Pendahuluan
Malnutrisi telah dinyatakan oleh World Organization Health (WHO) sebagai ancaman tunggal terbesar
bagi kesehatan masyarakat di dunia. Telah dilaporkan, prevalensi pasien malnutrisi yang masuk rumah
sakit berkisar sampai di atas 50%. Peningkatan kejadian selama beberapa tahun terakhir telah mencatat
bahwa terapi dan skrining nutrisi sangat membantu penanganan pembedahan oleh karena hampir 40%
pasien berada dalam keadaan risiko malnutrisi preoperatif. Malnutrisi sebelum pembedahan saluran
cerna disebabkan penurunan asupan makanan via oral, penyakit kronik yang menetap, tumor kaheksia,
gangguan absorbsi berhubungan dengan obstruksi saluran cerna dan reseksi saluran cerna.Terlebihlagi,
status sosial ekonomi yang rendah, seperti banyak terlihat pada orangtua dan pasien cacat, merupakan
faktor risiko tambahan.. Pasien malnutrisi berada dalam keadaan risiko tinggi morbiditas dan mortalitas,
lama rawat yang lebih lama dan peningkatan biaya di rumahsakit. . Pemberian nutrisi perioperatif telah
secara nyata menunjukkan hasil perbaikan klinis dan mengurangi biaya.. Mekanisme kerja
tampaknyatidakhanyamemperbaiki status nutrisi dengan menyediakan asupan kalori yang tinggi,
tapisecara primer memperbaiki respon imun. Formula nutrisi mengandung agen yang memodulasi
sistem imun ( glutamin,arginin, asam lemak -3, dan asam ribonukleat) merupakan modulator yang
menguntungkan untuk respon stress akut.. Sejumlah penelitian dan guideline komprehensif terbaru
telah dikeluarkan untuk melakukan skrining preoperatif dan menstandarkan pemberian nutrisi
perioperatif berdasarkan cara, waktu, lama dan jenis formula.(15). Referat ini akan membahas tentang
perlunya melakukan skrining sebelum pemberian nutrisi perioperatif pada bedah saluran cerna serta
menerapkan guidelinenya dalam praktek klinik.1
TINJAUAN PUSTAKA
Oleh karena tidak ada standar dan pengertian yang dapat diterima secara luas, diagnosis pasti
malnutrisi masih sulit. Kriteria diagnosis berkisar dari data sederhana seperti jumlah asupan, penurunan
berat badan, atau indeks massa tubuh sampai data biokimia albumin ,prealbumin dan berbagai
penilaian fisiologik lainnya. Dalam rangka mendapatkan metode skrining yang sederhana dan dapat
dipercaya, parameter ini sering ditampilkan dalam bentuk skor misalnya Nutritional Risk Index(NRI)
untuk menilai beratnya malnutrisi. Kuesioner seperti Subjective Global Assessment (SGA)juga dapat
digunakan . Analisis biometrik , seperti phase angle yang menjumlah body leanmass dan lemak dengan
electrical impedance, biasa digunakan namun sangat jarang1. (Tabel 1 dan Tabel 2)
Skrining, penilaian dan penanganan pasien dengan malnutrisi merupakan komponen kunci
dalam penanganan nutrisi (gambar 1). Skrining nutrisi didefinisikan oleh American Society of Parenteral
Enteral Nutrition (A.S.P.E.N.) sebagai proses untuk mengidentifikasi individu yang berada dalam keadaan
malnutrisi atau yang berisiko malnutrisi untuk menentukan apakah penilaian nutrisi yang lebih detail
butuhkan.Di Amerika Serikat, The Joint Commission menganjurkan skrining nutrisi dalam waktu 24 jam.
Tabel 3 . Nutritional Risk Screening Score (NRS 2002) . Skor total didapatkan dengan menambah skor
nutrisi terhadap skor penyakit. Pasien usia diatas 70 tahun ditambahkan 1 pada skor totalnya. Jika total
skor 3,pasien berada dalam keadaan malnutrisi berat dan direkomendasikan penanganan nutrisi
Malnutrisi perioperatif dianggap sebagai suatu yang dapat diterapi dan dapat diatasi untuk mencegah
morbiditas postoperatif. Olehkarena dukungan nutrisi menunjukkan pengurangan infeksi, komplikasi,
lama tinggal dan biaya), akan dibahas mengenai seleksi pasien, waktu, jalur pemberian dan jenis
dukungan nutrisi yang diberikan.
Pasien dikatakan berada dalam keadaan risiko malnutrisi berat jika NRS 3 atau 1 dari beberapa kriteria
dipenuhi : kehilangan berat badan 10-15% dalam 6 bulan, IMT < 18,5 kg/m2, SGA grade C atau serum
albumin < 30 g/L . Untuk pasien ini, bedah mayor sebaiknya ditunda sampai status nutrisi dapat
diperbaiki. Kebanyakan pasien dengan kanker saluran cerna berada dalam keadaan malnutrisi berat
preoperatif dan fungsi imunnya tertekan. Belum lagi, puasa postoperatif yang berkepanjangan dan
asupan yang tidak adekuat memperberat keadaan malnutrisi. Akibatnya terjadi peningkatan risiko
komplikasi postoperatif sehingga sebaiknya semua pasien mendapatkan keuntungan dari pemberian
nutrisi . Oleh karena usia secara tidak langsung mempengaruhi nilai NRS , pasien usia > 70 tahun
dianggap sebagai pasien khusus . Profil nutrisi dari pasien ini merupakan faktor prognostik yang baik dan
berbagai usaha dilakukan untuk menjaga dan mengoptimalkan status nutrisi mereka. Telah ditunjukkan
bahwa bahkan pada pasien dengan gizi baik,dukungan nutrisi perioperatif secara positif mempengaruhi
hasil postoperatif. Enhanced Recovery Programs (ERAS) telah diterapkan pada sejumlah pasien,
utamanya fokus pada usaha meminimalkan periode puasa preoperatif dan memaksimalkan masukan
karbohidrat.( Tabel 4 dan Tabel 5) 3
Waktu pemberian nutrisi masih diperdebatkan. Jika pemberian nutrisi enteral konvensional
direkomendasikan selama 10-14 hari mendahului suatu pembedahan pada pasien dengan malnutrisi
berat untuk memperbaiki status nutrisi, imunonutrisi (IN) diberikan 5-7 hari mendahului pembedahan
pada pasien dengan kanker untuk memperbaiki fungsi imun. Walaupun puasa preoperatif telah menjadi
doktrin, Brady dkk melaporkan bahwa puasa selama 2 jam preoperatif terhadap makanan cair (clear
liquid) tidak meningkatkan komplikasi. Saat ini, 2 jam puasa preoperatif terhadap cairan dan 6 jam
puasa terhadap makanan padat dipertimbangkan sebagai praktek yang paling baik dan
direkomendasikan oleh ERAS ( Enhanced Recovery After Surgery). Periode pasca operasi, asupan
makanan via oral atau pemberian nutrisi via feeding tube sebaiknya dimulai dalam 24 jam pertama.
Nutrisi Perioperative pada Bedah Saluran Cerna 8
Metaanalisis terbaru mengevaluasi pemberian dini nutrisi enteral pascaoperasi versus penanganan
tradisional pada pasien yang menjalani bedah saluran cerna. Lebih disukai pemberian dini nutrisi enteral
mengikuti suatu bedah saluran cerna untuk mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas. Keuntungan
pemberian dini nutrisi via oral telah ditunjukkan oleh El Nakeeb dkk . Terdapat bukti kuat bahwa
pemberian supplemen nutrisi via oral (200 ml, 2 kali sehari) yang diberikan pada hari pembedahan
sampai asupan makanan normal dicapai, sangat menguntungkan. Sementara dukungan nutrisi
perioperatif direkomendasikan, beberapa penelitian mengatakan bahwa pembatasan nutrisi pada fase
preoperatif mempunyai efek menguntungkan dibandingkan pemberian nutrisi pada kedua fase
preoperatif dan postoperatif. 3 RCT telah menemukan tidak terdapat perbedaan jika membandingkan
pasien yang mendapat imunonutrisi pre- and periopratif. Penelitian lain membandingkan imunonutrisi
yang diberikan perioperatif dengan pasien kontrol yang menerima imunonutrisi hanya pada periode
postoperatif. Penurunan yang signifikan pada komplikasi postoperatif tampak pada kelompok yang
mendapatkan imunonutrisi perioperatif dibandingkan dengan kelompok yang mendapatkan
imunonutrisi hanya pada periode postoperatif. Lama pemberian nutrisi postoperatif masih tidak jelas.
Jika penggunaan supplemen nutrisi oral postoperatif selama 8 minggu pada pasien malnutrisi
mempengaruhi status nutrisi dan kualitas hidup kurang bukti ditemukan pada pasien dengan status gizi
baik. Tentang lama pemberian imunonutrisi postoperatif, lama terapi bervariasi dari 3 sampai 10 hari ,
dan yang paling sering selama 7 hari.
Pada dasarnya pemberian nutrisi dapat diberikan melalui 3 jalur: jalur oral sebagai oral nutritional
supplement (ONSs), melalui enteral atau feeding tube dan jalur parenteral. Seperti yang dinyatakan
dalam guideline ESPEN 2006, jalur enteral sebaiknya tidak digunakan jika terdapat obstruksi saluran
cerna, shok berat atau jika terdapat iskemia saluran cerna. Stratton dan Elia mengatakan bahwa
pemberian supplementasi nutrisi via oral dan nutrisi melalui tube feeding dapat mengurangi komplikasi
saluran cerna pada pasien postoperatif, jika dibandingkan dengan pemberian nutrisi biasa, walaupun
tidak ada pengaruh terhadap mortalitas Jika dibandingkan pemberian nutrisi via feeding tube dengan
pemberian nutrisi jalur parenteral pada pasien kanker yang menjalani bedah saluran cerna, pasien yang
mendapat dukungan nutrisi enteral secara signifikan mendapatkan lebih sedikit komplikasi infeksi.
Lessen dkk mempelajari hasil pemberian nutrisi pasca operasi pada pasien yang mejalani bedah saluran
cerna bagian atas. Pasien yang mendapatkan dukungan nutrisi oral disertai dengan komplikasi yang
Terdapat berbagai jenis supplementasi nutrisi.Beberapa bukti kuat mendapatkan bahwa pemberian
minuman jernih kaya karbohidrat sebelum tengahmalamdan 2-3 jam sebelum bedah kolon menjadikan
keadaan pasien sebelum dan setelah operasi lebih baik, penyembuhan lebih baik serta memperpendek
lama rawat di rumahsakit ( Tabel 6 ). Imunonutrisi yang mengandung kombinasi glutamin, arginin, asam
lemak 3 , dan asam ribonukleat, telah dievaluasi pada sejumlah penelitian . Metaanalisis terbaru
yang menilai dampak dari pemberian imunonutrisi pada komplikasi postoperatif, utamanya komplikasi
infeksi, lama rawat rumah sakit dan kematian pada pasien yang menjalani bedah saluran cerna. 21 RCT
pada 2730 pasien dimasukkan dalam metaanalisis ini.Imunonutrisi secarasignifikan mengurangi
komplikasi jika digunakan preoperatif, perioperatif dan postoperatif. Pasien yang menerima
imunonutrisi disertai insiden infeksi yang rendah.Namun imunonutrisi perioperatif tidak
punyapengaruhterhadapmortalitas. Dari 9 RCT yang mengevaluasiimunonutrisiperioperatif, lama
pemberian imunonutrisi yang direkomendasikan adalah dalam 5-7 hari. Jika masing-masing komponen
imunonutrisi dipelajari secara terpisah, terdapat ketidaksamaan di hasil. Jiang dkk membandingkan
pasien kanker yang menerima supplementasi 3 pascaoperasi selama 7 hari pada pasien yang
menerima diet isokaloriisonitrogen. Didapatkan rendahnya insiden komplikasi infeksi dan rendahnya
lama rawat pada kelompok terapi. Namun,tidak ada perbedaan signifikan dapat ditunjukkan sejauh
harga menjadi pertimbangan Metaanalisis menunjukkan penurunan tingka tinfeksi, tapi tidak ada
keuntungan pada lama tinggal di rumah sakit dan mortalitas While Sun dkk menunjukkan bahwa asam
amino rantai cabang yang terdapat pada nutrisi parenteral menurunkan komplikasi postoperatif pada
pasien malnutrisi dengan kanker saluran cerna dan menjalani pembedahan. Gianotti dkk gagal
memperbaiki hasil klinik pada pasien yang menerima asam amino perioperatif .Pada RCT lain,
supplementasi glutamin parenteral pada periode preopertif gagal menurunkan tingkat infeksi,
komplikasi luka, lama tinggal di ICU dan kematian. 3
Operasi abdomen dapat menyebabkan disregulasi sistem imun post trauma, yang ditandai dengan
fungsi sistem imun yang menurun (gambar 2). Peningkatan kerentanan terhadap infeksiberasal dari
ketidakseimbangan metabolik dan imunologik sehubungan dengan trauma, iskemia jaringan dan
trauma pembedahan, lama operasi, kehilangan darah, kesakitan dan malnutrisi. Lesi mukosa dan
peningkatan permeabilitas saluran cerna dapat memprovokasi translokasi bakteri dan pelepasan
endotoksin serta menginisiasi respon inflamasi sehingga memiliki dampak yang tinggi terhadap
perkembangan komplikasi infeksi. Nutrisi enteral menyediakan mukosa intestinal dengan nutrien dan
menjaga gut associated lymphoid tissue (GALT), yang dapat menurunkan translokasi bakteri. Pada
banyak penelitian tentang pemberian formula imunonutrisi menunjukkan perbaikan fungsi saluran
cerna dan secara positif respon imunosupresi dan inflamasi pasca bedah. Arginin,glutamin, asam lemak
3 dan asam ribonukleat adalah imunonutrien yang dapat memodulasi sistem imun dan memperbaiki
mekanisme pertahanan tubuh setelah pembedahan (gambar 3). 5
Penelitian klinik tentang imunonutrisi postoperasi telah dilakukan oleh Daly pada tahun 1992. Setelah
itu, Senkel, Braga and Gianotti telah melakukan penelitian imunonutrisi post-,peri- dan preoperative
pada pasien kanker gastrointestinal. Kebanyakan penelitiaan memberikan hasil yang baik dan utamanya
imunonutrisi preoperative sangat dianjurkan. Pada penelitian ini didapatkan bahwa imunonutrisi
perioperative pada pasien bedah saluran cerna elektif dapat memperbaiki hasil klinik.
Malnutrisi adalah masalah yang paling sering terjadi pada pasien pembedahan (40%) dan tanpa
diragukan lagi satu dari faktor risiko yang paling penting untuk komplikasi postoperatif. NRS adalah alat
skrining yang dapat dipercaya untuk mengidentifikasi pasien dengan resiko malnutrisi yang mendapat
keuntungan dari supplementasi nutrisi. Penelitian kualitas tinggi terbaru memberi bukti meyakinkan
bahwa nutrisi perioperatif adalah terapi yang sangat efektif terlibat dalam penurunan komplikasi, lama
rawat rumah sakit dan biaya. Banyak hasil bermamfaat ditunjukkan dengan pemberian imunonutrisi
preoperatif. Guideline terbaru membolehkan usaha untuk menstandarkan nutrisi perioperatif dalam
bedah saluran cerna. Namun, implementasi dari rekomendasi ini tidak selalu memuaskan. Kebanyakan
dokter bedah mempunyai pemahaman yang jelas terhadap mamfaat positif nutrisi perioperatif pada
hasil post operasi. Berdasarkan guideline dan literatur, dibuat suatu algoritma sederhana untuk skrining
nutrisi dan terapi nutrisi perioperatif (gambar). Semua pasien yang menjalani bedah abdomen
sebaiknya mendapatkan skrining untuk malnutrisi. Tergantung derajat malnutrisi dan tipe pembedahan,
dukungan nutrisi sebaiknya dimulai dalam 7-14 hari preoperatif. Pada kebanyakan pasien suplementasi
protein atau imunonutrisi sangat diperlukan. 1