Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK

METODE SKRINING GIZI


KEPANITERAAN ASUHAN GIZI KLINIK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PADANG PARIAMAN

Muradhatul Aini Yasri 1911221009


Miftahul Khaira 1911222004
Resi Khairunnisyah 1911222008
Luvia Milda Lova 1911222014
Puti Azzra Thasya 1911223003
Atri Novembela Sari 1911223008
M. Aqiel Alfisyah 1911223011
Huzaimi Isnaina 1911229001

Dosen Pembimbing
Dr. Fivi Melva Diana, SKM, M.Biomed

Pembimbing Lapangan
Wirda Nengsih, S.Gz

PROGRAM STUDI S1 GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2022
A. Metode Skrining Gizi Anak-anak
1. PYMS (Paediatric Yorkhill Malnutrition Score)
PYMS disajikan sebagai kuesioner terstruktur sederhana, terdiri dari empat
pertanyaan (langkah) yang merupakan prediktor kuat/gejala malnutrisi. Setiap langkah-
langkah ini memiliki skor dari 0 sampai 2 dan skor risiko gizi secara keseluruhan (langkah 5)
adalah dihitung berdasarkan jumlah hasil langkah 1-4. Rencana tindakan berikut sesuai
dengan skor gizi secara keseluruhan. Keempat langkah tersebut diuraikan di bawah ini:

Langkah 1: Indeks Massa Tubuh (BMI)

BMI adalah ukuran risiko gizi yang berguna dan didasarkan pada tinggi dan berat badan.
Tinggi dan berat badan harus diperoleh sesuai pedoman rumah sakit setempat. Beban harus
diulang setiap kali PYMS dilakukan dan memang begitu merekomendasikan bahwa untuk
rawat inap jangka panjang, tinggi/panjang badan harus dicatat setiap bulan untuk bayi dan
tiga bulanan untuk anak yang lebih tua.

(NB harap ikuti kebijakan rumah sakit setempat).

Setelah pengukuran telah benar diperoleh, mereka harus dicatat dalam kotak yang sesuai
pada formulir PYMS. Setelah itu, Body Mass Index (BMI) pasien dapat dihitung
menggunakan BMI roda perhitungan.

LANGKAH 2: Penurunan Berat Badan Baru-Baru Ini

Penurunan berat badan yang tidak disengaja dapat mengindikasikan bahwa seorang anak
berisiko gizi. Tanyakan pada orang tua / wali jika mereka melihat penurunan berat badan
baru-baru ini, atau bandingkan BB saat ini dengan BB yang didokumentasikan sebelumnya.
Ini harus dicatat dalam catatan pasien atau catatan orang tua. Jika anak tersebut berusia di
bawah 2 tahun, orang tua/wali harus ditanya apakah mereka memilikinya kekhawatiran
tentang kenaikan berat badan anak baru-baru ini. Gagal menambah berat badan juga bisa
menjadi indikasi risiko gizi pada anak-anak yang sangat muda (<2 tahun).

i. Skor 0 jika:
a. Berat badan meningkat
b. Berat badan statis dan anak berusia lebih dari 2 tahun
c. Penurunan berat badan disengaja karena anak telah atau kelebihan berat badan
dan sedang menjalani diet terbatas kalori.
ii. Skor 1 jika:
a. Penurunan berat badan yang tidak disengaja diketahui oleh anak/pengasuh
atau pernah terjadi diidentifikasi setelah membandingkan dengan bobot yang
didokumentasikan sebelumnya
b. Berat statis pada anak kurang dari 2 tahun
c. Pakaian menjadi lebih tidak pas karena penurunan berat badan yang dicatat
d. Penurunan berat badan yang disengaja karena gangguan makan misalnya pada
anak menderita anoreksia nervosa.

LANGKAH 3: Menilai Perubahan Terbaru dalam Dukungan Diet/Nutrisi (setidaknya untuk


yang minggu terakhir)

Asupan nutrisi yang menurun dapat meningkatkan risiko terjadinya malnutrisi. Tanyakan
pada pengasuh/anak tentang asupan makanan minimal seminggu terakhir. Jika anak biasanya
apa saja makanan buatan (makanan enteral, suplemen makanan atau nutrisi parenteral) lalu
tanyakan apakah ada perubahan dalam jumlah yang diambil dan/atau ditoleransi.
i. Skor 0 jika:
Tidak ada perubahan pada diet normal atau enteral nutrisi, suplemen diet atau
nutrisi parenteral
ii. Skor 1 jika:
Telah terjadi penurunan asupan makanan biasa, enteral makanan, suplemen diet
atau nutrisi parenteral untuk minimal 7 hari terakhir (kecuali ahli kesehatan
menginstruksikan penurunan untuk membatasi asupan kalori).
iii. Skor 2 jika:
Tidak ada atau minimal asupan selama seminggu terakhir, termasuk asupan dari
makanan oral, nutrisi enteral, suplemen diet ataunutrisi parenteral.

NB Jika asupannya sangat minim (hanya beberapa teguk pakan per hari) sebaiknya demikian
dihitung sebagai tidak ada asupan (skor 2).

LANGKAH 4: Efek Penerimaan/Kondisi Akut pada Nutrisi (setidaknya minggu depan)

Beberapa pasien mungkin berisiko kekurangan gizi selama di rumah sakit masuk atau segera
setelah keluar, karena efek medis kondisi status gizinya. Ini mungkin karena penurunan
asupan, peningkatan kehilangan usus dan peningkatan kebutuhan energi.

i. Skor 0 jika:
Status gizi pasien tidak mungkin berubah selama pengakuan ini atau segera
setelah mereka keluar.

ii. Skor 1 jika setidaknya satu atau lebih dari yang berikut ini diharapkan setidaknya
selama minggu depan:
a. Penurunan asupan dari nutrisi oral, enteral atau parenteral (misalnya penyakit
atau trauma orofasial, mual parah)
b. Peningkatan kehilangan usus (misalnya diare atau muntah yang terus menerus,
kehilangan stoma yang besar)
c. Peningkatan kebutuhan energi (misalnya trauma berat, luka bakar, sepsis,
pireksia).
iii. Skor 2 jika untuk minggu depan:
Tidak ada atau asupan minimal diharapkan dari oral, enteral atau nutrisi parenteral
(misalnya operasi perut besar).

NB Jika asupan sangat minim (hanya beberapa teguk per hari) ini harus dihitung sebagai
tidak ada asupan (skor 2).

LANGKAH 5: Total Skor Risiko Gizi dan Rencana Tindakan

Setelah semua skor di atas dimasukkan ke formulir PYMS, tambahkan bersama-sama untuk
memberikan skor total (langkah 5). Skor total 2 atau lebih mencerminkan risiko gizi yang
signifikan.

i. Jika skornya 2 atau lebih, permintaan tinjauan diet harus dilakukan dibuat sesuai
dengan sistem permintaan rumah sakit yang telah ditetapkan dan tim medis / bedah
juga harus diberitahu. PYMS harus diulang setiap minggu.
ii. ii. Jika skornya 1, maka anak tersebut harus diamati untuk apa saja penurunan asupan
lebih lanjut. Jumlah dan jenis makanan dan cairan yang dikonsumsi harus dicatat.
PYMS harus diulang dalam 3 hari dan staf medis diberitahu.
iii. Jika skornya 0, maka tidak diperlukan tindakan lebih lanjut saat ini tetapi PYMS
harus diulang setiap minggu

Tinggi dalam satuan


Berat dalam satuan
kg

BMI ditunjukkan
panah merah
Roda Perhitungan BMI
Contoh Form PYMS

2. STRONGkids (The Screening Tool for Risk of Impared Nutritional Status and Growth)
Merupakan alat skrining gizi dikembangkan dan divalidasi di rumah sakit Belanda
yang menyaring anak-anak antara 1 bulan dan 18 tahun. STRONGkids terdiri atas 4 penilaian
dengan skor 1- 2 poin untuk setiap item dan maksimal skor adalah 5. Indikator yang
digunakan antara lain:

i. kondisi penyakit (penyakit dengan risiko tinggi) skor 0 & 2


ii. perubahan asupan makanan (skor 0 & 1)
iii. penurunan berat atau kenaikan berat badan yang tidak atau kurang baik (0 & 1
poin)
iv. subjective clinical assessment (skor 0 & 1).

Penggunaan STRONGkids akan membantu meningkatkan kesadaran para praktisi klinik


dalam deteksi awal terhadap risiko malnutrisi. Skor 0 berarti risiko rendah, skor 1 -3 berarti
risiko sedang, dan 4 – 5 mengindikasikan risiko tinggi.

Kelemahan dari alat skrining ini adalah tidak mudah digunakan oleh siapapun sehingga
instrumen hanya dapat digunakan oleh ahli anak atau petugas kesehatan yang sudah terlatih.
kelebihannya dapat menjadi pilihan terbaik jika memerlukan alat yang berguna untuk
melakukan skrining risiko pada semua kelompok umur secara cepat karena tidak memakan
waktu yang lama.
B. Metode Skrining Gizi Dewasa
1. MUST (Malnutrition Universal Skrining Tool)
MUST adalah alat skrining yang bertujuan untuk mengetahui apakah seseorang
malnutrisi atau berisiko untuk malnutrisi. (Anthony 2014). Alat ini bisa digunakan untuk
memprediksi lama seseorang dirawat di rumah sakit, dan dalam penerapannya di masyarakat,
bisa digunakan untuk memperkirakan seberapa sering anggota masyarakat berobat ke rumah
sakit ataupun klinik.
MUST menggunakan 3 kriteria dalam penggunaannya, yang tiap-tiap kriteria akan
diberi skor tergantung pada standar yang telah ditetapkan:
 IMT : berdasarkan standar internasional yang telah disepakati
 Penurunan berat badan : berdasarkan batas kira-kira antara perubahan berat badan
yang dianggap normal dan abnormal
 Efek penyakit akut : pemberian skor 2 apabila penyakit yang diderita mengganggu
asupan gizi selama lebih dari lima hari
Setiap kriteria memiliki skor dan skor-skor tersebut akan dijumlah. Jumlah skor inilah
yang dipakai untuk melihat apakah orang tersebut berisiko untuk malnutrisi atau tidak. Jika
jumlah skor adalah nol, maka orang tersebut risiko malnutirisinya adalah rendah.Jika jumlah
skor adalah satu, maka orang tersebut risiko malnutrisinya adalah sedang.Jika jumlah skor
adalah dua, maka orang tersebut risiko malnutrisinya adalah tinggi.
Dengan mengetahui status malnutrisi seseorang, maka kita bisa memutuskan tindakan
selanjutnya. Untuk orang dengan risiko malnutrisi rendah, biasanya akan diminta melakukan
skrining ulang setelah jangka waktu tertentu, untuk melihat apakah risiko malnnutrisi tersebut
tetap rendah atau justru mengalami kenaikan. Untuk orang dengan risiko malnutrisi sedang,
akan dilakukan observasi. Orang tersebut akan berada di bawah pengawasan untuk mencegah
terjadinya peningkatan risiko malnutrisi tersebut. Sedangkan apabila risiko malnutrisinya
tinggi, maka harus segera diberikan terapi gizi sebelum malnutrisi tersebut akan
memperparah kondisi dan penyakit pasien.
2. NRS 2002 (Nutritional Risk Skrining)
NRS-2002 dikembangkan pada tahun 2002 oleh Kondrup dkk dan ESPEN (European
Society of Parenteral and Enteral Nutrition). Pada saat itu, kedua tim tersebut bertujuan
untuk mengembangkan system skrining yang menggunakan analisis retrospektif, dengan
menggunakan subjek-subjek percobaan yang dikondisikan/diatur, serta melihat dari
karakteristik gizi dan manifestasi klinis pada subjek-subjek tersebut. Alat skrining ini
dikembangkan dengan asumsi bahwa kebutuhan terhadap pengobatan gizi ditandai oleh
tingkat keparahan malnutrisi dan tingkat peningkatan akan asupan gizi yang terjadi karena
penyakit yang diderita tersebut. (Kondrup 2003). NRS-2002 biasa digunakan pada orang-
orang yang menjadi pasien dirawat di rumah sakit.
NRS meliputi dua hal dalam penerapannya, yaitu
 Pengukuran kemungkinan gizi kurang
 Pengukuran tingkat keparahan penyakit (disease severity)

Kriteria dalam penggunaan NRS-2002 adalah sebagai berikut.


 Penurunan berat badan >5% dalam 3 bulan
 Penurunan nilai BMI
 Penurunan asupan gizi baru-baru ini
 Tingkat keparahan penyakit

Ada 2 skor yang dihitung yaitu


 Kondisi status gizi
 Keparahan penyakit

Kedua skor tersebut dijumlah menjadi skor akhir, dan apabila hasil skor yang didapat
adalah ≥3, maka angka tersebut menunjukkan bahwa pasien membutuhkan terapi gizi segera.
Petunjuk pada alat ini menyatakan bahwa rencana asuhan gizi dibutuhkan pada semua pasien
yang malnutrisi berat (skor 3 untuk status gizi) dan/atau sakit parah (skor 3 untuk tingkat
keparahan penyakit) atau malnutrisi sedang dan sakit ringan (total skor 3 [2+1]) atau
malnutrisi ringan dan sakit sedang (total skor 3 [1+2]). (Anthony 2014)
NRS-2002 memiliki kelebihan bahwa penilaiannya tidak tergantung pada IMT, cukup
menggunakan perubahan berat badan juga bisa.Namun kelemahannya, NRS-2002 hanya bisa
mengetahui siapa yang mendapatkan manfaat dari intervensi gizi, tetapi tidak bisa
mengelompokkan risiko malnutrisinya menjadi berat, sedang, ringan. Berikut adalah gambar
form Nutritional Risk Screening 2002 (berdasarkan ESPEN guideline)
3. MST (Malnutrition Skrining Tool)
MST merupakan alat skrining berupa 3 pertanyaan. Kelebihan alat ini adalah skrining
dapat dilakukan dalam waktu singkat, non-invasive, menggunakan data yang tersedia sehari-
hari, dan dapat dilakukan oleh siapa saja namun hasilnya tetap valid. (Anthony 2014)
Skor maksimum dari MST adalah 7, dengan nilai 2 berarti pasien berisiko malnutrisi,
sedangkan untuk skor 0-1 menunjukkan pasien tidak berisiko untuk malnutrisi. Skor
menunjukkan tingkat prioritas penanganan, sehingga semakin tinggi skornya menandakan
pasien harus segera diberikan terapi asuhan gizi.
\
4.SNST ( Simple Nutrition Screening Tool )
SNST mempunyai kemampuan yang sama dengan skrining gizi lain (NRS, MUST,
MST) sehingga dapat diterapkan pada semua pasien dewasa yang baru masuk RS untuk
mendeteksi pasien yang berisiko malnutris.

Skor akhir SNST


Kriteria :
 Skor ≥ 3: pasien berisiko malnutrisi
 Skor <3 pasien tidak berisiko malnutrisi
5. SGA (Subjective Global Assessment)
SGA bertujuan untuk memeriksa status gizi berdasarkan riwayat pasien dan
pemeriksaan fisik. Penilaian berdasarkan 5 kriteria dari riwayat pasien (perubahan berat
badan, perubahan asupan gizi, gejala gastrointestinal, kemampuan fungsional, penyakit dan
kaitannya dengan kebutuhan gizi) dan 5 kriteria dari pemeriksaan fisik (hilangnya lemak
subkutan di daerah tricep, muscle wasting, edema di pergelangan kaki, edema di daerah
pinggul, dan ascites).(Anthony 2014, p.381)
Pada SGA tidak memiliki kriteria penilaian yang baku, dan sifatnya subjektif dengan
penekanan pada penurunan berat badan, asupan gizi yang kurang, hilangnya jaringan
subkutan, muscle wasting. Penggolongan pada SGA terbagi menjadi:
1. Gizi baik
2. Gizi agak kurang/Berisiko malnutrisi
3. Malnutrisi berat
Rencana intervensi yang diberikan tidak tergantung pada skor yang didapat.SGA
dikenal sebagai Gold Standard dari skrining gizi, karena dalam penilaiannya selain
memperhitungkan aspek fisik, tetapi juga melihat riwayat pasien.

C. Metode Skrining Gizi Geriatri


1. MNA (Mini Nutritional Assessment)
MNA dipakai untuk memeriksa status gizi sebagai bagian dari pemeriksaan standar
untuk lansia di klinik, panti wreda, dan rumah sakit. MNA terdiri dari 2 bagian:
 Short form (MNA-SF)
MNA-SF dikembangkan agar proses skrining dapat dilakukan dengan mudah
pada populasi masyarakat dengan risiko malnutrisinya rendah. MNA-SF merupakan
bentuk sederhana dari MNA yang form lengkap agar dapat dilakukan dalam waktu
singkat. Walau begitu, MNA-SF tetap memiliki validitas dan akurasi yang sama
dengan Full MNA. MNA-SF terdiri dari enam pertanyaan dari Full MNA yang paling
erat berkaitan.
MNA-SF memiliki skor maksimum 14, dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
1. ≥12 = gizi baik
2. ≤11 = malnutrisi
 Full MNA
Full MNA terdiri dari delapan belas pertanyaan, yang terbagi dalam empat
bagian yaitu: Antropometri (IMT, penurunan berat badan, lingkar lengan dan betis),
General Assessment (gaya hidup, pengobatan, mobilitas, dementia dan depresi),
Dietary Assessment (jumlah makan, asupan makanan dan minuman, cara pemberian
makan), dan Subjective Assessment (persepsi diri sendiri terhadap gizi dan
kesehatan).
Full MNA memiliki skor maksimal 30, dengan kriteria penilaian sebagai berikut.
1. ≥24 = gizi baik
2. 17-23,5 = berisiko untuk malnutrisi
3. <17 = malnutrisi
Berikut adalah contoh form Mini Nutritional Assessment
DAFTAR PUSTAKA

Anthony, P.S., 2014. Nutrition screening tools for hospitalized patients. Nutrition in clinical
practice : official publication of the American Society for Parenteral and Enteral
Nutrition, 23(4), pp.373–82. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18682588/
Chourdakis M. Malnutrition Screening Tools in the Pediatric Setting. School of medicine,
Aristotle University of Thessaloniki; 2014
NHS Greater Glasgow and Cycle N. PYMS Paediatric Yorkhill Malnutrition Score,
Information and User’s Guide. Nutrition Tool Steering Group, Women and Childre’s
Directorate; 2009:1-2.

Anda mungkin juga menyukai