OBAT ANTIHIPERTENSI
Pembimbing :
dr. M. Winardi S. Lesmana, Sp. An
Disusun Oleh :
Eliska Yanti (21360140)
2022
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................2
2.1 Definisi .........................................................................................................2
2.2 Jenis-jenis obat antihipertensi.......................................................................3
2.3 Klasifikasi obat antihipertensi.......................................................................4
2.4 Efek Samping................................................................................................16
2.5 Target Pengobatan Hipertensi.......................................................................20
2.6 Tatalaksana Hipertensi resisten.....................................................................20
BAB III Kesimpulan ....................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Klinik
KATEGORI TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Optimal < 120 Dan < 80
Normal 120 – 129 dan/atau 80 – 84
Normal tinggi 130 – 139 dan/atau 85 – 89
Hipertensi derajat 1 140 – 159 dan/atau 90 – 99
Hipertensi derajat 2 160 – 179 dan/atau 100 – 109
Hipertensi derajat 3 ≥ 180 dan/atau ≥ 110
Hipertensi sistolik ≥ 140 dan < 90
terisolasi
Dikutip dari 2018 ESC/ESH Hypertension Guidelines.
3
2.3 Klasifikasi Obat Anti Hipertensi
Berdasarkan aksinya, obat anti hipertensi diklasifikasikan dalam
beberapa jenis, yaitu :
1. Diuretik
Bekerja melalui berbagai mekanisme untuk meningkatkan
ekskresi na klorida, sehingga dapat menurunkan volume darah
dan cairan ekstraseluler. Akibatnya terjadi penurunan curah
jantung dan tekanan darah.
4
Efek samping : pusing, lesu, kaku otot, hipotensi, mual,
diare.
Interaksi obat : indometasin menurunkan efek diuretiknya,
efek ototoksit meningkat bila diberikan bersama
aminoglikosid. Tidak boleh diberikan bersama asam
etakrinat. Toksisitas silisilat meningkat bila diberikan
bersamaan.
Dosis : Dewasa 40 mg/hr
Anak 2 - 6 mg/kgBB/hr
b. HCT (Hydrochlorothiaside)
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan
natrium sehingga volume darah, curah jantung dan
tahanan vaskuler perifer menurun.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran
cerna. Didistribusi keseluruh ruang ekstrasel dan hanya
ditimbun dalam jaringan ginjal.
Indikasi : digunakan untuk mengurangi udema akibat
gagal jantung, cirrhosis hati, gagal ginjal kronis,
hipertensi.
Kontraindikasi: hypokalemia, hypomagnesemia,
hyponatremia, hipertensi pada kehamilan.
Dosis : Dewasa 25 - 50 mg/hr
Anak 0,5-1,0 mg/kgBB/12 -24 jam
5
Berikut jenis antihipertensi yang termasuk pada kategori
Antagonis Reseptor Beta :
a. Ascbutol (Beta bloker)
Nama Paten : sacral, corbutol,sectrazide.
Sediaan obat : tablet, kapsul.
Mekanisme kerja : menghambat efek isoproterenol,
menurunkan aktivitas renin, menurunka outflow simpatetik
perifer.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia,feoromositoma,
kard obtruktif hipertropi, tirotoksitosis.
Kontraindikasi : gagal jantung, syok kardiogenik, asma,
diabetes mellitus, bradikardia, depresi.
Efek samping : mual, kaki tangan dingin, insomnia, mimpi
buruk,
Interaksi obat : memperpanjang keadaan hipoglikemia bila
diberi bersama insulin. Interaksi obat :memperpanjang
keadaan hipolikemia bila diberi bersama insulin. Diuretic
tiazid meningkatkan kadar trigleserid dan asam urat bila
diberi bersama alkaloid ergot. depresi nodus V dan sa
meningkat bila diberikan bersama dengan penghambat
kalsium
Dosis : 2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr).
6
b. Atenolol (Beta bloker)
Nama paten : Betablok, Farnomin, Tenoret, Tenoretic,
Tenormin, internolol.
Sediaan obat : Tablet
mekanisme kerja : pengurahan curah jantung disertai
vasodilatasi pada reseptor adrenergic di SSP, penghambatan
sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor di ginjal.
Indikasi : hipertensi ringan - sedang, aritmia
Kontraindikasi : gangguan konduksi AV, gagal jantung
tersembunyi, bradikardia, syok kardiogenik, anuria, asma,
diabetes.
Efek samping : nyeri otot, tangan kaki rasa dingin, lesu,
gangguan tidur, kulit kemerahan, impotensi.
Interaksi obat : efek hipoglikemia diperpanjang bila
diberikan bersama insulin. Diuretik tiazid meningkatkan
kadar trigliserid dan asam urat. Iskemia perifer berat bila
diberi bersama alkaloid ergot.
Dosis : 2 x 40 -80 mg/hr
7
menurunkan denyut jantung dan tekanan darah.
Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta dan
dapat masuk ke ASI.
Indikasi : hipertensi, miokard intard, angina pektoris
Kontraindikasi : bradikardia sinus, blok jantung tingkat II,
syok kardiogenik, gagal jantung tersembunyi
Efek samping : lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia,
mimpi buruk, diare
Interaksi obat : reserpine meningkatkan efek antihipertens
Dosis : 50 -100 mg/kg.
8
Kontraindikasi : syok kardiogenik, asma bronkial,
brikadikardia dan blok jantung tingkat II dan IIl, gagal
jantung kongestif. Hati - hati pemberian pada penderita
biabetes militus, wanita hamil dan menyusui.
Efek samping : bradikardia, insomnia, mual, muntah,
bronkospasme, agranulositosis, depresi.
Interaksi obat : hati - hati bila diberikan bersama dengan
reserpine karena menambah berat hipotensi dan kalsium
antagonis karena menimbulkan penekanan kontraktilitas
miokard. Henti jantung dapat terjadi bila diberikan
bersama haloperidol. Fenitoin, fenobarbital, rifampin
meningkatkan kebersihan obat ini. Simetidin menurunkan
metabolism propranolol. Etanolol menurukan absorbsinya.
Dosis : dosis awal 2 x 40 mg/hr, diteruskan dosis
pemeliharaan.
9
Berikut jenis antihipertensi yang termasuk pada kategori Kalsium
Antagonis:
a. Klonidin (alfa antagonis)
Nama paten : Catapres, dixarit
Sediaan obat : Tablet, injeksi.
Mekanisme kerja : menghambat perangsangan saraf adrenergic
di SSP.
Indikasi : hipertensi, migren
Kontraindikasi : wanita hamil, penderita yang tidak patuh.
Efek samping : mulut kering, pusing mual, muntah, konstipasi.
Interaksi obat : meningkatkan efek antihistamin, antidepresan,
antipsikotik, alcohol. Betabloker meningkatkan efek
antihipertensinya.
Dosis : 150-300 mg/hr.
10
Berikut jenis antihipertensi yang termasuk pada kategori Kalsium
Antagonis:
a. Diltiazem (kalsium antagonis)
Nama paten : Farmabes, Herbeser, Diltikor.
Sediaan obat : Tablet, kapsul
Mekanisme kerja : menghambat asupan, pelepasan atau kerja
kalsium melalui slow cannel calcium.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, MCI, penyakit vaskuler
perifer.
Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, gagal jantung.
Efek samping : bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan
saluran cerna.
Interaksi obat : menurunkan denyut jantung bila diberikan
bersama beta bloker. Efek terhadap konduksi jantn dipengaruhi
bila diberikan bersama amiodaron dan digoksin. Simotidin
meningkatkan efeknya.
Dosis : 3 x 30 mg/hr sebelum makan
11
bersama antikoagulan. Simetid meningkatkan kadarnya dalam
plasma.
Dosis : 3 x 10mg/hr
5. ACE inhibitor
Berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan
menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah
angiotensin I menjadi angiotensin II. Hal ini menurukan tekanan
12
darah baik secara langsung menurunkan resisitensi perifer. Dan
angiotensin II diperuntukan untk sintesis aldosteron, maupun
dengan meningkatkan pengeluaran netrium melalui urine
sehingga volume plasma dan curah jantung menurun.
13
AINS lainnya menurunkan efek obat ini. Meningkatkan
toksisitas litium.
Dosis : 2 -3 x 25 mg/hr.
b. Lisinopril
Nama paten : Zestril
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin
sehingga perubahan angjotensin I menjadi angiotensin II
terganggu, mengakibatkan menurunnya aktivitas vasopressor
dan sekresi aldosterone.
Indikasi : hipertensi
Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema,
wanita hamil, hipersensivitas.
Efek samping : batuk, pusing, rasa lelah, nyeri sendi,
bingung, insomnia, pusing.
Interaksi obat: efek hipotensi bertambah bila diberikan
bersama diuretic. Indomitasin meningkatkan efektivitasnya.
Intoksikasi litium meningkat bila diberikan bersama.
Dosis : awal 10 mg/hr
c. Ramipril
Nama paten : Triatec
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin
sehingga perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II
terganggu, mengakibatkan menurunnya aktivitas vasopressor
dan sekresi aldosterone.
Indikasi : hipertensi
14
Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema,
hipersensivitas. Hati-hati pemberian pada wanita hamil dan
menyusui.
Efek samping : batuk, pusing, sakit kepala, rasa letih, nyeri
perut, bingung, susah tidur.
Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama
diuretika. Indometasin menurunkan efektivitasnya.
Intoksitosis litiumm meningkat.
Dosis : awal 2,5 mg/hr
6. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah
dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang
termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek
samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini
adalah : sakit kepala dan pusing.
15
2.4 Efek samping obat antihipertensi
Semua obat antihipertensi menimbulkan efek samping
umum, seperti hidung mampat (akibat Vasodilatasi mukosa) dan
mulut kering, bradykardia (kecuali fasodilator langsung : justru
tachycardia), rasa letih dan lesu, gangguan penglihatan, dan
lambung-usus (mual, diare), ada kalanya impotensi (terutama obat-
obat sentral). Efek-efek ini seringkali bersifat sementara yang hilang
dalam waktu 1 -2 minggu. Dapat dikurangi atau dihindarkan dengan
cara pentakaran "menyelinap', artinya dimulai dengan dosis rendah
yang berangsur-angsur dinaikkan.
Begitu pula obat sebaiknya diminum setelah makan agar kadar
obat dalam plasma jangan mendadak mencapai puncak. Penghentian
terapi pun tidak boleh secara mendadak, melainkan berangsur-
angsur untuk mencegah bahaya meningkatnya TD dengan kuat.
16
17
18
19
2.5. TARGET PENGOBATAN HIPERTENSI
Target tekanan darah adalah < 140/90 mmHg, tidak tergantung
kepada jumlah penyakit penyerta dan nilai risiko kardiovaskularnya.
20
BAB III
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA