Oleh:
SEPTIAN ANGGA SAPUTRA
15.14201.30.40
PENDAHULUAN
dalam tubuh, menjaga level elektrolit seperti sodium, potasium dan fosfat tetap stabil,
serta memproduksi hormon dan enzim yang membantu dalam mengendalikan tekanan
darah, membuat sel darah merah dan menjaga tulang tetap kuat (Kemenkes RI, 2017).
Gagal ginjal terjadi jilka ginjal tidak mampu dalam mengangkut sampah
metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya
dielimasi di urin menumpuk di dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal
dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta
asam basa. Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang
umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal (Clevo & Margareth, 2012).
Terapi pengganti pada pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) untuk dapat
secara permanen. Penilitian yang dilakukan di unit hemodialisa Rumah Sakit Tentara
dr. Soejono Magelang pada tahun 2017 menunjukkan nilai yang signifikan sebesar
0,000 (p>0,05) yang artinya adanya hubungan dukungan keluarga dengan tingkat
depresi pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa (Kartika B. S., 2017).
penderita gagal ginjal kronik yang menjali terapi hemodialisa. Orang yang hidup
dalam lingkungan yang supportif dengan adanya perhatian, kasih sayang, motivasi
kondisinya akan jauh lebih baik dari mereka yang tidak memilikinya. Penelitian yang
dilakukan di RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Serang pada tahun 2017 menunjukkan
bahwa hampir sebagian besar responden yang memiliki dukungan keluarga positif
Kronis merupakan penyebab kematian ke-27 di dunia tahun 1990 dan meningkat
menjadi urutan ke-18 pada tahun 2010. Lebih dari 2 juta penduduk di dunia
mendapatkan perawatan dengan dialisis atau transpalantasi ginjal dan hanya sekitar
meningkat menjadi 3.8% pada tahun 2018. Daerah yang mengalami angka tertinggi di
indonesia adalah Kalimatan Utara mencapai 2.0% pada tahun 2013 dan mengalami
peningktan menjadi 6.4% pada tahun 2018. Daerah yang mengalami angka kejadian
paling sedikit di Indonesia pada tahun 2013 diantranya adalah Nusa Tenggara Barat,
DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Sumatera Selatan
dan Riau mencapai 1.0%. daerah yang mengalami angka kejadian paling sedikit di
indonesia adalah Sulawesi Barat yang mencapai 2.0% pada tahun 2013 dan
mengalami penurunan angka kejadian menjadi 1.8% pada tahun 2018. Di Sumatera
Selatan sendiri Pada tahun 2013 mencapai 1.0% dan mengalami peningkatan
menderita depresi ringan dan 50% pasien mendapatkan dukungan keluarga baik.
Hasil uji kolerasi Spearman menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,010 dan nilai
koefisien korelasi sebesar -0,462. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
dukungan keluarga terhadap tingkat depresi pasien CKD yang menjalani hemodialisa
di RSD dr. Soebandi Jember. Semakin tinggi dukungan keluarga yang didapatkan
sebesar 0,000 (p<0,05) yang artinya adanya hubungan dukungan keluarga dengan
tingkat depresi pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa. Ada hubungan
signifikansi dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien yang menjalani
terapi hemodialisa di unit hemodialisa Rumah sakit tentara dr. Soedjono Magelang.
hampir sebagian besar responden yang memiliki dukungan keluarga positif (47%),
sebagian besar responden memiliki kejadian depresi minimal (64%). Hasil analisis
bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penliti pada tanggal (......)
2019 terhadap pasien di ruang (.......) ketika survey di RSI Khadijah Kota Palembang,
didapatkan (......)
penelitian tentang hubungan dukungan keluarga terhadap tingkat depresi pada pasien
chronic kidney disease (CKD) yang menjalani terapi hemodialisa di RSI Siti
ginjal kronis semakin meningkat dengan seiring berjalannya waktu. Pada tahun 1990
penyakit ginjal kronis menduduki peringkat ke-27 penyebab kematian dunia dan
meningkat menjadi peringkat ke-18 pada tahun 2010. Di ketahui lebih dari 2 juta
penduduk didunia mendapat perawatan dialisis dan hanya 10% yang benar-benar
kerusakan organ-organ vital lainnya akibat akumulasi zat toksik dalam sirkulasi,
yang semula hanya 2.0% meningkat pada tahun 2018 menjadi 3.8%. Di Sumatera
Selatan sendiri mengalami peningkatan pada tahun 2013 mencapai 1,0% menjadi
hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada pasien cronic kidney
pasien chronic kidney disease (CKD) yang menjalani terapi hemodialisa di RSI Siti
pasien chronic kidney disease (CKD) yang menjalani terapi hemodialisa di RSI Siti
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSI Siti Khadijah
Kota Palembang.
1.5 Manfaat Penelitian
tingkat depresi pasien chronic kidney disease yang menjalani terapi hemodialisa,
sumber informasi dalam proses pengembangan belajar dalam teori dan praktik
khususnya dibidang ilmu keperawatan mengenai penyakit gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa.
Dapat dijadikan sebagai penerapan ilmu yang didapat selama proses belajar
Penelitian ini dilakukan di RSI Siti Khadijah Kota Palembang dan di rencakan akan
dilakukan pada bulan Mei 2019. Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang
merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dengan uji Chi-
square.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gagal ginjal kronik (GGK) atau sering disebut dengan Chronic Kidney
Disease (CKD) adalah kerusakan faal ginjal yang hampir selalu tak dapat pulih dan
dapat disebabkan berbagai hal. Istilah uremia telah dipakai sebagai nama keadaan ini
selama lebih dari satu abad, walaupun sekarang kita sadari bahwa gejala gagal ginjal
kronik tidak seluruhnya disebabkan retensi urea di dalam darah (Herdin. M. G, 2009).
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yaitu penyakit ginjal atahp akhir dimana kemampuan
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible di mana kemampuan tubuh
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). Gagal
ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan
internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada
kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap
Gagal ginjal kronis disebut juga sebagai Chronic Kidney (CKD). Perbedaan
kata kronis disini dibanding dengan akut adalah kronologis waktu dan tingkat
fisiologis filtrasi. Berdasarkan Mc. Clellan (2006) dijelaskan bahwa gagal ginjal
kronis merupakan kondisi penyakit pada ginjal yang persisten (keberlangsungan >3
bulan) dengan kerusakan ginjal, kerusakan Glomerular Rae (GFR) dengan angka
Ginjal berfungsi :
1. Mengatur volume air (cairan dalam tubuh). Kelebihan air dalam tubuh
akan dieksresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam
posfat).
perubahan pH darah.
(pestisida).
2.1.3 Etiologi
2. Glumerulonefritis kronis
3. Pielonefritis
7. Gangguan vaskuler
8. Lesi herediter
Menurut Clevo dan Margareth (2012), penyebab gagal ginjal kronik adalah:
sistemik)
tubulus ginjal)
7) Netropati toksik
dinding arteri.
penyebab utama gagal ginjal kronik, terutama pada populasi bukan orang
kulit putih.
sitemik).
5) Penyakit kengenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis
7) Nefropati toksik.
2.1.4 Patofisiologi
Secara ringkas patofisiologi gagal ginjal kronis dimulai pada fase awal
masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal
turun kurang dari 25% normal, manifestasi klinis gagal ginjal kronik mugkin minimal
karena nefron-nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak.
Nefron yang tersisa meningkatkan kecepatan filtrasi, reabsorpsi, dan sekresinya, serta
mengalami hipertrofi.
Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang tersisa
menghadapi tugas yang berat sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya
mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan tuntutan nefron-
nefron yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi protein. Pada saat penyusutan
progresif nefron-nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran darah akan
berkurang. Pelepasan renin akan meningkat bersama dengan kelebihan beban cairan
ginjal, dengan tujuan agar terjadi peningkatan filtrasi protein-protein plasma. Kondisi
akan bertambah buruk dengan semakin banyak terbentuk jaringan parut sebagai
respon dari kerusakan nefron dan secara progresif fungsi ginjal menurun drastis
dari sikulasi sehingga akan terjadi sindrom uremia berat yang memberikan banyak
2.1.5 Klasifikasi
a. Stadium I
yang paling ringan, faal ginjal masih baik. Pada tahap ini penderita belum
dalam batas normal. Selama tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN
memberikan beban kerja yang berat, seperti tes pemekatan kemih yang
b. Stadium II
Insufiensi ginjal (faal ginjal antara 20%-50%). Pada tahap ini penderita
ke tahap yang lebih berat. Pada tahap ini lebih dari 75% jaringan yang
berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas
melebihi kadar normal. Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar
anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5%-25%. Faal ginjal
c. Stadium III
Uremi gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10%). Semua gejala sudah
jelas dan penderita masuk dalam keadaan tak dapat melakukan tugas
mual, muntah, nafsu makan berkurang, sesak nafas, pusing, sakit kepala,
90% dari masa nefron telah hancur. Nilai GFR-nya 10% dari keadaan
Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan
penderita mulai merasakan gejala yang cukup parah karena ginjal tidak
dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan
Menurut Eko dan Andi (2014), menunjukkan bahwa tanda dan gejala klinis
pada gagal ginjal kronis dikarenakan gangguan yang bersifat sistemik. Ginjal
sebagian organ koordinasi dalam peran sirkulasi memiliki fungsi yang banyak
tugor kulit, kelemahan, fatique, dan mual. Kemudian terjadi penurunan kesadaran
(somnolen) dan nyeri kepala yang hebat. Dampak dari peningkatan kalium
metabolik. Tanda paling khas adalah terjadinya penurunan urine output dengan
2) Kardiovaskuler
3) Respiratory system
Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan efusi pleura,
crackles, spuntum yang kental, uremic pleuritis, dan uremic lung, dan sesak
nafas.
4) Gastrointestinal
juga disertai parotitis, esofagitis, gastritis, ulseratif duodenal, lesi pada usus
Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecoklatan, kering, dan ada scalp. Selain itu,
6) Neurologis
Biasanya ditunjukkan dengan adanya neuropathy perifer, nyeri gatal pada lengan,
dan kaki. Selain itu, juga adanya kram pada otot dan refleks kedutan, daya
memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat, iritabilitas, pusing, koma, dan
encephalophaty.
7) Endokrin
Bisa terjadi infertilitas dan penurunan libido, amenorrhea dan gangguan siklus
8) Hematopoitiec
(dampak dari dialisis), dan kerusakan platele. Biasanya masalah yang serius pada
dan petechiae).
9) Muskuloskeletal
Nyeri pada sendi dan tulang, demineralisasi tulang, fraktur patologis, dan
Menurut Eko dan Andi (2014), menunjukkan bahwa fungsi ginjal yang rusak
sangat sulit untuk dilakukan pengembalian, maka tujuan dari penatalaksanaan klien
gagal ginjal kronis adalah untuk mengoptimalkan fungsi ginjal yang ada dan
meningkatkan harapan hidup klien. Oleh karena itu, Beberapa hal yang harus
secara rutin.
Lakukan perawat oral hygiene melalui sikat gigi dengan bulu sikat yang
mulut.
dengan anjuran diet. Beri dukunan intake tinggi kalori, rendah natrium dan
kalium.
pada auskultasi paru.selain itu juga, status hidrasi bisa dilihat dari keringat
berlebih pada aksila, lidah yang kering, hipertensi, dan edema perifer.
9) Latih klien napas dalam dan batuk efektif untuk mencegah terjadinya kegagalan
10) Jaga kondisi septik dan aseptik setiap prosedur perawatan (pada perawatan luka
operasi).
12) Pantau kadar hemoglobin dan hematokrit klien. Pemberian heparin selama klien
dada).
1. Urin
Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)
me-reabsorbsi natrium
2. Darah
BUN/kreatini: meningkat, kadar kreatinin 10mg/dl diduga tahap
akhir
Kalium: meningkat
Magnesium: meningkat
Kalsium: menurun
Protein: menurun
ekstravaskular, masa
filtrasi. Hemodialisis adalah suatu metode terapi dialisis yang digunakan untuk
mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika secara akut ataupun
secara progresif ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. Terapi ini
toksin atau zat racun harus segera dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen
ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran
darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatin, asam urat, dan
zat-zat lain melalui membran semi permeable sebagai pemisah darah dan cairan
dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi
ginjal untuk menghilangkan sisa toksik, kelebihan cairan dan untuk memperbaiki
sistem dialisa eksternal dan internal. Proses pembuangan zat-zat sisa metabolisme, zat
toksik lainnya melalui membran semi permeable sebagai pemisah antara darah dan
cairan diaksat yang sengaja dibuat dalam dializir (Andra & Yessie, 2013).
2.2.2 Indikasi dan Kontra indikasi
1) Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA untuk
sementara sampai fungsi ginjalnya pulih (laju filtrasi glomerulus <5 ml).
indikasi:
b. Asidosis
d. Kadar ureum / kreatinin tinggi dalam darah (ureum > 200 mg%, kreatinin
e. Kelebihan cairan
Pada Muttaqin dan Sari (2011), menjelaskan bahwa ada tiga prinsip yang
1) Proses difusi adalah proses berpindahnya zat karena adanya perbedaan kadar di
2) Proses osmosis adalah proses berpindahnya air karena tenaga kimiawi yaitu
3) Proses ultrafiltrasi adalah proses berpindahnya zat dan air karena perbedaan
a. Sirkuit darah
Dari klien mengalir darah dari jarum/kanul arteri dengan pompa darah
jarum arteri.
Sirkuit darah punya 3 monitor: tekanan arteri, tekanan vena dan detektor
gelembung udara.
Air bersih, bebas dari elektrolit, mikroorganisme atau bahkan asing lain
K+ : 0 – 4,0 meq/l
Cl- : 90 – 112
Acetat/bicarbonat : 33 – 45
2.2.5 Komplikasi
1. Hipotensi
2. Kram otot
4. Sakit kepala
5. Sakit dada
6. Gatal-gatal
dengan alam perasaan yang sedih gejala penyertaanya. Termasuk perubahan pada
pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrai, anhedonia, kelelahan, rasa putus
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada
pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa
putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri (Manurung, 2016).
1. Teori biologis
disregulasi asetilkolin.
2. Pandangan psikodinamika
Studi psikologi tentang depresi dimulai oleh freud dan karl Abraham. Mereka
3. Prespektif behavioral
4. Perspektif kognitif
Dasar teori ini adalah adanya ide bahwa pengalaman yang sama mempengaruhi
dua orang dengan cara yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh cara
pandang seseorang terhadap suatu peristiwa. Dari perspektif kognitif ini muncul
model distorsi dari Beck dia menyatakan bahwa depresi digambarkan sebagai
a. Faktor Biologi
seperti: 5 HIAA (5 Hidrosi indol asetic acid), HVA (Homovanilic acid), MPGH
b. Faktor Genetik
anggota keluarga tingkat pertama dari individu yang menderita depresi berat
c. Faktor psikososial
Penyebab defresi salah satunya ialah kehilangan objek yang di cintai. Ada faktor
Orang dengan gangguan depresi tidak selalu memiliki gejala yang sama satu
g. Perasaan sakit yang menetap, sakit kepala, kram atau gangguan pencernaan yang
menyenangkan.
Adanya tanda berupa waktu yang lama (dua tahun atau lebih) tidak
nyaman.
depresi ini:
a. Psycholic depression, terjadi ketika gangguan defresi dibarengi
dan delusi.
ada cahaya matahari. Depresi ini secara umum akan menghiang selama
musim gugur dan musim semi. SAD biasanya diberi perlakuan berupa
terapi cahaya.
Depresi menurut PPDGJ-III (2001) dalam Lestari (2013), di bagi dalam tiga
tingkatan yaitu ringan, sedang, berat dimana perbedaan antara episode depresif
ringan, sedang, dan berat terletak pada penilaian klinis yang kompleks yng meliputi
1. Depesi ringan
a. Sekurang kurangnya harus ada dua dari gejala – gejala utama depesi.
2. Depresi sedang
a. Sekurang – kurangnya ada dua dari gejala utama dari deresi ringan.
b. Dan sekurang – kurangnya tiga dan sebaik – baiknya ada empat dari gejala
lain.
3. Depresi berat
c. Bila ada gejala penting yang jelas, maka pasien tidak mau atau tidak mampu
Menurut Lestari (2013), Depresi pada pasien dapat lebih efektif di obati
2. Psikotik Suportif
3. Psikotrapi kelompok
Klien membuat sebuah kelompok yang terdiri dari 1 kelompok minimal 3 orang,
4. Latihan relaksasi
Banyak digunakan pada kasus keluhan fisik dengan frekuensi denyut jantung
5. Terapi prilaku
maladaptive.
Keluarga berasal dari bahasa sansakerta: kula dan warga “kulawarga” yang
orang yang masih memiliki hubungan darah (Jhonson dan Leny, 2010).
adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena adanya hubungan darah,
hubungan perkawinanatau pengangkatan dan merka hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain, dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta
mengemukakan keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari
suami-istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya. Friedman (1998) dalam Salvari (2013), mengemukakan keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan
emosional dan indiviu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga.
1) Patrlineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam
2) Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3) Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri.
4) Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga saudara
suami.
5) Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
yakni:
1. inti, yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-anak.
2. Keluarga konjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan
anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu
3. Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di
atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi,
Menurut Jhonson dan Leny (2010), ada beberapa fungsi keluarga dalam
1) Fungsi biologis:
a. Meneruskan keturunan,
2) Fungsi psikologis:
3) Fungsi sosialisasi:
perkembangan anak,
4) Fungsi ekonomi:
keluarga,
keluarga,
5) Fungsi pendidikan:
dimilikinya,
Menurut Jhonson dan Leny (2010), tugas kesehatan keluarga adalah sebagai
berikut.
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu
muda.
dukungan sosial yang dirasakan oleh anggota keluarga ada atau dapat diakses
(dukungan sosial dapat atau tidak digunakan, pendukung siap memberikan bantuan
dan pertolongan jika dibutuhkan). Dukungan sosial keluarga dapat datang dari dalam
dukungan sosial keluarga, seperti dukungan pasangan atau dukungan sibling atau dari
luar dukungan sosial keluarga, yaitu dukungan sosial berada di luar keluarga nuklir
berikut:
dan konkrit.
d. Dukungan emosional yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan
emosi.
Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUD dr. Dradjat
responden yang memiliki dukungan keluarga positif (47%), sebagian besar responden
memiliki kejadian depresi minimal (64%). Hasil analisis bivariat menunjukkan ada
hemodialisa.
Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Pasien yang Menjalani Terapi
Hemodialisa di Unit Hemodialisa Rumah Sakit Tentara dr. Soedjono Magelang. Hasil
menjalani terapi hemodialisa di unit hemodialisa Rumah Sakit Tentara dr. Soedjono
Magelang.
METODE PENELITIAN
dinamika korelasi antara hubungan dengan efek dengan cara pendekatan observasi
atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat artinya tiap subjek penelitian hanya
diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau
terhadap tingkat defresi pada pasien Choronic Kidney Disease ( CKD) yang
menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang 2019.
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang,
tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar
jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, akan tetapi meliputi seluruh
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien pasien CKD yang menjalani
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi. Dengan kata lain, sampel adalah elemen-elemen
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat –
a. ……………..
b. ……………..
c. ………………..
a. ……………..
b. ……………
c. ……………………..
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu
terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini
gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar tentang suatu
topik yang akan dibahas. Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu/teori yang
dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan dibab tinjauan pustaka atau
kalau boleh dikatakan oleh penulis merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang
Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan variabel terikat.
Skema 3.1
Kerangka Konsep penelitian
(Notoatmodjo, 2010).
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Definisi Skala
Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Tingkat Kondisi Wawancara Kuesioner Dinyatakan Interval
seseorang skor:
mengalami 1. Ringan
perasaan 9-11
subjektif
adanya
penderitaan
berat
informasi, an
dan mean/medi
kepercayaan an
dan
penghargaan
pada pasien
penyakit gagal
ginjal yang
menjalani
terapi
hemodialisa
3.6 Hipotesis
Ha :
a. ………………………………
Ho :
a. ………………………………………
a. Data primer
pasien CKD yang menjalani hemodialisa di rumah sakit islam siti khadjah
tahun 2019.
b. Data Sekunder
……………………………………………………………………………..
Tahun 2019.
3.7.2 Teknik Pengumpulan Data
wawancara yang bertujuan untuk mengumpulkan data tentang tingkat kecemasan dan
Pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap
pelaksanaan.
1. Tahap Persiapan
a. Pada tahap ini peneliti mengurus surat perizinan tempat penelitian dengan
c. Setelah surat atau izin dari rumah sakit, peneliti mendatangi kembali rumah
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, peneliti akan melakukan pengumpulan data dengan langkah-
maupun melihat data rekam medik pasien CKD yang menjalani hemodialisa.
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh data
atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan
kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam pengolahan data dibagi menjadi 5 tahap,
1. Editing (Memeriksa)
pengumpul data.
Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati
pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang
sudah di-entry dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-
paket program yang dapat digunakan untuk pemrosesan data dengan masing-
masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Salah satu paket program yang
sudah umum digunakan untuk entry data adalah paket program SPSS for
Window.
Pembersihan data, lihat variabel apakah data sudah benar atau belum.
yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut
5. Mengeluarkan informasi
Pada analisa ini semua datayang terkumpul di sajikan dalam bentuk table
diketahui karakteristik atau destribusi setiap variabel, dan dapat dilanjutkan analisis
membuktikan adanya hubungan antara dua variable tersebut di gunakan uji statistik
Chi Squere dengan batasan kemaknaan 0,05 < Apabila nilai P , 0,05 maka hasil
perhitungan statistic bermakna dan apabila nilai P > 0,05 maka hasil perhitungan
statistic tidak bermakna. (Notoatmodjo, 2010). Analisi bivariat dalam penelitian ini
pada Pasien CKD yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSI Siti Khadijah
Palembang.
Dalam peneletian ini peneliti mengajukan permohonan ijin kepada Rumah Sakit
Dr. Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan sebagai tempat penelitian melalui
kepada responden dengan menekankan pada etika yang meliputi (Hidayat, 2014):
1. Informed Consent
2. Anonymity
nama responden pada lembar alat ukur, tetapi hanya menuliskan kode pada
3. Confidentiality
Kerahasian informasi yang dikumpulkan dari subyek dijamin oleh peneliti,
kelompok tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.