatan efektivitas tacrolimus

2.2.5 Efek samping obat felodipine

Beberapa efek samping yang dapat muncul setelah mengonsumsi felodipine adalah:

 Sakit kepala
 Pusing
 Sakit perut
 Rasa panas atau gerah

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping di atas tidak kunjung mereda.
Segera ke dokter jika muncul reaksi alergi obat yang bisa ditandai dengan gejala berupa
munculnya ruam yang gatal dan bengkak, mata dan bibir yang membengkak, atau kesulitan
bernapas. Selain itu, Anda juga harus segera ke dokter jika mengalami efek samping yang
lebih serius, seperti:

 Nyeri dada
 Sesak napas
 Berat badan bertambah secara cepat
 Pingsan hingga ingin pingsan
 Pembengkakan pada lengan, tangan, kaki, atau tungkai
 Detak jantung terasa cepat atau tidak beraturan
 Gusi bengkak

Efek samping umum felodipine yang bergantung pada dosis termasuk edema perifer,
kemerahan, jantung berdebar, dan sakit kepala. Efek samping klinis yang paling umum dari
penggunaan felodipine adalah edema perifer. Frekuensi edema perifer lebih tinggi pada
individu yang memakai felodipine dosis tinggi dan individu lanjut usia. Insiden edema perifer
adalah sekitar 30% pada pasien lanjut usia yang mengonsumsi 20 mg felodipine setiap hari.
Felodipine secara selektif melebarkan arteriol, yang menyebabkan peningkatan tekanan
intrakapiler, sehingga menyebabkan ekstravasasi cairan ke ruang interstisial dan
mengakibatkan edema perifer. Inhibitor ACE atau penghambat reseptor angiotensin dapat
mencegah edema perifer. Kemerahan dan sakit kepala juga terjadi karena efek vasodilator
dari felodipine. Palpitasi dapat terjadi karena refleks takikardia.
Efek samping felodipine yang tidak bergantung pada dosis termasuk kelelahan, mual,
dan hiperplasia gingiva. Hiperplasia gingiva terjadi pada kurang dari 1% pasien dan lebih
sering terjadi pada individu dengan kebersihan gigi yang buruk. Mekanisme hiperplasia
gingiva adalah ekspresi faktor pertumbuhan yang berlebihan akibat tingginya konsentrasi ion
kalsium (Ca), sehingga menyebabkan proliferasi fibroblas dan infiltrasi sel inflamasi kronis.
Hiperplasia gingiva biasanya reversibel jika felodipine dihentikan.

7|Page
2.3 Kontra Indikasi Dari Obat Felodipine
Kontraindikasi absolut penggunaan felodipine meliputi hipersensitivitas terhadap
felodipine atau eksipien.
Kontraindikasi relatif penggunaan felodipine meliputi:
 Gagal hati: Pasien dengan gagal hati tidak dapat memetabolisme felodipine sehingga
menyebabkan peningkatan konsentrasi obat dalam plasma.
 Hipotensi berat: Antagonis saluran kalsium dihidropiridin tidak boleh digunakan pada
pasien dengan hipotensi berat karena dapat memicu kondisi dan menyebabkan sinkop.
 Sindrom koroner akut: Felodipine memiliki efek vasodilatasi yang signifikan, yang
mengakibatkan refleks takikardia, yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokard
dan memperburuk iskemia miokard.
 Kehamilan dan menyusui: Dalam penelitian pada hewan, felodipine telah terbukti
menyebabkan efek teratogenik, termasuk anomali digital dan pengerasan falang
terminal. Ini adalah obat kategori C kehamilan FDA sebelumnya.

2.4 Terapi Non Farmakologi Untuk Pasien Hipertensi

Menurut JNC 7 terapi hipertensi terdiri dari terapi non farmakologi dan farmakologi.
Terapi Non Farmakologi antara lain :

1) Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol


2) Menurunkan berat badan berlebih
3) Olah raga secara teratur
4) mengelola stres dengan baik
5) Menurunkan asupan garam.

8|Page
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah abnormal yang dapat menjadi


penyebab utama timbulnya penyakit kardiovaskuler.

Obat antihipertensi adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah
tingggi hingga mencapai tekanan darah normal. Semua obat antihipertensi bekerja pada satu
atau lebih tempat kontrol anatomis dan efek tersebut terjadi dengan mempengaruhi
mekanisme normal regulasi TD.

Felodipine memberikan efek vasodilator tambahan yang dapat ditoleransi dengan baik
pada pasien gagal jantung yang diobati dengan enalapril, namun satu-satunya manfaat jangka
panjang yang mungkin adalah kecenderungan toleransi olahraga yang lebih baik dan
berkurangnya depresi kualitas hidup pada tahun kedua pengobatan. Obat ini tampaknya aman
namun belum jelas manjurnya pada pasien gagal jantung.

3.2 Saran

Dengan selesainya makalah ini saya sadar bahwasanya makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi materi
pembahasan maupun ejaan kata, maka dari itu saya mengharapkan adanya saran dan kritik
yang membangun dari pembaca agar di kemudian hari saya dapat menyusun makalah lebih
baik lagi. Harapan kami semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan anda
mengenai obat anti hipertensi.

9|Page
Daftar Pustaka

https://www.ahajournals.org/doi/full/10.1161/01.cir.96.3.856
https://lifepack.id/obat-felodipine-mekanisme-manfaat-dosis-efek-samping/
https://journals.lww.com/cardiovascularpharm/abstract/1987/10001/
felodipine_in_hypertension_a_review.28.aspx
https://www.alodokter.com/felodipine
https://www.alodokter.com/obat-antihipertensi
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK542163/
https://journal.unhas.ac.id/index.php/jnik/article/view/6083/3348
https://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/2016/10/Tekanan-Darah-Tinggi-Hipertensi.pdf

10 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai