Anda di halaman 1dari 8

BUGAT

(PEMBERONTAKAN)

SISRA ERANI
PenGERTIAN BUGAT
 
Secara etimologi, kata bughat berasal dari bahasa Arab‫بــــى‬
‫ َ َغ‬yang memiliki arti yang sama
dengan kata ‫ َظـل ََم‬yaitu berlaku zalim, menindas. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata bughat
berasal dari kata yang berarti menginginkan sesuatu. Sebagaimana dalam firman Allah SWT
surat Al-Kahfi ayat 64:

َ ‫َال َٰذلِ َك َما كُن َّا نَبْ ِغ ۚ َف ْارتَ َّدا‬


]١٨:٦٤[ ‫عل َٰىآثَ ِار ِه َما ق ََص ًصا‬ َ ‫ق‬
“Musa berkata: Itulah (tempat) yang kita cari.” (QS. Al-Kahfi: 64 Dalam ‘urf, kata al-baghyu
diartikan meminta sesuatu yang tidak halal atau melanggar hak. Sedangkan secara terminologi,
terdapat perbedaan pendapat para ulama fiqh dalam mendefinisikan tindak pidana baghat,
antara lain:
1. Ulama Malikiyyah x
Mendefinisikan bughat sebagai tindakan menolak untuk tunduk dan taat kepada orang yang
kepemimpinannya telah tetap dan tindakannya bukan dalam maksiat, dengan cara menggulingkannya,
dengan menggunakan alasan (ta’wil). Dengan kata lain, bughat adalah sekelompok orang muslim yang
berseberangan dengan imam (kepala negara) atau wakilnya, dengan menolak hak dan kewajiban atau
maksud menggulingkannya.

2. Ulama Hanafilah,
bughat adalah keluar dari ketaatan kepada imam (kepala negara) yang sah dengan cara dan alasan
yang benar.

3. Ulama Syafi’iyyah
mendefinisikannya dengan orang-orang Islam yang tidak patuh dan tunduk kepada pemimpin
tertinggi negara dan melakukan suatu gerakan massa yang didukung oleh suatu kekuatan dengan
alasanalasan mereka sendiri.
4. Ulama Hanabilah
mendefinisikannya dengan menyatakan ketidakpatuhan terhadap pemimpin negara sekalipun
pemimpin itu tidak adil dengan menggunakan suatu kekuatan dengan alasan-alasan sendiri.
Tindakan Hukum terhadap Bughat
Kaum bughat atau pembangkang harus diusahakan agar
kembali tunduk kepada pemerintah yang sah.
Upaya-upaya hukum yang harus dilakukan terhadap para
pembangkang (bughat) adalah sebagai berikut :
a. Mengirim utusan kepada mereka untuk mengetahui
sebab-sebab mereka melakukan pemberontakan
b. Menasehati mereka dan mengajak untuk kembali
menaati imam yang sah
c. Jika mereka membandel, pemimpin berhak memberikan
ultimatum kepada mereka, dengan jalan diadakan tindakan tegas
bila mereka tidak segera menyerahkan diri
d. Jika mereka masih membandel juga, pemimpin (imam)
berhak mengadakan tindakan kekerasan, menggunakan senjata
sebagai balasan pada perbuatan mereka.
Status Hukum Bughat (Pembangkang)

Jika para pembangkang itu benar-benar tidak mau menaati pemerintah yang sah dan adil, maka
mereka dianggap telah berbuat dholim dan memisahkan diri dari jama’ah, padahal tunduk kepada
pemerintah yang sah dan adil serta menjalin persatuan dengan sesama merupakan kewajiban umat
Islam.
Sebagaimana Firman Allah SWT :
 
 
 
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul-Nya dan Ulil Amri di
antara kamu”. (Q.S. An-Nisaa’ : 59)
Rasulullah bersabda :
)‫اهلِيَّ ًة (رواه مسلم‬
ِ ‫ات َميْتَ ًة َج‬ َ ‫اع ِة ث ُّمَ َم‬
َ ‫ات َم‬ َ ‫اع ِة َوف‬
َ ‫َار َقال َْج َم‬ َّ ‫َم ْن َخ َر َج ِم َن‬
َ ‫الط‬
Artinya: “Barang siapa keluar dari taat dan memisahkan diri dari jama’ah, kemudian ia mati, maka
matinya termasuk mati jahiliyah”. (HR. Muslim)
HUKUM MEMERANGI BUGAT DAN BATASANYA
Imam Syafi’I dan Imam Abu Hanifah berbeda pendapat dalam pemberian hukuman bagi tindak pidana
Bughat.
Menurut Imam Syafi’I hukuman bagi pelaku tindak pidana Bughat adalah diperangi namun memeranginya
harus dengan cara cara yang baik dengan tetap menjaga hak-hak mereka jika kelompok Bughat seorang
Muslim, namun jika mereka seorang kafir tanpa ada ampun.

Sementara menurut Imam Abu Hanifah pelaksanaan hukuman bagi tindak pidana Bughat juga diperangi jika
telah tampak persiapan mereka untuk melakukan Bughat dan harus diperangi sampai persatuan mereka
bercerai berai.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa menurut Imam Syafi’i membagi pelaku Bughat kedalam dua
ketegori yaitu pemberontak Muslim dan pemberontak Musyrik, jika mereka pemberontak Musyrik dia wajib
diperangi, namun jika mereka juga diperangi tetapi jalan yang ditempuh untuk memrangi mereka berbeda
dengan pemberontak Musyrik. Sedangkan pendapat Imam Abu Hanifah mengatakan bahwa Bughat dijatuhi
hukuman bagi para pelaku jika telah tampak persiapan strategi, seperti penuntutan terhadap Imam, sebab
Bughat berarti menuntut, yaitu menuntut sesuatu yang tidak adil menurut pihak penuntut, dan harus
diperangi dengan keras jika menolak untuk berdamai.
Hikmah hukuman bagi pelaku bugat

Dilarangnya perbuatan bughat mengandung hikmah yang sangat banyak bagi kaum muslimin, dan umat
Islam pada umumnya, di antaranya :
a. Terciptanya situasi dan kondisi negara yang aman, nyaman dan tentram, sehingga pemerintah dapat
melaksanakan program pembangunan dengan lancar.
b. Hilangnya rasa was-was dan ketakutan masyarakat. Sebab pemberontakan selalu menelan korban
yang banyak.
c. Terjalinnya persatuan dan kesatuan antara semua komponen bangsa.
d. Program pembangunan yang dicanangkan pemerintah dapat berjalan dengan mulus, tanpa adanya
hambatan dari kaum pemberontak.
e. Secara bersama-sama dapat menciptakan suatu negara yang subur makmur yang mendapat ridlo
Allah SWT
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai