Anda di halaman 1dari 11

A.

Latar Belakang
Farmakokinetik dianggap sebagai aspek farmakologi yang mencakup nasib
obat dalam tubuh. Yaitu absorbs, distribusi, metabolism dan ekskresinya.
Efektivitas suatu senyawa obat pada pemakaian klinik berhubungan dengan
farmakokinetiknya. Dan farmakokinetik suatu senyawa dari suatu bentuk
sediaan ditentukan oleh ketersediaan hayatinya (Bioavailabilitasnya). Dalam
arti sempit farmakokinetika khususnya mempelajari perubahan-perubahan
kensentrasi dari obat dan metabolitnya di dalam darah dan jaringan sebagai
fungsi dari waktu sebelum obat diberikan pada pasien yang tiba di dalam
tubuh obat mengalami banyak proses obat yang dapat dibagi dalam tiga
tingkatan yaitu fase biotransformasi, fase farkokinetik dan fase
farmakodinamik (Ganiswarna, 2015).

Sebelum diabsorbsi dari saluran cerna, kecepatan disolusi merupakan faktor


yang penting. Kecepatan disolusi ini ditentukan oleh ketetapan kecepatan
disolusi (kd). Faktor yang dapat mempengaruhi nilai kd ini antara lain bentuk
kimia obat. Misalnya dalam bentuk asam, basa, ester dan lain-lain. pada
umumnya obat berupa asam lemah atau basa lemah, disamping itu dapat pula
dalam bentuk garam atau esternya. Larutan bentuk garam pada umumnya
lebih besar daripada bentuk asam atau basanya (Harvey, 2013).

Aplikasi dalam bidang farmasi adalah seorang farmasis dituntut untuk


memahami serta mengetahui dari penetapan parameter dari farmakokinetik
suatu obat atau senyawa obat serta pengaruh kimiawi obat terhadap
ketersediaan hayati yaitu bioavailabilitas. Hal inilah yang melatar belakangi
percobaan kali ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menentukan tetapan laju eliminasi (ke), waktu paruh (t1/2)
dan laju absorbs (ka) dari suatu obat dengan menggunakan data control
darah setelah pemberian dosis tunggal?
2. Bagaimana distribusi obat di dalam tubuh yan diberikan secara iv dan
menentukan volume distribusinya?
3. Bagaimana cara menentukan luas daerah di bawah kurva (Area Under
Curva: AUC) ?
4. Bagaimana perbandingan AUC, kadar puncak (Cp maks), dan wkatu
untuk mencapai kadar puncak (tmaks ) suatu obat dalam bentuk kimia yang
berbeda yang diberikan peroral?

C. Tujuan
1. Dapat memahami Bagaimana cara menentukan tetapan laju eliminasi (ke),
waktu paruh (t1/2) dan laju absorbs (ka) dari suatu obat dengan
menggunakan data control darah setelah pemberian dosis tunggal
2. Dapat memahami distribusi obat di dalam tubuh yan diberikan secara iv
dan menentukan volume distribusinya
3. Dapat memahami cara menentukan luas daerah di bawah kurva (Area
Under Curva: AUC)
4. Dapat memahami perbandingan AUC, kadar puncak (Cp maks), dan
wkatu untuk mencapai kadar puncak (tmaks ) suatu obat dalam bentuk kimia
yang berbeda yang diberikan peroral

D. Manfaat
1. Dapat mengetahui Bagaimana cara menentukan tetapan laju eliminasi
(ke), waktu paruh (t1/2) dan laju absorbs (ka) dari suatu obat dengan
menggunakan data control darah setelah pemberian dosis tunggal
2. Dapat mengetahui distribusi obat di dalam tubuh yan diberikan secara iv
dan menentukan volume distribusinya
3. Dapat mengetahui cara menentukan luas daerah di bawah kurva (Area
Under Curva: AUC)
4. Dapat mengetahui perbandingan AUC, kadar puncak (Cp maks), dan
wkatu untuk mencapai kadar puncak (tmaks ) suatu obat dalam bentuk kimia
yang berbeda yang diberikan peroral

E. Prinsip
F. Dasar Teori
Parameter farmakokinetika yang berpengaruh terhadap respon obat adalah
penurunan fungsi hepar dan ginjal. Penurunan kedua fungsi organ tersebut
akan meningkatkan bioavailabilitas obat dan meningkatkan durasi kerja obat
dan berpotensi menimbulakan efek samping. Penyesuaian yang dapay
dilakukan adalah dengan menurunkan dosis atau memperpanjang interval
pemakaian obat parameter farmakodinamik yang mungkin berpengaruh
terhadap perubahan respon obat adalah peningkatan sensitivitas sistem saraf
pusat dan kardiovakuler (Faisal, 2017)

Obat-obatan dengan jendela terapi yang luas umumnya dianggap lebih aman
daripada obat-obatan dengan jendela terapi yang sempit. Kadang-kadang
istilah indeks terapi digunakan. Istilah ini mengacu pada rasio antara dosis
toksik dan terapeutik. Sebaliknya, ahli farmakokinetik juga dapat
menggambarkan kurva level waktu- plasma dalam istilah-istilah
farmakokinetik seperti level plasma puncak (Cmaks), waktu untuk level plasma
puncak (tmaks) dan area di bawah kurva atau AUC. Waktu untuk tingkat plasma
puncak adalah waktu konsentrasi obat maksimum dalam plasma dan
merupakan penanda kasar tingkat rata-rata penyerapan obat (Graw, 2016).

Volume distribusi (Vd) adalah parameter farmakokinetik penting karena


menentukan dosis pemuatan (LD) yang diperlukan untuk mencapai
konsentrasi obat dalam keadaan tunak tertentu segera setelah dosis diberikan :
LD = Css*V. Namun, jarang terjadi untuk mengetahui volume distribusi yang
tepat untuk seorang pasien karena itu perlu untuk memberikan dosis pada
kesempatan sebelumnya =. Untuk menghitung volume distribusi (Larry,
2014).

Proses difusi dapat berjalan dengan baik bila obat tidak terionisasi dan tidak
berikatan denga yang lainnya. Mula kerja obat yang cepat merupakan tanda
bahwa proses difusi obat tersebut berjalan dengan baik. Volume distribusi
dapat meningkat jika obat memiliki tingkat kelarutan lemak yang tinggi.
Dengan meningkatnya volume distribusi, maka konsentrasi plasma akan
semakin menurun (Margarita, 2019).

AUC (Area Under Curve) area di bawah kurva mencerminkan paparan tubuh
yang sebenarnya terhadap obat setelah pemberian dosis obat dan dinyatakan
dalam mg x jam/L. area di bawah kurva ini tergantung pada tingkat eliminasi
obat dari tubuh dan dosis yang diberikan. Jumlah total yang di eliminasi oleh
tubuh dapat dinilai dengan menambahkan atau mengintegrasikan jumlah yang
dihilangkan pada setiap interval waktu, dari wakti nol (waktu pemberian obat)
hingga waktu yang tidak terbatas (Nursamsu, 2018).

Titik pengambilan sampel atau konsentrasi terukur terakhir, mana yang terjadi
lebih awal selain itu, tindakan farmakokinetik lainnya lebih lanjut digunakan
untuk memberikan informasi tambahan. Ini termasuk area di bawah kurva
konsentrasi waktu plasma diekstrapolasi ke infinity AUC, waktu t maks dimana
cmaks terjadi dimana dan kemiringan terminal kurva waktu konsentrasi (Panos,
2016).
G. Uraian Bahan
1. Aquadest (FI ed. III; 1979; 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling, aquadest
RM/BM : H2O/ 18,02
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,


tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : -
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Pelarut pembuatan sampel/pembersih sampel
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

2. Na. EDTA (FI ed. III; 1979; 120)


Nama resmi : NATRII EDETAT
Nama lain : Natri edetat, Na. Edetat
RM/BM : C10H14N2O8Na2/336,16
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur putih, melebur pada suhu lebih

dari 220oc.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam

etanol (95%).
Khasiat : Pengawet
Kegunaan : Pengawet .
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
3. Etanol/ Alkohol (FI ed. III; 1979; 65)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol
RM/BM : C2H6O/ 46,07
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, muda menguap,


mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang
tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, kloroform p,
dan eter p
Khasiat : Antiseptikum
Kegunaan : Pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik terlindung dari
cahaya ditempat sejuk, jauh dari api.
H. Uraian sampel
1. Natrium salisilat (Medscape, 2020)
Indikasi : Analgesik
Dosis : 162,5 mg: 2 tab PO.
Mekanisme kerja : Analgesik dengan memblok pembangkitan
rangsangan nyeri perifer.
Farmakokinetik : Absorbsi : diabsorbsi secara baik
Metabolism : Dengan hati (10-25%)
Ekskresi : Urin 90%
Efek samping : Angioedema, bronkiospasma, masalah
dermatologi, nyeri GI/user, pendarahan,
hepatotoksik dan penurunan fungsi
pendengaran.

2. Asam salisilat (Medscape, 2020)


Indikasi : Acne, hiperkeratolitik dan kondisi kulit
terbakar, kutil
Dosis
: Topikal 0,2-2% (1-3 kali/ hari).
Mekanisme kerja : Memiliki aksi keratolitik yang kuat dan
sedikit aksi antiseptic jika dioleskan.
Melembabkan dan menghancurkan stratum
korneum dengan meningkatkan hidrasi
endogen yang menyebabkan lapisan
terangsang dari kulit membengkak
melembutkan dan kemudian dekramasi.
Farmakokinetik : Onset : 1-2 minggu
Absorbs : mudah diabsorbsi oleh kulit.
Distribusi : ikatan protein plasma : 50-80%
pada albumin.
Ekskresi : melalui urin.
Efek samping : Dermatitis : kulit terkelupas, iritasi, kulit
kering, olser, efek sistemik termasuk salisilat
toksik.

3. Asetosal/ Aspirin (Medscape, 2020)


Indikasi : Nyeri dan demam, sindrom korner akut,
antiinflamasi.
Dosis : DL: 325-650 mg PO
DM: 4 g/ hari
Mekanisme kerja : Menghambat prostaglandin melalui
siklooksigenase: menghambat agregasi
platelet dan memiliki aktivitas antipiretik dan
analgesik.
Farmakokinetik : Absorbs : onset 5-30 menit, durasi : 4-6 jam
Distribusi : ikatan protein < 100 mcg/ml, 90-
95% : vcl= 70 ml/kg/
Metabolisme: melalui hati.
Eliminasi : urin 80-100%, keringat, saliva,
feses.
Efek samping Angioedema, bronkospama, masalah
: dermatologi, hepatotoksik, muntah, ruam
rhinitis, urtikaria.
I. Klasifikasi hewan uji
Kelinci (Sharma, 2011)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Lagamarola
Famili : Leporidae
Genus : Oryctolagus
Spesies : Oryctolagus cuniculus

Spesifikasi
Jenis : Oryctolagus cuniculus
Umur : 7 bulan
Berat : 1-5 gram
Kelamin : Jantan
J. Prosedur kerja (Tim Dosen, 2020)
a. Prosedur kerja percobaan 1
1. Berikan sejumlah dosis natrium salisilat (250 mg/kgBB) secara oral
pada hewan uji yang telah dipuasakan sebelumnya, ambil contoh darah
sebanyak 0,5 ml untuk blanko (t = 0)
2. Tentukan kadar natrium salisilat di dalam darah pada 15, 30, 45, 60,
90, 120, 150, 180, 240 menit setelah pemberian (lihat cara analisis
kadar natrium salisilat)
3. Buat grafik kadar obat di dalam darah (Cp) vs waktu.
4. Tentukan ke (tetapan laju eliminasi) dari kurva fase decending
(menurun) dan Ka (tetapan laju absorbsi) dari kurva ascending
(menanjak) dan tentukan nilai Cdift.
5. Dengan menggunakan nilai Cdift. Buatlah persamaan garis dan tentukan
nilai Ka.
6. Tentukan waktu paruh biologisnya (t1/2)
7. Hitung volume distribusi Salisilat berdasarkan data tersebut
8. Buat pada kertas grafik numeric hubungan antara kadar obat di dalam
darah (mcg/ml) dengan waktu.

b. Prosedur kerja percobaan 2 (Tim Dosen, 2020)


1. Praktikan dibagi dalam 3 kelompok, masing-masing dengan seekor
hewan uji yang dipuasakan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai