Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

A. DAFTAR ISI 1
B. BAB I ....2
Definisi Status Gizi....2-3
C. BAB II ....4
Definisi MNA-SF (MNA Short Form).....4
Mini Nutritional Assesment (MNA).5-7
Kategori Mini Nutritional Assesment.......7-8
Area Penilaian Mini Nutritional Assesment...8-14
D. BAB III ..........15
Kesimpulan.15

1
BAB I

A. Definisi Status Gizi


Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumber
daya manusia dan kualitas hidup. Untuk itu program perbaikan gizi
bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar terjadi
perbaikan status gizi masyarakat (Deddy Muchtadi, 2002:95).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat (Almatsier, 2001:3).
Sedangkan menurut Suhardjo, dkk (2003:256) status gizi adalah
keadaantubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan
makanan.
Deswarni Idrus dan Gatot Kusnanto (1990:19-24),
mengungkapkanbahwa ada beberapa istilah yang berhubungan dengan
status gizi. Istilah-istilah tersebut adalah :
a. Gizi, adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
unruk mempertahankan kehdupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi
b. Keadaan gizi, adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara
konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut,
atau keadaan fisiologik akibat dari tersdianya zat gizi dalam seluler tubuh
c. Malnutrition (Gizi salah), adalah keadaan patofisiologis akibat dari
kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih
zat gizi, ada empat bentuk malnutrisi diantaranya adalah :
Under nutrition, kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau
absolut untuk periode tertentu,
Specific deficiency, kekurangan zat gizi tertentu,
Over nutrition, kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu,
Imbalance, karena disproporsi zat gizi, misalnya, kolesterol terjadi
karena tidak seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL

2
(High Density Lipoprotein), dan VLDL (Very Low Density
Lipoprotein)
Kurang energi protein (KEP), adalah seseorang yang kurang gizi
yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam
makanan sehari-hari atau gangguan penyakit tertentu. Anak
dikatakan KEP bila berat badan kurang dari 80% berat badan menurut
umur (BB/U) baku WHO-NHCS.

Status gizi dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, Bachyar


Bakri, dkk (2002:1) mengatakan bahwa meskipun sering berkaitan dengan
masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan
produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan
krisis (bencana alam, perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi
muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu
kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya.
Karenanya, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang
menjamin setiap anggota masyarakat untuk memproleh makanan yang cukup
jumlah dan mutunya, dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata
masalah kesehatan tapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah
kesempatan kerja.
Menilai status gizi pada lansia memerlukan metode pengukuran
yang sesuaidengan perubahan yang terjadi pada struktur tubuh, komposisi
tubuh serta penurunanfungsi organ-organ tubuh. Metode yang bisa
dilakukan pada pengukuran status gizi pada lansia adalah dengan
menggunakan Mini Nutritional Assessment (MNA). Pada pengukuran
dengan menggunakan MNA ini, pengukuran antropometri menjadi poin
yang diukur. Selain dengan menggunakan MNA, pemeriksaan klinis, dan
biokimia juga dapat dilakukan untuk pengukuran status gizi. Gibson
(1999).

3
BAB II

A. Definisi MNA-SF (MNA Short Form)


MNA-SF ini merupakan MNA yang lebih singkat dan lebih mudah
untuk dilakukan. MNA-SF biasa digunakan pada populasi yang
mempunyai resiko malnutrisi yang rendah. MNA-SF ini dibuat agar dapat
digunakan pada keadaan-keadaan yang membutuhkan suatu penilaian
cepat tetapi juga akurat dalam menentukan status gizi pasien .
Walaupun MNA-SF lebih singkat dari full MNA, sensitivitas dan
spesifisitas dari MNA-SF ini tetap tinggi. Berdasarkan jurnal review
clinical gerontology, penelitian-penelitian yang dilakukan menunjukkan
tingginya sensitivitas dan spesifisitas MNA-SF ini . Dengan adanya fakta
di atas, MNA-SF cukup valid untuk digunakan dalam dunia klinisi dan
hasil MNA-SF mendekati hasil full MNA.
MNA-SF dikembangkan agar proses skrining dapat dilakukan
dengan mudah pada populasi masyarakat dengan resiko malnutrisinya
rendah. MNA-SF merupakan bentuk sederhana dari MNA yang form
lengkap agar dapat dilakukan dalam waktu singkat. Walau begitu, MNA-
SF tetap memiliki validitas dan akurasi yang sama dengan full MNA.
MNA-SF terdiri dari enam pertanyaan dari full MNA yang paling erat
berkaitan.
MNA-SF memiliki skor maksimum 14, dengan kriteria penilaian
sebagai berikut :
12 gizi baik
11 - malnutrisi

4
Mini Nutritional Assessment (MNA)

Mini Nutritional Assessment (MNA) merupakan salah satu alat ukur yang
digunakan untuk menskrining status gizi pada lansia. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah seorang lansia mempunyai resiko mengalami malnutrisi akibat
penyakit yang diderita dan atau perawatan di rumah sakit. MNA ini banyak
digunakan karena sangat sederhana dan mudah dalam pelaksanaannya. Darmojo
(2010) dalam penelitian yang dilakukan pada 200 pasien preoperasi
gastrointestinal menunjukkan bahwa MNA dapat dilakukan oleh klinisi terlatih,
mempunyai reprodusibilitas tinggi dan dapat menskrining pasien yang
mempunyai resiko malnutrisi. Pada tahun 2006 Guigoz melaporkan bahwa MNA
telah digunakan di 36 studi untuk menilai status gizi orang dewasa dirawat di
rumah sakit 8.596 di seluruh dunia; ini, 50% sampai 80% diklasifikasikan sebagai
berisiko kekurangan gizi atau malnutrisi. Hal ini dikemukakan oleh DiMaria-
Ghalili, Rose Ann PhD, RN (2009) dalam The American Journal For Nursing
(AJN). MNA saat ini digunakan untuk menilai status gizi orang lanjut usia di
klinik, panti jompo, dan rumah sakit.
Mini Nutritional Asessment (MNA) didesain dan telah dibuktikan bagus
sebagai alat kajian tunggal dan cepat untuk menilai status gizi pada lansia. MNA
ini merupakan kuesioner dalam bahasa Indonesia dan sudah diuji validasnya
untuk menskrining status gizi lansia. Banyak penelitian-penelitian yang telah
dilakukan menggunakan MNA sebagai alat ukur untuk menilai status gizi lansia.
Diantaranya Agustiana (2007) melakukan penelitian hubungan Mini Nutritional
Asessment (MNA) dengan albumin serum pasien usia lanjut dimana hasilnya
menunjukkan melalui skor MNA diketahui risiko malnutrisi (MNA skor 17-23,5)
84,6% dan sebesar 46,2% mengalami malnutrisi berat jika dilihat dari albumin
<2,8 mg/dl. Skor MNA ini dapat menggambarkan kadar albumin serum.
Penelitian lain Wulandari (2010) mengenai resiko malnutrisi berdasarkan Mini
Nutritional Asessment (MNA) terkait dengan kadar hemoglobin pasien lansia
yang menunjukkan hasil bahwa resiko malnutrisi berdasarkan MNA memiliki
keterkaitan dengan kadar Hb. Hardini (2005) hubungan status gizi (Mini
Nutritional Assessment) dengan outcome hasil perawatan penderita di divisi

5
geriatri Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang dimana hasilnya menunjukkan
50% lansia yang dirawat di RS jumlah asupan dan konsumsi protein kurang serta
kehilangan nafsu makan dan mengalami stress/penyakit akut. Asupan makanan
yang secara kuantitatif rendah mendukung temuan malnutrisi dan risiko malnutrisi
yang diukur dengan skor MNA. Darmojo (2010) dalam studinya mengemukakan
bahwa Mini Nutritional Assessment (MNA) ini meliputi wawancara dan
pengamatan mengenai berat badan dan perubahan berat badan 6 bulan atau 2
minggu terakhir, ada tidaknya gangguan gastrointestinal, ada tidaknya gangguan
fungsional, status metabolik dari penyakit,ada tidaknya muscle wasting dan
edema. ,Kuesioner MNA terdiri atas 18 pertanyaan yang terbagi dalam empat
komponen: penilaian antropometri, penilaian asupan makanan, penilaian secara
umum mengenai gaya hidup dan penilaian secara subjektif. Skor MNA bersifat
reliabel dan dapat diandalkan untuk mendeteksi risiko terjadinya malnutrisi yang
kemudian dihubungkan ke dalam penilaian kualitas hidup dari lansia (Agustiana,
2007).
Kesimpulan pemeriksaan Mini Nutritional Assesment (MNA) adalah
menggolongkan pasien atau lansia dalam keadaan status gizi baik, beresiko
malnutrisi ataukah malnutrisi berat. MNA mempunyai dua bagian besar yaitu
screening dan assessment, dimana penjumlahan semua skor akan menentukan
seorang lansia pada status gizi baik, beresiko malnutrisi, atau beresiko
underweight (Darmojo, 2010).

Mini Nutritional Assessment (MNA) mengandung pertanyaan-pertanyaan


yang berhubungan dengan nutrisi dan kondisi kesehatan, kebebasan, kualitas
hidup, pengetahuan, mobilitas, dan kesehatan yang subjektif.

Mini Nutritional Assessment (MNA) banyak dibanding-bandingkan


dengan alat pengukur nutrisi lain yang juga cepat dan mudah digunakan seperti
Malnutrition Universal Screening Tool (MUST), Short Nutritional Assessment
Questionnaire (SNAQ), dan Nutritional Risk Screening (NRS). Namun Mini
Nutritional Assessment (MNA) tetap dianggap paling cocok untuk mengukur
nutrisi pada lansia karena MNA memang didesain lebih spesifik untuk mengukur

6
nutrisi lansia. Alat ukur lain diatas (MUST, SNAQ, NRS) sering digunakan
karena mudah dipakai dan tidak memakan waktu yang lama.

a. Kategori Mini Nutritional Assessment (MNA)

Pada awalnya MNA hanya mempunyai 1 tipe saja. MNA memiliki 18 item
yang harus ditanyakan kepada responden. Namun karena memerlukan waktu yang
cukup lama untuk mengambil data pasien, MNA jarang dilakukan dengan lengkap
pada perawatan kasus akut. Oleh karena itu, untuk mempersingkat waktu yang
terbuang, Rubenstein mengembangkan MNA-SF (MNA short form). MNA-SF ini
tidak sembarangan dibuat, melainkan mengacu kepada pertanyaan yang
mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi terhadap full MNA.

Full Mini Nutritional Assessment (MNA)

Full MNA terdiri dari 18 pertanyaan atau poin yang harus ditanyakan. 18
poin tersebut dibagi ke dalam 4 golongan, yaitu :

Anthropometric assessment : BMI (tinggi badan dan berat badan),


penurunan berat badan, lingkar lengan atas dan lingkar betis.
General assessment : gaya hidup, riwayat pengobatan, mobilitas
responden, dan tanda depresi atau demensia.
Short dietary assessment : Jumlah asupan makanan dan minuman
Subjective assessment : persepsi responden terhadap kesehatan dan nutrisi

Full MNA ini dapat diselesaikan dalam waktu lebih kurang 15 menit.
Setiap data yang diperoleh akan diubah menjadi skor. Skor tersebut akan
dijumlahkan untuk mengetahui status gizi responden.

Penilaian Full MNA terhadap status gizi mempunyai range sebagai


berikut:

Jika jumlah skor >24 : baik


Jika jumlah skor 17-23,5 : resiko malnutrisi
Jika jumlah skor <17 : malnutrisi

7
MNA-SF (MNA Short Form)

MNA-SF ini merupakan MNA yang lebih singkat dan lebih mudah untuk
dilakukan. MNA-SF biasa digunakan pada populasi yang mempunyai resiko
malnutrisi yang rendah. MNA-SF ini dibuat agar dapat digunakan pada keadaan-
keadaan yang membutuhkan suatu penilaian cepat tetapi juga akurat dalam
menentukan status gizi pasien.

Walaupun MNA-SF lebih singkat dari full MNA, sensitivitas dan


spesifisitas dari MNA-SF ini tetap tinggi. Berdasarkan jurnal review clinical
gerontology, penelitian-penelitian yang dilakukan menunjukkan tingginya
sensitivitas dan spesifisitas MNA-SF ini. Dengan adanya fakta di atas, MNA-SF
cukup valid untuk digunakan dalam dunia klinisi dan hasil MNA-SF mendekati
hasil full MNA.

Area Penilaian MNA

Area penilaian MNA meliputi :

a. Pengukuran antropometri

Tinggi badan dan berat badan

Tinggi badan dan berat badan digunakan untuk mengukur


indeks massa tubuh pada lansia. Penilaian indeks massa tubuh
akan mempengaruhi skor pada hasil akhir MNA.

Tinggi badan merupakan hasil pertumbuhan kumulatif


sejak lahir sehingga parameter ini dapat memberikan gambaran
mengenai riwayat status gizi masa lalu. Tinggi badan ini diukur
dengan menggunakan alat ukur dengan menggunakan alat
pengukuran seperti microtoise dengan ketepatan 1 cm tetapi bisa
juga dengan alat pengukuran non elastik ataupun metal.

8
Penurunan berat badan

Penurunan berat badan yang diukur adalah penurunan berat


badan dalam 3 bulan terakhir.

Berat badan merupakan gambaran massa jaringan termasuk


cairan tubuh. Pengukuran berat badan ini paling sering digunakan
untuk berbagai kelompok usia karena pengukuran berat badan ini
juga dapat digunakan sebagai indicator status gizi pada saat
skrining gizi dilakukan. Hal ini disebabkan karena berat badan
sangat sensitive terhadap berbagai perubahan komposisi tubuh,
sehingga penurunan atau kenaikan berat badan ini berkaitan erat
dengan komposisi tubuh (Jusat, 1995).

Arisman (2004) mengemukakan beberapa pertimbangan


mengapa berat badan paling sering digunakan sebagai indikator
penialian status gizi, diantaranya :

1. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan


dalam waktu singkat karena perubahan-perubahan
konsumsi makanan dan kesehatan.
2. Memberikan gambaran status gizi sekarang
3. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara
umum dan luas di Indonesia sehingga tidak merupakan hal
baru yang memerlukan penjelasan secara meluas.
4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh
keterampilan pengukur.

Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh (IMT) atau biasa dikenal dengan Body


Mass Index merupakan alat ukur yang sering digunakan untuk
mengetahui kekurangan dan kelebihan berat badan seseorang.

9
Laporan FAO/WHO/UNU dalam Arisman (2004)
menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa
ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di
Indonesia istilah ini diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh
(IMT). Dimana IMT ini merupakan alat yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan
dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang
dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang.

Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat diketuhi nilainya dengan


menggunakan rumus :

()
IMT =
()2

Klasifikasi IMT untuk Indonesia merujuk kepada ketentuan


WHO tahun 1985 dimanaklasifikasi ini dimodifikasi
berdasarkan pengalaman klinis serta hasil penelitian di Negara
berkembang yang kemudian diklasifikasikan ke dalam Mini
Nutritional Assessment, klasifikasinya merupakan sebagai
berikut :

Tabel 1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh


Kategori IMT
Kurang < 18,5
Normal 18,5 25,0
Lebih < 25,0
Sumber : Depkes dalam Nurrachmah (2001)

Pengukuran lingkar betis

Pengukuran ini merupakan pengukuran optional dan


dilakukan apabila pengukuran tinggi badan dan berat badan

10
untuk menghitung BMI tidak mungkin dilakukan karena
keterbatasan alat dan lainnya.

Pengukuran LILA

Selain beberapa hal yang diukur di atas untuk


mengidentifikasi status gizi pada seseorang, Lingkar Lengan
Atas (LLA) juga digunakan untuk menetapkan dan
mengidentifikasi status gizi .
Klasifikasi nilai Lingkar Lengan Atas (LLA) sebagai
berikut :
1) LLA < 21 = buruk
2) LLA 21 sampai 22 = sedang
3) LLA > 22 = baik/normal

b. Evaluasi global

Acute disease atau psychological stress


Responden harus dievaluasi apakah ada penyakit akut atau ada
penyakit kronik yang memburuk pada 3 bulan terakhir.
Neurophysiological problem
Neurophysiological problem misalnya seperti dementia.
Mobilitas
Penilaian mobilitas dilihat dari kebiasaan sehari-harinya apakah
responden hanya melakukan bedrest, atau dapat melakukan
kegiatan ringan, atau dapat melakukan kegiatan normal seperti
biasa tanpa gangguan apapun

c. Diet assessment

Asupan makanan - Responden harus ditanyakan apakah ada


penurunan asupan makanan dalam 3 bulan terakhir yang
dikarenakan adanya gangguan pencernaan, kurangnya nafsu
makan, atau adanya gangguan mengunyah atau menelan

11
d. Self assessment

Persepsi terhadap nutrisi responden itu sendiri

e. Pemeriksaan klinis
Pada pemeriksaan ini terdapat dua jenis kategori untuk mengetahui
status gizi pada lansia, diantaranya adalah :
Pemeriksaan fisik
Berbagai kelaianan akibat kurang gizi dapat ditemukan
pada pemeriksaan fisik antara lain kehilangan lemak subkutan,
ulkus dekubitus karena kekuurangan protein dan enrgi, edema
akibat kekurangan protein, penyembuhan luka yang lambat karena
defisiensi seng dan vitamin C. Manifestasi klinis lain yang sering
dijumpai pada lansia adalah gangguan keseimbangan cairan,
khususnya dehidrasi. Dehidrasi pada lansia dapat berupa
peningkatan suhu tubuh, penurunan volume urin, penurunan
tekanan darah, mual, muntah, dan gagal ginjal akut
(Darmojo,2010).

Pemeriksaan Fungsional
Menurut Darmojo (2010) gangguan fungsi pada
kemampuan untuk menyiapkan makanan dan makan secara
mandiri dapat menganggu asupan makan seorang lansia. Seorang
lansia yang dapat bergerak bebas di dalam rumah akan banyak
menyiapkan makanan sesuai dengan yang diinginkannya,
sedangkan lansia yang menderita stroke, misalnya, tidak dapat
bergerak bebas untuk menyiapkan makanan sesuai seleranya
sehingga hanya bergantung kepada orang lain untuk makan. Fungsi
kognitif dan psikologis juga menentukan status gizi lansia.
Sebagian besar kehiilangan berat badan pada lansia disebabkan
karena depresi.

12
Biokimia
Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang
diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam
jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah,
urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
Selain itu,kadar protein dan kolesterol juga bisa dijadikan sebagai
indikator untuk mengetahui status gizi pada lansia. Pengukuran
simpanan protein tubuh seperti albumin, trransferin dan total iron
binding (TIBC) sering dipakai untuk mengukur status gizi lansia.
Sementara serum kolesterol yang rendah pada lansia juga
merupakan indikator status gizi yang kurang pada lansia (Darmojo,
2010).
a. Hemoglobin dan Hematokrit
Protein yang kaya akan protein disebut juga dengan
hemoglobin. Hemoglobin ini memiliki afinitas atau daya
gabung terhadap oksigen dan oksigen tersebut membentuk
oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Pengukuran
hemoglobin (Hb) dan kematokrit (Ht) merupakan pengukuran
yang mengindikasikan defisiensi sebagai bahan nutrisi. Kadar
hemoglobin dapat mencerminkan status protein pada
malnutrisi berat. Pada pengukuran hematokrit menggunakan
satuan persen (%) dan untuk hemoglobin menggunakan satuan
gram/dl.
b. Transferin
Nilai serum transferin adalah parameter lain yang
digunakan dalam mengkaji status protein visceral. Serum
transferin ini dihitung dengan menggunakan kapasitas total
iron binding capacity (TIBC), dengan menggunakan rumus
sebagai berikut (Blackburn dalam Arisman, 2004)
c. Serum Albumin
Indikator yang tak kalah pentingnya dalam menilai status
nutrisi dan sintesa protein adalah nilai dari serum albumin.

13
Kadar albumin rendah sering terjadi pada keadaan infeksi,
injuri, atau penyakit yang mempengaruhi kerja dari hepar,
ginjal, dan saluran pencernaan.
d. Keseimbangan Nitrogen
Pemeriksaan keseimbangan nitrogen digunakan untuk
menentukan kadar pemecahan protein di dalam tubuh. Dalam
keadaan normal, tubuh memperoleh nitrogen melalui makanan
dan kemudian dikeluarkan melalui urin. Seseorang beresiko
mengalami malnutrisi protein terjadi jika nilai keseimbangan
nitrogen yang negatif terjadi secara terus menerus. Dikatakan
keseimbangan nitrogen dalam tubuh negative jika katabolisme
protein melebihi pemasukan protein melalui makanan yang
dikonsumsi setiap hari (Nurachmah, 2001).

14
BAB III
KESIMPULAN

Mini Nutritional Assessment (MNA) merupakan salah satu alat ukur yang
digunakan untuk menskrining status gizi pada lansia. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah seorang lansia mempunyai resiko mengalami malnutrisi akibat
penyakit yang diderita dan atau perawatan di rumah sakit. MNA ini banyak
digunakan karena sangat sederhana dan mudah dalam pelaksanaannya.
Kesimpulan pemeriksaan Mini Nutritional Assesment (MNA) adalah
menggolongkan pasien atau lansia dalam keadaan status gizi baik, beresiko
malnutrisi ataukah malnutrisi berat. MNA mempunyai dua bagian besar yaitu
screening dan assessment, dimana penjumlahan semua skor akan menentukan
seorang lansia pada status gizi baik, beresiko malnutrisi, atau beresiko
underweight (Darmojo, 2010).
MNA-SF merupakan MNA yang lebih singkat dan lebih mudah untuk
dilakukan. MNA-SF biasa digunakan pada populasi yang mempunyai resiko
malnutrisi yang rendah. MNA-SF ini dibuat agar dapat digunakan pada keadaan-
keadaan yang membutuhkan suatu penilaian cepat tetapi juga akurat dalam
menentukan status gizi pasien.

15
MAKALAH PENILAIAN STATUS GIZI
MINI NUTRITIONAL ASSESMENT-SHORT FORM

Dosen Pembimbing : Sajiman, SKM., M.Gizi

Disusun Oleh :
KELOMPOK 9
Amaruli P07131216093
Nurasyiah P07131216124
M. Nur Ihsan Habibi P07131216116
Siti Alifa Risqi D P07131216131

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANJARMASIN


PROGRAM DIPLOMA IV JURUSAN GIZI
2017/2018

16

Anda mungkin juga menyukai