Dosen Pengampu :
FAKULTAS KESEHATAN
2022
SKRINING GIZI
Skrining gizi merupakan proses yang cepat dan sederhana untuk mendeteksi pasien yang
berisiko malnutrisi sebelum memasuki proses Nutrition Care Process (NCP)/Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT). Skrining gizi terbukti mampu mencegah penurunan status gizi yang biasa terjadi
pada pasien yang dirawat di rumah sakit.
Selain itu, dengan adanya skrining gizi, proses asuhan gizi akan lebih efektif dan efisien karena skrining
gizi mampu mengidentifikasi dengan baik kelompok-kelompok khusus yang memerlukan intervensi
gizi yang spesifik.Skrining gizi memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu tinggi badan,
berat badan, adanya alergi makanan tertentu, diet, adanya kecenderungan pasien untuk mual atau
muntah, dan kemampuan pasien dalam menelan dan mengunyah. (Charney 2009, p.2)
Metode skrining juga dikelompokkan sesuai dengan cara peng-gunaannya pada pasien di rumah sakit,
yaitu pada bayi, anak-anak, dewasa, dan lansia.
1. Pengertian
Bayi adalah anak manusia yang belum lama lahir. Dalam konteks kedokteran, bayi yang baru berusia di
bawah 28 hari disebut neonata. Istilah bayi prematur dan bayi posmatur merujuk kepada bayi yang
dilahirkan dengan durasi kehamilan yang dibatas normal pada 37-40 minggu. Bayi yang belum lahir
disebut dengan janin.
PYMS dikembangkan dan divalidasi di Inggris untuk anak-anak yang dirawat di rumah sakit
selama 1–16 tahun. Mengacu pada ESPEN terdapat 4 komponen antara lain penurunan asupan makan
dalam 1 minggu sebelumnya (skor 0-2), Indeks Massa Tubuh menurut Usia (skor 0 & 2), riwayat
penurunan berat badan (skor 0-1), dan kaitan penyakit dengan kebutuhan gizi pasien (skor 0-2) .
Total skor dari keseluruhan indikator menunjukkan derajat malnutrisi pasien. Skor 0 menandakan
pasien tidak berisiko malnutrisi sehingga skrining gizi wajib dilakukan ulang 1 minggu kemudian. Skor
1 menunjukkan skrining gizi wajib dilakukan ulang 3 hari kemudian. Jika nilai >2 menandakan
malnutrisi tingkat berat sehingga pengukuran lebih detail perlu dilakukan oleh ahli gizi serta skrining 1
minggu kemudian.
Skrining gizi ini dapat digunakan untuk mengetahui status gizi, mengetahui kebutuhan untuk
intervensi gizi, dan memprediksi hasil secara klinis tanpa intervensi. Nilai sensitifitas PYMS sebesar
95,31% dan spesifisitas 76,92%. Analisis PYMS merupakan metode skrining gizi pada anak yang
paling andal digunakan di rumah sakit.
Berikut alat skrining anak menggunakan formulir Skor Malnutrisi Yorkhill Pediatrik (PYMS)
2. Alat Skrining untuk Risiko Gangguan Status Gizi dan Pertumbuhan (STRONGkids)
Dikembangkan dan divalidasi di rumah sakit Belanda yang menyaring anak-anak antara 1 bulan
dan 16 tahun. STRONGkids terdiri atas 4 penilaian dengan skor 1-2 poin untuk setiap item dan skor
maksimal adalah 5. Indikator yang digunakan antara lain kondisi penyakit (penyakit dengan risiko
tinggi) skor 0 & 2, perubahan asupan makanan (skor 0 & 1), penurunan berat badan atau kenaikan berat
badan yang tidak atau kurang baik (0 & 1 poin), penilaian klinis subjektif (skor 0 & 1) . Penggunaan
STRONGkids akan membantu meningkatkan kesadaran para praktisi klinik dlam deteksi awal terhadap
risiko malnutrisi.
Skor 0 berarti risiko rendah, skor 1 -3 berarti risiko sedang, dan 4 – 5 risiko tinggi. Kelemahan
dari alat skrining ini adalah tidak mudah digunakan oleh siapapun instrumen hanya dapat digunakan
oleh para ahli atau petugas kesehatan.
Berikut alat skrining anak menggunakan formulir untuk Risiko Gangguan Status Gizi dan Pertumbuhan
(STRONGkids)
3. Alat Skrining untuk Penilaian Malnutrisi pada Pediatri (STAMP)
Dikembangkan dan divalidasi di Inggris untuk anak-anak yang dirawat di rumah sakit. Tujuan
dari pengembangan alat penyaringan STAMP untuk mengetahui secara dini dan tepat kondisi
malnutrisi dan risiko malnutrisi khususnya pada anak – anak. Metode STAMP terdiri dari 5 langkah
singkat untuk menilai malnutrisi .
Langkah pertama : menentukan apakah kondisi anak memilik dampak terhadap status gizi jika ya skor
3, mungkin skor 2, dan tidak 0 poin
Kedua : asupan gizi anak jika tidak ada 3 poin, baru saja menurun skor 2, dan asupan baik 0 poin
Langkah ketiga : menimbang berat badan (BB) dan mengukur tinggi badan (TB) untuk menentukan
status gizi BB menurut TB, skor 3 jika > 3 persentil (terpisah > 3 kolom atau BB < 2 persentil), skor 2
jika > 2 persentil / terpisah 2 kolom, dan skor 0 jika 0 -1 persentil / terpisah 0 – 1 kolom
Keempat : jumlah langkah 1 sampai langkah 3, risiko tinggi jika > 4 poin, risiko sedang 2 – 3 poin, dan
risiko rendah 0 – 1 poin
Kelima : menyusun rencana asuhan untuk anak sesuai pedoman yang ada.
Berikut alat skrining anak menggunakan formulir untuk Penilaian Malnutrisi pada Pediatri (STAMP)
Belum ada penelitian sebelumnya yang menggunakan SGNA sebagai standar emas untuk
membandingkan alat skrining pada anak-anak. Ada banyak sekali diarahkan di antara para profesional
tentang bagaimana memvalidasi alat, terutama dalam memvalidasi alat skrining gizi jika itu dapat
memprediksi status gizi saat ini. SGNA awalnya dirancang sebagai alat skrining. SGNA terdiri dari
komponen-komponen dan objek-objektif dalam kuesioner rinci dan pemeriksaan fisik; kemudian setiap
anak diklasifikasikan juga bergizi baik, kurang gizi sedang, atau kurang gizi berat. Penyelesaian SGNA
memakan waktu dan waktu. Lebih dalam dari alat skrining, SGNA sekarang digunakan untuk menilai
status gizi anak yang mungkin berisiko malnutrisi seperti mereka yang dirawat di rumah sakit.
Dasar penilaian SGNA dibagi menjadi riwayat kesehatan 60% dan pemeriksaan fisik 40%. Pada
riwayat kesehatan akan perubahan berat badan, asupan makanan, kelainan gastrointestinal, kerusakan
fungsi alat tubuh yang menyebabkan kurang gizi atau aktivitas fisik . Pemeriksaan fisik berfokus pada
pemeriksaan lemak subkutan serta tidak ada edema. Status gizi pasien dikategorikan menjadi status gizi
baik (A), status gizi kurang (B), dan status gizi buruk (C)
Berikut alat skrining anak menggunakan Penilaian Gizi Global Subjektif (SGNA)
C.formulir skrining gizi untuk dewasa
MUST adalah alat skrining yang bertujuan untuk mengetahui apakah seseorang malnutrisi atau
berisiko untuk malnutrisi. (Anthony 2014, p.374) Alat ini bisa digunakan untuk memprediksi lama
seseorang dirawat di rumah sakit, dan dalam penerapannya di masyarakat, bisa digunakan untuk
memperkirakan seberapa sering anggota masyarakat berobat ke rumah sakit ataupun klinik.
MUST menggunakan 3 kriteria dalam penggunaannya, yang tiap-tiap kriteria akan diberi skor
tergantung pada standar yang telah ditetapkan:
IMT : berdasarkan standar internasional yang telah disepakati
Penurunan berat badan : berdasarkan batas kira-kira antara perubahan berat badan yang
dianggap normal dan abnormal
Efek penyakit akut : pemberian skor 2 apabila penyakit yang diderita mengganggu asupan gizi
selama lebih dari lima hari
Setiap kriteria memiliki skor dan skor-skor tersebut akan dijumlah. Jumlah skor inilah yang
dipakai untuk melihat apakah orang tersebut berisiko untuk malnutrisi atau tidak.Jika jumlah skor
adalah nol, maka orang tersebut risiko malnutirisinya adalah rendah.Jika jumlah skor adalah satu, maka
orang tersebut risiko malnutrisinya adalah sedang.Jika jumlah skor adalah dua, maka orang tersebut
risiko malnutrisinya adalah tinggi.
Dengan mengetahui status malnutrisi seseorang, maka kita bisa memutuskan tindakan
selanjutnya. Untuk orang dengan risiko malnutrisi rendah, biasanya akan diminta melakukan skrining
ulang setelah jangka waktu tertentu, untuk melihat apakah risiko malnnutrisi tersebut tetap rendah atau
justru mengalami kenaikan. Untuk orang dengan risiko malnutrisi sedang, akan dilakukan observasi.
Orang tersebut akan berada di bawah pengawasan untuk mencegah terjadinya peningkatan risiko
malnutrisi tersebut. Sedangkan apabila risiko malnutrisinya tinggi, maka harus segera diberikan terapi
gizi sebelum malnutrisi tersebut akan memperparah kondisi dan penyakit pasien.
Berikut formulir skrining menggunakan MUST (Malnutrition Universal Skrining Tool)
a. <5% a. Skor 0
b. 5-10% b. Skor 1
c. >10% c. Skor 2
3 Pasien menderita penyakit berat dan/atau a. Skor 0
3 tidak mendapatkan asupan makanan > 5 hari b. Skor 1
c. Skor 2
Total skor MUST (Malnutrition skrining Tools)
2. NRS 2002 (Nutritional Risk Skrining)
NRS-2002 dikembangkan pada tahun 2002 oleh Kondrup dkk dan ESPEN (European Society of
Parenteral and Enteral Nutrition). Pada saat itu, kedua tim tersebut bertujuan untuk mengembangkan
system skrining yang menggunakan analisis retrospektif, dengan menggunakan subjek-subjek
percobaan yang dikondisikan/diatur, serta melihat dari karakteristik gizi dan manifestasi klinis pada
subjek-subjek tersebut. Alat skrining ini dikembangkan dengan asumsi bahwa kebutuhan terhadap
pengobatan gizi ditandai oleh tingkat keparahan malnutrisi dan tingkat peningkatan akan asupan gizi
yang terjadi karena penyakit yang diderita tersebut.(Kondrup 2003, p.3)
NRS-2002 biasa digunakan pada orang-orang yang menjadi pasien dirawat di rumah sakit.
NRS meliputi dua hal dalam penerapannya, yaitu
Pengukuran kemungkinan gizi kurang
Pengukuran tingkat keparahan penyakit (disease severity)
Kedua skor tersebut dijumlah menjadi skor akhir, dan apabila hasil skor yang didapat adalah ≥3,
maka angka tersebut menunjukkan bahwa pasien membutuhkan terapi gizi segera. Petunjuk pada alat
ini menyatakan bahwa rencana asuhan gizi dibutuhkan pada semua pasien yang malnutrisi berat (skor 3
untuk status gizi) dan/atau sakit parah (skor 3 untuk tingkat keparahan penyakit) atau malnutrisi sedang
dan sakit ringan (total skor 3 [2+1]) atau malnutrisi ringan dan sakit sedang (total skor 3 [1+2]).
(Anthony 2014, p.377)
NRS-2002 memiliki kelebihan bahwa penilaiannya tidak tergantung pada IMT, cukup
menggunakan perubahan berat badan juga bisa.Namun kelemahannya, NRS-2002 hanya bisa
mengetahui siapa yang mendapatkan manfaat dari intervensi gizi, tetapi tidak bisa mengelompokkan
risiko malnutrisinya menjadi berat, sedang, ringan.
Berikut adalah gambar form Nutritional Risk Screening 2002 (berdasarkan ESPEN guideline)
Berikut formulir skrining menggunakan NRS 2002 (Nutritional Risk Skrining)
1. SKRINING AWAL
No Kriteria Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah IMT < 20,5 ?
2 Apakah pasien kehilangan BB dalam 3 bulan terakhir?
3 Apakah asupan makanan menurun seminggu terakhir?
4 Apakah pasien dengan penyakit berat ?
Jika tidak untuk semua kriteria skrining (ulang seminggu
kemudian )
Jika ada 1/lebih kriteria dengan jawaban ya (skrining lanjut)
2. SKRINING LANJUT 1
3. SKRINING LANJUT II
Risiko Gizi Kriteria
Absen Kebutuhan gizi normal
(Skor=0)
Ringan Fraktur,pasien kronik (sitois hati,COPD,HD rutin,Diabetes,kanker)
(skor=1)
Sedang Bedah mayor,stroke,pneumonia berat,kanker darah
(skor=2)
Berat Cedera kepala,transplatasi sumsum,pasien ICU
(skor=3)
KESIMPULAN
SNAQ adalah alat skrining yang menggunakan 3 pertanyaan dengan nilai prediksi tertinggi atas
status gizi, yaitu:
Apakah terjadi penurunan berat badan yang bukan disengaja?
Apakah ada penurunan selera makan selama 1 bulan terakhir?
Apakah ada penggunaaan suplemen atau tube-feeding selama 1 bulan terakhir?
SNAQ bertujuan untuk mendeteksi pasien dengan malnutrisi sedang sampai parah.Klasifikasi
status gizi malnutrisi dalam SNAQ adalah sebagai berikut.
Gizi baik: <2
Gizi agak kurang: ≥2 tetapi <3
Malnutrisi parah ≥3
Dari hasil skrining menggunakan alat ini, dapat dilakukan intervensi berupa pemberian makanan
tinggi energy dan protein, serta makanan di antara makan besar untuk pasien dengan status gizi kurang
dan rendah.(Anthony 2014, p.380) Kelebihan SNAQ adalah dia cepat dan mudah digunakan serta
mudah divalidasi.
MST merupakan alat skrining berupa 3 pertanyaan. Kelebihan alat ini adalah skrining dapat
dilakukan dalam waktu singkat, non-invasive, menggunakan data yang tersedia sehari-hari, dan dapat
dilakukan oleh siapa saja namun hasilnya tetap valid.(Anthony 2014, p.381)
Skor maksimum dari MST adalah 7, dengan nilai 2 berarti pasien berisiko malnutrisi, sedangkan
untuk skor 0-1 menunjukkan pasien tidak berisiko untuk malnutrisi. Skor menunjukkan tingkat prioritas
penanganan, sehingga semakin tinggi skornya menandakan pasien harus segera diberikan terapi asuhan
gizi.
a. 1-5 kg Skor 1
b. 6-10 kg Skor 2
c. 11-15 kg Skor 3
d. >15 kg Skor 4
e. Ragu Skor 2
2 Apakah anda mengalami penurunan asupan makan a. Tidak ( skor 0 )
karena penurunan nafsu makan ( atau karena tidak b. Iya ( skor 1)
bisa mengunyah dan menelan )
Total skor skrining MST (Malnutrition skrining Tools)
Berikut formulir skrining menggunakan MST (Malnutrition Skrining Tool)
5. SGA (Subjective Global Assessment)
SGA bertujuan untuk memeriksa status gizi berdasarkan riwayat pasien dan pemeriksaan fisik.
Penilaian berdasarkan 5 kriteria dari riwayat pasien (perubahan berat badan, perubahan asupan gizi,
gejala gastrointestinal, kemampuan fungsional, penyakit dan kaitannya dengan kebutuhan gizi) dan 5
kriteria dari pemeriksaan fisik (hilangnya lemak subkutan di daerah tricep, muscle wasting, edema di
pergelangan kaki, edema di daerah pinggul, dan ascites).(Anthony 2014, p.381)
Pada SGA tidak memiliki kriteria penilaian yang baku, dan sifatnya subjektif dengan penekanan
pada penurunan berat badan, asupan gizi yang kurang, hilangnya jaringan subkutan, muscle wasting.
Penggolongan pada SGA terbagi menjadi:
Gizi baik
Gizi agak kurang/Berisiko malnutrisi
Malnutrisi berat
Rencana intervensi yang diberikan tidak tergantung pada skor yang didapat.SGA dikenal sebagai
Gold Standard dari skrining gizi, karena dalam penilaiannya selain memperhitungkan aspek fisik, tetapi
juga melihat riwayat pasien.
SKOR SGA
DESKRIPSI JAWABAN
RIWAYATMEDIS
(mis: DM + pneumonia)
metabolikakut)
3.( ) Tinggi
Anthony, P.S., 2014. Nutrition screening tools for hospitalized patients. Nutrition
in clinical practice : official publication of the American Society for
Parenteral and Enteral Nutrition, 23(4), pp.373–82. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18682588 [Accessed March 20, 2014].
Charney, P., 2009. ADA Pocket Guide to Nutrition Assessment, American Dietetic
Associati. Available at: http://books.google.com/books?
id=gP2Bc7XKLxoC&pgis=1 [Accessed March 31, 2014].
Kondrup, J., 2003. ESPEN Guidelines for Nutrition Screening 2002. Clinical
Nutrition, 22(4), pp.415–421. Available at:
http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0261561403000980 [Accessed
March 20, 2014].
https://id.scribd.com/document/384655070/Alat-Skrining-Gizi
https://id.scribd.com/document/318259072/Formulir-Asuhan-Gizi-Neonatus
https://ahligizi.id/blog/2020/11/18/metode-skrining-gizi-anak/