Anda di halaman 1dari 25

PAPER

OBAT ANTIHIPERTENSI

Referat ini disusun untuk melengkapi persyaratan dalam mengikuti kegiatan


kepaniteraan klinik senior SMF Anastesi di Rumah Sakit Haji Medan

Pembimbing :
dr. M. Winardi S. Lesmana, Sp. An

Disusun Oleh :
Eliska Yanti (21360140)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU ANASTESI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,


karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proses penyusunan Paper ini dengan judul “Obat
Antihipertensi”. Penyelesaian Paper ini banyak bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu adanya kesempatan ini penulis menyampaikan
rasa terimakasih yang sangat tulus kepada dr. M. Winardi S. Lesmana,
Sp.An selaku pembimbing yang telah banyak memberikan ilmu,
petunjuk, nasehat dan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan
Paper ini.

Penulis menyadari bahwa Paper ini tentu tidak lepas dari


kekurangan karena keterbatasan waktu, tenaga dan pengetahuan
penulis. Maka sangat diperlukan masukan dan saran yang
membangun. Semoga Paper ini dapat memberikan manfaat.

Medan, 24 Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................2
2.1 Definisi .........................................................................................................2
2.2 Jenis-jenis obat antihipertensi.......................................................................3
2.3 Klasifikasi obat antihipertensi.......................................................................4
2.4 Efek Samping................................................................................................16
2.5 Target Pengobatan Hipertensi.......................................................................20
2.6 Tatalaksana Hipertensi resisten.....................................................................20
BAB III Kesimpulan ....................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Obat antihipertensi merupakan golongan obat-obatan yang
digunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi atau biasa disebut
hipertensi. Hipertensi ditandai dengan tekanan darah yang melebihi batas
normal yaitu lebih tinggi dari 130/80 mmHg yang dapat menyebabkan
penyakit yang lebih berbahaya.
Hipertensi lazimnya merupakan penyakit seumur hidup
penyebab beragam gejala sehingga mencapai tahap lanjut. Hipertensi
menetap, terutama pada orang-orang dengan peningkatan tekanan
darah ringan, harus ditetapkan dengan terjadinya peningkatan
tekanan darah. Sekali ditetapkan hipertensi, diperlukan pengobatan
atau tidak dan obat mana yang digunakan haruslah dipertimbangkan
tingkat tekanan darah. umur dan jenis kelamin pasien, tingkat
keparahan kerusakan organ (jika ada). karena tekanan darah yang
tinggi dan kemungkinan adanya faktor-faktor risiko kardiovaskular.
Pemilihan obat didasarkan pada tingkat tekanan darah,
kerusakan organ dan tingkat keparahannya serta adanya penyakit-
penyakit penyerta. Kesuksesan pengobatan hipertensi menuntut
kepatuhan terhadap instruksi diet dan penggunaan obat yang
dianjurkan.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hipertensi


Obat antihipertensi merupakan golongan obat-obatan yang
digunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi atau biasa
disebut hipertensi. Hipertensi ditandai dengan tekanan darah yang
melebihi batas normal yaitu lebih tinggi dari 130/80 (mmHg) yang
dapat menyebabkan penyakit yang lebih berbahaya seperti stroke,
serangan jantung, gagal jantung hingga penyakit ginjal. Gejala yang
sering ditemukan pada penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi
ialah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat
di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang, dan pusing
(Tyashapsari dan Zulkarnain., 2012).
Berdasarkan Riset kesehatan Dasar (Rikesdas) pada 2007
prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun keatas di
Indonesia ialah sebesar 31,7%, dimana prevalensi tertinggi berada di
provinsi Kalimantan Selatan dan terendah di Papua Barat sebesar
20,1% (Nn. 2013).
Pada beberapa kasus dimungkinkan bagi penderita hipertensi
untuk selalu mengonsumsi obat seumur hidup, namun dokter dapat
menurunkan dosis atau menghentikan pengobatan apabila tekanan
darah penderita sedah terkendali. Hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah yang menetap secara persisten di atas normal.
Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan
hemodinamik sistem kardiovaskular, yang mana patofisiologinya
adalah multifaktor. Diagnosis hipertensi ditegakkan bila TDS ≥140
mmHg dan/atau TDD ≥90 mmHg.

2
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Klinik
KATEGORI TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Optimal < 120 Dan < 80
Normal 120 – 129 dan/atau 80 – 84
Normal tinggi 130 – 139 dan/atau 85 – 89
Hipertensi derajat 1 140 – 159 dan/atau 90 – 99
Hipertensi derajat 2 160 – 179 dan/atau 100 – 109
Hipertensi derajat 3 ≥ 180 dan/atau ≥ 110
Hipertensi sistolik ≥ 140 dan < 90
terisolasi
Dikutip dari 2018 ESC/ESH Hypertension Guidelines.

2.2 Jenis-Jenis Obat Hipertensi


Obat antihipertensi dibagi beberapa golongan seperti dalam tabel 1 berikut:
Tabel 1. Golongan Obat Antihipertensi dan Jenisnya
Golongan Obat Antihipertensi Jenis Obat
Diuretika tiazid Hidroklorotiazid
Diuretika Kuat Furosemide
Aldosteron Antagonis Spironolakton
Penghambat Reseptor Adrenergik ꞵ Bisoprolol
Propanolol
Penghambat Reseptor Adrenergik α Terazosin
Adrenolitik Sentral Klonidin
α – Metildopa
Captopril
Penghambat ACE
Lisinopril
Diltiazem
Penghambat kanal kalsium/ Calcium
Amlodipine
Channel Blocker (CCB)
Nifedipin
(sumber: Tyashapsari dan Zulkarnain., 2012)

3
2.3 Klasifikasi Obat Anti Hipertensi
Berdasarkan aksinya, obat anti hipertensi diklasifikasikan dalam
beberapa jenis, yaitu :
1. Diuretik
Bekerja melalui berbagai mekanisme untuk meningkatkan
ekskresi na klorida, sehingga dapat menurunkan volume darah
dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan curah
jantung dan tekanan darah.

Berikut jenis antihipertensi yang termasuk pada kategori:


a. Furosemide
Nama paten : Cetasix, farsix, furostic, impungsn, kutrix,
Lasix, salurix, uresix.
Sediaan obat : Tablet, capsul, injeksi.
Mekanisme kerja : mengurangi reabsorbsi aktif NaCl
dalam lumen tubuli ke dalam intersitium pada ascending
limb of henle.
Indikasi : Edema paru akut, edema yang disebabkan
penyakit jantung kongesti, sirosis hepatis, nefrotik
sindrom, hipertensi.
Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui

4
Efek samping : pusing, lesu, kaku otot, hipotensi, mual,
diare.
Interaksi obat : indometasin menurunkan efek diuretiknya,
efek ototoksit meningkat bila diberikan bersama
aminoglikosid. Tidak boleh diberikan bersama asam
etakrinat. Toksisitas silisilat meningkat bila diberikan
bersamaan.
Dosis : Dewasa 40 mg/hr
Anak 2 - 6 mg/kgBB/hr

b. HCT (Hydrochlorothiaside)
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan
natrium sehingga volume darah, curah jantung dan
tahanan vaskuler perifer menurun.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran
cerna. Didistribusi keseluruh ruang ekstrasel dan hanya
ditimbun dalam jaringan ginjal.
Indikasi : digunakan untuk mengurangi udema akibat
gagal jantung, cirrhosis hati, gagal ginjal kronis,
hipertensi.
Kontraindikasi: hypokalemia, hypomagnesemia,
hyponatremia, hipertensi pada kehamilan.
Dosis : Dewasa 25 - 50 mg/hr
Anak 0,5-1,0 mg/kgBB/12 -24 jam

2. Antagonis Reseptor- Blockers


Bekerja pada reseptor Beta jantung untuk menurunkan kecepatan
denyut dan curah jantung.

5
Berikut jenis antihipertensi yang termasuk pada kategori
Antagonis Reseptor Beta :
a. Ascbutol (Beta bloker)
Nama Paten : sacral, corbutol,sectrazide.
Sediaan obat : tablet, kapsul.
Mekanisme kerja : menghambat efek isoproterenol,
menurunkan aktivitas renin, menurunka outflow simpatetik
perifer.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia,feoromositoma,
kard obtruktif hipertropi, tirotoksitosis.
Kontraindikasi : gagal jantung, syok kardiogenik, asma,
diabetes mellitus, bradikardia, depresi.
Efek samping : mual, kaki tangan dingin, insomnia, mimpi
buruk,
Interaksi obat : memperpanjang keadaan hipoglikemia bila
diberi bersama insulin. Interaksi obat :memperpanjang
keadaan hipolikemia bila diberi bersama insulin. Diuretic
tiazid meningkatkan kadar trigleserid dan asam urat bila
diberi bersama alkaloid ergot. depresi nodus V dan sa
meningkat bila diberikan bersama dengan penghambat
kalsium
Dosis : 2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr).

6
b. Atenolol (Beta bloker)
Nama paten : Betablok, Farnomin, Tenoret, Tenoretic,
Tenormin, internolol.
Sediaan obat : Tablet
mekanisme kerja : pengurahan curah jantung disertai
vasodilatasi pada reseptor adrenergic di SSP, penghambatan
sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor di ginjal.
Indikasi : hipertensi ringan - sedang, aritmia
Kontraindikasi : gangguan konduksi AV, gagal jantung
tersembunyi, bradikardia, syok kardiogenik, anuria, asma,
diabetes.
Efek samping : nyeri otot, tangan kaki rasa dingin, lesu,
gangguan tidur, kulit kemerahan, impotensi.
Interaksi obat : efek hipoglikemia diperpanjang bila
diberikan bersama insulin. Diuretik tiazid meningkatkan
kadar trigliserid dan asam urat. Iskemia perifer berat bila
diberi bersama alkaloid ergot.
Dosis : 2 x 40 -80 mg/hr

c. Metoprolol (Beta bloker)


Nama paten : Cardiocel, Lopresor, Seloken, Selozok
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : pengurangan curah jantung yang
diikuti vasodilatasi perifer, efek pada reseptor adrenergic
di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi
adrenoseptor beta I di ginjal.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran
cerna. Waktu paruhnya pendek, dan dapat diberikan
beberapa kali sehari.
Farmakodinamik: penghambat adrenergic beta
menghambat perangsangan simpatik, sehingga

7
menurunkan denyut jantung dan tekanan darah.
Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta dan
dapat masuk ke ASI.
Indikasi : hipertensi, miokard intard, angina pektoris
Kontraindikasi : bradikardia sinus, blok jantung tingkat II,
syok kardiogenik, gagal jantung tersembunyi
Efek samping : lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia,
mimpi buruk, diare
Interaksi obat : reserpine meningkatkan efek antihipertens
Dosis : 50 -100 mg/kg.

d. Propranolol (Beta bloker)


Nama paten : Blokard, Inderal, Prestoral
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : tidak begitu jelas, diduga karena
menurunkan curah jantung, menghambat pelepasan renin
di ginjal, menghambat tonus simpatetik di pusat
vasomotor otak.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran
cerna. Waktu paruhnya pendek, dan dapat diberikan
beberapa kali sehari. Sangat mudah berikatan dengan
protein dan akan bersaing dengan obat - obat lain yang
juga sangat mudah berikatan dengan protein.
Farmakodinamik: penghambat adrenergic beta
menghambat perangsangan simpatik, sehingga
menurunkan denyut jantung dan tekanan darah.
Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta dan
dapat masuk ke ASI.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung,
migren, stenosis subaortik hepertrofi, miokard infark,
feokromositoma

8
Kontraindikasi : syok kardiogenik, asma bronkial,
brikadikardia dan blok jantung tingkat II dan IIl, gagal
jantung kongestif. Hati - hati pemberian pada penderita
biabetes militus, wanita hamil dan menyusui.
Efek samping : bradikardia, insomnia, mual, muntah,
bronkospasme, agranulositosis, depresi.
Interaksi obat : hati - hati bila diberikan bersama dengan
reserpine karena menambah berat hipotensi dan kalsium
antagonis karena menimbulkan penekanan kontraktilitas
miokard. Henti jantung dapat terjadi bila diberikan
bersama haloperidol. Fenitoin, fenobarbital, rifampin
meningkatkan kebersihan obat ini. Simetidin menurunkan
metabolism propranolol. Etanolol menurukan absorbsinya.
Dosis : dosis awal 2 x 40 mg/hr, diteruskan dosis
pemeliharaan.

3. Antagonis Reseptor - Alfa


penghambat reseptor alfa diotot polos vaskuler yang secara normal
terhadap rangsangan simpatis dengan vasokonstriksi.

9
Berikut jenis antihipertensi yang termasuk pada kategori Kalsium
Antagonis:
a. Klonidin (alfa antagonis)
Nama paten : Catapres, dixarit
Sediaan obat : Tablet, injeksi.
Mekanisme kerja : menghambat perangsangan saraf adrenergic
di SSP.
Indikasi : hipertensi, migren
Kontraindikasi : wanita hamil, penderita yang tidak patuh.
Efek samping : mulut kering, pusing mual, muntah, konstipasi.
Interaksi obat : meningkatkan efek antihistamin, antidepresan,
antipsikotik, alcohol. Betabloker meningkatkan efek
antihipertensinya.
Dosis : 150-300 mg/hr.

4. Calcium channel blockers


Menurunkan kontraksi otot polos jantung dan atau arteri dengan
mengintervensi influks kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi.
Penghambat kalsium memiliki kemampuan yang berbeda-beda
dalam menurunkan denyut jantung. Volume sekuncup dan resistensi
perifer.

10
Berikut jenis antihipertensi yang termasuk pada kategori Kalsium
Antagonis:
a. Diltiazem (kalsium antagonis)
Nama paten : Farmabes, Herbeser, Diltikor.
Sediaan obat : Tablet, kapsul
Mekanisme kerja : menghambat asupan, pelepasan atau kerja
kalsium melalui slow cannel calcium.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, MCI, penyakit vaskuler
perifer.
Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, gagal jantung.
Efek samping : bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan
saluran cerna.
Interaksi obat : menurunkan denyut jantung bila diberikan
bersama beta bloker. Efek terhadap konduksi jantn dipengaruhi
bila diberikan bersama amiodaron dan digoksin. Simotidin
meningkatkan efeknya.
Dosis : 3 x 30 mg/hr sebelum makan

b. Nifedipin (antagonis kalsium)


Nama paten : Adalat, Carvas, Cordalat, Coronipin, Farmalat,
Nifecard, Vasdalat.
Sediaan obat : Tablet, kaplet
Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vaskuler perifer,
menurunkan spasme arteri coroner.
Kontraindikasi : gagal jantung berat, stenosis berat, wanita
hamil dan menyusui.
Efek samping : sakit kepala, takikardia, hipotensi, edema kaki.
Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker menimbulkan
hipotensi berat atau eksaserbasi angina. Meningkatkan digitalis
dalam darah. Meningkatkan waktu protombin bila diberikan

11
bersama antikoagulan. Simetid meningkatkan kadarnya dalam
plasma.
Dosis : 3 x 10mg/hr

c. Verapamil (Antagonis kalsium)


Nama paten : Isoptil
Sediaan obat : Tablet, injeksi
Mekanisme kerja : menghambat masuknya ion Ca ke dalam sel
otot jantung dan vaskuler sistemik sehingga menyebabkan
relaksasi arteri coroner, dan menurunkan resistensi perifer
sehingga menurunkan penggunaan oksigen.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren
Kontraindikasi : gangguan ventrikel berat, syok kardiogenik,
fibrilasi, blok jantung tingkat II dan III, hipersensivitas.
Efek samping : konstipasi, mual, hipotensi, sakit kepala, edema,
lesu, dipsnea, bradikardia, kulit kemerahan.
Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker bias
menimbulkan efek negative pada denyut, kondiksi dan
kontraktilitas jantung. Meningkatkan kadar digoksin dalam
darah. Pemberian bersama antihipertensi lain menimbulkan efek
hipotensi berat. Meningkatkan kadar karbamazepin, litium,
siklosporin. Rifampin menurunkan efektivitasnya. Perbaikan
kontraklitas jantung bila diberi bersama flekaind dan penurunan
tekanan darah yang berate bila diberi bersama kuinidin.
Fenobarbital nemingkatkan kebersihan obat ini.
Dosis : 3 x 80 mg/hr

5. ACE inhibitor
Berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan
menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah
angiotensin I menjadi angiotensin II. Hal ini menurukan tekanan

12
darah baik secara langsung menurunkan resisitensi perifer. Dan
angiotensin II diperuntukan untk sintesis aldosteron, maupun
dengan meningkatkan pengeluaran netrium melalui urine
sehingga volume plasma dan curah jantung menurun.

Berikut jenis antihipertensi yang termasuk pada kategori


ACE inhibitor :
a. Kaptopril
Nama paten : Capoten
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin
sehingga menurunkan angiotensin II yang berakibat
menurunnya pelepasan renin aldosterone.
Indikasi : hipertensi. gagal jantung
efek samping : batuk, kulit kemerahan, konstipasi, hipotensi,
pandangan kabur, myalgia.
Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama
diuretika. Tidak boleh diberikan bersama dengan vasodilator
seperti nitrogliserin atau preparat nitrat lain. Indometasin dan

13
AINS lainnya menurunkan efek obat ini. Meningkatkan
toksisitas litium.
Dosis : 2 -3 x 25 mg/hr.

b. Lisinopril
Nama paten : Zestril
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin
sehingga perubahan angjotensin I menjadi angiotensin II
terganggu, mengakibatkan menurunnya aktivitas vasopressor
dan sekresi aldosterone.
Indikasi : hipertensi
Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema,
wanita hamil, hipersensivitas.
Efek samping : batuk, pusing, rasa lelah, nyeri sendi,
bingung, insomnia, pusing.
Interaksi obat: efek hipotensi bertambah bila diberikan
bersama diuretic. Indomitasin meningkatkan efektivitasnya.
Intoksikasi litium meningkat bila diberikan bersama.
Dosis : awal 10 mg/hr

c. Ramipril
Nama paten : Triatec
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin
sehingga perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II
terganggu, mengakibatkan menurunnya aktivitas vasopressor
dan sekresi aldosterone.
Indikasi : hipertensi

14
Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema,
hipersensivitas. Hati-hati pemberian pada wanita hamil dan
menyusui.
Efek samping : batuk, pusing, sakit kepala, rasa letih, nyeri
perut, bingung, susah tidur.
Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama
diuretika. Indometasin menurunkan efektivitasnya.
Intoksitosis litiumm meningkat.
Dosis : awal 2,5 mg/hr

6. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah
dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang
termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek
samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini
adalah : sakit kepala dan pusing.

Berikut jenis antihipertensi yang termasuk pada kategori


Vasodilator :
a. Hidralazin
Nama paten : Aproseline
Sediaan obat : Tablet
mekanisme kerja : merelaksasi otot polos arteriol sehingga
resisten menurun, meningkatkan denyut jantung.
Indikasi : hipertensi, gagal jantung.
Kontraindikasi : gagal ginjal, penyakit reumatik jantung.
Efek samping : sakit kepala, takikardia, gangguan saluran cerna,
muka merah, kulit kemerahan.
Interaksi obat : hipotensi berat terjadi bila diberikan bersama
diazodsid.
Dosis : 50 mg/hr, dibagi 2 - 3 dosis.

15
2.4 Efek samping obat antihipertensi
Semua obat antihipertensi menimbulkan efek samping
umum, seperti hidung mampat (akibat Vasodilatasi mukosa) dan
mulut kering, bradykardia (kecuali fasodilator langsung : justru
tachycardia), rasa letih dan lesu, gangguan penglihatan, dan
lambung-usus (mual, diare), ada kalanya impotensi (terutama obat-
obat sentral). Efek-efek ini seringkali bersifat sementara yang hilang
dalam waktu 1 -2 minggu. Dapat dikurangi atau dihindarkan dengan
cara pentakaran "menyelinap', artinya dimulai dengan dosis rendah
yang berangsur-angsur dinaikkan.
Begitu pula obat sebaiknya diminum setelah makan agar kadar
obat dalam plasma jangan mendadak mencapai puncak. Penghentian
terapi pun tidak boleh secara mendadak, melainkan berangsur-
angsur untuk mencegah bahaya meningkatnya TD dengan kuat.

16
17
18
19
2.5. TARGET PENGOBATAN HIPERTENSI
Target tekanan darah adalah < 140/90 mmHg, tidak tergantung
kepada jumlah penyakit penyerta dan nilai risiko kardiovaskularnya.

2.6. PENGOBATAN HIPERTENSI RESISTEN


Penatalaksanaan meliputi modifikasi gaya hidup serta
penambahan obat antihipertensi lain selain tiga golongan obat
antihipertensi sebelumnya. Penggunaan spironolakton untuk
hipertensi resisten terbukti efektif, namun disarankan dibatasi pada
pasien dengan LFG ≥ 45 ml/menit/1,73 m2 dan konsentrasi kalium
plasma ≤ 4.5 meq/L. Sebagai alternatif dari spironolakton, dapat
diberikan bisoprolol (5-10 mg/hari) atau doxazosin (2-4 mg/hari).

20
BAB III
KESIMPULAN

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sehingga


tekanan sistolik > 140 mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg
(Kee & Hayes).
Obat antihipertensi adalah obat yang digunakan untuk
menurunkan tekanan darah tingggi hingga mencapai tekanan darah
normal. Semua obat antihipertensi bekerja pada satu atau lebih
tempat kontrol anatomis dan efek tersebut terjadi dengan
mempengaruhi mekanisme normal regulasi tekanan darah.
Pengobatan Farmakologis
1. Diuretik
2. Antagonis Reseptor- Beta
3. Antagonis Reseptor-Alfa
4. Kalsium Antagonis
5. ACE inhibitor
6. Vasodilator
Semua obat antihipertensi menimbulkan efek samping umum,
seperti hidung mampat (akibat Vasodilatasi mukosa) dan mulut
kering, bradykardia (kecuali fasodilator langsung, justru
tachycardia), rasa letih dan gangguan penglihatan.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Priyanto. 2010. Farmakologi Dasar. Penerbit Lenskofi: Depok, Jawa


Barat.
2. Katzung, Bertam G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 2
Ed.8. Jakarta : Salemba Medika GGlance.
3. Mycek, Merry J dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar
Ed2.Jakarta : Media medika.
4. Neal, M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Ed. 5. Jakarta :
Erlangga.
5. Setiawati, Arini dkk. 200 1. Farmakologi dan Terapi ed. 4. Jakarta :
FKUI.
6. Anief, Moh, 1996, Penggolongan Obat berdasarkan khasiat dan
penggunaan, UGM Press; Yogakarta
7. Howard C, 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI Pres
http://www.docstoc.com/docs/7804134/
DIURETIK;diaksesharisabtu12februari2022

Anda mungkin juga menyukai