Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH ANAK DAN MATERNITAS TERPADU

PROGRAM KESEHATAN BAYI DAN ANAK


PELAYANAN BALITA DI MASA PANDEMI COVID-19

Oleh:

Zairina Rahmawati 201810300511003


Yulvia Laila Nur Yuha 201810300511012
Ade Nopy Ruthmitasari 201810300511033
Atika Nida Prastiwi 201810300511035
Dhian Rahmanto 201810300511037
Meilya Efrida Prasetyo Devi 201810300511038
Nurul Izza 201810300511041
Irma Yusida 201810300511047
Dewanto Wijiantomo 201810300511051

Dosen Pembimbing :
Reni Ilmiasih, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.An

i
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Pelayanan Balita di Masa Pandemi
Covid 19” dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini mungkin
ada hambatan, namun berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak dan bimbingan dari
dosen pembimbing. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
            Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak, atas bantuan serta dukungan dan doa nya.
            Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini
dan dapat mengetahui tentang profesi keperawatan. Kami mohon maaf apabila makalah ini
mempunyai banyak kekurangan, karena keterbatasan penulis yang masih dalam tahap
pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun,
sangat diharapkan oleh kami dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah
sederhana ini bermanfaat bagi pembaca maupun kami

Malang, 05 Maret 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUHAN......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Manfaat........................................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................3
2. 1 Definisi Pelayanan Balita............................................................................................3
2. 2 Tujuan Pelayanan Balita..............................................................................................3
2. 3 Fungsi Pelayanan Balita..............................................................................................3
2. 4 Manfaat Pelayanan Balita............................................................................................3
2.5 Sasaran Pelayanan Balita.............................................................................................4
2.6 Penyelenggara Pelayanan Balita..................................................................................4
BAB III. PELAKSANAAN PELAYANAN BALITA............................................................14
3. 1 Pelayanan Bayi dan Balita sesuai kebijakan pemerintah..........................................14
3. 2 Pelayanan Kesehatan Luar Gedung...........................................................................14
3. 3 Pelayanan Balita Sakit di Puskesmas........................................................................18
BAB IV. PEMBAHASAN.......................................................................................................19
4.1 Pelayanan Bayi dan Balita di Masyarakat.................................................................19
4.2 Pelayanan Bayi dan Balita di Masyarakat Selama Pandemi COVID-19..................19
4.3 Pelayanan Bayi dan Balita di masyarakat sesuai kebijakan pemerintah...................20
4.4 Keberhasilan program Pelayanan Balita di Masa Pandemi COVID-19...................20
4.5 Kendala dan evaluasi penerapan program pelayanan balita....................................21
4.6 Alur Pelayanan Balita Sakit di Masa Pandemi.........................................................21
BAB V. KESIMPULAN..........................................................................................................23
5.1 Kesimpulan................................................................................................................23
5.2 Saran..........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25

iv
BAB I. PENDAHULUHAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya kesehatan merupakan kebutuhan manusia yang utama sebagai
ukuran kualitas hidup yang mendasar dan harus dipenuhi oleh setiap orang, karena
dengan kesehatan akan memungkinkan setiap orang untuk melakukan kegiatan dalam
rangka mencukupi kebutuhan hidup yang lain [ CITATION Ani16 \l 1057 ]. Menurut
Kementrian Kesehatan RI, pembangunan manusia pada hakekatnya adalah
memberikan hak kepada manusia, dengan memberikan jaminan sosial agar dapat
mencapai kehidupan yang lebih bermartabat. Upaya pembangunan manusia itu perlu
mendapatkan perhatian kesehatan sejak dini, diawali dari ibu hamil, bayi dengan
memberikan ASI dan imunisasi hingga usia lanjut [CITATION Las19 \l 1057 ].
Pelayanan balita merupakan pelayanan atau pemantauan yang meliputi
pertumbuhan, perkembangan, pemberian imunisasi dasar dan lanjutan pemberian
vitamin A serta obat pencegah cacingan. Sedangkan menurut Depkes RI, pelayanan
balita merupakan bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang
diselenggarakan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembagunan kesehatan
yang berguna untuk memberikan kemudahan pada masyarakat [ CITATION Enc17 \l
1057 ]. Dengan membawa balita ke Pelayanan Balita akan mendapatkan manfaat
yaitu anak mendapatkan kesehatan ke arah yang lebih baik, mendapatkan kemudahan
pelayanan di satu kesempatan dalam satu tempat sekaligus. Kunjungan orang
tua/pengasuh dalam pemanfaatan Pelayanan balita mempunyai andil yang besar
dalam meningkatkan kesehatan balita [ CITATION Ida16 \l 1033 ].
Pada masa pandemic COVID-19 kegiatan pelayanan balita sempat terhenti,
namun sekarang kegiatan pelayanan balita di beberapa daerah sudah mulai aktif
kembali dengan pelayanan yang tetap harus mematuhi protocol kesehatan yang
dikeluarkan oleh pemerintah [ CITATION Sar20 \l 1033 ]. Pelaksanaan pelayanan
kesehatan bayi dan balita pada masa pandemic COVID-19 tentunya membutuhkan
adaptasi masyarakat khususnya bayi dan anak dengan baik dan sesuai standar yang
sudah ditentukan. Kelancaran pelaksanaan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh
beberapa factor baik internal maupun eksternal [ CITATION Sum21 \l 1033 ].
Pada masa pandemic COVID-19 hendaknya tidak menyurutkan semangat
tenaga kesehatan dan kader Pelayanan balita untuk tetap mensosialisasikan

1
pentingnya pelayanan kesehatan bayi dan anak serta melakukan langkah-langkah
penting untuk memastikan setiap anak yang merupakan kelompok rentan terlindungi
dari penyakit-penyakit berbahaya. Dalam masa pandemic COVID-19 ini, pelayanan
kesehatan bayi dan balita tetap harus diupayakan sesuai jadwal untuk melindungi
anak dari penyakit berbahaya [ CITATION Agu20 \l 1033 ].

1.2 Manfaat
1. Kebutuhan kesehatan bayi dan balita terpenuhi selama masa pandemic COVID-
19.
2. Ibu dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita selama
masa pandemic COVID-19.

.3 Tujuan
1. Terselenggaranya pelayanan bayi dan balita selama masa pandemic COVID-19.
2. Mengajak orang tua untuk rutin memeriksakan bayi dan balitanya ke pelayanan
balita.

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Definisi Pelayanan Balita
Pelayana balita merupakan pelayanan atau pemantauan yang meliputi
pertumbuhan, perkembangan, pemberian imunisasi dasar dan lanjutan, pemberian
vitamin A dan obat pencegahan cacingan [ CITATION Las19 \l 1057 ].
Menurut Depkes RI, pelayanan balita merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaran pembangunan
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan pada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang paling utama
khususnya untuk memperoleh penurunan angka kematian bayi dan anak [ CITATION
Ani16 \l 1057 ]
2. 2 Tujuan Pelayanan Balita
Tujuan Pelayanan balita adalah untuk menurunkan angka kematian bayi dan
anak balita, agar terwujud keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Pelayanan balita ini
memang dikhususkan guna menaungi masalah dan perkembangan kesehatan bayi dan
balita oleh karena itu, keberadaan pelayanan balita dapat memberikan sejumlah
manfaat bagi masyarakat. Pelayanan balita merupakan wadah titik temu antara
pelayanan profesional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam
menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, terutama dalam upaya penurunan
angka kematian bayi dan kelahiran bayi [ CITATION Enc17 \l 1057 ].
2. 3 Fungsi Pelayanan Balita
Fungsi posyandu adalah sebagai berikut [ CITATION Kem11 \l 1057 ] :
a. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan
petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka
mempercepat penurunan penurunan angka kematian bayi dan anak balita
b. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama
berkaitan dengan penurunan angka kematian bayi dan balita.
2. 4 Manfaat Pelayanan Balita
Manfaat pelayanan balita adalah sebagai berikut [CITATION RIK12 \t \l 1057 ] :
1. Bagi masyarakat :

3
a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan bayi dan anak balita.
b. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau
gizi buruk
c. Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul Vitamin A
d. Bayi memperoleh imunisasi lengkap
e. Memperoleh penyuluhahan terkait tentang kesehatan bayi dan anak balita
f. Apabila terdapat kelainan pada bayi dan anak balita dapat segera diketahui
dan dirujuk ke puskesmas
g. Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan bayi dan anak
balita
2. Bagi kader :
a. Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap
b. Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang bayi dan
anak balita
c. Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya
dalam bidang kesehatan
d. Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan bayi dan anak
2.5 Sasaran Pelayanan Balita
Sasaran pelayanan balita adalah sebagai berikut [ CITATION Kem11 \l 1057 ]:
a. Bayi
b. Anak balita
2.6 Penyelenggara Pelayanan Balita
1. Pengelola Pelayanan Balita
Dalam penyelenggaraannya, pengelola Pelayanan Balita dipilih dari dan
oleh masyarakat pada saat musyawarah pembentukan Pelayanan Balita. Pengurus
Pelayanan Balita sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan
bendahara. Berikut ini beberapa kriteria pengelola Pelayanan Balita [ CITATION
RIK12 \l 1057 ].
a. Sukarelawan dan tokoh masyarakat setempat.
b. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi, dan mampu memotivasi
masyarakat.
c. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.

4
2. Waktu dan Lokasi
Penyelenggaraan Pelayanan Balita sekurang-kurangnya satu (1) kali
dalam sebulan. Jika diperlukan, hari buka Pelayanan Balita dapat lebih dari satu
(1) kali dalam sebulan. Hari dan waktunya sesuai dengan hasil kesepakatan
masyarakat. Pelayanan Balita berlokasi di setiap desa/kelurahan/RT/RW atau
dusun, salah satu kios di pasar, salah satu ruangan perkantoran, atau tempat
khusus yang dibangun oleh swadaya masyarakat. Tempat penyelenggaraan
kegiatan Pelayanan Balita sebaiknya berada di lokasi yang mudah dijangkau oleh
masyarakat.

2. 7 PELAYANAN BAYI BARU LAHIR / NEONATUS


Pelayanan bayi baru lahir menurut buku [ CITATION Kem19 \l 1057 ]

1. Tanda bayi baru lahir sehat :


a. Bayi baru lahir langsung menangis.
b. Tubuh bayi kemerahan.
c. Bayi bergerak aktif.
d. Berat lahir 2500 sampai 4000 gram.
e. Bayi menyusu dari payudara ibu dengan kuat.
2. Pelayanan essensial pada bayi baru lahir sehat oleh dokter/ bidan/ perawat
meliputi:
a. Jaga bayi tetap hangat.
b. Bersihkan jalan napas (bila perlu)
c. Keringkan dan jaga bayi tetap hangat
d. Potong dan ikat tali pusar tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 menit
setelah lahir
e. Segera lakukan Inisiasi Menyusui Dini
f. Beri salep mata antibiotik tetrasiklin 1% pada kedua mata
g. Beri Suntikan vitamin K1 1mg intramuskular, di paha kiri anterolateral
setelah IMD
h. Beri imunisasi Hepatitis B dengan dosis 0,5 ml secara intramuskular, di
paha kanan anteronatal diberikan 2-3 jam setelah pemberian vitamin K1.
i. Pemberian identitas

5
j. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
k. Pemulangan bayi lahir normal, konseling dan kunjungan ulang
3. Perawatan bayi baru lahir :
a. Pemberian Asi
b. Cara menjaga bayi tetap hangat
c. Perawatan tali pusar
4. Pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir (kunjungan neonatal) :
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir oleh bidan/perawat/dokter dilaksanakan
minimal 3 kali yaitu :
a. Pertama pada 6 jam - 48 jam setelah lahir
b. Kedua pada hari ke 3-7 setelah lahir
c. Ketiga pada hari ke 8-28 setelah lahir

Ibu/keluarga memastikan bayi sudah mendapat pelayanan kesehatan dan


tercatatnya hasil pelayanan sebagai berikut :

a. Berat badan (gr)


b. Panjang badan (cm)
c. Suhu (°C)
d. Menanyakan pada ibu, bayi sakit apa
e. Memeriksa kemungkinan penyakit berat atau infeksi bakteri
f. Frekuensi napas (kali/menit)
g. Frekuensi denyut jantung (kali/menit)
h. Memeriksa adanya diare
i. Memeriksa ikterus/bayi kuning
j. Memeriksa kemungkinan berat badan rendah
k. Memeriksa status pemberian vitamin K1
l. Memeriksa status pemberian imunisasi hepatitis B
m. Memeriksa masalah/ keluhan ibu
5. Tanda bahaya pada bayi baru lahir :
Jika ditemukan 1 (satu) atau lebih tanda bahaya di bawah ini, segera dibawa ke
fasilitas kesehatan :
a. Tidak mau menyusu

6
b. Kejang-kejang
c. Lemah
d. Sesak napas (≥ 60x/menit), tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
e. Bayi merintih atau menangis terus-menerus
f. Tali pusar kemerahan sampai dinding perut, berbau atau bernanah
g. Demam/panas tinggi
h. Mata bayi bernanah
i. Diare lebih dari 3x sehari
j. Kulit dan mata bayi kuning
k. Tinja bayi saat buang air besar berwarna pucat
6. Pemantauan kesehatan bayi baru lahir 0-28 hari (neonatus) terbaru menurut
[ CITATION Kem20 \l 1057 ] :

7
2. 8 PELAYANAN ANAK USIA 29 HARI – 6 TAHUN
Pelayanan anak usia 29 hari-6 tahun menurut [ CITATION Kem20 \l 1057 ]

1. Tanda anak sehat :


a. Berat badan naik sesuai garis pertumbuhan, mengikuti pita hijau di KMS
atau naik pita warna di atasnya
b. Anak bertambah tinggi
c. Kemampuan bertambah sesuai umur
d. Jarang sakit
2. Pantau pertumbuhan dan perkembangan :
a. Timbang berat badannya tiap bulan di posyandu dan fasilitas kesehatan
lainnya dan di Pos PAUD hasil perkembangan dicatat di KMD yang ada
di buku KIA
b. Bawa anak ke tenaga kesehatan atau Pos PAUD HI untuk mendapatkan
pelayanan stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh kembang
1. Umur 3 bulan – 2 tahun setiap 3 bulan
2. Umur 2-6 tahun setiap 6 bulan

Dengan pelayanan SDIDTK tenaga kesehatan akan menentukan status


gizi anak stunting (tinggi badan anak lebih pendek dibanding umurnya)
atau tidak, perkembangannya sesuai umur atau tidk dan adakah ditemukan
gangguan perilaku atau gangguan emosional.

c. Ajak anak bermain dan bercakap-cakap


d. Stimulasi perkembangan anak sesuai umur
3. Tumbuh kembang anak tidak sesuai bila :
a. Berat badan tidak naik/berat badan turun/berat badan naik berlebihan
b. Tinggi anak tidak sesuai dengan umurnya
c. Perkembangan anak tidak sesuai umurnya
2. 9 PELAYANAN IMUNISASI PADA ANAK

8
1. Imunisasi Vitamin A
a. Umur 6 – 11 bulan : 1 kapsul 100.000 IU (biru)
b. Umur 12 – 59 bulan : 1 kapsul 200.000 IU (merah) sebanyak 2 kali setahun
(Bulan Pebruari dan Agustus)

Ket: pemberian vitamin A


2. Imunisasi Menurut Usia
a. Saat lahir: Hepatitis
b. Umur 1 bulan : BCG, Polio 1
c. Umur 2 bulan : DPT/HB/Hib1, Polio 2
d. Umur 3 bulan : DPT/HB/Hib 2, Polio 3
e. Umur 4 bulan : DPT/HB/Hib 3, Polio 4, IPV
f. Umur 9 bulan : Campak-Rubella1
g. Umur 18 bulan : DPT/HB/Hib4, Campak-Rubella2
Catatan: Pentavalent (DPT/HB/Hib) + OPV dapat diganti dengan Hexavalent
(Pentavalent (DPT/HB/Hib + IPV).

9
Gambar : Pelayanan imunisasi pada buku KIA 2020

2. 10 PELAYANAN SDIDTK

10
2. 11 PELAYANAN PERAWATAN GIGI ANAK
a) Perawatan gigi menurut [ CITATION Kem19 \l 1057 ] :
a. Jika gigi belum tumbuh atau gigi baru tumbuh, bersihkan gusi, lidah bayi dan
gigi yang baru tumbuh dengan kain lembut bersih yang dibasahi dengan air
matang hangat dengan gerakan ringan dan perlahan
b. Setelah tumbuh gigi lebih banyak, gosok giginya setelah sarapan dan
sebelum tidur dengan sikat gigi kecil khusus anak yang berbulu lembut, pakai
pasta gigi mengandung flour
1. Untuk anak usia 1-2 tahun, pasta gigi cukup selapis tipis (1/2 biji kacang
polong).
2. Untuk anak usia 2-6 tahun, pasta giginya seukuran biji kacang polong.
c. Ajari anak untuk menggosok giginya sendiri secara teratur selama 2 menit
dampingi anak menggosok gigik sampai anak usia 8 tahun
d. Jangan biasakan anak minum susu dengan botol sambil tiduran
e. Jangan biarkan anak melakukan kebiasaan menghisap ibu jari atau dot
(mengempeng)
f. Hindari anak dari makanan manis yang bersifat lengket

11
g. Periksakan gigi anak secara rutin setiap 3-6 bulan ke dokter gigi atau perawat
gigi di Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya.
b) Cara membersihkan gigi anak menurut [ CITATION Kem20 \l 1057 ]:
Anak usia 0-4 bulan
a. Gendong atau pangku anak dengan satu tangan
b. Bersihkan secara perlahan dengan kain atau lap basah yang dilingkarkan
pada jari telunjuk ibu
Anak usia 6-12 bulan
a. Bersihkan gusi anak setelah diberi makan menggunakan kain atau lap basah
b. Bila gigi susu mulai muncul, bersihkan giginya dengan sikat gigi anak
berbulu halus dengan pasta gigi anak tanpa pasta gigi. Selapis tipis
permukaan bulu sikat

Gambar : Kartu menuju gigi sehat

12
2. 12 PEMENUHAN GIZI BAYI DAN ANAK
1. Pemenuhan Gizi anak 0-6 bulan
Kebutuhan gizi pada bayi usia 0-6 bulan cukup terpenuhi dari Asi saja (ASI
Ekslusif)
2. Pemenuhan gizi anak 6-24 bulan
Sejak usia 6 bulan kebutuhan gizi bayi tidak cukup hanya dari ASI, karena itu
memenuhi kebutuhan gizi bayi agar dapat bertumbuh dan berkembang dengan
baik sesuai usianya, maka mulai usia 6 bulan bayi harus diberikan Makanan
Pendamping ASI (MP ASI) yang baik sambil terus diberikan ASI sampai anak
berusia 2 tahun atau lebih.
a. Pemberian makan pada bayi usia 6-9 bulan
Tabel pemberian MP ASI

Usia Frekuensi (per Berapa Tekstur Variasi


hari) Banyak Sekali (kekentalan) Makanan
makan

6-9 2-3 kali MP ASI Mulai dengan Mulai Makanan


bulan dan 2-3 sendok dengan pokok + lauk
1-2 kali makan setiap bubur kental, hewani +
makanan kali makan, makanan lauk nabati /
selingan tingkatkan lumat kacang-
bertahap kacangan +
hingga ½ buah/
mangkok sayuran
ukuran 250 ml
(125 ml)

b. Pemberian makan pada bayi usia 9-12 bulan

Usia Frekuensi (per Berapa Tekstur Variasi


13
hari) Banyak Sekali (kekentalan) Makanan
makan

9-12 3-4 kali MP ASI ½ mangkok Makanan Makanan


bulan dan ukuran 250 ml dicincang pokok + lauk
1-2 kali (125 ml) halus dan hewani +
makanan makanan lauk nabati /
selingan yang dapat kacang-
dipegang kacangan +
bayi buah/
sayuran

3. Pemenuhan gizi anak 2-5 tahun


Pemenuhan gizi anak usia 2-5 tahun yaitu makanan keluarga yang bervariasi
terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, minyak, sayur, dan buah. Pada usia ini
juga orang tua harus membiasakan anak makan 3 kali sehari (pagi, siang, dan
malam) bersama keluarga.

14
BAB III. PELAKSANAAN PELAYANAN BALITA

3. 1 Pelayanan Bayi dan Balita sesuai kebijakan pemerintah

Kebijakan PSBB (+) atau kasus Kebijakan PSBB (-) atau


Jenis pelayanan
COVID-19 (+) kasus COVID-19 (-)
- Menunda pelayanan balita Pemerintah Daerah menentukan
Pemantauan
- Pemantauan pertumbuhan dan bisa/ tidaknya pelayanan balita :
pertumbuhan (BB,
perkembangan dilakukan - Jika bisa maka diterapkan
PB/ TB, LK)
mandiri di rumah dengan Buku persyaratan ketat,
Pemantauan
KIA pencegahan infeksi dan
perkembangan
- Pemantauan balita berisiko physical distancing
(Buku KIA/ KPSP/
dengan tele konsultasi/ janji - Jika tidak bisa maka
instrumen baku
temu/ kunjungan rumah pelayanan balita seperti pada
lainnya)
Imunisasi dasar - Pelayanan imunisasi, vitamin wilayah yang menerapkan

lengkap dan A di fasilitas kesehatan dengan kebijakan PSBB

lanjutan janji temu.


- Pemeriksaan khusus (EID/
Vitamin A
Viral Load/ HBsAg)
Triple Eliminasi
terintegrasi dengan janji temu
(HIV, Hepatitis,
pelayanan imunisasi.
Sifilis)
- Pelaksanaan Pemberian Obat
Obat Pencegahan
Pencegahan Massal (POPM)
Masal Cacingan
Cacingan ditunda

15
3. 2 Pelayanan Kesehatan Luar Gedung
Pelayanan kesehatan rutin Balita Sehat di luar gedung diselenggarakan sesuai
kebijakan Pemerintah Daerah dengan mematuhi prinsip pencegahan infeksi dan
physical distancing pada wilayah kerja sebagai berikut:
a. Belum memberlakukan Kebijakan PSBB; dan
b. Belum ada transmisi lokal virus corona; dan
c. Mobilisasi penduduk antar wilayah sangat minimal;
Yang dimaksud dengan pelayanan balita mematuhi persyaratan ketat, sebagai berikut:
1. Ketentuan pemerintah daerah setempat (kepala desa/ lurah)
2. Mensyaratkan tenaga kesehatan, kader dan anak serta orang tua/pengasuh dalam
keadaan sehat dan tidak menunjukkan gejala batuk, pilek, demam. Kader
membantu memastikan hal tersebut dengan menskrining suhu tubuh yang
diperkenankan ≤ 37,5°C. Semua yang terlibat dalam pelaksanaan pelayanan balita
menggunakan masker
3. Membuat pemberitahuan bagi masyarakat sasaran pelayanan yang berisi:
a. sasaran anak dan pengantar dalam keadaan sehat
b. jadwal pelayanan dengan membagi sasaran balita dan jam pelayanan, serta
memastikan jadwal diterima masyarakat sebelum hari pelayanan. (Contoh
jadwal: sasaran balita RT A jam 09.00 – 10.00, RT B jam 10.00 – 11.00, dst).
c. pemakaian masker bagi anak dan pengantar (minimal masker kain)
Pemberitahuan tersebut untuk diterima masyarakat sebelum hari pelayanan
4. Tempat pelayanan berupa ruangan cukup besar dengan sirkulasi udara keluar
masuk yang baik.
5. Memastikan area tempat pelayanan dibersihkan sebelum dan sesudah pelayanan
sesuai dengan prinsip pencegahan penularan infeksi
6. Menyediakan fasilitas CTPS, handsanitizer atau cairan desinfektan bagi tenaga
kesehatan, kader dan sasaran anak serta pengantar di pintu masuk dan di area
pelayanan.
7. Mengatur jarak meja pelayanan:
a. jaga jarak 1-2 meter antar petugas
b. jaga jarak 1-2 meter antar petugas dan sasaran
c. jaga jarak 1-2 meter antar sasaran
8. Membatasi jenis pelayanan kesehatan yang diberikan yaitu vitamin A, imunisasi
dasar lengkap dan lanjutan.
16
Wilayah kerja yang terdapat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau
terdapat positif COVID-19, untuk menunda pelayanan kesehatan balita, sebagai
berikut:
1. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dilakukan mandiri di rumah dengan
Buku KIA
2. Pemantauan balita berisiko, pelayanan imunisasi, vitamin A, dilakukan dengan
janji temu/ tele konsultasi/ kunjungan rumah:
a. Tenaga kesehatan memakai masker medis. Kader dan keluarga memakai
masker kain
b. Anak yang berisiko berat badan kurang (BB/U dibawah -2SD) dan anak yang
berat badannya tidak naik lakukan konfirmasi dengan melihat status gizinya
(BB/TB) serta perlu dipantau pertumbuhannya oleh tenaga Kesehatan/ kader.
Anak dengan BB/PB atau BB/TB dibawah -2 SD pastikan mendapat makanan
tambahan (MT) program. Pastikan pemenuhan asupan gizi seimbang dan
pemantauan status gizi di rumah sesuai anjuran petugas kesehatan. Petugas
kesehatan dibantu kader menjadwalkan kunjungan rumah untuk melakukan
pemantauan maupun penanganan selanjutnya. Prioritas kunjungan dilakukan
pada Baduta Panduan Pelayanan Kesehatan Balita Pada Masa Tanggap
Darurat COVID-19 Bagi Tenaga Kesehatan
c. Anak gizi buruk (BB/PB atau BB/TB dibawah -3 SD), harus tetap diberikan
pelayanan sesuai tata laksana gizi buruk dengan memperhatikan beberapa
pembatasan pertemuan/ kontak (periode pertemuan/ kontrol) dan physical
distancing) serta harus menggunakan alat perlindungan diri (APD) untuk
mencegah penularan Covid-19.
d. Distribusi makanan tambahan dapat terus dilakukan sesuai dengan kebutuhan
balita melalui petugas kesehatan dibantu oleh kader sebagai suplementasi
untuk mempertahankan kecukupan gizi balita (tetap memperhatikan
pembatasan kontak/ physical distancing). Anak dengan gangguan
perkembangan yang telah dilakukan stimulasi di rumah selama 2 minggu,
namun tetap belum bisa melakukan tahapan perkembangan sesuai umurnya.
e. Pada masa pandemi COVID-19, vitamin A merupakan hal yang penting untuk
meningkatkan imunitas tubuh, namun dalam pemberiannya harus tetap
memperhatikan prinsip physical distancing untuk mencegah penyebaran yang
17
lebih luas lagi. Pada kondisi tidak normal seperti masa pandemi COVID-19,
Vitamin A harus dipastikan tetap diberikan dan dikonsumsi balita 2 kali dalam
setahun di bulan Vitamin A (Pebruari dan Agustus). Balita yang tidak hadir
pada saat pemberian vitamin A. Vitamin A harus dipastikan tetap diberikan
dan dikonsumsi balita 2 kali dalam setahun di bulan Vitamin A (Pebruari dan
Agustus).
f. Jika anak mengalami penurunan nafsu makan, mengalami penurunan berat
badan, edema bilateral yang bersifat pitting minimal pada kedua punggung
kaki; bayi < 6 bulan yang mengalami kesulitan menyusu baik disebabkan
karena faktor bayi maupun faktor ibu atau mengalami gangguan kesehatan
lainnya seperti diare, batuk, pilek, demam segera menghubungi kader atau
mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
g. Anak dengan gangguan perkembangan yang telah dilakukan stimulasi di
rumah selama 2 minggu, namun tetap belum bisa melakukan tahapan
perkembangan sesuai umurnya.
h. Bayi yang lahir dari ibu HIV AIDS mendapatkan profilaksis ARV sejak lahir
sampai dengan enam minggu. Diikuti Profilaksis Cotrimoksasol. Saat enam
(6) minggu diambil darahnya untuk pemeriksaan EID (rujukan specimen).
Diikuti dengan pemeriksaan konfirmasi (jika positif) sesegera mungkin. Jika
tidak menyusu diikuti dengan pemeriksaan rapid antibody saat 18 bulan. Jika
bayi mendapatkan ASI maka pemeriksaan EID dilakukan kembali enam (6)
minggu setelah berhenti menyusui. Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan
imunisasi DPT/HB/Hib 2 dst sehingga meminimalkan frekuensi temu/ datang
ke fasilitas kesehatan
i. Bayi dari Ibu sifilis tetap dilakukan pemeriksaan dan tatalaksana sesuai
Pedoman Nasional. Waktu disesuaikan bersamaan dengan imunisasi jika
memungkinkan
j. Bayi dari ibu Hepatitis B tatalaksana sesuai Permenkes nomor 52 Tahun 2017,
tetapi bila Bayi lahir dari Ibu Hamil HBsAg reaktif dan COVID-19
terkonfirmasi dan bayi dalam keadaan:
- klinis baik (bayi bugar), tetap mendapatkan pelayanan injeksi vitamin K1
dan tetap dilakukan pemberian imunisasi hepatitis B serta pemberian HBIg
(hepatitis B immunoglobulin) kurang dari 24 jam

18
- klinis sakit, (bayi tidak bugar/tampak sakit) tetap mendapatkan pelayanan
injeksi vitamin K1 dan tetap dilakukan pemberian HBIg (hepatitis B
immunoglobulin) kurang dari 24 jam. Pemberian vaksin hepatitis B dapat
ditunda sampai keadaan klinis bayi baik
k. Balita yang memiliki kontak erat dengan pasien tuberkulosis aktif dan setelah
dievaluasi dengan seksama, tidak menderita tuberkulosis aktif, harus diobati
sebagai terduga infeksi TB laten. Koordinasikan petugas terkait untuk
pengobatan isoniazid minimal selama 6 bulan atau Rifampetin dan INH
selama 3 bulan. Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG,
perlu diberikan BCG setelah pengobatan profilaksis dengan INH selesai dan
anak belum atau tidak terinfeksi (uji tuberkulin negatif).
Jika janji temu disepakati di fasilitas pelayanan kesehatan, maka persiapkan sebagai
berikut:
1. Janji temu telah disepakati sebelum hari pelayanan,
2. Lakukan beberapa kegiatan dalam sekali temu, misalnya DPT/HB/Hib 1 sekaligus
dengan observasi sifilis pada bayi dari ibu sifilis, demikian pula saat usia tiga
bulan DPT/HB/Hib 2 sekaligus pengambilan darah untuk EID bagi bayi dari ibu
HIV AIDS.
3. Pemisahan ruang pelayanan
4. Tenaga kesehatan dan sasaran anak serta pendamping menggunakan masker
(minimal masker kain atau pelindung mulut dan hidung).
3. 3 Pelayanan Balita Sakit di Puskesmas
1. Pasien anak dan pengantar pasien menggunakan masker
2. Tenaga kesehatan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai.
3. Menerapkan triage dan memisahkan ruang tunggu dan ruang pemeriksaan, sebagai
berikut:
a. Anak memiliki riwayat kontak dengan anggota keluarga/ tetangga/ kerabat
yang dicurigai/ menderita COVID-19, atau ada keluhan batuk, pilek, sakit
tenggorok, demam dipisahkan dengan yang
b. Tidak ada riwayat kontak atau tidak ada keluhan batuk, pilek, sakit tenggorok
dan demam.
4. Alur pelayanan disesuaikan untuk menghindari penumpukan pasien.

19
5. Memastikan akses pasien terhadap fasilitas cuci tangan (air bersih dan sabun, atau
hand sanitizer dengan kandungan alkohol 70%) selama berada di Puskesmas
6. Mengatur meja pelayanan tidak berdekatan (petugas berjarak minimal 1,5 m)

BAB IV. PEMBAHASAN

4.1 Pelayanan Bayi dan Balita di Masyarakat


Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan untuk balita mencakup :
1. Penimbangan berat badan dan pengukuran panjang badan / tinggi badan
Pemantauan pertumbuhan balita dilakukan oleh kader pelayanan balita dengan
melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran panjang badan / tinggi badan.
2. Penentuan status pertumbuhan
Hasil penimbangan berat badan yang dilakukan akan dicatat pada KMS (Kartu
Menuju Sehat) yang akan menilai status gizi dan mendeteksi secara dini jika terjadi
gangguan pertumbuhan. KMS adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal
anak berdasarkan indeks antropometri BB/U.
3. Penyuluhan dan konseling
Penyuluhan gizi di pelayanan balita dilakukan oleh kader kepada ibu / keluarga balita.
Penyuluhan dilakukan melalui pendekatan perorangan, sehingga bukan merupakan
penyuluhan kelompok namun kader dapat melakukan penyuluhan kelompok pada hari
pelayanan balita atau di luar hari pelayanan balita.
4. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan
deteksi dini tumbuh kembang.

4.2 Pelayanan Bayi dan Balita di Masyarakat Selama Pandemi COVID-19


Pelayanan kesehatan pada balita di masa pandemic COVID-19 sesuai kebijakan
Kementerian Kesehatan RI, antara lain :
1. Membuat janji temu dengan pemberi pelayanan agar tidak menunggu terlalu lama
2. Menggunakan masker baik ibu maupun anak sejak dari rumah
3. Upayakan tidak menggunakan transportasi umum

20
4. Langsung cuci tangan dengan sabun dan air mengalir begitu sampai di fasilitas
pelayanan kesehatan
5. Jaga jarak minimal 1,5 m dengan orang sekitar
6. Upayakan tidak menyentuh apapun jika tidak diperlukan
7. Selesai pelayanan segera kembali ke rumah, ikuti protocol tatacara masuk rumah
setelah bepergian (segera mandi dan ganti baju)

4.3 Pelayanan Bayi dan Balita di masyarakat sesuai kebijakan pemerintah

1. Kebijakan PSBB (+) atau kasus COVID-19 (+)


- Menunda pelayanan balita di masyarakat
- Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dilakukan mandiri di rumah dengan
Buku KIA
- Pemantauan balita berisiko dengan tele konsultasi/ janji temu/ kunjungan rumah
- Pelayanan imunisasi, vitamin A di fasilitas kesehatan dengan janji temu.
- Pemeriksaan khusus (EID/ Viral Load/ HBsAg) terintegrasi dengan janji temu
pelayanan imunisasi.
- Pelaksanaan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Cacingan ditunda

2. Kebijakan PSBB (-) atau kasus COVID-19 (-)


Pemerintah Daerah menentukan bisa/ tidaknya pelayanan balita :
- Jika bisa maka diterapkan persyaratan ketat, pencegahan infeksi dan physical
distancing
- Jika tidak bisa maka pelayanan balita seperti pada wilayah yang menerapkan
kebijakan PSBB

4.4 Keberhasilan program Pelayanan Balita di Masa Pandemi COVID-19


Pada masa pandemi COVID-19 yang menerapkan physical distancing, Buku
KIA sebagai alternatif utama untuk mencatatkan hasil pemantauan kesehatan anak di
rumah, atau pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berbeda.
Puskesmas melaksanakan pemantauan wilayah setempat bagi sasaran balita melalui
Register Kohort Bayi dan Balita. Manfaat register kohort antara lain:
 Notifikasi data anak berisiko yang memerlukan tindak lanjut.

21
 Pencatatan hasil pemantauan tumbuh kembang dan pelayanan kesehatan
anak bersumber data Buku KIA atau Buku Catatan lainnya.
 Sumber data pelaporan pelayanan kesehatan anak
Pencatatan dalam register kohort dapat dikompilasi melalui kesempatan
kunjungan terjadwal atau tele komunikasi dengan melampirkan catatan Buku KIA/
Buku lainnya. Pelaporan cakupan pelayanan kesehatan anak menggunakan register
kohort bayi atau register kohort anak balita dan prasekolah dengan menghitung
pelayanan yang didapatkan selama setahun hingga tepat ulang tahun ke 1, 2, 3, 4, 5
pada tahun berjalan.
Pencatatan dan pelaporan Bayi dan Balita yang berada dalam status ODP, PDP
dan terkonfirmasi COVID-19 dilaporkan melalui gugus tugas atau tim yang telah
ditunjuk Puskesmas/ Dinas Kesehatan.

4.5 Kendala dan evaluasi penerapan program pelayanan balita


Kendala dalam pelaksanaan program Pelayanan Balita di Masa Pandemi
COVID-19 ini pada biasanya ditandai dengan tempat pelaksanaan yang beberapa
masyarakatnya terutama orang tua dan balita masih belum bisa menerapkan protokol
kesehatan dengan baik.
Pelayanan balita yang terletak pada daerah zona merah, zona oranye, dan zona
kuning tidak dapat melakukan kegiatan hari buka pelayanan balita. Meski demikian,
tetap melakukan fungsi penggerakan agar masyarakat melakukan kegiatan utama
yaitu kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi, keluarga berencana, serta peningkatan
perilaku hidup sehat dan kegiatan tambahan. Kegiatan tersebut dapat dilakukan
secara mandiri, janji temu kunjungan rumah, atau janji temu di fasilitas pelayanan
kesehatan yang harus melakukan konsultasi atau pemeriksaan langsung dengan
tenaga kesehatan.
4.6 Alur Pelayanan Balita Sakit di Masa Pandemi
1) Pemisahan ruang pemeriksaan
1. Pasien Gejala Demam, Batuk, Pilek, Sesak Napas
a. Atur jarak pelayanan antara petugas dan pasien
b. Petugas menggunakan APD masker bedah, gaun, sarung tangan
pelindunng mata, penutup kepala, alas kaki

22
c. Pasien anak dan pengantar pasien menggunakan masker (penutup mulut
dan hidung)
2. Pasien Tanpa Gejala Demam, Batuk, Pilek, Sesak Napas
a. Petugas berpedoman pada standar pencegahan dan melakukan penilaian
risiko, APD sedikitnya masker, sarung tangan, penutup kepala, baju kerja,
alas kaki
b. Pasien anak dan pengantar pasien menggunakan masker (penutup mulut
dan hidung)
2) Penatalaksanaan
Tatalaksana kasus COVID-19 pada anak mengikuti pedoman pencegahan dan
pengendalian COVID-19 yang berlaku.
1. Pelaku Perjalanan dari Negara terjangkit
Tanpa Gejala dengan Riwayat :
a) Dari Negara/wilayah importasi akan dilakukan monitoring mandiri
b) Dari Negara/wilayah transmisi local akan dilakukan karantina mandiri
2. Orang Tanpa Gejala (OTG)
Tanpa Gejala
a) Kontak dengan pasien konfirmasi COVID-19 akan dilakukan :
b) Pengambilan specimen untuk pemeriksaan RT PCR hari ke-1 dan ke-14
dan dilakukan Karantina rumah
3. Orang Dalam Pemantauan (ODP)
a) Demam/Gejala pernapasan dan riwayat dari Negara/wilayah transmisi
local
b) Gejala pernapasan dan riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-
19, dilakukan :
1) Pengambilan specimen untuk pemeriksaan RT PCR hari ke -1
dan ke -2, dan dilakukan Isolasi diri di rumah
4. Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
a) Ispa dan Riwayat dari Negara/wilayah transmidi local
b) Demam atau ISP dan riwayat kontak kasus konfirmasi COVID-19
c) ISPA berat perlu perawatan RS, dilakukan pengambilan specimen untuk
pemeriksaan RT PCR hari ke-1 dan ke-2 dengan gejala :
1) RINGAN : Isolasi diri di rumah
2) SEDANG : Rawat di RS Darurat
23
3) BERAT : Rawat di RS Rujukan

BAB V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Pada masa pandemic COVID-19 kegiatan pelayanan balita sempat terhenti,
namun sekarang kegiatan pelayanan balita di beberapa daerah sudah mulai aktif
kembali dengan pelayanan yang tetap harus mematuhi protokol kesehatan yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi dan balita pada
masa pandemic COVID-19 tentunya membutuhkan adaptasi masyarakat khususnya
ibu dan balita dengan baik dan sesuai standar yang sudah ditentukan. Oleh karena itu
Buku KIA sebagai alternative utama untuk mencatatkan hasil pemantauan kesehatan
balita di rumah, atau pelayanan kesehatan yang dilakukann oleh tenaga kesehatan
yang berbeda. Puskesmas melaksanakan pemantauan wilayah setempat bagi sasaran
balita melalui register kohort bayi dan balita.
Program diatas tentunya mempunyai kendala dalam menjalankan
pelaksanaannya. Pelayanan balita yang terletak pada daerah zona merah, zona oranye,
dan zona kuning tidak dapat melakukan kegiatan pelayanan balita. Meski dmeikian,
tetap melakukan fungsi penggerakan agar masyarakat melakukan kegiatan utama
yaitu kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi, keluarga bencara, serta peningkatan
perilaku hidup bersih dan sehat serta kegiatan tambahan yang dilakukan secara
mandiri. Dalam pelaksanaan konsultasi gizi dan kesehatan balita dapat melakukan
janji temu atau konsultasi dnegan tenaga kesehatan.

5.2 Saran
1. Saran untuk Puskesmas
Diharapkan dapat memaksimalkan fasilitas sarana dan prasarana yang
menunjang pelaksanaan pelayanan balita di puskesmas seperti menyediakan
masker, face shield dan termogun. Serta memberikan pendidikan kesehatan yang
lebih maksimal agar masyarakat lebih memperhatikan protokol kesehatan yang
sesuai dengan petunjuk teknis pelayanan pada masa pandemic COVID-19.

24
2. Saran untuk Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan diharapkan lebih berkompeten dan bertanggung jawab.
Serta disarankan untuk dapat mengoptimalkan sarana dan prasarana, memberikan
bekal pengetahuan yang mudah dipahami serta memberikan pelayanan yang
nyaman sehingga orang tua semangat dalam mengikuti program pelayanan balita
pada masa pandemi ini.

25
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, K., & Anggraini, Y. (2020). Study Analisis Peran Kader Terhadap Kepatuhan
Imunisasi Dasar dan Booster pada Masa Pandemi COVID-19 di Posyandu Wilayah
Kerja Puskesmas Colomadu I. Stethoscope Vol. 1 No. 2, 145-152.
Ambarita, L., Husna, A., & Sitorus, H. (2019). Pengetahuan Kader Posyandu, Para Ibu Balita
dan Perspektif Tenaga Kesehatan Terkait Keaktifan Posyandu di Kabupaten Aceh
Barat. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 22, 147-157.
Cahyani, A. (2016). Pelaksanaan Program Posyandu. Universitas Negeri Semarang, 13-30.
Idaningsih, A. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Balita Ke
Posyandu. Jurnal Ilmiah Indonesia Vol. 1 No. 2, 16-29.
Kemenkes. (2020). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Kementrian Kesehatan dan Japan
International Cooperation Agency.
KesMas, K. K. (2019). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Operasional, K. R. (2011). Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta: Katalog Dalam
Terbitan . Kementerian Kesehatan Rl.
RI, K. K. (2012). Posyandu Menjaga Anak dan Ibu tetap Sehat. Jakarta : Promkes Depkes RI.
Saepudin, E., & Rusman, E. R. (2017). Peran Posyandu Sebagai Pusat Informasi Kesehatan
Ibu dan Anak. Record And Library Journal Vol. 3, 201-208.
Sari, R. P., & Utami, U. (2020). Studi Analisis Tingkat Kecemasan Dengan Kepatuhan
Kunjungan Posyandu di Masa Pandemi COVID-19. Maternal Vol. IV no. 2, 77-82.
Sumarni, & Prabandari, F. (2021). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan
Balita Pada Masa Pandemi COVID-19 di Kabupaten Banyumas. Jurnal Bina Cipta
Husada Vol. XVII No. 1, 37-50.
Sundari, S. W., Windiyani, W., Nuryuniarti, R., & Sagita, M. (2020). Pelatihan Peningkatan
Keterampilan Kader Posyandu Mulyasari, Tamansari, Kota Tasikmalaya. Jurnal
Pengabdian Pada Masyarakat Vol. 5 No. 3, 768-774.

26

Anda mungkin juga menyukai