Anda di halaman 1dari 6

Desty Marini, Rani Himayani, Helmi Ismunandar | Glaukoma Sekunder dengan Uveitis Anterior Okuli Sinistra

Uveitis Intermediet dengan Glaukoma Sekunder Okuli Sinistra


Desty Marini1, Rani Himayani2, Helmi Ismunandar3
1
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2
Bagian Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
3
Bagian Orthopaedi dan Traumatologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Uveitis adalah inflamasi yang terjadi pada traktus uvea. Uveitis intermediet adalah inflamasi pada badan vitreus, selubung
pembuluh darah retina. Menurut penelitian penyebab glaukoma sekunder paling banyak disebabkan oleh inflamasi atau
peradangan pada mata. Glaukoma adalah suatu keadaan peningkatan tekanan intraokular sehingga mengakibatkan kerusakan
saraf optik dan gangguan pada lapang pandang atau bahkan kebutaan. Deskripsi kasus, pasien wanita berusia 32 tahun datang
dengan keluhan utama mata kiri tidak bisa melihat secara tiba-tiba sejak satu minggu yang lalu. Keluhan tambahan yang
dirasakan adalah nyeri kepala, mual, muntah tiga kali, dan silau saat mata terkena sinar matahari. Nyeri kepala dirasakan di
bagian pelipis terutama dibagian kelopak mata kiri. Riwayat penggunaan kacamata (+), riwayat mata merah (+). Hasil
pemeriksaan oftalmologis visus pada mata kanan 2/60, visus mata kiri 1/300, Tekanan intraokular mata kanan 10mmHg dan
mata kiri 58mmHg. Pemeriksaan segmen anterior mata kanan dalam batas normal, segmen anterior mata kiri palpebra
pseudoptosis, injeksi konjungtiva tarsal, forniks dan bulbi, injeksi siliaris, kornea edema, keratik presipitat, bilik mata depan
dalam, hipopion ukuran nol koma lima milimeter, pupil dilatasi, kripta iris, reflek pupil, lensa, vitreus sulit dinilai karena media
keruh. Pemeriksaan lapang pandang sulit dinilai. Mekanisme peningkatan TIO pada glaukoma sudut terbuka yang disebabkan
karena uveitis adalah hipersekresi akuos humor penyumbatan dan blokade jalur trabekular, inflamasi pada jalur trabekular,
kerusakan trabekulum dan endotelium akibat peradangan, dan glaukoma yang disebabkan karena pemakaian kortikosteroid
jangka panjang. Terapi yang digunakan yaitu obat golongan obat penghambat karbonat anhidrase, obat penghambat beta
adrenergik, anti-inflamasi steroid topikal dan sistemik.

Kata kunci: Glaukoma sekunder, patogenesis, penatalaksanaan, uveitis anterior

Intermediaet Uveitis with Secondary Glaucoma Oculi Sinistra


Abstract
Uveitis is inflammation that occurs in the uvea tract. Intermediate uveitis is inflammation of the vitreous body, the retinal blood
vessels. The most caused of secondary glaucoma is inflammation of the eye. Glaucoma is one thah cause increases intraocular
pressure causing optic nerve damage and interference with the visual loss. Case description, female patients within 32 years
came with the main complaint that the left eye visual loss since one week ago. Complaints the patients are headache, nausea,
vomiting at three times, and glare when the eyes exposed to sunlight. Headache especially in the left eyelid. Wearing glasses
(+), red eye history (+). Ophthalmological examination found on right eye visus 2/60, left eye visus 1/300, right eye intraocular
pressure 10mmHg and left eye 58mmHg. Examination of the anterior segment of the right eye was within normal, anterior
segment of the left eye was palpebra pseudoptosis, fornix and bulbi, tarsal conjunctiva injection, ciliary injection, corneal
edema, precipitous keratic, deep anterior chamber, hypopion of zero point five millimeters, pupil dilatation, iris kripta, pupillary
reflexes, the lens, vitreous not visible because the media was heavy. The mechanism of IOP increase in open-angle glaucoma
caused by uveitis were hypersecretion, blockage of the trabecular meshwork, inflammation of the trabecular meshwork,
trabeculum and endothelium damage, and glaucoma caused long-term use corticosteroids. Treatment used was carbonic
anhydrase inhibitors, beta adrenergic inhibitors, topical and systemic anti-inflammatory drugs.

Keywords: Anterior uveitis, Pathogenesis, Secondary glaucoma, Treatment

Korespondensi: Desty Marini, Jl. Untung Suropati Gg. Masjid, Labuhan Ratu, Kedaton, Bandar Lampung, HP 082280353342,
email destymareen@gmail.com

Pendahuluan yang terjadi pada iris yang disebut dengan


Uveitis adalah inflamasi yang terjadi iritis, atau pada iris dan badan siliar yang
pada traktus uvea. Berdasarkan letak disebut dengan iridosiklitis. Uveitis
anatomisnya, uveitis dibagi menjadi uveitis intermediet adalah inflamasi pada badan
anterior, intermediet, posterior, dan vitreus, selubung pembuluh darah retina.
panuveitis. Uveitis anterior adalah inflamasi Uveitis intermediet adalah peradangan di pars

Medula | Volume 10 | Nomor 1 | April 2020 | 149


Desty Marini, Rani Himayani, Helmi Ismunandar | Glaukoma Sekunder dengan Uveitis Anterior Okuli Sinistra

plana yang sering diikuti vitritis dan uveitis Pasien wanita berusia 32 tahun datang
posterior. Penyebabnya sebagian besar ke poliklinik mata dengan keluhan utama mata
idiopatik (69,1%), sarkoidosis (22,2%), multiple kiri tidak bisa melihat secara tiba-tiba sejak
sclerosis (7,4%), lyme disease (0,6%), selain itu satu minggu yang lalu. Menurut pasien
dapat juga disebabkan oleh infeksi keluhan diawali merah pada mata kiri tanpa
mycobacterium tuberkulosis, toxoplasma, kotoran mata, dan terkadang terdapat
candida, dan sifilis. Uveitis intermediet terjadi bayangan hitam. Keluhan ini dirasakan pasien
5-20% dari semua kasus uveitis. Uveitis sejak satu bulan terakhir.
posterior adalah inflamasi intraokular tertama Keluhan tambahan yang dirasakan
terjadi pada retina dan atau koroid. Panuveitis pasien adalah nyeri kepala, mual, muntah, dan
adalah inflamasi yang terjadi pada seluruh silau saat mata terkena sinar matahari. Nyeri
lapisan uvea (uveitis anterior dan uveitis kepala dirasakan di bagian pelipis terutama
posterior). Glaukoma merupakan komplikasi dibagian kelopak mata kiri. Pasien juga
yang sering muncul pada (20%) pasien uveitis.1 mengalami mual muntah sebanyak tiga kali.
Glaukoma merupakan penyakit pada Pasien memiliki riwayat penggunaan
mata yang ditandai dengan kelainan saraf kacamata sejak 10 tahun yang lalu. Menurut
optik, peningkatan tekanan intra okular (TIO) pasien ukuran kacamata kanan dan kiri spheris
dan defek lapang pandang.1 Prevalensi -9,00 dioptri dan belum pernah kontrol
glaukoma menurut hasil systemic review dan kembali sejak 10 tahun yang lalu. Pasien tidak
meta-analisis pada tahun 2015 didapatkan ada riwayat operasi sebelumnya. Pasien
hasil dari sekitar 7,33 miliar penduduk dunia menyangkal riwayat penggunaan obat-obatan
terdapat 253 juta orang (3,38%) yang dalam jangka waktu lama dan tidak ada
menderita gangguan penglihatan, dimana 36 riwayat trauma sebelumnya. Pasien
juta orang mengalami kebutaan.2 Terdapat menyangkal riwayat batuk lama dan tidak ada
lima negara dengan jumlah penduduk penurunan berat badan. Pasien juga tidak
negaranya mengalami gangguan penglihatan memiliki penyakit hipertensi maupun diabetes
terbanyak diantaranya Cina, India, Pakistan, melitus(DM). Keluarga pasien juga tidak ada
Indonesia, dan Amerika Serikat.2 yang memiliki penyakit glaukoma atau
Angka kejadian glaukoma diperkirakan keluhan yang sama sebelumnya, keluarga
semakin meningkat setiap tahunnya, pada pasien juga tidak ada yang mengalami riwayat
tahun 2010 jumlah penderita glaukoma batuk lama.
mencapai 60,5 juta, ditahun 2020 menjadi 76 Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
juta dan pada tahun 2040 diperkirakan umum pasien baik, kesadaran compos mentis,
menjadi 111,8 juta.4 Berdasarkan jenis tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 87x/menit,
kelamin, penderita glaukoma lebih banyak pernafasan 20x/menit, suhu 36,6○C, status
pada wanita dari pada laki-laki, pada tahun generalis pasien dalam batas normal. Hasil
2017 didapatkan angka kejadian glaukoma pemeriksaan oftalmologis visus pada mata
pada wanita sebesar 43,413% sedangkan pada kanan 2/60, visus mata kiri 1/300. Tekanan
laki-laki 37,135%.2 intraokular mata kanan 10mmHg dan mata kiri
Glaukoma sekunder adalah glaukoma 58mmHg. Pemeriksaan segmen anterior mata
disebabkan oleh kelainan diluar mata yang kanan dalam batas normal, segmen anterior
menghambat aliran akuos humor atau mata kiri palpebra pseudoptosis, injeksi
penyebabnya diketahui , terdiri dari glaukoma konjungtiva tarsal, forniks dan bulbi, injeksi
sudut terbuka dan sudut tertutup.4 Menurut siliaris, kornea edema, keratik presipitat, bilik
penelitian penyebab glaukoma sekunder mata depan dalam, hipopion ukuran nol koma
paling banyak disebabkan oleh inflamasi atau lima milimeter, pupil dilatasi, kripta iris, reflek
peradangan pada mata.6 pupil, lensa sulit dinilai karena media keruh.
Pemeriksaan segmen posterior sulit dinilai
Kasus dikarenakan media keruh. Pemeriksaan lapang

Medula | Volume 10 | Nomor 1 | April 2020 | 150


Desty Marini, Rani Himayani, Helmi Ismunandar | Glaukoma Sekunder dengan Uveitis Anterior Okuli Sinistra

pandang sulit dinilai. Pasien disarankan untuk


dirawat, dikarenakan untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut.
Pasien didiagnosis dengan uveitis
intermediet dengan glaukoma sekunder
disertai miopia simplex. Pasien diberikan obat
tetes mata timolol maleat 0,5% 2x1 tetes okuli
sinsistra, prednisolone acetate diberikan per-
jam okuli sisnitra, untuk pengobatan sistemik
diberikan asetazolamide tablet 3x250 mg,
metilprednisolon intravena 4x125 mg. Setelah Manifestasi klinik dari uveitis anterior ada
tiga hari terapi, pasien di follow-up kembali, yang asimtomatik dan gejala biasanya lebih
pada anamnesis pasien didapatkan keluhan ringan, jarang terdapat floaters.18
nyeri kepala dan nyeri pada mata berkurang, Pemeriksaan segmen anterior pada
mual muntah sudah tidak dirasakan, keluhan uveitis intermediate terdapat inflamasi pada
mata merah berkurang, namun mata kabur segmen anterior mata seperti, keratik
masih dirasakan. Pada pemeriksaan segmen presipitat, dapat ditemukan flare dan cell.
anterior mata kiri, injeksi konjungtiva tarsal, Pemeriksaan segmen posterior sering
forniks dan bulbi, injeksi siliaris berkurang, ditemukan vitritis, edema makula, snowballs
kornea edema berkurang, keratik presipitat, atau bercak putih pada vitreus, bercak putih
bilik mata depan dalam, hipopion ukuran nol pada vitreus ini yang lama-kelamaan dapat
koma lima milimeter, pupil dilatasi, kripta iris, menyebabkan penurunan penglihatan secara
reflek pupil, lensa masih sulit dinilai karena pemanen dan sampai kebutaan. Pada
media masih keruh. pemeriksaan oftalmologis kasus didapatkan
Gambar 1. Kondisi Mata Kiri Sebelum Pemberian
peradangan pada segmen anterior, segmen
Obat. Gambar 2. Kondisi Mata Kiri Setelah Terapi
anterior mata kiri didapatkan, palpebra
Selama Tiga Hari.
pseudoptosis, injeksi konjungtiva dan injeksi
Pembahasan siliar, kornea edema, keratik presipitat,
Uveitis intermediate sering terjadi pada hipopion ukuran nol koma lima milimeter,
pemeriksaan segmen posterior pada kasus
wanita, dengan rata-rata usia 5-68 tahun,
sulit dinilai karena media anterior sangat
sering disebabkan karena penyakit lain
keruh.1,18,19
seperti, (TB) Tuberkulosis yang tersering dan
Komplikasi uveitis intermediate salah
sarkoidosis. Pada kasus pasien wanita, 32
satunya adalah glaukoma. Glaukoma adalah
tahun, tidak ada riwayat batuk lama, tidak ada
suatu keadaan peningkatan tekanan
penurunan berat badan, namun perlu
intraokular sehingga mengakibatkan
dilakukan pemeriksaan dahak dan foto
thoraks untuk mengetahui lebih lanjut apakah kerusakan saraf optik dan gangguan pada
ada penyakit TB atau sarkoidosis yang menjadi lapang pandang atau bahkan kebutaan. Gejala
penyebab uveitis intermediate pada glaukoma yang dijumpai umumnya nyeri
pasien. 18,19 kepala, atau merasa berat disekitaran mata,
mata kabur sampai buta, defek pada lapang
Manifestasi klinis pada uveitis
pandang, mual, muntah peningkatan TIO >
intermadiate antara lain, keluhan penurunan
21mmHg.1 Hal ini sesuai dengan penelitian
tajam penglihatan, mata merah, nyeri, dan
yang dilakukan di Rumah Sakit Khusus Mata
floaters. Pada anamnesis pasien ada riwayat
Provinsi Sumatera Selatan keluhan utama
mata merah sebelumnya, terdapat bayangan
pasien glaukoma sekunder paling banyak yaitu
hitam, mengeluhkan silau berlebih saat
mata kabur sebanyak (43,7%), nyeri pada
melihat sinar matahari, nyeri pada mata kiri
yang dirasakan sejak satu bulan terakhir. mata (21,7%), buta (13,0%), mata merah

Medula | Volume 10 | Nomor 1 | April 2020 | 151


Desty Marini, Rani Himayani, Helmi Ismunandar | Glaukoma Sekunder dengan Uveitis Anterior Okuli Sinistra

(8,6%), nyeri kepala (6,5%), mual (2,1%), halo hambatan aliran akuos humor, sehingga
(2,1%).9,10 terjadi penumpukan akuos humor di bilik
Diagnosis glaukoma ini dapat mata depan atau belakang.1,12 Akibat
ditegakkan pada kasus karena ditemukannya penumpukan akuos humor lama kelamaan
mata kiri tidak bisa melihat secara tiba-tiba, dapat menyebabkan peningkatan tekanan
nyeri kepala, mual, muntah. Pada intraokular. Peningkatan tekanan intraokular
pemeriksaan oftalmologis, didapatkan visus merupakan faktor risiko yang dapat
1/300 pada mata kiri, pemeriksaan segmen menyebabkan glaukoma. Glaukoma dapat
anterior mata kiri pupil dilatasi, bilik mata menyebabkan kehilangan penglihatan atau
depan dalam, TIO mata kiri 58mmHg.4,9,10 buta, sehingga pasien yang terkena glaukoma
Glaukoma dapat dibagi oleh glaukoma biasanya dapat kehilangan kualitas hidup dan
primer atau sekunder. Glaukoma primer dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.11
adalah bila penyebabnya tidak diketahui dan Pemeriksaan lanjutan yang perlu
dapat mengenai kedua mata, biasanya dilakukan pada kasus yaitu pemeriksaan
terdapat faktor genetik. Glaukoma sekunder gonioskopi, karena untuk menilai apakah
adalah bila penyebabnya diketahui atau glaukoma sudut bilik mata tertutup atau
disebabkan karena penyakit sistemik dan terbuka, ada tidaknya perlengketan iris
umumnya hanya terkena satu mata.7 Pada dibagian perifer dan kelainan lainnya.
kasus ini glaukoma sekunder disebabkan Pemeriksaan funduskopi secara langsung atau
karena uveitis intermediate.1 tidak langsung juga perlu dilakukan, untuk
Peningkatan tekanan intra-okular menilai apakah terdapat perdarahan, edema
adalah suatu perkembangan penyakit uveitis, makula, dan menilai serabut retinal atau
dimana dapat disebabkan dari berbagai untuk menilai kerusakan papil saraf optik,
macam penyebab seperti, respon steroid, untuk menilai snowballs pada vitreus. Pada
penyumbatan jalur trabekular, sinekia kasus sulit dilakukan pemeriksaan funduskopi
posterior, dan sinekia anterior.13,14,15 karena media sangat keruh, sehingga
Mekanisme peningkatan TIO pada dibutuhkan pemeriksaan lanjutan setelah
glaukoma sudut terbuka yang disebabkan pasien ada perbaikan.16 Pemeriksaan
karena uveitis adalah yang pertama, laboratorium perlu dilakukan pada kasus
peningkatan sekresi akuos humor dapat untuk mengetahui penyebab dari uveitis,
terjadi karena kerusakan dari blood aquous pemeriksaan non-invasif meliputi tes serologi,
barrier sehingga menyebabkan peningkatan tes radiografi seperti foto thoraks. Tes invasif
TIO. Kedua, penyumbatan jalur trabekular, meliputi, biopsi konjungtiva, biopsi vitreus,
jalur trabekular dapat tersumbat karena dan biopsi korioretinal. 15,16
proses inflamasi yang terus-menerus sehingga Pemeriksaan lainnya yang perlu
dapat menyebabkan kerusakan permanen dilakukan kasus ini apabila keadaan kornea
pada jalur trabekular dan kanalis schlemm.5 sudah tidak edema dan peradangan dibilik
Ketiga, Trabekulitis yang disebabkan karena mata depan berkurang perlu di dilakukan
inflamasi pada jalur trabekular sehingga pemeriksaan lebih rinci menggunakan slit
menyebabkan disfungsi endotel, pori-pori lamp untuk menilai adanya nodulus pada iris
trabekular yang mengecil sehingga terjadi atau tidak. Iris nodulus dapat disebut juga
resistensi akuos humor. Keempat, kerusakan Koeppe nodulus yang dapat ditemukan di
trabekulum dan endotelium akibat tengah pupil, atau Busacca nodulus dapat
peradangan. Kelima, glaukoma yang ditemukan di stroma iris. Band keratopati atau
disebabkan karena kortikosteroid, dapat deposit kalsium pada kornea, edema epitel
meningkatan TIO dengan cara mengurangi kornea, flare di bilik mata depan, iris atrofi,
aliran akuos humor. 14,15,16 sinekia posterior, iris heterokromia,
Pada kasus ini terjadi inflamasi pada pembengkakan pembuluh darah di stroma iris,
anyaman trabekular, dapat menyebabkan kekeruhan pada subkapsular posterior, hal ini

Medula | Volume 10 | Nomor 1 | April 2020 | 152


Desty Marini, Rani Himayani, Helmi Ismunandar | Glaukoma Sekunder dengan Uveitis Anterior Okuli Sinistra

untuk menyingkirkan diagnosis banding yaitu perbaikan kita turunkan dosis pemberiannya
uveitis anterior.15 menjadi satu tetes setiap dua jam, pemberian
Komplikasi yang dapat terjadi pada ini diberikan selama dua minggu.
kasus adalah katarak, edema makula kistoid, Kortikosteroid topikal harus di tapering-off
ablasio retina, perdarahan vitreus, dan bisa untuk mencegah rebound phenomenom.
sampai kebutaan, sehingga dibutuhkan Tapering-off setiap dua minggu, dua minggu
penatalaksanaan yang tepat.18 Tujuan pertama diturunkan menjadi satu tetes setiap
penatalaksanaan glaukoma merupakan dua jam, dua minggu berikutnya satu tetes
penurunan tekanan intraokular untuk empat kali sehari, sampai satu tetes satu kali
mempertahankan fungsi penglihatan, tujuan sehari, dan kemudian kortikosteroid di
pengobatan yang kedua merupakan berhentikan. 16,17
memperlambat perkembangan penyakit dan Pemberian kortikosteroid intravena
menjaga kualitas hidup. Obat pilihan pertama dapat diperitimbangkan pada uveitis
yang digunakan adalah analog prostaglandin, intermediate atau uveitis posterior yang
namun dapat menyebabkan efek samping mengancam penglihatan. Pemberian
yaitu hiperemis daerah konjungtiva, metilprednisolon dapat dimulai dengan dosis
kehilangan lemak orbital atau periorbitopati, 500-1gr intravena (IV) selama tiga hari, lalu di
iris gelap, dan pigmentasi kulit periokular.11 evaluasi kembali, dan dilanjutkan dengan
Sehingga pada kasus digunakan obat golongan pemberian kortikosteroid oral 1mg/kgBB/hari.
penghambat adrenergik beta yaitu timolol Pada kasus menggunakan metilprednisolon
maleat 0,5% yang mekanisme kerja dengan intravena 125 mg 4x1. Berdasarkan penelitian
menghambat produksi cyclicadenosine terapi pada uveitis intermediate
monophosphate di epitel badan siliar sehingga menggunakan agen anti-inflamasi steroid
menurunkan sekresi akuos humor.12 Dosis topikal atau sistemik (oral ataupun injeksi),
Timolol maleat 0,5% digunakan 2 kali sehari 1 untuk mengurangi reaksi inflamasi. Uveitis
tetes. Meskipun penghambat beta adrenergik infeksiosa diobati dengan antimikroba yang
tidak seefektif analog prostaglandin dalam sesuai. Agen midriatikum dapat digunakan
menurunkan tekanan intra okular (TIO) namun untuk mencegah atau menghancurkan sinekia
pada pasien tidak ada kontraindikasi dan untuk mengurangi rasa nyeri.7,16,17
pemakaian. Kontraindikasi pemakaian seperti
penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), asma, Simpulan
atau bradikardi. Pada kasus juga digunakan Glaukoma merupakan penyakit mata
golongan obat penghambat karbonat yang bersifat kronik progresif dan irreversible.
anhidrase yaitu contoh obatnya Penegakan diagnosis yang cepat dan tepat,
asetazolamide, dengan cara menghambat pemberian terapi yang sesuai diperlukan
produksi akuos humor di epitel badan siliar. untuk menghindari komplikasi yang lebih
Pada pasien diberikan 3x250 mg. Dosis obat lanjut sehingga dapat meningkatkan kualitas
asetazolamide adalah 500-1000mg.11 hidup pasien.
Terdapat beberapa jalur pemberian
kortikosteroid dalam tatalaksana uveitis, yaitu Kekurangan
topikal, periokular, sistemik dan intravena. Tidak melakukan pemeriksaan
Terapi topikal dan sistemik untuk mengurangi gonioskopi.
inflamasi. Kortikosteroid topikal dalam bentuk
tetes mata merupakan terapi awal untuk Saran
uveitis. Menurut penelitian inisial dosis yang Penegakan diagnosis glaukoma dan
digunakan untuk uveitis adalah pemberian uveitis diperlukan pemeriksaan yang lebih
prednisolone asetat setiap jam. Pemberian ini teliti dan lebih rinci, oleh karena itu
harus terus di follow-up untuk melihat respon harapannya bagi penelitian selanjutnya, agar
pasien. Setelah satu minggu apabila ada melakukan pemeriksaan lengkap, sehingga

Medula | Volume 10 | Nomor 1 | April 2020 | 153


Desty Marini, Rani Himayani, Helmi Ismunandar | Glaukoma Sekunder dengan Uveitis Anterior Okuli Sinistra

penyebab inflamasi pada mata dapat with Its Characteristic in Cipto


diketahui dengan jelas. Mangunkusumo Hospital. Jurnal
Oftalmologi Indonesia.
Daftar Pustaka 2011;7(5):189-193.
1. Sitorus R Buku Ajar Oftalmologi. 11. Robert NW, Aung T,Mederosis FA.
Jakarta : Badan Penerbit FKUI;2017. The Pathophysiology and Treatment
2. Kementrian Kesehatan Republik of Glaucoma. JAMA. 2015;18(311):
Indonesia. Pusat Data Dan Informasi 1901-1911.
Kementrian Kesehatan Republik 12. Sheybani A, Scott R, Samuelson TW.
Indonesia: Situasi Gangguan Open Angle Glaucoma: Burden of
Penglihatan. Kementrian Kesehatan Ilness, Current Therapies, and The
Republik Indonesia:Jakarta;2018. Management of Nocturnal IOP
3. Kementrian Kesehatan Republik Variation. Opthalmol Ther. 2019;4.
Indonesia. Pusat Data dan Informasi 13. Mahajan D, Venkatesh P. Uveitis and
Kementrian Kesehatan Republik Glaucoma: a Critical Review. Journal
Indonesia: Situasi dan Analisis of Current Glaucoma Practice.
Glaukoma. Kementrian Kesehatan 2011;5(3):14-30.
Republik Indonesia :Jakarta; 2019. 14. Kalogeropaulus D, Sung V.
4. Thayeb DA, Saerang JSM, Rares LM. Pathogenesis Of Uveitic Glaucoma.
Profil Glaukoma Sekunder Akibat Journal of CurrentGlaucoma
Katarak Senilis Pre Operasi di Practice.2018;12(3): 125-138.
RSUP.PROF.DR. R. D. Kandou Manado 15. Muraine M, Guedry J. Uveitis
Periode Januari 2011 - Desember Anterior. Journal Francais
2011. Journal e-Biomedik. D'ophtalmologie.2018;41; e11-121
2013;1(1):59-63. 16. Mahajan D, Venketesh P. Uveitis and
5. Pandey AN. Secondary Glaucoma: A Glaucoma : A Critical Review. Journal
Review. EC Ophtalmology. 2018 of Current Glaucoma Practice.
;9(4):243-245. 2011;5(5): 14-30.
6. Andrini Ariesti DH. Profile Of 17. Hartan JS, Opitz DL, Fromstein SR,
Glaucoma at The DR.M.Djamil Morettin CE. Diagnosis and
Hospital Padang West Sumatera. Treatment of Anterior Uveitis:
Jurnal Kesehatan Andalas.2018;7. Optometric Management. Clinical
7. Sitompul R. Kortikosteroid dalam Optometry. 2016;8.
Tatalaksana Uveitis: Mekanisme 18. Parchand S, Tndan M, Gupta V.
Kerja, Aplikasi Klinis, dan Efek Intermediate Uveitis in Indian
Samping. J Indon Med Assoc;61(6). Population. J Ophthal Inflamm Infect.
8. Cohen LP, Pasquale LR. Chlinical 2011. 1: 65-70
Characteristics and Current 19. Chan CKM, Wu ZHY, Luk FOJ dkk.
Treatment of Glaucoma. Cold Spring Clinical Characteristics of
Harboor Perspectives In Medicine. Intermediate Uveitis in Chinese
2014;4. Patients. 2013. 21(1):56-61.
9. Rachmawati D. Karakteristik Pasien
Glaukoma Sekunder di Rumah Sakit
Khusus Mata Provinsi Sumatera
Selatan Tahun 2012 Dan 2013.
[Skripsi]. Palembang: Universitas
Muhammadiyyah Palembang; 2014.
10. Artini w. Glaucoma Caused Blindness

Medula | Volume 10 | Nomor 1 | April 2020 | 154

Anda mungkin juga menyukai