DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 1A KELOMPOK 1D
ESI JONAFIA UREN YAKOBA KOCE ANGGANOIS
NELY ILINTAMON DINI AMINARTI
FERA METEKOHI MANSYE F SOLISSA
NURULFITRAH SRY CORNELIA BUARLELY
WELMINCI RENATA SABONO YULIANA YULIET WELIKIN
MARTAVINA YAWAR
CI LAHAN CI INSTITUSI
[ ] [ ]
2022/2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TERAPI BERMAIN
PADA ANAK BATITA
1. Tujuan
a. TIU (tujuan instruksional umum)
Setelah diajak bermain, diharapkan anak dapat melanjutkan tumbuh
kembangnya, mengembangkan aktivitas dan kreativitasnya melalui pengalaman
bermain dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan di rawat.
Memperbaikifungsi organ tubuh tertentu yang menyimpang agar mampu
melaksanakan kegiatan sehari-hari seoptimal mungkin.
Keterangan :
Pemimpin bermain
Moderator
Observer ?
fasilitator
Anak
3. Kegiatan bermain
NO Waktu Kegiatan Peserta
1 5 Pembukaan : Menjawab salam
Menit Membuka kegiatan dengan Mendengarkan
mengucapkan salam Memperhatikan
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan dari terapi bermain
Kontrak waktu
2 10 Pelaksanaan : Memperhatikan
Menit Menjelaskan tata cara pelaksananan Bertanya
terapi bermain menara donat pada anak Antusias saat
Memberikan kesempatan kepada anak menerima
untuk bertanya jika belum jelas peralatan memulai
Memberikan alat/permainan menara untuk menyusun
donat menara donat
Fasilitator mendampingi anak dan Menjawab
memberikan motivasi kepada anak pertanyaan
Menanyakan kepada anak apakah telah Mendengarkan
selesai menyusun menara donat Memperhatikan
Memberitahu anak bahwa waktu yang
di berikan telah selesai
Memberikan pujian terhadap anak yang
mampu menyusun menara donat
sampai selesai
3 5 Evaluasi : Menceritakan
Menit Melatih koordinasi mata dan tangan Gembira
Anak dapat mengembangkan
kognitifnya
Anak dapat menyusun menara donat
Orang tua dapat mendampingi kegiatan
anak sampai selesai
Anak dapat belajar berkomunikasi dan
bersosialisasi dengan lingkungan
Anak merasa senang
4 5 Terminasi : Memperhatikan
Menit Memberikan motivasi dan pujian Gembira
kepada seluruh anak yang telah Mendengarkan
mengikuti program terapi bermain Menjawab salam
Mengucapkan terima kasih kepada
anak yang mengikuti terapi
Mengucapkan salam penutup
KRITERIA EVALUASI
1. Pembagian tugas
2. Proses
Dievaluasi apakah anak mau berkenalan dan bersalaman dengan perawat tanpa rasa takut.
Apakah anak mau menyusun menara donat
3. Evaluasi struktur
Anak hadir di rungan minimal 5 orang
Penyelenggara terapi bermain di lakukan di ruangan Baji Minasa
Pengorganisasian penyelenggara terapi di lakukan sebelumnya
4. Kriteria hasil
Anak terlihat senang dan gembira
Kecemasan anak berkurang
Menyusun menara donat sesuai dengan contoh
Anak dapat menyusun donat yang besar sampai dengan yang kecil
PERKIRAAN HAMBATAN
Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai (lebih lambat dari yang di jadwalkan)
Anak rewel atau ingin keluar dari terapi bermain
ANTISIPASI HAMBATAN / MASALAH
Jadwal terapi bermain di sesuaikan (tidak pada waktu terapi)
Melakukan kerjasama dengan perawat di Baji Minasa untuk mendampingi anak didiknya
selama program terapi.
TERAPI BERMAIN
A. PENGERTIAN BERMAIN
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak
disadari
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh
kesenangan
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock).
Bermain adalah ungkapan bahasa secara alami pada anak yang diekspresikan
melalui bio-psiko-sosio anak yang berhubungan dengan lingkungan (Cindy Smith).
Kesimpulan: Bermain merupakan bahasa dan keinginan dalam
mengungkapkan konflik dari anak yang tidak disadarinya serta dialami dengan kesenangan yang
diekspresikan melalui bio-psiko-sosio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir.
B. KATEGORI BERMAIN
1. Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri atau kegembiraan
timbul dari apa yang dilakukan oleh anak. Contoh: bermain sepak bola.
2. Bermain pasif/hiburan
Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya melihat),
kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Contoh: memberikan support, menonton televisi.
C. JENIS PERMAINAN
1. Permainan bayi
Permainan sederhana oleh anggota keluarga dilakukan pada usia 0-1 tahun. Contoh: petak umpet,
dakon, kejar-kejaran.
2. Permainan perorangan
Untuk menguji kecakapan, ada peraturan sedikit, dilakukan pada todler dan prasekolah. Contoh:
menendang bola.
3. Permainan tetangga
Permainan kelompok, pada prasekolah dan sekolah. Contoh: bermain polisi dan penjahat.
4. Permainan tim
Permainan terorganisir, punya aturan tertentu, dilakukan pada usia sekolah dan remaja. Contoh:
sepakbola, kasti, lari.
5. Permainan dalam ruang
Permainan pada anak sakit atau lelah, dilakukan pada cuaca buruk atau hujan. Contoh: main
kartu, tebak-tebakan, teka-teki.
D. CIRI-CIRI BERMAIN
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik, sifat interaksi
3. Selalu dinamis, berkembang
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu.
E. KLASIFIKASI BERMAIN
a. Menurut Isi
a. Social affective play
Anak belajar memberi respon dan berhubungan dengan orang lain terhadap respon yang
diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan
anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
b. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya, dengan bermain
dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir, mengenal rasa, bau.
c. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh keterampilan tertentu dan anak
melakukan secara berulang-ulang, misalnya mengendarai sepeda roda tiga.
d. Dramatika play (Role play)
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.
2. Menurut Karakteristik Sosial
a. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang bermain
disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita todler.
b. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai
mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling
tergantung, biasanya dilakukan oleh anak todler dan pre school. Contoh : bermain balok.
c. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang sama tetapi belum
terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain sesukanya, satu sama lain
kadang saling meminjamkan.
d. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya, permainan terorganisasi dan terencana dan
ada aturan tertentu. Saling diskusi dan memiliki tujuan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak
usia sekolah dan adolescent.
F. FUNGSI BERMAIN
1. Perkembangan Sensorik Motorik
Melalui permainan anak akan mampu mengungkapkan kemampuan fisiknya. Bayi
dengan penglihatan, taktil, dan rangsangan. Todler dan pra sekolah melalui gerakan tubuh,
dimana kematangan dan maturitas akan membedakan masing-masing usia.
2. Perkembangan Kognitif/intelektual
Membantu mengenal benda sekitar(warna, bentuk, kegunaan). Perkembangan ini
diperoleh melalui eksplorasi dan manipulasi benda disekitarnya baik dalam hal warna, ukuran,
dan pentingnya benda tersebut. Contoh: bermain mengisi teka-teki silang.
3. Kreatifitas
Anak mengembangkan kreatifitas, mencoba ide baru, bermain dengan semua media, puas
dengan kreatifitas baru, dan minat terhadap lingkungan tinggi. Misalnya menyusun balok.
4. Perkembangan Sosial
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari peran dalam
kelompok, belajar memberi dan menerima, belajar benar salah, dan mampu mengenal
tanggungjawab.
5. Kesadaran Diri (Self awarness)
Anak belajar memahami kemampuan dirinya, kelemahan dan tingkah laku terhadap orang lain.
6. Perkembangan Moral
Diperoleh melalui interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman,
menyesuaikan dengan aturan kelompok. Contoh: dapat menerapkan kejujuran.
7. Terapi
Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak
enak, misalnya: marah, takut, benci.
8. Perkembangan Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan
secara verbal, misalnya: melukis, menggambar, bermain peran.
G. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS BERMAIN
1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan.
2. Status kesehatan, pada anak sakit maka perkembangan psikomotor dan kognitif terganggu.
3. Jenis kelamin, dimana anak laki-laki lebih tertarik dengan mekanikal sementara anak
wanita mother role.
4. Lingkungan yang meliputi: lokasi, negara, kultur.
5. Alat permainan.
6. Intelegensia.
7. Status sosial ekonomi.
H. TAHAP PERKEMBANGAN BERMAIN
1. Tahap Eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain.
2. Tahap Permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap perminan.
3. Tahap Bermain Sungguhan
Anak sudah ikut dalam perminan.
4. Tahap Melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
3. Syarat
a. Aman, disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan anak.
b. Ukuran dan berat sesuai usia.
c. Desainnya harus jelas. Memiliki ukuran, susunan, warna tertentu serta jelas maksud dan
tujuannya.
d. Berfungsi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak (motorik, bahasa,
kognitif, sosialisasi).
e. Dapat dimainkan dengan berbagai variasi, tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah.
f. Harus tetap menarik.
g. Mudah diterima oleh semua kebudayaan.
h. Tidak mudah rusak. Jika ada bagian yang rusak mudah diperbaiki dan diganti,
pemeliharaan mudah, terbuat dari bahan yang mudah didapat, harga terjangkau.
4. Alat Permainan Balita dan Perkembangan yang Distimuli
a. Motorik kasar: sepeda roda tiga/dua, mainan yang ditarik dan didorong.
b. Motorik halus: gunting, bola, balok, lilin.
c. Kognitif: buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna.
d. Bahasa: buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, televisi.
e. Menolong diri sendiri: gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki.
f. Tingkah laku sosial: alat permainan yang dapat dipakai bersama seperti bola, tali, dakon.
5. Kesalahan dalam Pemilihan Alat
a. Memberikan sekaligus banyak mainan.
b. Alat permainan dianggap bagus atau perlu oleh orang tua tapi kontradiksi bagi anak.
c. Alat terlalu mahal.
d. Terlalu lengkap dan sempurna.
e. Tidak sesuai dengan umur anak.
f. Terlalu banyak mainan dengan tipe yang sama.
g. Tidak teliti keamanannya.