Dosen Pembimbing :
Nuriza Agustina,S.Kep.,Ners.,M.Kes
Kelompok 10
1. Angki Saputra 15.14201.30.15
2. Septian Angga Saputra 15.14201.30.40
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, sehingga kami dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah dan asuhan keperawatan mata kuliah
Asuhan Keperawatan Endokrin tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Hiperfungsi Kelenjar Adrenokortikal.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas atau kriteria penilaian
pelajaran Asuhan Keperawatan Endokrin oleh Ibu Nuriza
Agustina,S.Kep.,Ners.,M.Kes Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai
media belajar dan media pengetahuan bagi para pembaca, Amin.
Demikianlah makalah ini kami buat dengan harapan dapat berguna bagi
para pembaca.
Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar........................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................................... 1
1.2.1 Tujuan Umum ........................................................................................................ 2
1.2.2 Tujuan Khusus ........................................................................................................ 2
BAB II................................................................................................................................. 3
TINJAUAN TEORI ............................................................................................................ 3
2.1 Konsep Penyakit ........................................................................................................... 3
2.1.1 Definisi ................................................................................................................... 3
2.1.2 Anatomi Fisiologi.................................................................................................... 4
2.1.3 Etiologi ................................................................................................................... 6
2.1.4 Manifestasi Klinis ................................................................................................... 6
2.1.5 Patofisiologi............................................................................................................ 6
2.1.6 Patoflow ................................................................................................................. 8
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang......................................................................................... 9
2.1.8 Penatalaksanaan Medis ......................................................................................... 9
2.1.9 Komplikasi .............................................................................................................. 9
2.2 Asuhan Keperawatan .................................................................................................. 11
2.2.1 Pengkajian ............................................................................................................ 11
2.2.2 Diagnosa............................................................................................................... 12
2.2.3 Intervensi ............................................................................................................. 12
BAB III ............................................................................................................................. 15
PENUTUP ........................................................................................................................ 15
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 15
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Definisi
Sindrom cushing adalah keadaan klinik yang terjadi akibat dari paparan
terhadap glukokortikoid sirkulasi dengan jumlah yang berlebihan untuk waktu
yang lama (Green Span, 1998). Penyakit cushing didefinisikan sebagai bentuk
spesifik tumor hipofisis yang berhubungan sekresi ACTH hipofisis berlebihan.
Sindrom cushing dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Penyakit cushing
Merupakan tipe sindroma cushing yang paling sering ditemukan berjumlah kira-
kira 70% dari kasus yang dilaporkan. Penyakit cushing lebih sering pada wanita
(8:1, wanita:pria) dan umur saat diagnosis biasanya antara 20-40 tahun.
b.Hipersekresi ACTH ektopik
Kelainan ini berjumlah sekitar 15% dari seluruh kasus Sindroma Cushing. Sekresi
ACTH ektopik paling sering terjadi akibat karsinoma small cell di paru-paru,
tumor ini menjadi penyebab pada 50% kasus sindroma. Sindroma ACTH etopik
lebih sering pada laki-laki. Rasio wanita:pria adalah 1:3, dan insiden tertinggi
pada umur 40-60 tahun.
c.Tumor-tumor Adrenal Primer
Tumor-tumor adrenal primer menyebabkan 17%-19% kasus-kasus Sindroma
Cushing. Adenoma-adenoma adrenal yang mensekresi glukokortikoid lebih sering
terjadi pada wanita. Karsinoma-karsinoma adrenokortikal yang menyebabkan
kortisol berlebih juga lebih sering terjadi pada wanita; tetapi bila kita menghitung
semua tipe, maka insidens keseluruhan lebih tinggi pada laki-laki. Usia rata-rata
pada saat diagnosis dibuat adalah 38 tahun, 75% kasus terjadi pada orang dewasa.
3
d.Sindroma Cushing pada Masa Kanak-kanak
Sindroma Cushing pada masa kanak-kanak dan dewasa jelas lebih berbeda.
Karsinoma adrenal merupakan penyebab yang paling sering dijumpai (51%),
adenoma adrenal terdapat sebanyak 14%. Tumor-tumor ini lebih sering terjadi
pada usia 1 dan 8 tahun. Penyakit Cushing lebih sering terjadi pada populasi
dewasa dan berjumlah sekitar 35% kasus, sebagian besar penderita-penderita
tersebut berusia lebih dari 10 tahun pada saat diagnosis dibuat, insidens jenis
kelamin adalah sama.
Kelenjar adrenal adalah dua struktur kecil yang terletak di atas masing-
masing ginjal.Pada masing-masing kelenjar adrenal tersebut terbagi menjadi dua
bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah (medulla). Bagian medulla
menghasilkan hormon amina, sedangkan bagian korteks menghasilkan hormon
steroid
1. MEDULA ADRENAL
Medula adrenal dianggap juga sebagai bagian dari sistem saraf. Sel-sel
sekretorinya merupakan modifikasi sel-sel saraf yang melepaskan dua hormon
yang berjalan dalam aliran darah: epinephrine (adrenalin) dan norephinephrin
(noradrenalin).
Peranan adrenalin pada metabolisme normal tubuh belum jelas.Sejumlah
besar hormon ini dilepaskan dalam darah apabila seseorang dihadapkan pada
tekanan, seperti marah, luka atau takut.jika hormone adrenalin dilepaskan dalam
tubuh, hormone menimbulkan tanggapan yang sangat luas, laju dan kekuatan
denyut jantung meningkat sehingga tekanan darah meningkat. Kadar gula darah
dan laju metabolisme meningkat sehingga memungkinkan udara masuk dan
keluar paru-paru lebih mudah, pupil mata membesar. Hormon noradrenalin juga
menyebabkan peningkatan tekanan darah
4
2. KORTEKS ADRENAL
Stimulasi korteks oleh sistem saraf simpatetik menyebabkan dikeluarkannya
hormon ke dalam darah yang menimbulkan respon “fight or flight”. Korteks
adrenal korteks adrenal mensekresi tiga kelompok hormon.
3. KORTEKS ADRENAL
Stimulasi korteks oleh sistem saraf simpatetik menyebabkan dikeluarkannya
hormon ke dalam darah yang menimbulkan respon “fight or flight”. Korteks
adrenal korteks adrenal mensekresi tiga kelompok hormon.
5
2.1.3 Etiologi
2.1.5 Patofisiologi
Hiperfungsi korteks adrenal dapat terjadi tanpa tergantung pada kontrol ACTH
seperti pada tumor atau hyperplasia korteks adrenal nodular bilateral dengan
kemampuannya untuk menyekresi kortisol secara autonomi dalam korteks
adrenal. Tumor korteks adrenal yang akhirnya menjadi sindrom cushing dapat
jinak (adenoma) atau ganas (karsinoma). Adenoma korteks adrenal dapat
menyebabkan sindroma cushing yang berat, namun biasanya berkembang secara
lambat, dan gejala dapat timbul bertahun-tahun selama diagnosis ditegakkan.
Sebaliknya, karsinoma adrenokortikal berkembang cepat dan dapat menyebabkan
metastasis serta kematian.
6
Adanya sindroma cushing dapat ditentukan berdasarkan riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik yang telah dijelaskan diatas. Diagnosis umumnya ditegakkan
berdasarkan kadar kortisol yang abnormal dalam plasma dan urine. Tes-tes
spesifik dapat menentukan ada atau tidaknya irama sirkadian normal pelepasan
kortisol dan mekanisme pengaturan umpan balik yang sensitive. Tidak adanya
irama sirkadian dan berkurang atau hilangnya kepekaan system pengaturan umpan
balik merupakan cirri sindrom cushing.
7
2.1.6 Patoflow
Glukokortikoid meningkat
CUSHING SYNDROME
Hipersekresi ACTH
Hipersekresi glukokoid
(kortisol)
hipercotisolsm
8
2.1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemerisaan laboratorium
1) Penurunan konsentrasi glukosa darah dan natrium (hipoglikemia dan
hiponatremia
2) Peningkatan kosentrasi kalium serum (hiperkalemia)
3) Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)
4) Penurunan kadar kortisol serum
5) Kadar kortisol plasma rendah
b. Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya kalsifikasi diadrenal
c. CT Scan
Detektor kalsifikasi adrenal dan pembesaran adrenal yang sensitive hubungannya
dengan insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltratif
malignan dan non malignan, dan haemoragik adrenal
d. Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal
sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolit
2.1.8 PENATALAKSANAAN
a. Medik
1) Terapi dengan pemberian kortikosteroid setiap hari selama 2 sampai 4
minggu dosis 12,5 sampai 50 mg/hari
2) Hidrokortison (solu- cortef) disuntikan secara IV
3) Prednison (7.5 mg/hari)dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi
pengganti kortisol
4) Pemberian infuse dekstrosa 5%dalam larutan salineFludrokortison: 0,05-
0,1 mgper oral dipagi hari
b. Keperawatan
1) Pengukuran TTV
2) Memberikan rasa nyaman dengan mengatur atau menyediakan waktu
istirahat pasien
3) Menempatkan pasien dalam posisi setengah duduk dengan kedua tungkai
ditinggikan
9
4) Memberikan suplemen makanan dengan penambahan garam
5) Follow up: mempertahankan berat badan, tekanan darah dan elektrolit yang
normal disertai regresi gambaran klinis
6) Memantau kondisi pasien untuk mendeteksi tanda dan gejala yang
menunjukan adanya krisis Addison
2.1.9 Komplikasi
10
2.2 Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
kesadaran Composmentis
TTV :
TD : 150/80 mmHg
S : 370C
N : 80 x/menit
Musculoskeletal
Kelemahan otot, Miopati, Osteoporosis
Integument
Penipisan kulit striae, Petechie-hirsutisme (pertumbuhan bulu wajah)
Ekimosis-edema pada ekstremitas .
Kardiovaskuler
Toleransi terhadap aktivitas menurun, hipertensi
11
2.2.2 Diagnosa
2.2.3 Intervensi
12
- Kelelahan (-) 4) Tingkatkan keterlibatan
- TTV dbn saat / setelah pasien dalam beraktivitas
melakukan aktifitas sesuai kemampuannya
- TD : 120/80 mmHg 5) Berikan bantuan aktivitas
- N : 60-100 x/mnt sesuai dengan kebutuhan
- RR : 16-20 x/mnt 6) Berikan aktivitas hiburan
yang tepat seperti :
menonton TV dan
mendengarkan radio
13
- Fraktur (-) tempat tidur / tempat
- Ekimosis (-) tidur dengan posisi yang
- Kelemahan (-) rendah
4) Anjurkan kepada klien
untuk istirahat secara
adekuat dengan aktivitas
yang sedang
5) Anjurkan klien untuk diet
tinggi protein, kalsium
dan vitamin D
6) Kolaborasi pemberian
obat-obatan seperti
sedative
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sindrom cushing adalah keadaan klinik yang terjadi akibat dari paparan
terhadap glukokortikoid sirkulasi dengan jumlah yang berlebihan untuk waktu
yang lama (Green Span, 1998). Penyakit cushing didefinisikan sebagai bentuk
spesifik tumor hipofisis yang berhubungan sekresi ACTH hipofisis berlebihan.
Sindrom cushing dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu:
4.2 Saran
Sebagai generasi penerus di bidang keperawatan kita hrus lebih memahami
dan lebih mnegerti apa , mengapa dan bagaimana terjadinya adrenal hipofungsi.
Agar kita bisa memberikan penanganan yang tepat kepada pasien kita kelak.
15
DAFTAR PUSTAKA
16