Anda di halaman 1dari 26

CASE STUDY KASUS AN.

N DENGAN LEUKEMIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pembimbing: Dr. Ns. Meira Erawati, S.Kep., M.Si.Med

Disusun Oleh:
Salsabila Izzaturrohmah
22020120220094

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN 37


DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Leukemia merupakan penyakit ganas progresif pada jaringan pembentuk darah.
Leukemia terjadi karena adanya kerusakan pada pabrik pembuatan sel darah yaitu sumsum
tulang. Penyakit ini sering terjadi pada anak yang berusia diatas 1 tahun, dan puncaknya
antara usia 2 sampai 6 tahun (Apriany, 2016).
Leukemia dibagi menjadi dua tipe yaitu leukemia akut dan leukemia kronis.
Leukemia akut sel – sel darah mengalami kondisi yang abnormal sehingga tidak dapat
mngerjakan pekerjaan normal. Jumlah sel- sel abnormal meningkat secara cepat, singga
leukemia akut memburuk secara cepat. Sedangkan pada leukemia kronis sel – sel darah
yang abnormal masih dapat mengerjakan pekerjaan mereka (Maharani, 2009). Leukemia
akut memilki dua jenis yaitu lympoblastic leukemia akut (ALL) dan leukemia
myeloblastic akut (AML). Leukemia kronis juga memilki dua jenis yaitu leukemia
limfosotik kronis (LLK) dan leukemia mielositik kronis (LMK). Tidak seperti leukemia
pada orang dewasa, pada anak biasanya adalah jenis akut dan limfoblastik. Jenis ALL
meliputi kira – kira 80% leukimia akut pada anak dan sisanya adalah leukemia mieloid
akut (AML) (Apriany, 2016).
Anak yang menderita leukemia akan menunjukkan gejala demam, terdapat petekie
atau memar tanpa sebab. Leukemia dapat menyebabkan perdarahan, infeksi sekunder
maupun gagal organ. Gagal organ dapat terjadi karena sel – sel leukemia dapat menginvasi
testis, ginjal, prostat, ovarium, saluran gastro intestinal, dan paru – paru. Lokasi invasi
yang paling berbahaya adalah Sistem Saraf Pusat (SSP) karena mengakibatkan tekanan
intrakranial sehingga dapat menyebabkan kematian. Anak dengan leukemia perlu
mendapatkan asuhan keperawatan secara tepat dan benar sehingga tidak terjadi infeksi dan
perdarahan pada anak. Perdarahan dapat terjadi akibat dari trauma atau cedera, untuk
menghindari perdarahan, anak dianjurkan menghindari aktivitas yang dapat menimbulkan
trauma atau cedera perdarahan seperti bersepeda, dan bermain ayunan. Perawatan mulut
anak seperti gosok gigi harus diperhatikan karena sering terjadi perdarahan pada gusi.
Komplikasi lain timbul yaitu mual, muntah, anoreksia atau penurunan nafsu makan
(Wong, 2009).
Leukemia memerlukan terapi untuk meningkatkan angka keberhasilan hidup. Salah
satu terapi leukemia pada anak adalah dengan melakukan kemoterapi. Tujuan dari
kemoterapi adalah mengobati atau memperlambat pertumbuhan kanker atau mengurangi
gejalanya (Apriany, 2016). Komplikasi yang sering ditemukan dalam terapi kanker dimasa
kanak – kanak adalah infeksi berat sebagai akibat sekunder karena neutropenia. Kondisi
ini akan meningkatkan risiko infeksi yang berat akibat penurunan fungsi utama neutrofil
sebagai pertahanan terhadap mikroorganisme asing. Komplikasi yang lebih berbahaya dari
kemoterapi adalah terjadinya peningkatan kadar kalium dan fosfat serum, serta penurunan
kadar kalsium serum sehingga dapat berdampak terhadap timbulnya hiperkalamia,
hiperfosfatemia, dan hipokalsemia. Gangguan keseimbangan elektrolit tersebut berpotensi
menimbulkan efek kardiotoksik (chemotheraphy-related cardiotoxic) dan nefropati yang
dapat berlanjut menjadi gagal ginjal akut.
Asuhan keperawatan anak yang menderita leukemia secara langsung terkait dengan
pendidikan kesehatan, dukungan fisik dan emosi untuk mengatasi kecemasan dan
ketakutan. Perawat bekerjasama dengan keluarga memiliki peranan suportif yang
signifikan dalam membantu keluarga dan anak memahami berbagai macam terapi,
mencegah atau mengatasi efek samping yang telah diperkirakan, mengamati timbulnya
efek terapi dimasa mendatang dan membantu anak serta keluarga agar dapat hidup normal
dan mampu mengatasi aspek –aspek emosional akibat penyakit. Memberikan penyuluhan
merupakan peranan perawat yang utama, terutama dalam pemeriksaan klinis dan
perawatan dirumah. Diagnosis leukimia cenderung menimbulkan rasa cemas pada
keluarga dan pasien. Perawat memberikan dukungan dan menentramkan perasaan cemas,
selain memberi penjelasan yang akurat mengenai pemeriksaan diagnostik, prosedur dan
rencana terapi (Apriany, 2016). Pada kasus Anak N berusia 13 tahun, telah menderita
leukemia dan menjalani kemoterapi selama 3 bulan terakhir, mengalami stomatitis dan
demam 38,80C diperlukan asuhan keperawatan yang komprehensif. Laporan ini dibuat
untuk menggambarkan intervensi yang bisa dilakukan sesuai dengan kasus tersebut.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menyusun laporan seminar asuhan keperawatan pada anak dengan
leukemia
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada pasien anak dengan leukemia
b. Mahasiswa dapat menyusun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien anak
dengan leukemia
c. Mahasiswa dapat menyusun rencana intervensi keperawatan pada anak dengan
leukemia berdasarkan evidence based nursing practice.
Etiologi:
mindmap 1. Herediter/gen
Keping darah/ 2. Radiasi
Tatalaksana Kemoterapi:
Kerontokan
LEUKEMIA trombosit  3. Neoplasma
4. Zat kimia
Pemberian kemoterapi rambut
5. Virus
dilakukan secara agresif
dengan pemberian Pengungkapan Perasaan Rentan terjadi
kombinasi beberapa macam 1. Dukung mengungkapkan perasaan pendarahan
obat kemoterapi keras yang dengan asertif
Gangguan Citra
tidak bersifat selektif, maka 2. Ajarkan bedanya mengungkapkan
Tubuh perasaan yang sehat dan yang
selain sel kanker yang Pendarahan, Manajemen Kemoterapi
terbasmi, sel normal yang berbahaya 1. Batasi stimulus (lingkungan,
Hb menurun
bersifat aktif membelah 3. Anjurkan tidak menekan perasaan
suara, kunjungan)
juga ikut terkena 2. Anjurkan sering istirahat dan
pengaruhnya. Depresi sistem Keletihan membatasi kegiatan
imun Kontrol infeksi
Resiko infeksi:  Pusing 3. Ajarkan teknik relaksasi dan
 Penyakit kronis 1. Edukasi cuci tangan
 Mudah lelah distraksi
2. Batasi kunjungan
Saluran  Pengobatan lama
3. Pantau hasil lab
pencernaan  Prosedur invasif
terganggu
Perawatan mulut
1. Gunakan bulu sikat lembut
Peradangan 2. Memakai floss
(mukositis) Peradangan Gangguan integritas
3. Gunakan sodium bikarbonat
(Nyeri) kulit dan jaringan
untuk membilas
 Mengeluh nyeri
 Ada luka Manajemen Hipertermia:
Nyeri ketika
menelan 1. Observasi TTV
Hipertermia
2. Pendinginan eksternal
 Suhu tubuh Kekurangan volume (kompres) REFERENSI
meningkat cairan 3. Pakaiakan baju longgar
Sativa, S. O. (2020). Pengaruh genetik,
Anoreksia  Mukosa kering 4. Ganti linen setiap hari gaya hidup dan lingkungan pada kejadian
 Turgor kulit  5. Kolaborasi pemberian cairan leukemia mieloblastik akut. Jimki, Vol. 8, pp.
IV 83–88.
6. Berikan hidrasi per oral Padmini, C., & Bai, K. Y. (2014). Oral
Nutrisi Kurang dari Kebutuhan: Manajemen Nutrsi: 7. Monitor haluaran urin and dental considerations in pediatric
leukemic patient. ISRN Hematology, 2014,
 Intake nutrisi kurang 1. Pilih diet yang sesuai (tidak 8. Monitor status elektrolit
895721.
 BB menurun merangsang pencernaan, 9. Hindari pemberian
Apriany, D. (2016). Asuhan
 IMT underweight lembut dan bergizi) antipiretik dan aspirin Keperawatan Anak dengan Keganasan.
Bandung: Refika Aditama.
SDKI, SIKI, SLKI
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
A. Data Demografi

1. Klien/Pasien
a. Tanggal pengkajian : 25 Mei 2021
b. Tanggal masuk : 25 Mei 2021
c. Ruangan : Pediatrik
d. Identitas
Nama :N
Tanggal lahir/umur : 13 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Diagnosa medis : Leukemia
Penanggung jawab : Ibu A

1. Orang Tua/ Penanggung Jawab


a. Nama : Ibu A
b. Hubungan dengan klien : Ibu kandung
c. Suku : Jawa
d. Agama : Islam
e. Alamat (inisial kota) :S
f. No. telepon : 08229853xxxx

B. Riwayat Klien
1. Riwayat penyakit penyakit sekarang
An. N masuk rumah sakit dengan keluhan adanya bercak putih dan
perdarahan pada rongga mulut karena infeksi stomatitis dan esofagitis
sehingga membutuhkan transfusi trombosit. Saat ini An. N mengalami
demam dan obat yang diberikan tidak memberikan hasil yang baik sejak
kemarin. An. N juga mengatakan bahwa mulut dan tenggorokannya
sangat sakit sehingga dia tidak bisa minum ataupun makan apapun. IbuAn.
N mengatakan anaknya menjadi lebih tertekan dan menjadi lebih jarang
berbicara karena sakit pada rongga mulutnya. Ibu An. N mengatakan
bahwa anaknya seringkali mengeluhkan sakit pada rongga mulutnya yang
menyebabkan anaknya menjadi tidak mau makan dan minum.
2. Riwayat penyakit klien sebelumnya
An. N sebelumnya anaknya pernah masuk rumah sakit dengan penyakit
yang sama untuk menjalani kemoterapi 3 bulan yang lalu.
3. Riwayat kehamilan (ANC, masalah kesehatan selama kehamilan, dll)
Tidak memiliki masalah kesehatan selama kehamilan, ANC dilakukan setiap
trimester di rumah sakit.
4. Riwayat persalinan (jenis persalinan, penolong persalinan, apgar skor,
penyulit persalinan, dll)
Lahir spontan di rumah sakit, Apgar 10, tidak mengalami kesulitan
persalinan
5. Riwayat imunisasi (berikan tanda silang pada imunisasi yang sudah
dilakukan)
 Hepatitis I BCG
 Hepatitis B II Hepatitis B III
 Polio I Polio II
 Polio III Polio IV
 DPT I DPT II
 DPT III Campak
LAINNYA, sebutkan…….................................................................
6. Riwayat alergi : tidak ada alergi
7. Riwayat pemakaian obat-obatan :
Tidak terkaji
8. Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan anak baik, pasien berusia 13 tahun mampu melakukan
aktivitas sehari- hari dengan baik seperti duduk, jalan dan berdiri
hanya saja pasien mengalami kelemahan akibat kondisinya. Selain itu
pasien dapat menyampaikan informasi dan menangkap informasi
secara baik serta mampu bersosialisasi dengan baik. Pasien memiliki
teman dan tetap menjalani komunikasi dengan teman sebayanya.
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Riwayat penyakit dalam keluarga:
Nenek pasien meninggal karena kanker rahim
2. Genogram

Y Tn.B Ny.H
66th
68th 72th

Ny.U
Ny.I Ny.A Tn.T L P
39th 30th
46th
35th 48th 56th

An. AS An. I
An..N
7tahun 5th
13 th

: laki-laki : klien
: perempuan : meninggal
: tinggal dalam satu rumah

D. Riwayat Penyakit Sekarang


1. Penampilan umum
Tampak baik dan tidak tertekan
a. Keadaan umum (kondisi klien secara umum):
Composmentis
b. Pemeriksaaan Tanda-Tanda Vital
1) Pernapasan : 24x/menit
2) Suhu : 38,80C
3) Nadi : 100x /menit
4) Tekanan Darah: 90/70 mmHg
5) Saturasi oksigen: 97%
(diukur tanpa/dengan oksigen* coret slah satu)
c. Penggunaan alat bantu napas (Oksigen, dll)
Anak menngunakan nasal kanul 2liter/menit
2. Nutrisi dan cairan:
a. Lingkar Lengan atas : 19 cm
b. Panjang badan/tinggi badan : 150 cm
c. Berat badan : 40 kg
d. Lingkar kepala : 53 cm
e. Lingkar dada : 104 cm
f. Lingkar perut : 62 cm
g. Status nutrisi (WHO):
IMT= BB/TB2
IMT= 40/2,252
IMT= 18 (kurus ringan)
h. Kebutuhan Kalori dan perhitungannya:

Menurut angka kecukupan gizi (AKG) menurut Peraturan Menteri


Kesehatan Nomor28 Tahun 2019
Anak perempuan usia 13-15 tahun = 2.050 kkal
Rumus Harris-Benedict
Basal Metabolism Rate (BMR) Perempuan = [655+ (9,5 x BB) + (1,8 x
TB) – (4,7xusia)] x faktor aktivitas
BMR= [655 + (9,5x40) + (1,8x150) -
(4,7x13)] x 1,2 BMR= [655 + 384 +
270 – 61,1] x 1,2
BMR= 1.497 kkal
i. Jenis makanan/ diet saat ini di RS:
An. N mengatakan makanan yang disukai sebelum sakit adalah ayam
goreng. Saat ini An. N mengatakan hanya ingin dapat makan dan minum
secara normal tanpa rasa sakit.
Alergi makanan : Tidak memiliki alergi
j. Kesulitan saat makan :
An. N mengatakan sakit saat menelan air maupun makanan
k. Kebiasaan khusus saat makan: Tidak ada
l. Keluhan (mual, muntah, kembung, anoreksia, dsb...): Tidak ada
m. Kebutuhan cairan 24 jam dan perhitungannya:
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) rata-rata kebutuhan cairan
pada anak dalam sehari di usia 9-13 tahun adalah 2100 mL (perempuan).
Menurut rumus Darrow anak dengan BB > 20 kg;
Rumus kebutuhan cairan =1.500 ml + (20 ml untuk setiap kg kenaikan BB
diatas 20 kg).
Kebutuhan cairan An. N = 1.500 ml + [20 ml x 20 kg (BB 40 kg, maka
kenaikan BB > 20 kg yaitu 20 kg)
Kebutuhan cairan An. N = 1.500 ml + 400 ml = 1.900 ml
n. Balance cairan (hitung jumlah dan jenis cairan masuk dan keluar): Tidak
terkaji
o. Diuresis : Tidak terkaji
p. Rute cairan masuk (oral, parenteral, enteral, dsb)
q. Jenis cairan yang dikonsumsi anak (ASI/susu formula/infus/air putih,
dsb):
An. N terpasang akses vena sentral yang digunakan untuk memasukkan
obat kemoterapi dan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi.
r. Keluhan terkait cairan: An. N jarang minum karena tenggorokannya sakit
3. Istirahat tidur
a. Lama waktu tidur (24 jam) : 10 jam
b. Kualitas tidur : Kualitas tidur baik, jarang terbangun di malam hari
c. Tidur siang : (ya/tidak) * pilih salah satu
d. Kebiasaan sebelum tidur : tidak memiliki kebiasaan spesifik sebelum tidur
4. Pengkajian nyeri (sesuaikan sesuai usia, lampirkan alat ukur):
Karena usia An. N 13 (>7) tahun dan bisa berkomunikasi dengan baik maka
dilakukan pengkajian nyeri PQRST dengan Numeric Scale
P : nyeri stomatitis, nyeri bertambah ketika menelan
Q : perih
R : nyeri tenggorokan dan rongga mulut
S : skala nyeri 6
T : terus menerus
5. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
Pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan
Fisik
Kepala : I: Bentuk mesochepal, persebaran rambut merata,
Rambut berwarna hitam, rambut Panjang lurus
P: tidak ada benjoaln, tidak ada nyeri tekan. Rambut
berminyak
Mata I: simetris. Konjungtiva tidak anemis. Sklera putih.
Fungsi penglihatan baik
P: tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Hidung I: Simetris, tidak ada napas cuping hidung, tidak ada
polip. tidak ada lesi
P: tidak ada benjolan, dan nyeri tekan
Mulut I : mukosa bibir kering dan pecah-pecah, terdapat
stomatitis, tidak ada gigi yang tanggal. Tidak ada
pembesaran tonsil, tidak ada bengkak gusi, lidah terdapat
bercak putih
P: terdapat nyeri tekan dan bercak putih di lidah
PENGKAJIAN NYERI
P : nyeri stomatitis, nyeri bertambah ketika menelan
Q : perih
R : nyeri tenggorokan dan rongga mulut
S : skala nyeri 6
T : terus menerus
Telinga I: Bersih, tidak ada lendir keluar. Fungsi pendengaran
baik
P: tidak ada nyeri tekan. Tidak ada benjolan
Leher I: reflek menelan baik. Tidak ada kaku kuduk. tidak ada
lesi
P: tidak ada benjolan. Tidak ada nyeri tekan
Dada I = Pengembangan dada simetris, tidak ada lesi. Tidak
ada retraksi dinding dada. Terdapat akses vena sentral
(CVAD)
P = tidak ada nyeri tekan
P = sonor
A = vesikuler. Bunyi jantung S1 dan S2 terdengar normal.
Tidak ada bunyi jantung tambahan
Abdomen Tidak terkaji
Genitalia Tidak terkaji
Ektremitas Akral teraba hangat, terpasang infus/IV line di
atas ekstremitas atas dekstra. Tidak ada edema. dan varises
pada ekstremitas. CRT < 2 detik
Ekstremitas Akral teraba hangat, Tidak ada edema dan varises pada
bawah ekstremitas. CRT < 2 detik

6. Psikososial anak dan keluarga


 Respon hospitalisasi (rewel, tenang)
Anak tampak sangat baik dan tenang, karena bukan kali pertama di
rumah sakit
 Kecemasan (anak dan orang tua) sertakan alat
ukur)
Anak mengalami cemas ringan
Ibu mengalami kecemasan sedang berdasarkan kuesioner HARS
 Koping klien/keluarga dalam menghadapi masalah
Keluarga saling membantu dan mendukung dalam menghadapi kondisi
penyakit anak.
 Pengetahuan orang tua tentang penyakit anak
Orang tua mengetahui penyakit yang dimiliki anak semenjak
terdiagnosisi 3 bulan yang lalu, orang tua dapat berdiskusi dengan tenaga
kesehatan menentukan perawatan yang terbaik untuk anak.
 Keterlibatan orang tua dalam perawatan anak
Anak diasuh oleh orang tuanya, orang tua terlibat dalam perawatan
anak selama sebelum sakit, terlebih ketika sakit. Orang tua membantu
merawat anak di rumah dan merawat CVAD
 Konsep diri:
 Pola Emosional
An. N tampak murung ketika membicarakan kondisi dan teman-
temannya.
 Citra diri
An. N mengatakan sedih jika teman-temannya melihat kondisinya
yang seperti ini.
 Identitas
An. N mengatakan sedih melihat kondisinya dan seluruh
pengobatan yang dijalaninya serta dampak kemoterapi yang
dilakukan yang menyebabkan ia tidak dapat bertemu teman-
temannya dan bersekolah.
 Gambaran diri
An. N mengatakan sangat tidak nyaman dengan mulut dan
tenggorokannya yang terasa sangat sakit yang menyebabkan ia
tidak bisa makan dan minum.
 Peran
An. N berperan sebagai seorang siswa yang menjalankan
studinya bersama dengan seorang tutor di rumah.
 Ideal diri
An. N mengatakan ingin segera sembuh, rambutnya tidak
rontok, bisa makan kembali bersekolah.
 Harga diri
An. N merasa sedih dan tertekan karena tidak dapat bersekolah
lagi dan akibat sakit yang dialaminya sehingga ia merasa malu
untuk bertemu dengan teman-temannya.
 Spiritual (kebiasaan ibadah, keyakinan, nilai, budaya):
Anak beragama islam dan sholat 5 waktu
 Adakah terapi lain selain medis yang dilakukan: Tidak terkaji
7. Pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi):
Jenis Hasil Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin 10,1 g/dL 11,7-15,5 Rendah
Hematokrit 25% 35-47% Rendah
Jumlah Lekosit 2.000/mm3 4.500-10.000 /mm3 Rendah

Jumlah Trombosit 50.000 /mm3 150.000-400.000/mm3 Rendah


Diferensial neutrofil 20% 50-70% Rendah

8. Terapi medikamentosa :
Jenis, Dosis,
Indikasi Kontraindikasi Efek samping
Rute
Gentamisin Sepsis, Meningitis Kehamilan, Gangguan vestibuler
sulfat 100 mg dan infeksi SSP Miastenia gravis dan pendengaran,
IV q8h lainnya, Nefrotoksisitas,
Endokarditis karena Hipomagnesemia
streptococcus Kolitis
viridans atau
streptococcus
Faecalis,
Pneumonia
nosokomial
 Vankomisin Infeksi bakteri Hipersensitivitas, Nefrotoksisitas,
hidroklorida Staphylococcus Gangguan ginjal Hipotensi berat,
500 mg IV aureus, Pneumonia Mual, Demam,
setiap 6 jam Endokarditis Menggigil, Sesak
infektif, Kolitis nafas, Nyeri
pseudomembranosa punggung dan dada

 Cefoxitin Inspeksi saluran Hipersensitivitas Tromboplebitis


sodium 1 g IV pernapasan antibiotik Hipotensi Diare
setiap 6 jam bawah, Infeksi Disfungsi renal
saluran kemih, Nyeri abdomen
Infeksi intra- Colitis
abdomen, Infeksi
ginekologi,
Septikemia akibat
streptococcus
pneumoniae,
Infeksi kulit dan
Jenis, Dosis,
Indikasi Kontraindikasi Efek samping
Rute
struktur kulit,
Infeeksi tulang
dansendi

ANALISA DATA
No. Data Masalah Etiologi
1. DS: Hipertermia Proses penyakit (kanker),
DO: dehidrasi
 Suhu tubuh anak 38,8 ºC
 Mukosa bibir kering
2. DS: Gangguan Efek samping terapi
 Anak mengatakan mulut dan integritas kulit radiasi
tenggorokannya sangat sakit
sehingga tidak bisa makan dan
menelan apapun
 Pengkajian nyeri skala 6
dengan wong baker scale
DO:
 Anak menderita stomatitis dan
esophagitis
3. DS: Keletihan Kondisi fisiologis
 Anak tidak lagi pergi ke sekolah (penyakit kronis) dan
dan harus belajar dari rumah pengobatan jangka
DO: panjang
 Suhu 38,8 ºC
 Riwayat kemoterapi sejak 3
bulan yang lalu
 Hemoglobin: 10,1 g / dL
4. DS: Gangguan citra Efek kemoterapi dan
 Ibu mengatakan anak tampak tubuh perubahan struktur tubuh
No. Data Masalah Etiologi
tertekan sejak kemoterapi
terakhir
 Anak tidak ingin bertemu
temannya, namun masih
berkabar lewat telepon
DO:
 Anak mengalami alopecia
(kerontokan rambut parah)
5. DS: Resiko infeksi Faktor resiko: penyakit
DO: kronis serius, efek
 Hasil hitung darah lengkap prosedur invasif,
Diferensial: Neutrofil 20% ketidakadekuatan
(rentan terkena bakteri) pertahanan tubuh
 Bercak putih di lidah sekunder, penyakit kanker
 Suhu 38,8 ºC
 CVAD terpasang (memiliki
akses vena sentral)

PROBLEM LIST
No Tgl/jam Dx Keperawatan TTD TGL/ Jam TTD
ditemukan Teratasi
1 25 Mei 2021/ Hipertermia berhubungan dengan Bila
09:00 proses penyakit (kanker) dan
dehidrasi
2 25 Mei 2021/ Gangguan integritas kulit Bila
09:00 berhubungan dengan efek
samping terapi radiasi
3 25 Mei 2021/ Keletihan berhubungan dengan Bila
09:00 kondisi fisiologis (penyakit
kronis) dan pengobatan jangka
panjang
4. 25 Mei 2021/ Gangguan citra tubuh Bila
No Tgl/jam Dx Keperawatan TTD TGL/ Jam TTD
ditemukan Teratasi
09:00 berhubungan dengan efek
kemoterapi dan perubahan
struktur tubuh
5. 25 Mei 2021/ Resiko infeksi berhubungan Bila
09:00 dengan faktor resiko: penyakit
kronis serius, efek prosedur
invasif, ketidakadekuatan
pertahanan tubuh sekunder,
penyakit kanker
Tindakan Keperawatan
Tanggal Diagnosa Intervensi
TTD
/Jam Keperawatan Tujuan Tindakan
Selasa, Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Kompres Panas (I.08235)
25 Mei berhubungan keperawatan selama 2x 24 Observasi
2021 dengan proses jam, hipertermi dapat - Identifikasi kontraindikasi kompres hangat (misal penurunan sensasi, penurunan
penyakit teratasi dengan kriteria hasil: sirkulasi)
(kanker) dan Termoregulasi (L.14134) - Identifikasi kondisi kulit yang akan dilakukan kompres dingin
dehidrasi  Suhu tubuh mendekati - Periksa suhu alat kompres
normal 36,5-37,5 ºC - Monitor kerusakan jaringan atau iritasi kulit selama 5 menit pertama
(Tim Pokja SLKI DPP Terapeutik
PPNI, 2017) - Pilih metode kompres yang nyaman dan mudah didapat (cold pack dengan suhu
sejuk (Priyani, 2019)
- Pilih lokasi kompres yaitu daerah lipatan
- Hindari penggunaan kompres pada daerah yang terpapar terapi radiasi
Edukasi
- Jelaskan prosedur penggunaan kompres panas
- Anjurkan tidak menyesuaikan pengaturan suhu secara mandiri tanpa pemberitahuan
sebelumnya
Manajemen hipertemia (I.05506)
Observasi
Tanggal Diagnosa Intervensi
TTD
/Jam Keperawatan Tujuan Tindakan
- Identifikasi penyebab hipertermia (dehidrasi)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urin
- Sediakan lingkungan yang dingin
Terapeutik
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari
- Lakukan pendinginan eksternal (kompres hangat/sejuk)
- Hindari pemberian antipiretik dan aspirin
- Berikan oksigen bila perlu
Edukasi
- Ajarkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit jika perlu
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Perawatan mulut (I.11356)
integritas kulit keperawatan selama 3x 8 Observasi
berhubungan jam, gangguan integritas - Identifikasi kondisi umum (tingkat kesadaran, alat bantu napas, hemodinamik,
Tanggal Diagnosa Intervensi
TTD
/Jam Keperawatan Tujuan Tindakan
dengan efek kulit dapat berkurang gangguan koagulan)
samping terapi dengan kriteria hasil: - Identifikasi kondisi oral (mukositis)
radiasi Intergritas Kulit dan - Monitor kebersihan mulut, gusi dan gigi
Jaringan (L.14125) Terapeutik
 Nyeri pada daerah - Pilih sikat gigi sesuai kondisi pasien (sikat gigi lembut untuk pasien mukositis)
mulut dan tenggorokan - Posisikan semi fowler atau fowler
berkurang dari skala 6- - Fasilitasi menyikat gigi secara mandiri
4 - Sikat gigi mininal 2 kali sehari
- Gunakan cairan sodium bikarbonat untuk membilas (Padmini & Bai, 2014)
- Gunakan benang untuk mengangkat plak yang tidak bisa diangkat oleh sikat gigi
- Bersihkan alat yang telah digunakan
Edukasi
- Jelaskan prosedur pada pasien dan keluarga
- Anjurkan menganti sikat gigi setiap 3-4 bulan
Keletihan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Kemoterapi (I.14511)
berhubungan keperawatan selama 2x 24 Terapeutik
dengan kondisi jam, keletihan dapat - Hindari penggunaan produk aspirin
fisiologis berkurang dengan kriteria - Batasi stimulus lingkungan (cahaya, suara, kunjungan)
(penyakit kronis) hasil: - Berikan asupan adekuat
Tanggal Diagnosa Intervensi
TTD
/Jam Keperawatan Tujuan Tindakan
dan pengobatan Tingkat keletihan (L.05046) - Lakukan tindakan perawatan rambut (sisir dengan lembut, hindari suhu ekstrem)
jangka panjang  Pola istirahat Edukasi
(Tim Pokja dipertahankan - Anjurkan diet sesuai indikasi (tidak merangsang pencernaan, mudah dicerna,
SDKI DPP  Tidak lesu bergizi)
PPNI, 2017)  Mengungkapkan secara - Ajarkan teknik distraksi dan imajinasi
verbal kepulihan energi - Ajarkan teknik manajemen energi
- Ajarkan mengelola kelelahan dengan merencanakan sering istirahat dan membatasi
kegiatan
Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan Dukungan penungkapan perasaan (I. 09267)
tubuh keperawatan selama 3 x 24 Observasi
berhubungan jam, diharapkan masalah - Identifikasi tingkat emosi
dengan efek gangguan citra tubuh dapat - Identifikasi isyarat verbal dan non verbal
kemoterapi dan diatasi dengan kriteria hasil: - Identifikasi perasaan saat ini
perubahan Citra tubuh (L.09067) - Identifikasi hubungan antara perasaan dan perilaku
struktur tubuh  Tidak fokus ke Terapeutik
penampilan masa lalu - Fasilitasi pengungkapan pengalaman emosional yang menyakitkan (kemoterapi)
- Fasilitasi menetralkan kembali perasaan negatif
- Fasilitasi membedakan pengungkapan emosi yang kuat diperbolehkan dan yang
merusak hubungan
Tanggal Diagnosa Intervensi
TTD
/Jam Keperawatan Tujuan Tindakan
Edukasi
- Informasikan menekan perasaan dapat mempengaruhi hubungan interpersonal
- Ajarkan mengekspresikan perasaan secara asertif
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Edukasi pencegahan infeksi (I.12406)
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 Edukasi
dengan faktor jam, diharapkan masalah - Jelaskan gejala infeksi lokal dan sistemik
resiko: penyakit resiko infeksi dapat diatasi - Informasikan hasil kaboratorium (misal WBC dan leukosit)
kronis serius, dengan kriteria hasil: - Anjurkan pencegahan sesuai kondisi
efek prosedur Tingkat Infeksi (L.14137) - Anjurkan membatasi pengunjung
invasif,  Kadar sel darah putih - Anjurkan cakupan nutrisi cairan dan istirahat
ketidakadekuatan membaik - Anjurkan mengelola antibiotik sesuai resep
pertahanan tubuh  Area insisi CVAD - Anjurkan cara mencuci tangan
sekunder, tidak mengalami - Ajarkan etika batuk
penyakit kanker kemerahan, bengkak - Ajarkan cara mencuci tangan
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI., 2017)
BAB IV
PEMBAHASAN

Leukemia merupakan salah satu kelainan sel darah berupa keganasan yang ditandai
dengan proliferasi dan pertumbuhan dari sel hematopoietik yang imatur di dalam sumsum
tulang dan darah (Sativa, 2020). Salah satu tatalaksana umum leukemia adalah kemoterapi.
Efek samping kemoterapi dapat terjadi akut dan jangka panjang. Efek samping akut dapat
terjadi beberapa jam sampai beberapa minggu setelah pemberian kemoterapi, berupa
mielosupresi, mual, muntah, alopesia, mukositis orointestinal, kelainan fungsi hati, alergi
serta ulserasi lokal. Tingkat kerusakan organ akibat efek samping kemoterapi berbeda pada
tiap individu tergantung berbagai faktor antara lain jenis dan dosis kemoterapi yang dipakai,
jangka waktu pemberian, faktor individu seperti ras, status gizi, keadaan organ tempat
detoksikasi, dan ekskresi obat tersebut (Ariawati, Windiastuti, & Gatot, 2016). Efek samping
kemoterapi yang muncul dalam pengkajian terhadap An. N antara lain alopecia, mukositis
dan stomatitis, kelelahan, nyeri saat menelan, hipertermia yang merupakan data subjektif dan
objektif dalam asuhan keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang diangkat dalam studi kasus ini adalah Hipertermia
berhubungan dengan proses penyakit (kanker) dan dehidrasi, Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan efek samping terapi radiasi, Keletihan berhubungan dengan kondisi
fisiologis (penyakit kronis) dan pengobatan jangka panjang, Gangguan citra tubuh
berhubungan dengan efek kemoterapi dan perubahan struktur tubuh serta diagnosa Resiko
infeksi berhubungan dengan faktor resiko: penyakit kronis serius, efek prosedur invasif,
ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder, penyakit kanker. Prioritas pertama diagnosa
keperawatan yang akan diatasi terlebih dahulu adalah hipertemia. Data dari kasus
menunjukkan pemberian asetaminofen setiap 4 jam dalam 24 jam terakhir belum
memberikan hasil yang baik. Selain itu suhu tubuh merupakan salah satu tanda penting yang
mencerminkan status cairan dan kondisi umum pasien. Naiknya suhu tubuh merupakan
proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh ketika suhu
meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C). Demam adalah proses alami tubuh untuk
melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya
disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan ,
ataupun obat – obatan (Ismoedijanto, 2016). Kenaikan suhu tubuh yang tidak diatasi dapat
menyebabkan rasa lemah, nyeri sendi dan sakit kepala, gelombang tidur yang lambat
(berperan dalam perbaikan fungsi otak), dan pada keadaan tertentu dapat menimbulkan
gangguan kesadaran dan persepsi (delirium karena demam) serta kejang.
Intervensi yang diberikan salah satunya adalah untuk menurunkan suhu tubuh An.. N
salah satunya kompres. Kompres merupakan metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh
yang memerlukan. Penggunaan media kompres yang dipilih dalam kasus ini adalah cold pack
karena relatif lebih nyaman, murah, dan mudah dilakukan jika dibandingkan dengan metode
lain. Cold pack merupakan alat kompres instan berisi gel yang bisa digunakan untuk kompres
dingin dan panas, namun dalam hal ini kompres dingin yang digunakan (Hartati Pratiwi,
Ropi, & Sitorus, 2015). Prosedur tindakan kompres dengan cold pack dilakukan dengan
menghangatkan kemasan cold pack dan bungkus kemasan cold pack yang sudah dihangatkan
degan kain untuk menghindari cidera pada kulit. Pengompresan dilakukan selama 10 sampai
15 menit di bagian dahi atau lipatan-lipatan tubuh. Suhu yang digunakan mendekati sejuk
atau hangat. Melakukan pendinginan dengan air terlalu dingin, es atau alkohol kurang
bermanfaat (justru terjadi vasokonstriksi pembuluh darah), sehingga panas sulit disalurkan
baik lewat mekanisme evaporasi maupun radiasi (Ismoedijanto, 2016).
Pemberian cold pack dibanding kompres air hangat menurut penelitian Priyani (2019)
lebih efektif dalam menurunkan demam pada anak dengan Acute Limphoblastic Leukemia
(ALL) dengan rata rata dan standar deviasi penurunan suhu pada kelompok cold pack lebih
tinggi dibanding kompres air hangat (38,668 dan 0,69526 vs 39,67 dan 0,38402). Metode
cold pack juga lebih disukai karena air tidak merembes ke linen pasien. Pada metode
kompres air hangat, air dapat menguap lebih cepat dan perawat harus sering mengganti kain
kompes untuk dapat mempertahankan konstan suhu kompres, kompres air hangat juga dapat
menyebabkan bagian belakang tubuh pasien bertambah lembab sehingga dapat meningkatkan
resiko dekubitus. Berbeda dengan kompres cold pack hangat, kompres dengan menggunakan
cold pack tidak menimbulkan basah pada linen pasien. Hal ini berkaitan dengan area kompres
yang lebih sedikit dibandingkan dengan kompres air hangat sehingga lebih meningkatkan
kenyamanan dalam proses kompres dengan cold pack.
Pada cold pack, evaporasi bertambah karena cold pack dapat memperantarai
perpindahan panas ketika air berubah menjadi gas. Konduksi terjadi antara suhu cold pack
dengan jaringan sekitarnya termasuk pembuluh darah sehingga suhu darah yang melalui area
tersebut akan menurun. Kemudian darah tersebut akan mengalir ke bagian tubuh lain dan
proses konduksi terus berlangsung sehingga setelah dilakukan kompres dengan cold pack,
suhu tubuh pasien dapat menurun.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari laporan kasus An. N dengan Leukemia adalah:
1. Leukemia merupakan salah satu kelainan sel darah berupa keganasan yang
ditandai dengan proliferasi dan pertumbuhan dari sel hematopoietik yang imatur
di dalam sumsum tulang dan darah. Salah satu tatalaksana umum leukemia adalah
kemoterapi. Dampak kemoterapi yang muncul dalam kasus An. N adalah
mukositis, stomatitis, alopecia, keletihan, dan hipertemia.
2. Diagnosa keperawatan yang diambil berdasarkan prioritas antara lain hipertermia,
gangguan integritas, keletihan, gangguan citra tubuh serta diagnosa resiko infeksi.
3. Rencana intervensi yang diberikan antara lain kompres panas, manajemen
hipertemia, manajemen kemoterapi, dukungan mengungkapkan perasaan, edukasi
pencegahan infeksi dan perawatan mulut.
4. Pemilihan intervensi pemberian cold pack dalam karena cold pack lebih efektif
dan nyaman dibanding kompres air hangat dengan kain sehingga lebih disukai
oleh perawat dan pasien anak.
5. Luaran yang diharapkan setelah dilakukan perawatan adalah penurunan suhu
menjadi normal, tidak terdapat tanda infeksi, nyeri pada daerah mulut berkurang,
citra tubuh membaik dan pola istirahat dapat dipertahankan.

B. SARAN
1. Bagi perawat agar dapat memilih tindakan non farmakologis yang sesuai untuk
mengatasi masalah keperawatan yang ada pada anak dengan leukemia, stomatitis
dan esophagitis.
2. Bagi masyarakat agar bisa mengenali tanda gejala dan dampak kemoterapi bagi
anak dengan leukemia.
3. Bagi mahasiswa agar studi kasus ini dapat dijadikan sebagai sumber acuan dalam
pemberian asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Apriany, D. (2016). Asuhan Keperawatan Anak dengan Keganasan. Bandung: Refika


Aditama.

Ariawati, K., Windiastuti, E., & Gatot, D. (2016). Toksisitas Kemoterapi Leukemia
Limfoblastik Akut pada Fase Induksi dan Profilaksis Susunan Saraf Pusat dengan
Metotreksat 1 gram. Sari Pediatri, 9(4), 252. https://doi.org/10.14238/sp9.4.2007.252-8

Hartati Pratiwi, S., Ropi, H., & Sitorus, R. (2015). Perbedaan Efek Kompres Selimut Basah
dan Cold-pack terhadap Suhu Tubuh Pasien Cedera Kepala di Neurosurgical Critical
Care Unit. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, v3(n3), 158–165.
https://doi.org/10.24198/jkp.v3n3.4

Ismoedijanto, I. (2016). Demam pada Anak. Sari Pediatri, 2(2), 103.


https://doi.org/10.14238/sp2.2.2000.103-8

Padmini, C., & Bai, K. Y. (2014). Oral and dental considerations in pediatric leukemic
patient. ISRN Hematology, 2014, 895721. https://doi.org/10.1155/2014/895721

Priyani, T. (2019). PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PENURUNAN SUHU TUBUH


MENGGUNAKAN KOMPRES COLD PACK HANGAT DENGAN KOMPRES AIR
HANGAT PADA ANAK ACUTE LIMPOBLASTIC LEUKEMIA DI RUANG MELATI 2
RSUD Dr.MOEWARDI.

Sativa, S. O. (2020). Pengaruh genetik, gaya hidup dan lingkungan pada kejadian leukemia
mieloblastik akut. Jimki, Vol. 8, pp. 83–88.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Diagnostik. Jakarta: PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Diagnostik. Jakarta: PPNI.

Wong. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai