SYOK KARDIOGENIK
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktek Profesi Ners Stase Keperawatan
Gawat Darurat dan Kritis
Disusun oleh
Septian Angga Saputra
(319103)
2. Etiologi
Terdapat beberapa penyebab dari terjadinya shock kardiogenik, diantaranya:
1) Gangguan kontraktilitas miokardium.
2) Disfungsi ventrikel kiri yang berat yang memicu terjadinya kongesti paru dan/atau
hipoperfusi iskemik
3) Infark miokard akut ( AMI)
4) Komplikasi dari infark miokard akut, seperti: ruptur otot papillary, ruptur septum,
atau infark ventrikel kanan, dapat mempresipitasi (menimbulkan/mempercepat)
syok kardiogenik pada pasien dengan infark-infark yang lebih kecil
5) Valvular stenosis
6) Myocarditis ( inflamasi miokardium, peradangan otot jantung)
7) Cardiomyopathy ( myocardiopathy, gangguan otot jantung yang tidak diketahui
penyebabnya )
8) Trauma jantung
9) Temponade jantung akut
10) Komplikasi bedah jantung
3. Manifestasi Klinis
Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri yang mengakibatkan
gangguan mengakibatkan gangguan fungsi ventrikel kiri yaitu mengakibatkan
gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan yang
khas pada syok kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut adalah
hilangnya 40% atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosis vocal di
seluruh ventrikel karena ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen
miokardium. Gmbaran klinis gagal jantung kiri :
1) Sesak napas dyspnea on effert, paroxymal nocturnal dyspnea
2) Pernapasan cheyne stokes
3) Batuk-batuk
4) Sianosis
5) Suara serak
6) Ronchi basah, halus tidak nyaring di daerah basal paru hydrothorax
7) Kelainan jantung seperti pembesaran jantung, irama gallop, tachycardia
8) BMR mungkin naik
9) Kelainan pada foto rontgen
4. Faktor predisposisi
Dari berbagai penelitian dilaporkan adanya faktor-faktor predisposisi
timbulnya syok kardiogenik yaitu :
1) Umur yang relative lebih tua pada syok kardiogenik : umumnya lebih dari
60 tahun
2) Telah terjadi payah jantung sebelumnya
3) Adanya infark lama dan baru
4) Lokasi pada dinding anterior lebih sering menimbulkan syok
5) IMA yang meluas secara progresif
6) Komplikasi mekanik IMA : septum sobek, insufisiensi mitral, disenergi
ventrikel
7) Gangguan irama dan nyeri hebat
8) Faktor ekstramiokardial : obat-obatan penyebab hipotensi atau hipovolemia
5. Patofisiologi
Tanda dan gejala syok kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi patofisiologi
gagal jantung. Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah jantung, yang
pada gilirannya menurunkan tekanan darah arteria ke organ-organ vital. Aliran darah
ke arteri koroner berkurang, sehingga asupan oksigen ke jantung menurun, yang pada
gilirannya meningkatkan iskemia dan penurunan lebih lanjut kemampuan jantung
untuk memompa, akhirnya terjadilah lingkaran setan. Tanda klasik syok kardiogenik
adalah tekanan darah rendah, nadi cepat dan lemah, hipoksia otak yang termanifestasi
dengan adanya konfusi dan agitasi, penurunan haluaran urin, serta kulit yang dingin
dan lembab. Disritmia sering terjadi akibat penurunan oksigen ke jantung.seperti pada
gagal jantung, penggunaan kateter arteri pulmonal untuk mengukur tekanan ventrikel
kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji beratnya masalah dan
mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan. Peningkatan tekananakhir
diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan (LVEDP = Left Ventrikel End Diastolik
Pressure) menunjukkan bahwa jantung gagal untuk berfungsi sebagai pompa yang
efektif.
6. Pathway
Necrosis Miokard
Syok Kardiogenik
Gangguan Rasa
Kelelahan dan
Nyaman
kelemahan
Intoleransi
Aktivitas
7. Pemeriksaan Penunjang
1) EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis,
iskemia dan kerusakan pola.
2) ECG; mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium,
ventrikel hipertrofi, disfungsi penyakit katub jantung.
3) Rontgen dada; Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam
pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulmonal.
4) Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan
gerakan jantung.
5) Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan
membantu membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis
katub atau insufisiensi serta mengkaji potensi arteri koroner.
6) Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau
penurunan fungsi ginjal, terapi diuretic.
7) Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF
memperburuk PPOM.
8) AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau
hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
9) Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan
jantung,misalnya infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim
CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).
8. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Medis Syok Kardiogenik:
Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan
intubasi.
a) Berikan oksigen 8 – 15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk
mempertahankan PO2 70 – 120 mmHg.
b) Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada
harus diatasi dengan pemberian morfin.
c) Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang
terjadi.
d) Bila mungkin pasang CVP.
e) Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.
2) Medikamentosa :
a) Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri
b) Ansietas, bila cemas
c) Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi
d) Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit
e) Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung
tidak adekuat. Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.
f) Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan amrinon
IV.
g) Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m
h) Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan oksigenasi
jaringan. Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel.
b. Pengkajian sekunder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Anamnesis dapat menggunakan format AMPLE (alergi, medikasi, past
illness, last meal, dan environment). Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala
hingga kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik yang
lebih spesifik seperti foto thoraks,dll.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan (NOC) Rencana Tindakan (NIC)
1. Pola nafas Tujuan : Setelah Intervensi :
tidak efektif diberikan askep 1. Evaluasi frekwensi pernafasan
berhubungan selama 3x 24 jam dan kedalaman. Catat upaya
dengan diharapkan pola pernafasan, contoh adannya
pertukaran gas nafas efektif dispnea, penggunaan obat bantu
ditandai Kriteria hasil : nafas, pelebaran nasal
dengan sesak Klien tidak R/ Respon pasien berfariasi.
nafas, sesak nafas Kecepatan dan upaya mungkin
gangguan Frekwensi meningkat karena nyeri, takut,
frekwensi pernafasan demam, penurunan
pernafasan, normal volume sikulasi (kehilangan
batuk-batuk Tidak ada darah atau cairan), akumulasi
batuk-batuk secret, hipoksia atau distensi
gaster. Penekanan pernapasan
(penurunan kecepatan) dapat
terjadi dari pengunaan analgesik
berlebihan. Pengenalan disini
dan pengobatan ventilasi
abnormal dapat mencegah
komplikasi
2. Auskultasi bunyi nafas. Catat
area yang menurun atau tidak
adannya bunyi nafas dan
adannya bunyi nafas tambahan,
contoh krekels atau ronki
R/ Auskultasi bunyi napas
ditujukan untuk mengetahui
adanya bunyi napas tambahan
3. Kolaborasi dengan beriakan
tambahan oksigen dengan kanula
atau masker sesuai indikasi
R/ Meningkatkan pengiriman
oksigen ke paru-paru untuk
kebutuhan sirkulasi, khususnya
adanya penurunan/ gangguan
ventilasi