Anda di halaman 1dari 17

lilLAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM FITOKIMIA
“KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS”

OLEH :

STIFA B 2020
KELOMPOK II

ASISTEN : FIRWANA FIRMAN

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI


PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada umumnya tanaman-tanaman ini tumbuh liar dihutan, baik
hutan dataran rendah maupun dataran tinggi. Sebagai produk bahan
alam, hasil tanaman obat yang diperoleh sangat tergantung pada
kemampuan tanaman itu sendiri untuk berkompetisi dan bertahan
hidup secara optimal dihabitatnya. Simplisia didefinisikan sebagai
bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat baik dalam bentuk
bahan asli atau sebagai bahan baku obat yang dikeringkan. Simplisia
dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu simplisia nabati, hewani dan
pelikan (mineral) (Widiyastuti, 2004). Obat tradisional merupakan
bahan-bahan obat yang berasal dari alam, baik bersumber dari
hewan, mineral ataupun berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Penggunaan bahan-bahan alam ini sebagai sumber pengobatan
masih banyak dilakukan oleh masyarakat secara tradisional. Salah
satu bahan alam yang mengandung khasiat metabolit sekunder bagi
pengobatan yaitu murbei (Morus alab L).
Murbei (Morus alba L) merupakan tanaman yang dapat tumbuh
secarakar di seluruh wilayah Indonesia namun kurang dimanfaatkan
oleh masyarakat sekitar (Sunanto, 2009). Dan murbei memiliki
beberapa efek farmakologis antara lain bersifat diuretik, antidemam
dan antihipertensi (Permadi. 2006), Kandungan senyawa aktif yang
terdapat pada murbei yaitu alkaloid flavonoid, dan polifenol (Sunanto.
2009). Senyawa bioaktif tersebut didapat dengan cara melakukan
ekstraksi. Ekstraksi senyawa bioaktif daun murbei dilakukan
menggunakan pelarut yang sesuai Senyawa bioaktif dalam daun
murbei merupakan senyawa polar, sehingga dapat diekstrak
menggunakan pelarut polar. Pelarut polar yang dapat digunakan
adalah etanol dan air. Adapun untuk mengidentifikasi senyawa
metabolit pada murbei yaitu dengan metode KLT.
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan suatu analisis
sederhana yang dapat digunakan untuk melakukan penegasan
terhadap senyawa kimia yang terkandung pada tumbuhan. Nilai Rf
dan warna noda yang diperoleh pada KLT dapat memberikan
identitas senyawa yang terkandung (Rosamah,2019).
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui
kandungan senyawa pada tanaman murbei (Morus alba L)
menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
I.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini untuk dapat mengetahui cara
penarikan senyawa dari tanaman daun murbei, mengidentifikasi
kandungan senyawa tersebut, pemisahan senyawa-senyawa
tersebut berdasarkan kepolarannya dan pemisahan senyawa dengan
eluen berdasarkan bercak pada lempeng
I.3 Prinsip Percobaan
Adapun prinsip dari percobaan ini yaitu dengan mengekstraksi
daun murbei dengan penyari aquadest dan pemisahan senyawa
dengan menggunakan perbandingan eluen berdasarkan bercak noda
pada lempeng
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
II.1.1 Pengertian Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan
fisikokimia lapisan yang memisahkan, yang terdiri atas bahan
berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa plat
gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan
dipisahkan berupa larutan dan ditotolkan berupa bercak pada plat
KLT. Setelah plat ditempatkan didalam bejana ditutup rapat yang
berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), maka akan
terjadi pemisahan senyawa (Stahl, 1985).
II.1.2 Prinsip Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Prinsip kromatografi lapis tipis (KLT) adalah pemisahan
komponen kimia berdasarkan prinsip absorbs dan partisi, yang
ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen).
Komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena adanya
daya serap absorben terhadap komponen-komponen kimia tidak
sama, sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan
berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya (Stahl, 1985).
1. Fase Diam (Lapisan Penyerap)
Lapisan dibuat dari salah satu penyerap yang khusus
digunakan untuk KLT yang dihasilkan berbagai perusahaan.
Penyerap yang umum digunakan adalah silika gel, aluminium oksida,
selulosa, dan turunannya poliamida. Dapat dipastikan silica gel yang
paling banyak digunakan. Aluminium oksida dan silica gel
mempunyai kadar air yang berpengaruh nyata terhadap daya
pemisahnya (Stahl, 1985).
Adapun macam – macam fase diam (Rosamah,2019):
a. Silika gel
Silika gel adalah adsorbent yang sangat popular dan
disiapkan melalui hydrolysis natrium silikat yang diikuti oleh
kondendasi dan polimerisasi lanjutan. Keaktifan silica gel disebabkan
oleh gugus Si-OH (silanol) pada permukaan. Pihak pembuat silica
gel mengontrol keaktifannya pada tahap pemanasan pada
persiapan. Jika menggunakan KLT, maka ukuran partikel silica gel
harus memiliki rata-rata diameter pada kisaran 5-10 mikrometer.
Pada beberapa produk digunakan istilah-istilah berikut untuk
menggambarkan macam-macam type silica gel:
1. Silika gel G : dengan binder 13% kalsium sulfat
2. Silika gel H : tanpa binder
3. Silika gel F2 : dengan indicator fluorescens
4. Silika gel UV 254 : dengan indicator fluorescen
Di alam silica gel merupakan asam lemah, dan kita dapat
menggunakannya untuk membedakan steroid, asam amino, alcohol,
hydrocarbon, lipid (lemak), aflatoxin, asam bile, vitamin dan alkaloid
b. Alumina
Keaktifan silica gel tergantung pada jumlah gugus SiOH pada
permukaan. Untuk alumina (aluminium oxide), keaktifannya
tergantung kepada atom oksigen dan atom aluminium, dan
metode/cara menghasilkannya berdasarkan pada kondensasi
aluminium hydroxide terhindar.
Alumina dapat dibuat dengan 3 derajat keasaman permukaan,
yauitu asam – netral – basa, dan adsorbennya dapat diperoleh
dengan atau tanpa binder. Alumina basa adalah yang paling popular
dari ketiganya. Adsorbent alumina dapat digunakan untuk
memisahkan sterol, bahan pewarna, vitamin dan alkaloid
c. Selulosa
Kita mungkin merasa bahwa sangat penting untuk membuat
lempengan KLT yang dilapisi dengan selulosa jika kertas dapat
digunakan dengan mudah. Dalam kertas, serat-serat meninggalkan
gap-gap sehingga pelarut eluent mengalir sepanjang serat-serat
dan mengisi gap-gap dengan larutan stagnan. Solute berdifusi
melaui genangan-genangan cairan ini dan oleh karenanya spot
cenderung untuk mendapatkan lebih” elusi yang berlebih. Lempeng
KLT selulosa terbuat dari partikel-partikel kecil selulosa, semuanya
memiliki ukuran yang sama, sehingga aliran pelarut Lebih sabil dan
spot tidak menyebar sebagaimana kebanyakan KLT
Selulosa digunakan untuk memisahkan senyawa hydrofoil
seperti gula, asam amino, ion anorganik yang terlarut dan asam
nukleat, yang akan mengikat sangat kuat kepada alumina atau silica.
Selanjutnya kita akan melihat bahwa dengan selulosa mekanisme
sorpsi adalah merupakan ‘partisi perdominan’ dimana selulosa
bertindak sebagai suatu support (pendukung) bagi air yang
mengabsorbsi pada permukaan.
2. Fase Gerak (Pelarut Pengembang)
Fase gerak adalah medium angkut yang terdiri atas satu atau
beberapa pelarut, bergerak didalam fase diam, yaitu suatu lapisan
berpori, karena ada gaya kapiler yang digunakan hanyalah pelarut
bertingkat mutu analitik dan bila diperlukan, sistem pelarut
multikomponen ini harus berupa suatu campuran sederhana
mungkin terdiri atas maksimum tiga komponen. Angka banding
campuran dinyatakan dalam bagian volume sedemikian rupa,
sehingga volume total 100 (Stahl, 1985).
II.2 Tanaman Murbei (Morus alba L.)
II.2.1 Klasifikasi Tanaman Murbei (Morus alba L.)
Menurut sunanto,1997 klasifikasi ilmiah tanaman murbei (Morus
alba L.) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angispermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Urticales
Family : Moraceae
Genus : Morus
Spesies : Morus alba L.

Gambar.1 Murbei (Morus alba L.)


II.2.2 Morfologi Tanaman Murbei (Morus alba L)
Menurut Raina (2011) tanaman murbei berbentuk semak
(perdu), memiliki tinggi sekitar 5-6 m, dapat juga berbentuk pohon
yang tingginya mencapai sekitar 9 m, percabangan banyak, dan
cabang muda berambut halus
a. Daun
Daun tunggal, letak berseling, bertangkai yang panjangnya 4
cm, helai daun bulat telur sampai berbentuk jantung, ujung runcing,
pangkal tumpul, tepi bergerigi, pertulangan menyirip agak menonjol,
permukaan atas dan bawah kasar, panjang 2,5- 20 cm, lebar 1,5-12
cm, berwarna hijau (Raina, 2011).
b. Buah
Buahnya banyak berupa buah buni, berair dan rasanya enak.
Buah muda berwarna hijau, setelah masak menjadi hitam. Biji kecil,
warna hitam (Raina, 2011).
c. Bunga
Bunga majemuk bentuk tandan, keluar dari ketiak daun,
mahkota bentuk taju, warnanya putih. Dalam satu pohon terdapat
bunga betina, bunga betina, dan bunga sempurna yang terpisah.
Murbei berbunga sepanjang tahun (Raina, 2011).
II.2.3 Manfaat Daun Murbei (Morus alba L)
Menurut Setiadi (2007) bagian tanaman murbei yang dapat
dimanfaatkan yaitu bagian daun, batang, ranting, akar dan kulit
batang. Hariana (2008) menyatakan bahwa daun murbei digunakan
untuk mengobati demam, flu, malaria, batuk, sakit kepala, sakit
tenggorokan, sakit gigi, rematik, darah tinggi (hipertensi), kencing
manis (diabetes mellitus), kaki gajah, sakit kulit, bisul, radang mata
merah, keringat malam, muntah darah, batuk darah akibat darah
panas, memperbanyak air susu ibu (ASI), dan mengatasi gangguan
saluran pencernaan.
II.2.4 Kandungan Kimia Daun Murbei (Morus alba L)
Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam daun murbei
diantaranya adalah ecdysterone, inokosterone, lupeol, b-sitesterol,
moracetin, soquersetin, scopoletin, scopolin, alpha dan beta-hexenal,
cis-g-hexenol, benzaldehide, eugenol, linalool, benzyl alcohol,
butylamine, acetone, trigonelline, choline, adenine, asam amino,
copper, zinc, vitamin (A, B dan C), karoten, asam klorogenik, asam
fumarat, asam folat, formyltetrahydrofolik acid, mioinositol (Hariana,
2008).
II.3 Uraian Bahan
1. Aquadest (FI Edisi III,1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Aquadest
RM/BM : H2O/18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak berasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
2. Etil asetat (Excepient. Edisi 6 hal : 253)
Nama Resmi : ETHYL ACETATE
Nama Lain : Etil asetat
RM/BM : C4H5O2/88,1
Pemerian : Cairan tidak berwarna, bau seperti eter
Kelarutan : Larut dalam air, dalam methanol. Dapat
bercampur dengan asetat, dietil eter dan benzen
Penyimpanan : Dalam wadahaa tertutup baik
Kegunaan : Sebagai eluen
3. N-Heksan (FI Edisi IV hal : 1158)
Nama Resmi : N-HEKSAN
Nama Lain : Heksan
RM/BM : C6H12N4/140,19
Pemerian : Hablur menguap, Tidak berwarna atau serbuk
hablur putih tidak berbau, rasa membakar, lama
kemudian agak pahit
Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air. Dalam 12,5 ml
etanol P dan dalam lebih kurang 10 bagian
kloroform P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai eluen
BAB III
METODE KERJA
III.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Adapun tempat pelaksaan praktikum yaitu di laboratorium
biologi farmasi jam 09.00 – 11.40 pada tanggal Rabu, 22 Oktober
2022.
III.2 Alat dan Bahan Percobaan
III.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu chamber,
capor, gelas ukur, gelas beaker dan pipa kapiler.
III.2.2 Bahan
Adapaun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
aquadest, ekstrak, etil asetat, N-heksan, plat KLT gel silika dan
kertas saring.
III.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diukur lempeng sepanjang 7 cm dan diberi batas bawah 1 cm dan
batas atas 0,5 cm
3. Diaktivasi lempeng pada suhu 105°C sampai 110°C selama 5
menit
4. Disiapkan eluen dan jenuhkan pada kertas saring
5. Ditotol ekstrak sedikit, coba pada tissu dan totol pada lempeng
6. Dimasukkan lempeng kedalam chamber yang berisi eluen telah
jenuh
7. Ditunggu sampai eluen terlusi pada fase diam dan mencapai batas
atas
8. Diamati sinar Uv-Vis 254 dan 366
9. DiHitung nilai RF
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Tabel Hasil Pengamatan
Gambar Hasil KLT
Sinar Tampak Sinar UV 254 Sinae UV 366 RF

0,54

IV. Pembahasan
Setelah proses akstraksi maka di peroleh ekstrak kemurnian
daun murbei berwarna hitam pekat atau ektrak kental setelah itu
diukur lempeng sepanjang 7 cm lalu di aktivasi selama 10 sampai 15
menit pada suhu 105oC - 110 oC tujuan dari aktivasi tersebut untuk
menghilangkan kandungan air yang terdapat pada lempeng
(Rohman, 2009). Setelah itu di lakukan penjenuhan eluen yang
digunakan N-heksan : etil asetat dengan perbandingan (7 : 3) yang
dimasukkan ke dalam chamber, eluen yang terdiri dari pelarut
dengan titik didih rendah dan sangat mudah menguap dapat
menyebabkan terjadinya efek tepi dan melengkungnya bentuk garis
eluen. Hal ini dikarenakan karena penguapan tidak hanya terjadi dari
atas ke bawah tetapi juga dari samping tepi chamber ke tengah
chamber. Hal ini yang menjadi penyebab kenapa harus dilakukan
penjenuhan terlebih dahulu sebelum dimasukkan lempeng KLT yang
telah di totolkan ekstrak, penjenuhan dapat di lakukan selama 2-15
menit tergantung pelarut yang digunakan. Penjenuhan di tandai
dengan berhentinya fase gerak mengenai kertas saring hingga batas
atas.
Uji KLT merupakan pemisahan senyawa kimia berdasarkan
prinsip absorbsi dan partisi yang di tentukan oleh fase diam
( adsorben ) dan fase gerak ( eluen ). Dari hasil pengamatan
diperoleh pada sinar Uv-Vis 254 tidak terdapat adanya noda
sedangkan pada Uv-Vis 366 terlihat noda berwarna kuning dan biru.
Hal ini telah sesuai dengan literatur menurut (Rohaya et,al.2015)
bahwa daun murbei mengandung senyawa flavonoid dapat dilihat
perubahan warna pada larutan ekstrak diamati apabila timbul warna
merah, kinung atau jingga sedangkan pada noda berwarna biru
menandakan bahwa murbei mengandung senyawa tanin ditunjukkan
terbentuknya warna hijau, ungu, biru atau hitam pekat. Pada Uv-Vis
366 di dapatkan nilai RF 0,54 Hal ini sesuai literatur yang
menyatakan bahwa nilai RF yang baik adalah 0,2 – 0,8 (Rohman,
2009).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa pada pengematan sinar Uv-Vis 254 tidak terdapat noda atau
bercak sedangkan pada pengamatan sinar Uv-Vis 366 terdapat noda
berwarna kuning dan biru yang menandakan bahwa daun murbei
mengandung senyawa flavonoid dan tanin. Jarak tempuh noda yang
didapatkan yaitu 3 cm dengan nilai RF sebesar 0,54.
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Dosen
Diharapkan agar pembimbing ssenantiasa hadir mendampingi
praktikan agar tidak terjadi kesalahan atau kekeliuran pada saat
praktikum
V.2.2 Saran Untuk Asisten Dosen
Sejauh ini asisten sudah sangat baik dalam mendampingi
praktikan
V.2.3 Saran Untuk Laboratorium
Diharapkan kepada laboran agar lebih melengkapi fasilitas
didalam laboratorium seperti pendingin ruangan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Laboratorium
Biologi UMS : Surakarta.
Anaonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anaonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Allen, L., V., 2009. Handbook Pharmaceutical Excipient, Sixth
Edition, Rowe R. C., Sheskey, P. J., Queen, M .,London,
Pharmaceutical Press and American Pharmacists
University Press.
Enih Rosamah. 2019. Kromatografi Lapis Tipis : Metode Sederhana
Dalam Analisis Kimia Tumbuhan Berkayu. Mulawarman
University Press : Samarinda.
Permadi, A. 2006. Tanaman Obat Pelancar Air Seni. Jakarta :
Penebar Swadaya
Rohman.,A. 2009. Kromatografi Untuk Analisis Obat. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Sthal,E.,1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi,
Diterjemahkan Oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang
Soediro, 3-17 ITB : Bandung.
Sudjadi, Drs., 1986. Metode Pemisahan. UGM Press : Yogyakarta.
Syamsuhidayat.S.,S. Hutapea, R.J., Invertaris Tanaman Obat.
Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Edisi 1 : Jakarta
324.
Sunanto, H. 2009. 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Obesitas dan
Asam Urat. Jakarta : PT. Gramedia.
Sunnato, H. 1997. Budidaya Murbei dan Usaha Pensutraan Alam.
Kansius : Yogyakrta.
Lampiran 1. Skema Kerja

Di siapkan alat dan bahan

Diukur lempeng 1 – 7 cm

Diaktifkan lempeng pada suhu 105 – 110 oC

Ditotolkan ekstrak pada lempeng

Dimasukkan lempeng ke dalam chamber


dan tunggu hingga terelusi naik

Dilihat pada sinar Uv-Vis 254 dan 366

Diamati dan hitung nilai RF


Lampiran.2 Gambar

Gambar Keterangan

Sampel ekstrak hasil dari


metode Infusa di encerkan
kembali menggunakan pelarut
.

Plat KLT setelah aktivasi di


oven selama 15 menit dengan
suhu 105-110 ℃ . Di
keluarkan dan di beri batas
atas 0,5 cm sebagai batas
fase gerak dan batas bawah 1
cm agar sampel tidak bereaksi
dengan eluen

Penotolan ekstrak pada plat


KLT

Proses elusi plat KLT di


masukan kedalam eluen yang
telah di jenuhkan.

Plat KLT yang divisualisasikan


dengan UV 254
Plat KLT yang di
visualisasikan dengan UV 366
nm

Lampiran 3. Perhitungan
1. Perhitungan Eluen N-heksan : Etil asetat (7:3) dalam 10 ml
7
 N-Heksan = X 10 ml = 7 ml
10
3
 Etil asetat = X 10 ml = 3 ml
10
2. Perhitungan RF
Jarak tempuhnoda
 RF = Jarak tempuh eluen
3 cm
=
5,5 cm

= 0,54 cm

Anda mungkin juga menyukai