A. Metode Screening Pada Anak 1. Nutrition Risk Score (NRS) Metode NRS berdasarkan kurangnya asupan makan pasien (< 50% angka kecukupan gizi), tingkatan nyeri pada anak, dan keparahan penyakit (kondisi patologis). Indikator asupan makan memiliki skor 0-1. Indikator tingkatan nyeri memiliki skor 0-1. Sementara keparahan penyakit memiliki skor 0-3. Kategori risiko malnutrisi pada instrumen dibagi menjadi 3 kategori yaitu skor 0 artinya pasien tidak berisiko malnutrisi, skor 1-2 risiko malnutrisi tingkat sedang, dan skor >3 risiko malnutrisi tingkat tinggi. Pasien dengan kategori risiko malnutrisi tingkat sedang dan tinggi akan mendapatkan intervensi gizi secara intensif. 2. Paediatric Yorkhill Malnutrition Score (PYMS) Mengacu pada ESPEN terdapat 4 komponen antara lain riwayat penurunan asupan makan dalam 1 minggu sebelumnya (skor 0-2), Indeks Massa Tubuh menurut Usia (skor 0 & 2), riwayat penurunan berat badan (skor 0-1), dan kaitan penyakit dengan kebutuhan gizi pasien (skor 0-2).Total skor dari keseluruhan indikator menandakan derajat malnutrisi pasien. Skor 0 menandakan pasien tidak berisiko malnutrisi sehingga skrining gizi wajib dilakukan ulang 1 minggu kemudian. Skor 1 menandakan skrining gizi wajib dilakukan ulang 3 hari kemudian. Jika nilai >2 menandakan malnutrisi tingkat berat sehingga pengukuran lebih detail perlu dilakukan oleh ahli gizi serta skrining ulang 1 minggu kemudian. 3. The Screening Tool for Assessment of Malnutrition in Paediatrics (STAMP) Metode STAMP terdiri dari 5 langkah singkat untuk menilai malnutrisi. - Pertama, menentukan apakah kondisi anak memilik dampak terhadap status gizi jika ya skor 3, mungkin skor 2, dan tidak 0 poin - Kedua, asupan gizi anak jika tidak ada 3 poin, baru saja menurun skor 2, dan asupan baik 0 poin - Ketiga, menimbang berat badan (BB) dan mengukur tinggi badan (TB) untuk menentukan status gizi BB menurut TB, skor 3 jika > 3 persentil (terpisah > 3 kolom atau BB < 2 persentil), skor 2 jika > 2 persentil / terpisah 2 kolom, dan skor 0 jika 0 -1 persentil / terpisah 0 – 1 kolom - Keempat, penjumlahan langkah 1 sampai langkah 3, risiko tinggi jika > 4 poin, risiko sedang 2 – 3 poin, dan risiko rendah 0 – 1 poin - Kelima, menyusun rencana asuhan untuk anak sesuai pedoman yang ada. 4. The Screening Tool for Risk of Impaired Nutritional Status and Growth (STRONGKIDS) STRONGkids terdiri atas 4 penilaian dengan skor 1- 2 poin untuk setiap item dan maksimal skor adalah 5. Indikator yang digunakan antara lain kondisi penyakit (penyakit dengan risiko tinggi) skor 0 & 2, perubahan asupan makanan (skor 0 & 1), penurunan berat atau kenaikan berat badan yang tidak atau kurang baik (0 & 1 poin), subjective clinical assessment (skor 0 & 1). Skor 0 berarti risiko rendah, skor 1 -3 berarti risiko sedang, dan 4 – 5 mengindikasikan risiko tinggi. Kelemahan dari alat skrining ini adalah tidak mudah digunakan oleh siapapun sehingga instrumen hanya dapat digunakan oleh ahli anak atau petugas kesehatan yang sudah terlatih. 5. Subjective Global Nutrition Assessment (SGNA) SGNA dibagi menjadi riwayat kesehatan 60% dan pemeriksaan fisik 40%. Pada riwayat kesehatan akan dievaluasi perubahan berat badan, asupan makanan, kelainan gastrointestinal, kerusakan fungsi alat tubuh yang menyebabkan kurang gizi atau aktivitas fisik. Pemeriksaan fisik berfokus pada hilangnya lemak subkutan serta ada tidaknya edema. Status gizi pasien dikategorikan menjadi status gizi baik (A), status gizi kurang (B), dan status gizi buruk (C). B. Metode Screening Pada Dewasa 1. Nutrition Risk Screening 2002 (NRS-2002 NRS-2002 memiliki kelebihan bahwa penilaiannya tidak tergantung padaIMT, cukup menggunakan perubahan berat badan juga bisa.Namun kelemahannya, NRS- 2002 hanya bisa mengetahui siapa yang mendapatkanmanfaat dari intervensi gizi, tetapi tidak bisa mengelompokkan risikomalnutrisinya menjadi berat, sedang, ringan. 2. Malnutrition Universal Screening Tool (MUST) MUST adalah alat skrining yang bertujuan untuk mengetahui apakah seseorang malnutrisi atau berisiko untuk malnutrisi. Alatini bisa digunakan untuk memprediksi lama seseorang dirawat di rumah sakit, dandalam penerapannya di masyarakat, bisa digunakan untuk memperkirakan seberapa sering anggota masyarakat berobat ke rumah sakit ataupun klinik.
3. Malnutrition Screening Tool (MST)
Kelebihan MST adalah skrining dapat dilakukan dalam waktu singkat, non- invasive, menggunakan data yang tersedia sehari-hari, dan dapat dilakukan oleh siapa saja namun hasilnyatetap valid.Skor maksimum dari MST adalah 7, dengan nilai 2 berarti pasien berisiko malnutrisi, sedangkan untuk skor 0-1 menunjukkan pasien tidak berisiko untuk malnutrisi. Skor menunjukkan tingkat prioritas penanganan, sehingga semakin tinggi skornya menandakan pasien harus segera diberikan terapi asuhan gizi. 4. Nutrition Service Screening Assessment (NSSA) Bertujuan untuk mengidentifikasi risiko malnutrisi pasien secara cepat. Komponen NSSA yaitu catatan medis dan kriteria evaluasi, masalah gizi yang dapat digunakan untuk penilaian klinis.
5. Short Nutrition Assessment Questionnaire (SNAQ)
SNAQ bertujuan untuk mendeteksi pasien dengan malnutrisi sedang sampai parah.Klasifikasi status gizi malnutrisi dalam SNAQ adalah sebagai berikut. - Gizi baik: <2 - Gizi agak kurang: ≥2 tetapi <3 - Malnutrisi parah ≥3 Dari hasil skrining menggunakan alat ini, dapat dilakukan intervensi berupa pemberian makanan tinggi energy dan protein, serta makanan di antara ma kan besar untuk pasien dengan status gizi kurang dan rendah. 6. Subjective Global Assessment (SGA) SGA bertujuan untuk memeriksa status gizi berdasarkan riwayat pasien dan pemeriksaan fisik. Penilaian berdasarkan 5 kriteria dari riwayat pasien(peruba han berat badan, perubahan asupan gizi, gejala gastrointestinal,kemampuan fungsional, penyakit dan kaitannya dengan kebutuhan gizi) dan 5kriteria dari pemeriksaan fisik (hilangnya lemak subkutan di daerah tricep, musclewasting, edema di pergelangan kaki, edema di daerah pinggul, dan ascites) C. Metode Screening Pada Lanjut Usia 1. Mini Nutritional Assessment (MNA) MNA dipakai untuk memeriksa status gizi sebagai bagian dari pemeriksaan standar untuk lansia di klinik, panti wreda, dan rumah sakit. 2. Nutritional Risk Index (NRI) Digunakan untuk usia lanjut. Berhubungan dengan indikator klinis dan biokimia. NRI bisa mendetiksi malnutrisi berat yang sebaiknya menggunakan total parenteral nutrition.