DEPARTEMEN
OLEH :
(201810300511059)
DEPARTEMEN
KELOMPOK 4
NIM: 201810300511059
MINGGU KE :4
No Kompetensi Nilai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................... 2
LEMBAR PENILAIAN........................................................................................................ 3
DAFTAR ISI......................................................................................................................... 4
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN................................................................................ 5
A. Definisi.......................................................................................................................5
B. Etiologi.......................................................................................................................5
C. Epidemologi...............................................................................................................5
D. Tanda dan Gejala.......................................................................................................5
E. Patofisologi................................................................................................................5
F. Pemeriksaan Penunjang............................................................................................5
G. Penatalaksanaan........................................................................................................5
H. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS PADA KASUS).............................................5
I. Diagnosa Keperawatan (SDKI).................................................................................5
J. Luaran Keperawatan (SLKI).....................................................................................5
K. Intervensi Keperawatan (SIKI).................................................................................5
L. Daftar Pustaka...........................................................................................................5
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................6
A. FORMAT PENGKAJIAN..............................................................................................6
B. Pengkajian .................................................................................................................6
C. Analisa Data...............................................................................................................6
D. Diagnosa Keperawatan (SDKI).................................................................................6
E. Luaran Keperawatan (SLKI).....................................................................................6
F. Luaran Keperawatan (SIKI)......................................................................................6
Daftar Pustaka................................................................................................................ 11
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Cerebrovascular accident (CVA), merupakan gangguan fungsi sistem saraf pusat
yang terjadi secara mendadak sehingga mempengaruhi sistem motorik dan sensorik
mengakibatkan gangguan mobilitas fisik. Cerebro Vascular Accident (CVA) disebut
juga dengan stroke. CVA adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan
peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak
sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Menurut
World Health Organization (WHO) stroke merupakan gejala yang didefinisikan suatu
gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala
klinik baik fokal maupun global yang berlangsung 24 jam atau lebih (Widyaswara
Suwaryo et al., 2019).
CVA atau Cerebro Vaskuler Accident biasa di kenal oleh masyarakat dengan
istilah Stroke.Istilah ini lebih populer di banding CVA.Kelainan ini terjadi pada organ
otak.Lebih tepatnya adalah Gangguan Pembuluh Darah Otak.Berupa penurunan
kualitas pembuluh darah otak. Definisi yang paling banyak diterima secara luas
adalah bahwa stroke adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau
tanda klinis yang berkembang dengan cepat yang berupa gangguan fungsional otak
fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi
bedah atau membawa kematian), yang tidak disebabkan oleh sebab lain selain
penyebab vaskuler. Stroke adalah sindrom klinis yang ditandai dengan
berkembangnya tiba-tiba defisit neurologis persisten fokus sekunder terhadap
peristiwa pembuluh darah. Stroke merupakan penyakit gangguan funsional otak
berupa kelumpuhan pada saraf (deficit neurologic) akibat gangguan aliran darah
pada salah satu bagian otak. Stroke hemoragik adalah kejadian dimana pembuluh
darah pecah sehingga aliran darah menjadi tidak normal. Pada stroke iskemik, aliran
darah ke otak terhenti karena adanya bekuan darah yang menyumbat pembuluh
darah (Qurbany & Wibowo, 2016).
B. Etiologi
Stroke pada anak-anak dan orang dewasa muda sering ditemukan jauh lebih
sedikit daripada hasil di usia tua, tetapi sebagian stroke pada kelompok usia yang
lebih muda bisa lebih buruk. Kondisi turun temurun 9 predisposisi untuk stroke
termasuk penyakit sel sabit, sifat sel sabit, penyakit hemoglobin SC (sickle cell),
homosistinuria, hiperlipidemia dan trombositosis. Namun belum ada perawatan yang
memadai untuk hemoglobinopati, tetapi homosistinuria dapat diobati dengan diet
dan hiperlipidemia akan merespon untuk diet atau mengurangi lemak obat jika perlu.
Identifikasi dan pengobatan hiperlipidemia pada usia dini dapat memperlambat
proses aterosklerosis dan mengurangi risiko stroke atau infark miokard pada usia
dewasa Terdapat dua tipe utama dari stroke yaitu stroke iskemik akibat
berkurangnya aliran darah sehubungan dengan penyumbatan (trombosis, emboli),
dan hemoragik akibat perdarahan (WHO, 2014). Darah yang keluar dan menyebar
menuju jaringan parenkim otak, ruang serebrospinal, atau kombinasi keduanya
adalah akibat dari pecahnya pembuluh darah otak yang dikenal dengan stroke
hemoragik. Stroke disebabkan oleh keadaan ischemic atau proses hemorrhagic yang
seringkali diawali oleh adanya lesi atau perlukaan pada pembuluh darah arteri. Dari
seluruh kejadian stroke, dua pertiganya adalah ischemic dan sepertiganya adalah
hemorrhagic (Sultradewi Kesuma et al., 2019).
1. Kehilangan motorik
Stroke adalah penyakit motor neuron dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter terhadap gerakan motorik.
2. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi.
Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi
dapat dimanifestasikan oleh hal berikut: a. Disartria (kesulitan berbicara),
ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis
otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara. b. Disfasia atau afasia
(bicara defektif atau kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau reseptif. c.
Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya), seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha untuk
menyisir rambutnya.
3. Gangguan persepsi
Ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Stroke dapat
mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual-
spasial dan kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik
Disfungsi ini dapat ditunjukkan dengan kesulitan dalam pemahaman, lupa,
dan kurang motivasi, yang menyebabkan pasien ini menghadapi masalah frustasi
dalam program rehabilitasi mereka.
5. Disfungsi kandung kemih
Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia urinarius sementara
karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal/bedpan.
E. Patofisologi (Dalam bentuk bagan)
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di mana saja di dalam arteri-
arteri yang membentuk Sirkulus Willisi (Gambar 1): arteria karotis interna dan
sistem vertebrobasilar atau semua cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran
darah ke jaringan otak terputus selama 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau
kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu
menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut. Alasannya
adalah bahwa mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah tersebut.
Proses patologik yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang
terjadi di dalam pembuluh darah yang memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa
(1) keadaan penyakit pada pembuluh itu sendiri, seperti pada aterosklerosis dan
trombosis, robeknya dinding pembuluh, atau peradangan; (2) berkurangnya perfusi
akibat gangguan status aliran 12 darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah; (3)
gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung
atau pembuluh ekstrakranium; atau (4) ruptur vaskular di dalam jaringan otak atau
ruang subaraknoid (Sultradewi Kesuma et al., 2019).
Suatu stroke mungkin didahului oleh Transient Ischemic Attack (TIA) yang
serupa dengan angina pada serangan jantung. TIA adalah serangan-serangan defisit
neurologik yang mendadak dan singkat akibat iskemia otak fokal yang cenderung
membaik dengan kecepatan dan tingkat penyembuhan bervariasi tetapi biasanya
dalam 24 jam. TIA mendahului stroke trombotik pada sekitar 50% sampai 75%
pasien (Sultradewi Kesuma et al., 2019).
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia
karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis sering/cenderung sebagai faktor
penting trhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah
dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi
turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan
oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan
intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari
keseluruhan penyakit 9 cerebrovaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat
berkembang cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat revensibel
untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10
menit. Anoksia serebtal dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah
satunya cardiac arrest (Sultradewi Kesuma et al., 2019).
Pathway CVA
Hipoksia cerebi
Gangguan Mobilitas
mobilitas Penurunan kemampuan
menurun
fisik otot mengunyah/menelan
Resiko Deficit
kerusakan perawatan diri
integritas kulit
Page 10 of 31
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium (darah dan urin),
elektrokardiogram, ekhokardiogram, foto toraks, pungsi lumbal, elektroensefalogram,
arteriografi, doppler sonography diperlukan untuk membantu diagnosis etiologis
stroke hemoragik (intraserebral, subaraknoid) atau iskemik (emboli, trombosis) serta
mencari faktor risiko (Hartono et al., 2019).
a. CT scan
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan
stroke infark dengan stroke perdarahan. Pada stroke karena infark, gambaran CT
scannya secara umum adalah didapatkan gambaran hipodens sedangkan pada
stroke perdarahan menunjukkan gambaran hiperdens.
b. Pemeriksaan MRI
VII: Fasialis Pengecapan; sensasi umum pada platum dan telinga luar; sekresi
kelenjar lakrimalis, submandibula dan sublingual; ekspresi wajah Hilangnya
kemampuan mengecap pada duapertiga anterior lidah; mulut kering; hilangnya
lakrimasi; paralisis otot wajah VIII: Vestibulokoklearis Pendengaran;
keseimbangan Tuli; tinitus(berdenging terus menerus); vertigo;nistagmus IX:
Glosofaringeus Pengecapan; sensasi umum pada faring dan telinga; mengangkat
palatum; sekresi kelenjar parotis Hilangnya daya pengecapan pada sepertiga
posterior lidah; anestesi pada faring; mulut kering sebagian X: Vagus Pengecapan;
sensasi umum pada faring, laring dan telinga; menelan; fonasi; parasimpatis
untuk jantung dan visera abdomen Disfagia (gangguan menelan) suara parau;
paralisis palatum XI: Asesorius Spinal Fonasi; gerakan kepala; leher dan bahu
Suara parau; kelemahan otot kepala, leher dan bahu XII: Hipoglosus Gerak lidah
Kelemahan dan pelayuan lidah Pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan
adanya lesi di batang otak (sangat sensitif). Secara umum juga lebih sensitif
dibandingkan CT scan, terutama untuk mendeteksi pendarahan posterior.
c. Pemeriksaan Angiografi
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah lokasi pada sistem
karotis atau vertebrobasiler, menentukan ada tidaknya penyempitan, oklusi atau
aneurisma pada pembuluh darah.
d. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ini untuk menilai pembuluh darah intra dan ekstra kranial,
menentukan ada tidaknya stenosis arteri karotis.
e. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Pemeriksaan ini digunakan apabila tidak ada CT scan atau MRI. Pada stroke
perdarahan intraserebral didapatkan gambaran LCS seperti cucian daging atau
berwarna kekuningan. Pada perdarahan subaraknoid didapatkan LCS yang gross
hemorragik. Pada stroke infark tidak didapatkan perdarahan (jernih). f.
Pemeriksaan Penunjang Lain. Pemeriksaan untuk menetukan faktor risiko seperti
darah rutin, komponen kimia darah (ureum, kreatinin, asam urat, profil lipid, gula
darah, fungsi hepar), elektrolit darah, foto toraks, EKG, echocardiograf
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang cepat, tepat, dan cermat memegang peranan besar dalam
menentukan hasil akhir pengobatan. Betapa pentingnya pengobatan stroke sedini
mungkin, karena ‘jendela terapi’ dari stroke hanya 3-6 jam. Hal yang harus dilakukan
adalah: 1) Stabilitas pasien dengan tindakan ABC (Airway, breathing, Circulation) 2)
Pertimbangkan intubasi bila kesadaran stupor atau koma atau gagal napas 3) Pasang
jalur infus intravena dengan larutan salin normal 0,9 % dengan kecepatan 20 ml/jam,
jangan memakai cairan hipotonis seperti dekstrosa 5 % dalam air dan salin 0, 45 %,
karena dapat memperhebat edema otak 4) Berikan oksigen 2-4 liter/menit melalui
kanul hidung 5) Jangan memberikan makanan atau minuman lewat mulut 6) Buat
rekaman elektrokardiogram (EKG) dan lakukan foto rontgen toraks 7) Ambil sampel
Page 11 of 31
untuk pemeriksaan darah: pemeriksaan darah perifer lengkap dan trombosit, kimia
darah (glukosa, elektrolit, ureum, dan kreatinin), masa protrombin, dan masa
tromboplastin parsial 8) Jika ada indikasi, lakukan tes-tes berikut: kadar alkohol,
fungsi hati, gas darah arteri, dan skrining toksikologi 9) Tegakkan diagnosis
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik 10) CT Scan atau resonansi magnetik
bila alat tersedia (Widyaswara Suwaryo et al., 2019).
H. Konsep Asuhan Keperawatan (FOKUS PADA KASUS)
1. Pengkajian
Anamnesa pada stroke meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan
pengkajian psikososial.
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, dan diagnosis medis.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan
atau gangguan fungsi otak yang lain. Adanya penurunan atau perubahan pada
tingkat kesadaran disebabkan perubahan di dalam intrakranial. Keluhari
perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat
terjadi letargi, tidak responsif, dan konia.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif,
dan kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien,
seperti pemakaian obat antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta, dan
lainnya. Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan obat
kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari
riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih
jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
f. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk rnemperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang
digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap
penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan
masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya,
baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
g. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhankeluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian
anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara per sistem (B1-B6)
dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah
dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.
Page 12 of 31
1) B1 (Breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum,
sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi
pernapasan. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien
dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang
menurun yang sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan
tingkat kesadaran koma. Pada klien dengan tingkat kesadaran compos
mends, pengkajian inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi
toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi
tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
2) B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah
biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan
darah >200 mmHg).
3) B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau
aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
4) B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine
sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih
karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter
urine eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan
kateterisasi intermiten dengan teknik steril. 45 Inkontinensia urine yang
berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
5) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual muntah pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh
peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah
pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas.
6) B6 (Bone)
Stroke adalah penyakit UMN dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena neuron motor atas
menyilang, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh
dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang
berlawanan dari otak. Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia
(paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan.
Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh, adalah tanda yang lain.
Pada kulit, jika klien kekurangan kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga
dikaji tandatanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena
klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik. Adanya kesulitan untuk
beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/
hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas
dan istirahat.
Page 18 of 31
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN
Page 19 of 31
LEMBAR PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS
CVA INFARK
DI RUANG AIRLANGGA RS KANJURUHAN
Oleh:
Page 20 of 31
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011
FORMAT PENGUMPULAN DATA UMUM KEPERAWATAN
IDENTITAS
1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S Nama : Ny. N
Umur : 08/04/1964 (57 Tahun) Umur : 51 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pekerjaan : IRT
Pekerjaan : Swasta Alamat : Pakisaji,
Malang
Gol. Darah :O Hubungan dengan Klien : Istri
Alamat : Genengan, Pakisaji, Kab. Malang
KELUHAN UTAMA
1. Keluhan Utama Saat MRS
Saat MRS Pada tanggal 3 Mei 2021 klien mengalami penurunan kesadaran dengan
hasil pemeriksaan tingkat kesadaran di dapatkan GCS 10 (E3 V2 M5)
2. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Saat pengkajian pada tanggal 3 Mei 2021 Pukul 15.30 keluarga mengatakan
esktremitas sebelah kiri pasien lemah sejak 4 hari yang lalu
DIAGNOSA MEDIS
CVA Infark / Cerebal Infraction
RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 3 mei 2021 pukul 07.00 klien masuk IGD dengan keluhan kejang dan
gelisah pada pukul 12.00 klien di pindah di ruang rawat inap diponegoro dengan
keluhan teriak-teriak dan gelisah pada pukul 15.00 klien dipindah di ruang
airlangga dengan keluhan yang sama yaitu teriak-teriak dan gelisah Saat dilakukan
pengkajian pada tanggal 3 Mei 2021 jam 15.3o WIB di dapatkan data Keluarga
pasien menyatakan esktremitas sebelah kiri pasien lemah sejak 4 hari yang lalu,
pasien tampak lemah, anggota gerak lemah sebelah kiri dan bicara pasien kurang
jelas dari hasil pemeriksaan tingkat kesadaran di dapatkan GCS 10 (E3 V2 M5)
pasien terpasang kateter dan kluarga menyatakan sudah 4 hari klien tidak BAB,
klien terpasang oksigen nasal kanul 2 liter, pasien tqmpqk tidak terpasang NGT,
pasien terpasang infuse RL 500 ml/20 atm di tangan sebelah kanan.
2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Keluarga menyatakan pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama dan tidak
ada menderita penyakit kronis lainnya. Keluarga pasien menyatakan ada riwayat
asam urat.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit yang sama dengan
pasien dan tidak ada penderita penyakit ronis lainnya seperti hipertensia,jantung
dan DM.
Page 21 of 31
RIWAYAT KEPERAWATAN KLIEN
Page 22 of 31
- Gangguan Tidur - Tidak ada - Tidak ada
- Upaya Mengatasi - Tidak ada
gangguan tidur - Tidak ada
- Hal-hal yang
mempermudah tidur
- Hal-hal yang
mempermudah bangun
Pola Kebersihan Diri (PH) - 3x/sehari - 1x sehari(di lap). 1x2
- Frekuensi mandi - 2x/sehari hari
- Frekuensi Mencuci - 4x/sehari - Kuku klien panjang dan
rambut - Bersih (1x/seminggu kotor
- Frekuensi Gosok gigi dipotong)
- Keadaan kuku - 3x/sehari
- Ganti baju
2. Riwayat Psikologi
Klien tampak gelisah, Keluarga berharap pasien cepat sembuh dan kembali ke
rumah agar bisa berkumpul dengan keluarga
3. Riwayat Sosial
Pada saat sehat pasien selalu mengikuti kegiatan social serta keagamaan yang ada
di lingkungannya dan menjadi tulang punggung keluarganya.Setelah pasien sakit
pasien tidak mampu lagi untuk menafkahi keluarganya karena tubuh pasien
terbaring lemah.
4. Riwayat Spiritual
Pada saat sehat klien menyatakan shalat lima waktu sehari semalam ,Klien
mengatakan dirinya seorang muslim dan berkepecayaan kepada ALLAH SWT,dan
pada saat sakit klien sekarang melakukan shalat sebisanya di tempat tidur serta
berdoa agar cepat sembuh.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Klien tampak lemah
Tingkat kesadaran Somnolen dengan GCS 10 ((E3 V2 M5)
B. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
SAAT SEBELUM SAKIT SAAT PENGKAJIAN
- Suhu :36,8°C - Suhu :36,5°C
- Nadi :100 x/menit - Nadi :74 x/menit
- Pernafasan :20 x/menit - Pernafasan : 22 x/menit
- Tekanan darah :120/80 mmHg Tekanan darah :116/82 mmHg
Page 23 of 31
C. Pemeriksaan Wajah
a. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata(+), Kelopak mata/palpebral (+), oedem (-),
ptosis/dalam kondisi tidak sadar mata tetap membuka (+), peradangan (-), luka(-),
benjolan (-), Bulu mata tidak rontok, Konjunctiva dan sclera perubahan warna (an
anemis), Warna iris (hitam), Reaksi pupil terhadap cahaya (miosis), Pupil (an
isokor), Warna Kornea hitam
b. Hidung
Inspeksi dan palpasi : Amati bentuk tulang hidung dan posis septum nasi (tidak ada
pembengkokan). Amati meatus : perdarahan (-), Kotoran (-), Pembengkakan (-),
pembesaran / polip (-)
c. Mulut
Amati bibir : Kelainan konginetal (-), warna bibir merah muda, lesi (-), Bibir
pecah (-), Amati gigi ,gusi, dan lidah : Caries (-), Kotoran (-), Gigi palsu (-),
Gingivitis (-), Warna lidah merah muda keputih-putihan, Perdarahan (-) dan abses
(-).
Amati orofaring atau rongga mulut : Bau mulut, Benda asing : (tidak)
d. Telinga
Amati bagian telinga luar: Bentuk simetris Ukuran normal Warna cokelat, lesi (-),
nyeri tekan (-), peradangan (-), penumpukan serumen (-). Dengan otoskop periksa
membran tympany amati, warna coklat, transparansi tidak ada, perdarahan (-),
perforasi (-).
D. Pemeriksaan Kepala Dan Leher
e. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala (bulat), kesimetrisan (+). Hidrochepalus (-), Luka (-),
darah (-), Trepanasi (-).
Palpasi : Nyeri tekan (-)
f. Leher
Inspeksi : Bentuk leher (simetris), peradangan (-), jaringan parut (-), perubahan
warna ( -), massa (+)
Palpasi : pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), posisi trakea
(simetris), pembesaran Vena jugularis (-)
E. Pemeriksaan Thoraks/dada
g. PEMERIKSAAN PARU
INSPEKSI
- Bentuk torak (Normal chest),
- Susunan ruas tulang belakang (Kyposis),
- Bentuk dada (simetris),
- keadaan kulit ? baik
- Retrasksi otot bantu pernafasan : Retraksi intercosta (-), retraksi suprasternal
(-), Sternomastoid (-), pernafasan cuping hidung (-).
- Pola nafas : (Eupnea)
- Amati : cianosis (-), batuk (produktif).
PALPASI
Pemeriksaan taktil / vocal fremitus : getaran antara kanan dan kiri teraba (sama).
Lebih bergetar sisi sama
PERKUSI
Area paru : ( sonor)PR
AUSKULTASI
- Suara nafas Area Vesikuler : (halus)
Page 24 of 31
- Suara Ucapan Terdengar : Bronkophoni (-), Egophoni (-), Pectoriloqui (-) PR
- Suara tambahan Terdengar : Rales (-), Ronchi (-), Wheezing (-), Pleural
fricion rub (-), bunyi tambahan lain tidak ada
- Keluhan lain yang dirasakan terkait Px. Torak dan Paru : tidak ada
h. PEMERIKSAAN JANTUNG
INSPEKSI
Ictus cordis (-), pelebaran - cm
PALPASI
Pulsasi pada dinding torak teraba : (Kuat)
PERKUSI
Batas-batas jantung normal adalah :
Batas atas : ICS II ( N = ICS II )
Batas bawah : ICS V ( N = ICS V)
Batas Kiri : ICS V Mild Clavicula Sinistra ( N = ICS V Mid Clavikula Sinistra)
Batas Kanan : ICS IV Mild Sternalis Dextra ( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra)
AUSKULTASI
BJ I terdengar (tunggal)
BJ II terdengar (reguler)
Bunyi jantung tambahan : BJ III (-), Gallop Rhythm (-), Murmur (-)
Keluhan lain terkait dengan jantung : tidak ada
F. Pemeriksaan Abdomen
INSPEKSI
Bentuk abdomen : (datar), Massa/Benjolan (-), Kesimetrisan (+), Bayangan
pembuluh darah vena (-)
AUSKULTASI
Frekuensi peristaltic usus 15 x/menit ( N = 5 – 35 x/menit, Borborygmi (-)
PALPASI
Palpasi Hepar : diskripsikan :Nyeri tekan (-), pembesaran (-), perabaan (lunak),
permukaan (halus), tepi hepar (tumpul / tajam) . ( N = hepar tidak teraba).
Palpasi Lien : Gambarkan garis bayangan Schuffner (PR)dan pembesarannya tidak
ada Dengan Bimanual lakukan palpasi dan diskrpisikan nyeri tekan terletak pada
garis Scuffner ke berapa ? tidak ada ( menunjukan pembesaran lien
Palpasi Appendik : Buatlah garis bayangan untuk menentukan titik (Mc. Burney
PR). nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), nyeri menjalar kontralateral (-).
Palpasi Ginjal : Bimanual diskripsikan : nyeri tekan(-), pembesaran (-), ginjal tidak
teraba
PERKUSI
tympani.
Keluhan lain yang dirasakan terkait dengan Px. Abdomen : tidak ada
G. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal
a. Genetalia Pria
Inspeksi :
Rambut pubis (bersih), lesi (-), benjolan (-) Lubang uretra : penyumbatan (-),
Hipospadia (-), Epispadia (-)
Palpasi
Penis : nyeri tekan (-), benjolan (-), Scrotum dan testis : beniolan (-), nyeri tekan (-),
Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum :
Page 25 of 31
Hidrochele (-), Scrotal Hernia (-), Spermatochele (-) Epididimal Mass/Nodularyti
(-) Epididimitis (-), Torsi pada saluran sperma (-), Tumor testiscular (-)
Inspeksi dan palpasi Hernia :
Inguinal hernia (-), femoral hernia (-), pembengkakan (-)
H. Pemeriksaan Punggung Dan Tulang Belakang
tidak ada lesi pada kulit punggung, tidak terdapat kelainan bentuk tulang belakang,
tidak terdapat deformitas pada tulang belakang, tidak terdapat fraktur tidak ada
nyeri tekan.
I. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal
i.Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (asimetris), deformitas (-), fraktur (-), terpasang Gib (-),
Traksi (-)
j.Palpasi
Lingkar lengan : 35 cm Lakukan uji kekuatan otot PR :
Page 26 of 31
Kepekaan saraf perifer : benda tumpul , benda tajam. Menguji sensai panas /
dingin, kapas halus, minyak wangi normal
p. Memeriksa reflek kedalaman tendon
Keluhan lain yang terkait dengan Px. Neurologis : klien tampak gelisah, teriak-
teriak dan penurunan kesadaran
M. Pemeriksaan Kulit/Integument
a. Integument/Kulit PR
Inspeksi : Adakah lesi (-), Jaringan parut (-), Warna Kulit coklat, Bila ada luka
bakar dimana saja lokasinya, dengan luas : tidak ada
Palpasi : Tekstur (halus), Turgor (normal) PR/Kelenturan(baik), Struktur (keriput),
Lemak subcutan (tebal), nyeri tekan (-
Identifikasi luka / lesi pada kulit
1. Tipe Primer : Makula (-), Papula (-) Nodule (-) Vesikula (-)
2. Tipe Sekunder : Pustula (-), Ulkus (-), Crusta (-), Exsoriasi (-), Scar (-),
Lichenifikasi (-)
Kelainan- kelainan pada kulit : Naevus Pigmentosus (-), Hiperpigmentasi (-),
Vitiligo/Hipopigmentasi (-), Tatto (-), Haemangioma (-), Angioma/toh(-), Spider
Naevi (-), Striae (-)
b. Pemeriksaan Rambut
Ispeksi dan Palpasi : Penyebaran (merata), Bau (+) rontok (-), warna putih
Alopesia (-), Hirsutisme (-), alopesia (-)
c. Pemeriksaan Kuku
Inspeksi dan palpasi : warna putih, bentuk simetris, dan kebersihan kuku tampak
kotor.
N. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik Medik
TTD PERAWAT
Page 28 of 31
DS: Gangguan Deficit perawatan diri Deficit perawatan diri
1. Keluarga mengatakan pasien neuromuscular b.d neuromuscular
susah untuk bergerak
2. Keluarga mengatakan pasien
belum mandi atau di lap.
DO:
1. Pasien tampak kurang bersih
2. Pasien tampak mulut kotor
dan berbau.
3. Pasien tampak semua aktifitas
di bantu
DS: Infark miokard akut Resiko perfusi jaringan Resiko perfusi jaringan
1. Keluarga mengatakan bicara cerebral tidak efektif cerebral tidak efektif d.d
kurang jelas
2. Keluarga mengatakan aktifitas
dilakukan di tempat tidur
DO:
1. Pasien tampak pergerakan
terbatas.
2. Pasien tampak semua aktifitas
di bantu keluarga.
3. Pasien tampak lemah sisi
tubuh sebelah kiri
4. Pasien tampak susah
beraktifitas .
5. Pasien tampak sendi kaku
6. Pasien tampak susah
menggerakan tangan kiri dan
kaki kiri.
7. GCS : 3,2,5
Page 29 of 31
Page 30 of 31
Page 31 of 31