Anda di halaman 1dari 34

METODE SKRINING GIZI

PADA DEWASA
Utami Putri Kinayungan, S.Tr.Gz, M.P.H
PENDAHULUAN
Skrining gizi merupakan proses untuk mengidentifikasi pasien yang mempunyai
masalah gizi dan perlu dilakukan penilaian status gizi lanjut serta intervensi gizi oleh
seorang dietisien.

Kriteria penilaian -> cepat dan mudah dengan waktu kurang dari 10 menit untuk
menyelesaikannya, mempunyai standar referensi, valid, dan reliable.
PENDAHULUAN
Hasil evaluasi meliputi kelengkapan komponen skrining gizi yang menanyakan :
1. Riwayat penurunan berat badan
2. Nafsu makan
3. IMT
4. Keparahan penyakit
ANALISIS 11 METODE SKRINING
DARI ADA
Skrining Gizi Kehilangan Nafsu Makan IMT Keparahan Tingkat
Berat Badan Penyakit
NRS-2002 X X x I
MST X X II
MUST X X X II
MNA-SF X X X II
Simple two part X III
screen tool
NST (Bapen) X X III
Nutrition Risk X X X X III
Score
Tool #1 X X III
Rapid screen X X III
SCREEN II AB X III
SNAQ x X V
ANALISIS DARI ADA (2010)
DIBAGI MENJADI 5
TINGKATAN
Tingkat I  baik  NRS-2002 (9%)
Tingkat II  cukup 
Tingkat III  terbatas
Tingkat IV  hanya pendapat ahli
Tingkat V  SNAQ
NUTRITION RISK SCREENING
2002 (NRS-2002)
Merupakan metode skrining yang terbaik dalam memprediksi terjadinya komplikasi,
kematian yang lebih tinggi, dan pulang dengan perawatan di rumah atau tetap berada
di RS dalam waktu yang lebih lama pada pasien yang teridentifikasi berisiko
malnutrisi dibandingkan dengan pasien yang teridentifikasi tidak berisiko malnutrisi.
Tujuan -> Mendeteksi masalah gizi dan mengetahui dampak yang timbul karena
risiko gizi kurang pada pasien di rumah sakit.
Menggukana prototipe untuk segala macam penyakit berat sehingga dapat
mencangkup semua kategori pasien di rumah sakit.
NUTRITION RISK SCREENING
2002 (NRS-2002)
Metode skrinig gizi memadukan faktor penyakit, gizi, dan usia yang terdiri dari dua
tahap :
1. Skrining Awal
Dilakukan untuk mengetahui status gizi pasien berdasarkan IMT, penurunan BB,
penurunan asupan makan dan penyakit yang diderita. Dari keempat pertanyaan
tersebut, jika terdapat satu atau lebih pertanyaan dengan jawaban “ya” maka
dilanjutkan ke pertanyaan sampai tahap akhir. Jika semua pertanyaan jawaban “tidak”
maka skrining diulang pada jangka waktu seminggu kemudian
2. Skrining akhir
Terdapat dua pertanyaan yang mewakili pertanyaan tentang status gizi dan jenis
penyakit, kemudian diberikan skor dimana semakin tinggi skor, semakin berisiko.
MALNUTRITION UNIVERSAL
SCREENING TOOL (MUST)
Didesain untuk membantu mengidentifikasi pasien dewasa yang underweight dan berisiko
malnutrisi (status energi dan protein yang buruk) dan obesitas.
Tidak didesain untuk mendeteksi kelebihan atau kekuranga vitamin dan mineral.
Dapat digunakan untuk semua kelompok pasien dengan berbagai jenis perawatan termasuk
pola makan yang salah, masalah kesehatan mental dan pasien kritis, gangguan cairan tubuh,
kehamilan, dan menyusui
Hanya terdiri dari 3 pertanyaan :
1. Berapa BMI pasien ?
2. Berapa penurunan berat badan dalam 3-6 bulan yang lalu ?
3. Apakah pasien menderita penyakit akut dan pernah atau berkemungkinan tidak
mendapatkan asupan gizi > 5 hari ?
LIMA LANGKAH SKRINING MENGGUNAKAN MUST
MENURUT TODOROVIC DKK (2003) :
1. Pengukuran status gizi yang meliputi TB, BB, dan BMI.
- TB alternatif menggunakan dokumentasi terakhir, estimasi panjang ulna,
tinggi lutut atau rentang lengan.
- BB alternatif menggunakan data terakhir, BMI dapat diestimasi
menggunkanan LLA. Jika LLA < 23,5 cm maka BMI < 20 kg/m2 atau subyek
beresiko underweight dan jila LLA > 32 maka BMI lebih dari 30 kg/m2, maka
subyek berisiko obesitas.
Skor IMT (KG/m2) Kategori Berat Badan
2 < 18,5 Underweight
1 18,5-20 Underweight
0 20-25 Berat yang diharapkan
0 25-30 Over weight
0 (obesitas) > 30 Obesitas
LANJUTAN

2. Kehilangan berat badan yang tidak sengaja.


% penurunan berat badan = ((berat badan biasa-berat badan saat masuk)/ Berat badan
biasanya) x 100%
-Skor 2 jika % berat badan yang tidak disengaja 3-6 bulan terakhir > 10%
-Skor 1 jika kehilangan BB 5-10%
-Skor 0 jika tidak ada penurunan BB atau penurunan <5%

3. Penyakit akut yang dapat mempengaruhi risiko malnutrisi


LANJUTAN
3. Penyakit akut yang dapat mempengaruhi risiko malnutrisi
Pasien termasuk berisiko jika terdapat gangguan patofisiologi akut atau psikologi, tidak
mendapat asupan gizi lebih dari 5 hari. Ex : pasien kritis dengan gangguan menelan (setelah
stroke), cedera kepala, menjalani pembedahan saluran cerna, oleh karena itu ditambah skor
2.
4. Mengkategorikan pasien dengan menjumlahkan skor yang ada. Total skor 0 beresiko
rendah, 1 = sedang, lebih dari 2 menunjukkan pasien risiko tinggi.
5. Panduan manajemen
Manajemen untuk semua kategori risiko adalah dengan memberikan penanganan sesuai
dengan kondisi dan memberikan konsultasi mengenai jenis makanan yang dibutuhkan,
mencatat kategori risiko malnutrisi dan mencatat kebutuhan diet sesuai dengan kondisi lokal.
MALNUTRISI SCREENING
TOOL (MST)
Merupakan metode skrining gizi yang sederhana, cepat, valid dan reliabel untuk mengidentifikasi pasien
yang berisiko kurang gizi.
Metode skrining MST terdiri dari 2 pertanyaan, yaitu kehilangan berat badan yang tidak diharapkan dan
penurunan nafsu makan.
Kehilangan berat badan dikategorikan sebagai berikut :
1. Kehilangan BB 1-5 kg -> skor 1
2. Kehilangan BB 6-10 kg -> skor 2
3. Kehilangan BB 11-15 kg -> skor 3
4. Kehilangan BB lebih dari 15 kg -> skor 4
5. Ragu-ragu dalam mengidentifikasi BB -> skor 2
6. Ada penurunan nafsu makan -> skor 1
7. Jumlah skor lebih atau = 2 -> pasien mengalami risiko gizi kurang.
NUTRITION SERVICE
SCREENING ASSESSMENT
(NSSA)
Bertujuan untuk mengidentifikasi secara e. Berat Badan Ideal
cepat pasien yang malnutrisi atau berisiko
malnutrisi sehingga terapi gizi dapat f. Persentase BBI
diberikan segera. g. Persentase berat badan biasanya
Beberapa data yang ada dalam formulir h. Albumin
NSSA :
i. Data Lab lain
1. Catatan Medis
j. Nafsu makan
a. Diagnosa penyakit
k. Terapi medis
b. Usia
l. Diet yang diberikan
c. Tinggi Badan
m. Perubahan diet
d. Berat Badan
LANJUTAN
2. Kriteria Evaluasi
a. Kehilangan nafsu makan < 48 jam
b. Kesulitan mengunyah/ menelan
c. Intolerance/alergi makanan
d. Lama rawat inap
e. > 65 tahun dengan operasi pada saat pendaftaran
f. < 50% makanan dikonsumsi
g. Terlihat kurus

Hasil skrining NSSA :


1. Risiko malnutrisi -> minimal 3 kriteria evaluasi
2. Tidak risiko malnutrisi -> < 3 kriteria
4. Lama rawat inap lebih dari sama dengan 7 hari
5. > 65 tahun usia saat masuk RS
6. < 50% makanan yang dikonsumsi -> jumlah rata-rata konsumsi makanan dalam sehari
baik yang disediakan RS maupun dari luar RS dibandingkan dengan kebiasaan makan
sehari-hari sebelum dirawat di RS kurang dari 50% (1/2 porsi biasanya).
a. Terlihat malnutrisi -> kondisi pasien terlihat kurus/pucat/letih/lesu yang terlihat secara
fisik
b. Modifikasi diet -> diet yang diperoleh dari RS dimodifikasi dengan mendapatkan
makanan tambahan berupa makana parenteral (dextrose, maltose, aminofen, intralipid)
atau enteral (makanan komersil, ex peptisol, entresol)
SHORT NUTRITION
ASSESSMENT
QUESTIONNAIRE (SNAQ)
Pengembangan dilakukan oleh Kruizenga (2005) di bagian penyakit dalam, bedah/
onkologi RS di Belanda.
Dari hasil analisis didapatkan 3 pertanyaan valid yaitu :
1. Apakah kehilangan BB sebesar 6 kg dalam 6 bulan terakhir atau 3 kg dalam 1
bulan kemarin
2. Apakah ada penurunan nafsu makan selama 1 bulan kemarin
3. Apakah menggunakan minuman suplemen, makanan enteral pada bulan kemarin.
SUBJECTIVE GLOBAL
ASSESSMENT (SGA)
Termasuk penilaian klinis.
Merupakan indikator yang tepat untuk identifikasi pasien gizi kurang dalam
memprediksi komplikasi maupun kematian selama rawat inap.
PATIENT GENERATED –
SUBJECTIVE GLOBAL
ASSESSMENT (PG- SGA)
Merupakann penyesuaian SGA yang dikembangkan khusus untuk penderita kanker.
Pertanyaan didesain khusus sehingga ada 4 boks pertanyaan yang dapat diisi langsung oleh pasien yaiutu
boks 1-4 berupa pertanyaan riwayat BB dalam 1 dan 6 bulan terakhir.
- Jika BB pada 2 minggu terakhir diketahui, nilai + 1 poin. Kemudian nilai dari boks 1-4 dijumlahkan.
Boks pemeriksaan fisik ( pertanyaan no 5-7) diisi langsung oleh dokter/klinisi.
Pertanyaan 5 dijawab dengan melihat lampiran 2 dan menjumlahkan keluhan yang ada.
Pertanyaan 6 untuk stress metabolic dinilai berdasarkan adanya demam, lama demam dan pemakaian
steroid .
Pertanyaan 7 merupakan pemeriksaan fisik dinilai dengan melakukan pemeriksaan secara subyektif yaitu
menilai cadangan lemak, kekuatan otot, dan ada tidaknya edema.
Berdasarkan pengukuran angka Bauer memberikan rekomendasi triase nutrisi (nutritional trage
recommendation) sebagai berikut :
LANJUTAN

Berdasarkan pengukuran angka Bauer memberikan rekomendasi triase nutrisi


(nutritional trage recommendation) sebagai berikut :
0-1 = tidak memerlukan intervensi nutrisi saat ini, tapi perlu dilakuakn penilaian
ulang secara berkala.
2-3 = memerlukan edukasi untuk pasien dan keluarga oleh dietisien, perawat atau
klinikus
4-8 = memerlukan intervenes gizi oleh dietisien dengan bantuan perawat atau dokter
sesuai kebutihan pada boks 3
Lebih dari sama dengan 9 = intervensi gizi sangan diperlukan.
PROGNOSTIC NUTRITIONAL
INDEX (PNI)
PNI (%) = 158-(16,6 x ALB) – (0,78 x TSF) – (0,2 x TFN) – (5,8 x DCH)

PNI = Prognostic Nutritional Indeks (%)


ALB = Serum Albumin Concentration (gr/dl)
TSF = Triseps skinfold (mm)
TFN = Transferin (gr/dl)
DCH = Delayed Cutaneus Hypersensitivy
0= nonreaktif
1= < 5 mm reaktivitas
2= > 5 mm reaktivitas
Dengan interpretasi risiko komplikasi sebelum operasi :
PNI < 40% = Risiko Rendah
PNI 40-50% = Risiko sedang
PNI > 50% = Risiko Tinggi
METODE SKRINING GIZI PADA
USIA LANJUT
1. Nutritional Risk Index (NRI)
2. Geriatric Nutrition Risk Index (GNRI)
3. Mini Nutrition Assessment (MNA)
4. Nutrition Screening Initiative (NSI)
NUTRITIONAL RISK INDEX (NRI)
NRI = (1,159 x albumin) + (41,7 x berat sekarang/berat biasa)
Keterangan :
Almubin : Albumin serum (g/L)
Berat Biasa : berat stabil lebih dari 6 bulan sebelum masuk RS
Kategori ambang batas pengukuran NRI menurut Gibson (2005)

Status Gizi Ambang Batas


Tidak ada Malnutrisi > 100
Malnutrisi Ringan 97,5 - 100
Malnutrisi Sedang 83,5 – 97,4
Malnutrisi Berat < 83,5
GERIATRIC NUTRITION RISK
INDEX (GNRI)
(1,489x albumin) + (41,7 x BB)

Dengan kategori :
a. Berisiko tinggi  GNRI < 82
b. Berisiko sedang  82-<92
c. Berisiko rendah  92- <=98
d. Tidak Berisiko  98
MINI NUTRITION ASSESSMENT (MNA)
Banyak digunakan di RS

Skor Indikator
Malnutrisi :
24-30 poin : Status gizi
normal
17-23,5 : berisiko
malnutrisi
< 17 poin : Malnutrisi
Mengidentifikasi beberapa faktor risiko malnutrisi seperti :
N U T R I T I O N S C R E E N I N G I N I T I AT I V E ( N S I )

1. Disease (penyakit)
2. Eating Poorly (makan yang buruk)
3. Tooth loss atau mouth pain
4. Economic hardship (kesulitan ekonomi)
5. Reduced Social Contact (menurunya kontak sosial)
6. Multiple medications or drugs (pengobatan ganda)
7. Involuntary weigh loss.
8. Need for assistance with self-care
9. Elderly years

Anda mungkin juga menyukai