Anda di halaman 1dari 5

Nama : Mikhael Setiawan

Nim : 19111101111

Kelas : 4D

M.K : Penentuan Status Gizi

Dosen : dr. Marsella D. Amisi M.Gizi

Jenis-Jenis Skrinning Gizi

1.MUST (Malnutrition Universal Skrining Tool)

MUST adalah alat skrining yang bertujuan untuk mengetahui apakah seseorang malnutrisi atau
berisiko untuk malnutrisi. (Anthony 2014, p.374) Alat ini bisa digunakan untuk memprediksi
lama seseorang dirawat di rumah sakit, dan dalam penerapannya di masyarakat, bisa digunakan
untuk memperkirakan seberapa sering anggota masyarakat berobat ke rumah sakit ataupun
klinik. MUST menggunakan 3 kriteria dalam penggunaannya, yang tiap-tiap kriteria akan diberi
skor tergantung pada standar yang telah ditetapkan:

 IMT : berdasarkan standar internasional yang telah disepakati


 Penurunan berat badan : berdasarkan batas kira-kira antara perubahan berat badan yang
dianggap normal dan abnormal
 Efek penyakit akut : pemberian skor 2 apabila penyakit yang diderita mengganggu
asupan gizi selama lebih dari lima hari

Setiap kriteria memiliki skor dan skor-skor tersebut akan dijumlah. Jumlah skor inilah yang
dipakai untuk melihat apakah orang tersebut berisiko untuk malnutrisi atau tidak.Jika jumlah
skor adalah nol, maka orang tersebut risiko malnutirisinya adalah rendah.Jika jumlah skor adalah
satu, maka orang tersebut risiko malnutrisinya adalah sedang.Jika jumlah skor adalah dua, maka
orang tersebut risiko malnutrisinya adalah tinggi.

2.NRS 2002 (Nutritional Risk Skrining)


NRS-2002 dikembangkan pada tahun 2002 oleh Kondrup dkk dan ESPEN (European Society of
Parenteral and Enteral Nutrition). Pada saat itu, kedua tim tersebut bertujuan untuk
mengembangkan system skrining yang menggunakan analisis retrospektif, dengan menggunakan
subjek-subjek percobaan yang dikondisikan/diatur, serta melihat dari karakteristik gizi dan
manifestasi klinis pada subjek-subjek tersebut. Alat skrining ini dikembangkan dengan asumsi
bahwa kebutuhan terhadap pengobatan gizi ditandai oleh tingkat keparahan malnutrisi dan
tingkat peningkatan akan asupan gizi yang terjadi karena penyakit yang diderita tersebut.
(Kondrup 2003, p.3) NRS-2002 biasa digunakan pada orang-orang yang menjadi pasien dirawat
di rumah sakit.

NRS meliputi dua hal dalam penerapannya, yaitu

 Pengukuran kemungkinan gizi kurang


 Pengukuran tingkat keparahan penyakit (disease severity)

Kriteria dalam penggunaan NRS-2002 adalah sebagai berikut.

 Penurunan berat badan >5% dalam 3 bulan


 Penurunan nilai BMI
 Penurunan asupan gizi baru-baru ini
 Tingkat keparahan penyakit

Ada 2 skor yang dihitung yaitu

 Kondisi status gizi


 Keparahan penyakit

Kedua skor tersebut dijumlah menjadi skor akhir, dan apabila hasil skor yang didapat adalah
≥3, maka angka tersebut menunjukkan bahwa pasien membutuhkan terapi gizi segera. Petunjuk
pada alat ini menyatakan bahwa rencana asuhan gizi dibutuhkan pada semua pasien yang
malnutrisi berat (skor 3 untuk status gizi) dan/atau sakit parah (skor 3 untuk tingkat keparahan
penyakit) atau malnutrisi sedang dan sakit ringan (total skor 3 [2+1]) atau malnutrisi ringan dan
sakit sedang (total skor 3 [1+2]).
(Anthony 2014, p.377) NRS-2002 memiliki kelebihan bahwa penilaiannya tidak tergantung
pada IMT, cukup menggunakan perubahan berat badan juga bisa.Namun kelemahannya, NRS-
2002 hanya bisa mengetahui siapa yang mendapatkan manfaat dari intervensi gizi, tetapi tidak
bisa mengelompokkan risiko malnutrisinya menjadi berat, sedang, ringan.

3. MNA (Mini Nutritional Assessment)

MNA dipakai untuk memeriksa status gizi sebagai bagian dari pemeriksaan standar untuk lansia
di klinik, panti wreda, dan rumah sakit.(Anthony 2014, p.378) MNA terdiri dari 2 bagian:

1. Short form (MNA-SF) MNA-SF dikembangkan agar proses skrining dapat dilakukan
dengan mudah pada populasi masyarakat dengan risiko malnutrisinya rendah. MNA-SF
merupakan bentuk sederhana dari MNA yang form lengkap agar dapat dilakukan dalam
waktu singkat. Walau begitu, MNA-SF tetap memiliki validitas dan akurasi yang sama
dengan Full MNA. MNA-SF terdiri dari enam pertanyaan dari Full MNA yang paling
erat berkaitan. MNA-SF memiliki skor maksimum 14, dengan kriteria penilaian sebagai
berikut:
 ≥12 = gizi baik
 ≤11 = malnutrisi

2. Full MNA Full MNA terdiri dari delapan belas pertanyaan, yang terbagi dalam empat
bagian yaitu: Antropometri (IMT, penurunan berat badan, lingkar lengan dan betis),
General Assessment (gaya hidup, pengobatan, mobilitas, dementia dan depresi), Dietary
Assessment (jumlah makan, asupan makanan dan minuman, cara pemberian makan), dan
Subjective Assessment (persepsi diri sendiri terhadap gizi dan kesehatan). Full MNA
memiliki skor maksimal 30, dengan kriteria penilaian sebagai berikut.
 ≥24 = gizi baik
 17-23,5 = berisiko untuk malnutrisi
 <17 = malnutrisi
4.SNAQ (Short Nutritional Assessment Questionnaire)

SNAQ adalah alat skrining yang menggunakan 3 pertanyaan dengan nilai prediksi tertinggi atas
status gizi, yaitu:

 Apakah terjadi penurunan berat badan yang bukan disengaja?


 Apakah ada penurunan selera makan selama 1 bulan terakhir?
 Apakah ada penggunaaan suplemen atau tube-feeding selama 1 bulan terakhir?

SNAQ bertujuan untuk mendeteksi pasien dengan malnutrisi sedang sampai parah.Klasifikasi
status gizi malnutrisi dalam SNAQ adalah sebagai berikut.

 Gizi baik: <2


 Gizi agak kurang: ≥2 tetapi <3
 Malnutrisi parah ≥3

Dari hasil skrining menggunakan alat ini, dapat dilakukan intervensi berupa pemberian
makanan tinggi energy dan protein, serta makanan di antara makan besar untuk pasien dengan
status gizi kurang dan rendah.(Anthony 2014, p.380) Kelebihan SNAQ adalah dia cepat dan
mudah digunakan serta mudah divalidasi.

5.MST (Malnutrition Skrining Tool)

MST merupakan alat skrining berupa 3 pertanyaan. Kelebihan alat ini adalah skrining dapat
dilakukan dalam waktu singkat, non-invasive, menggunakan data yang tersedia sehari-hari, dan
dapat dilakukan oleh siapa saja namun hasilnya tetap valid.(Anthony 2014, p.381)

Skor maksimum dari MST adalah 7, dengan nilai 2 berarti pasien berisiko malnutrisi, sedangkan
untuk skor 0-1 menunjukkan pasien tidak berisiko untuk malnutrisi. Skor menunjukkan tingkat
prioritas penanganan, sehingga semakin tinggi skornya menandakan pasien harus segera
diberikan terapi asuhan gizi.

6.SGA (Subjective Global Assessment)


SGA bertujuan untuk memeriksa status gizi berdasarkan riwayat pasien dan pemeriksaan fisik.
Penilaian berdasarkan 5 kriteria dari riwayat pasien (perubahan berat badan, perubahan asupan
gizi, gejala gastrointestinal, kemampuan fungsional, penyakit dan kaitannya dengan kebutuhan
gizi) dan 5 kriteria dari pemeriksaan fisik (hilangnya lemak subkutan di daerah tricep,

muscle wasting, edema di pergelangan kaki, edema di daerah pinggul, dan ascites).(Anthony
2014, p.381) Pada SGA tidak memiliki kriteria penilaian yang baku, dan sifatnya subjektif
dengan penekanan pada penurunan berat badan, asupan gizi yang kurang, hilangnya jaringan
subkutan, muscle wasting. Penggolongan pada SGA terbagi menjadi:

 Gizi baik
 Gizi agak kurang/Berisiko malnutrisi
 Malnutrisi berat

Rencana intervensi yang diberikan tidak tergantung pada skor yang didapat.SGA dikenal sebagai
Gold Standard dari skrining gizi, karena dalam penilaiannya selain memperhitungkan aspek
fisik, tetapi juga melihat riwayat pasien.

Daftar Pustaka

Anthony, P.S., 2014. Nutrition screening tools for hospitalized patients. Nutrition in clinical
practice : official publication of the American Society for Parenteral and Enteral Nutrition,
23(4), pp.373 – 82. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18682588 [Accessed
March 20, 2014].

Kondrup, J., 2003. ESPEN Guidelines for Nutrition Screening 2002.Clinical Nutrition, 22(4),
pp.415 – 421. Available at: http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0261561403000980
[Accessed March 20, 2014].

Anda mungkin juga menyukai