Anda di halaman 1dari 34

F3.

K1

Kunjungan Kehamilan (K1) Ny. R 27 thn G5P4A0 7-8 minggu (8/3/21)


Kunjungan Kehamilan (K1) Ny. M 25 thn G2P1A0 21-22 minggu (9/3/21)
Kunjungan Kehamilan (K1) Ny. N 41 thn G2P1A0 9 minggu (9/3/21)
Kunjungan Kehamilan (K1) Ny. N 28 thn G2P1A0 6 minggu (10/3/21)
Kunjungan Kehamilan (K1) Ny. R 27 thn G1P0A0 7 minggu (12/3/21)
Kunjungan Kehamilan (K1) Ny. S 29 thn G4P2A1 7-8 minggu (1/4/21)

Salah satu indikator untuk melihat keberhasilan kualitas pelayan obstreti dan ginekologi,
bisa dilihat dari penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB). Namun pada kenyataannya, berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) pada tahun 2015, secara nasional AKI masih berjumlah 305 kematian
ibu per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB sebesar 22,23 per 1000 kelahiran
hidup. Angka-angka tersebut masih tinggi daripada target untuk Millenium Development
Goals Indonesia, dimana untuk AKI 102 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, dan
AKB 20 kematian bayi per 1000 kelahiran hidup. Penilaiannya sendiri dapat dilakukan
dengan melihat cakupan K1 dan K4.

Masih tingginya angka kematian ibu yang berhubungan dengan persalinan.Faktor yang
berkontribusi terhadap kematian ibu, dapat dikelompokkan menjadi penyebab langsung
dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu adalah faktor yang
berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas seperti perdarahan, pre
eklamsi/eklamsia, infeksi, persalinan macet dan abortus.Penyebab tidak langsung
kematian ibu adalah faktor-faktor yang memperberat keadaan ibu hamil seperti EMPAT
TERLALU (terlalu muda (16 tahun), terlalu tua (> 35 tahun) usia ibu untuk hamil, terlalu
sering melahirkan dan terlalu dekat jarak kelahiran).

Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal
pertama kali oleh tenaga kesehatan. K1 dibagi menjadi K1 murni dan K1 akses. K1 murni
adalah kontak ibu hamil pertama kali dengan petugas kesehatan pada trimester 1. K1
akses adalah kontak pertama ibu hamil dengan petugas kesehatan bukan trimester 1 (usia
kehamilan lebih 12 minggu). Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan sebelum usia
kehamilan 12 minggu.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kunjungan K1 adalah dengan cara


meningkatkan kesadaran ibu hamil tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan yaitu
memberikan penyuluhan dan informasi kepada WUS (wanita usia subur) yang akan
menikah. Dalam memberikan informasi, kita sebagai petugas kesehatan harus
menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dimengerti oleh mereka yang berpendidikan
rendah. Memotivasi pada WUS bila mengetahui bahwa ia hamil atau sebelum usia
kehamilan 12 minggu, segera periksa ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan
pemeriksaan kehamilan sesuai standart.

Pelaksaan K1 meliputi memastikan adanya kehamilan, memantau kemajuan kehamilan,


meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental ibu. Sehingga manfaat
yang diperoleh ibu hamil adalah dapat mengenai dan mencegah sedini mungkin penyulit
kehamilan, persalinan dan nifas. Kegiatan konseling merupakan pilihan efektif dan
efisien meningkatkan pengetahuan ibu untuk memahami peristiwa kehamilan,
persalinan, nifas, dan resiko yang mungkin dihadapi ibu sehingga dapat diupayakan
preventif.

Monitoring dan Evaluasi saat kunjungan ANC (Ante Natal Care):


Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan sedini mungkin, segera setelah seorang
wanita merasa dirinya hamil.Pemeriksaan antenatal selain kuantitas (jumlah kunjungan),
perlu diperhatikan pula kualitas pemeriksaannya. Kebijakan program pelayanan
antenatal yang ditetapkan oleh Depkes RI, (2010), yaitu tentang frekuensi kunjungan
sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan, dengan ketentuan
waktu sebagai berikut:
a. Minimal 1 (satu) kali kunjungan selama trimester pertama (< 14 minggu) = K1.
Tujuannya : 1. Penapisan dan pengobatan anemia 2. Perencanaan persalinan 3.
Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
b. Minimal satu kali pada trimester kedua (K2), 14 – 28 minggu Tujuannya : 1.
Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya 2. Penapisan pre eklamsia,
gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan 3. Mengulang perencanaan
persalinan
c. Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4) 28 - 36 minggu dan setelah 36
minggu sampai lahir. Tujuannya : 1. Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III 2.
Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi 3. Memantapkan rencana persalinan 4.
Mengenali tanda-tanda persalinan.
Pemeriksaan pertama sebaiknya dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid dan
pemeriksaan khusus dilakukan jika terdapat keluhan-keluhan tertentu (DepKes RI,
2014).

Kehamilan Resiko tinggi

Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi Ny. D 38 thn G3P2A0 21-22 minggu dengan skor
KSPR 4 (8/3/21)
Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi Ny. N 41 thn G2P1A0 9 minggu dengan skor KSPR 4
(9/3/21)

Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang dapat menyebabkan ibu hamil
dan bayi menjadi sakit atau meninggal sebelum kelahiran berlangsung. Karakteristik ibu
hamil diketahui bahwa faktor penting penyebab resiko tinggi pada kehamilan terjadi pada
kelompok usia 35 tahun, dikatakan usia tidak aman karena saat bereproduksi pada usia 35
tahun dimana kondisi organ reproduksi wanita sudah mengalami penurunan kemampuan
untuk bereproduksi, tinggi badan kurang dari 145 cm, berat badan kurang dari 45 kg,
jarak anak terakhir dengan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun, jumlah anak lebih
dari 4 (Hapsari, 2014).
Faktor penyebab resiko kehamilan apabila tidak segera ditangani pada ibu dapat
mengancam keselamatan bahkan dapat terjadi hal yang paling buruk yaitu kematian ibu
dan bayi. Berdasarkan data WHO (2015) AKI Indonesia pada 2015 mencapai 125 per
100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
namun masih di atas target yang ditetapkan. Kematian ibu menurut World Health
Organization (WHO) adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 2 hari
setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat
oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan oleh karena kecelakaan atau cedera.
Kematian ibu 90% terjadi pada saat 2 persalinan dan segera setelah persalinan.
Penyebab langsung kematian ibu antara lain oleh sebab perdarahan yaitu 28%,
eklamsia sebesar 24% dan infeksi 11%. Sedangkan penyebab tidak langsung adalah
kurang energi kronis (KEK) saat kehamilan 57%, anemia pada kehamilan 40% (Pusat
Data dan Informasi, 2012)

Di Indonesia kelompok kehamilan berisiko berdasarkan survei demografi dan


kesehatan tahun 2012 adalah 63,7% (Statistik, 2013). Hasil penelitian Pratiwi (2013) di
Yogyakarta mendapatkan 67% ibu hamil berisiko. Penelitian Maidelwita (2010)
menemukan terdapat 21,4% ibu hamil dengan berisiko yang merupakan hasil tertinggi di
Kota Padang. Hasil penelitian Sukesih (2012) di Bogor menemukan 17,9% ibu hamil
dengan 4 berisiko dan 88% dari mereka memiliki pengetahuan yang rendah mengenai
kehamilan berisiko. Penelitian Agustini (2013) juga menemukan 81,3% ibu hamil
memiliki pengetahuan kurang mengenai risiko dan tanda bahaya pada kehamilan.
Penyebab utama kematian ibu hamil adalah perdarahan, hipertensi, infeksi, dan penyebab
tidak langsung, sebagian besar karena interaksi antara kondisi medis yang sudah ada dan
kehamilan (WHO, 2017). Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
(Infodatin), pada tahun 2013 tingginya Angka Kematian Ibu disebabkan oleh perdarahan
30,3 %, preeklamsi 27,1, infeksi 7,3%, dan disebabkan oleh yang lain-lainya yakni 40,8%
(Kemenkes RI, 2014).

Perencanaan dan Intervensi yang dilakukan terhadap pasien dengan resiko


kehamilan yang tinggi melalui pemeriksaan Antenatal Care (ANC) secara berkala.
Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh dokter untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Melalui ANC dokter dapat
mengenali dan menangani sedini mungkin penyulit dan penyakit yang menyertai saat
kehamilan, persalinan, dan nifas.

Pelaksanaan sistem kesehatan untuk meningkatkan fungsi dan kualitas ANC meliputi:
•Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memiliki buku KIA dan selalu membawa setiap kali
kontrol/ ANC
•ANC tidak hanya dilakukan oleh dokter, namun juga oleh bidan
•Tenaga kesehatan dianjurkan untuk melakukan promosi kesehatan rutin terkait gaya
hidup sehat dan anjuran nutrisi untuk ibu hamil
•Pelaksanaan ANC minimal 8 kali bagi setiap ibu hamil sangata dianjurkan untuk
mengurangi kematian selama kehamilan maupun saat persalinan.

Monitoring dan Evaluasi saat kunjungan ANC:


Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan sedini mungkin, segera setelah seorang
wanita merasa dirinya hamil.Pemeriksaan antenatal selain kuantitas (jumlah kunjungan),
perlu diperhatikan pula kualitas pemeriksaannya. Kebijakan program pelayanan antenatal
yang ditetapkan oleh Depkes RI, (2010), yaitu tentang frekuensi kunjungan sebaiknya
dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu sebagai
berikut:

a. Minimal 1 (satu) kali kunjungan selama trimester pertama (< 14 minggu) = K1.
Tujuannya : 1. Penapisan dan pengobatan anemia 2. Perencanaan persalinan 3.
Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
b. b. Minimal satu kali pada trimester kedua (K2), 14 – 28 minggu Tujuannya : 1.
Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya 2. Penapisan pre
eklamsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan 3. Mengulang
perencanaan persalinan
c. c. Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4) 28 - 36 minggu dan setelah 36
minggu sampai lahir. Tujuannya : 1. Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III 2.
Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi 3. Memantapkan rencana persalinan
4. Mengenali tanda-tanda persalinan.

Pemeriksaan pertama sebaiknya dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid dan
pemeriksaan khusus dilakukan jika terdapat keluhan-keluhan tertentu (DepKes RI, 2014).

Pemasangan Impant KB dan IUD

Pemasangan KB IUD Pada Pasien Ny. O usia 32 tahun (10-3-21)


Pemasangan KB Implant Pada Pasien Ny. S usia 36 tahun (12-3-21)

Indonesia merupakan Negara terpadat penduduk ke-4 di Dunia dengan jumlah


265.015.300 jiwa pada tahun 2018 dengan laju pertumbuhan penduduk 1,33% per tahun.
Jumlah penduduk yang sangat banyak ini telah mempersulit usaha peningkatan dan
pemerataan kesejahteraan rakyat sehingga kualitas hidup manusia Indonesia kurang optimal.
Untuk dapat meningkatkan pembangunan kesehatan maka Kementerian Kesehatan
mengeluarkan Program Indonesia Sehat yang menjadi program utama Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2016.
Dalam rangka pelaksanaan Program Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12
indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga, salah satunya yaitu
keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB).

Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup
dan Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2007). Hal ini
membuktikan bahwa Indonesia masih berada pada posisi tertinggi di Asia untuk angka
kematian ibu. Angka tersebut juga masih jauh dari target Millenium Development Goals
(MDGs) 2015 yaitu AKI 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 24 per 1000 kelahiran
hidup. Oleh karena itu dengan program KB yang terus digalakan pemerintah. Jumlah
akseptor KB di Indonesia telah meningkat sejak tahun 1994. Pada tahun 2007 tercatat ada
sekitar 38,9 juta Pasangan Usia Subur (PUS), sekitar 69,1% dari PUS tersebut merupakan
akseptor KB, dan ada sekitar 31,9% PUS yang tidak berpartisipasi dalam KB (SDKI, 2007)

Perencanaan dan intervensi yang dilakukan pada pasien pengguna KB adalah dengan
dilakukannya pemasangan KB sesuai dengan tata cara yang terstandart dan memperhatikan
higienitas prosedur tindakan terhadap pasien.

Proses pemasangan KB implan akan dimulai dengan penyuntikan bius lokal pada bagian bawah
lengan atas Anda. Kemudian, dokter atau bidan akan memasukkan KB implan dengan
menggunakan alat khusus.
Setelah proses pemasangan KB implan selesai, dokter atau bidan akan memerban lokasi
pemasangan KB tersebut. Perban biasanya boleh dilepas setelah beberapa hari.

Evaluasi yang dilakukan terhadap pasien adalah dengan mengedukasi pasien apabila mengalami
keluhan setelah mendapatkan KB implan, seperti nyeri atau benjolan pada payudara, perdarahan
vagina yang berat dan tidak kunjung berhenti, atau gejala kehamilan, segera periksakan ke dokter
untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Proses pemasangan KB IUD akan dimulai dengan pasien akan diminta untuk berbaring di meja
pemeriksaan dengan kedua kaki diangkat ke atas.Dokter akan memasukkan alat bernama
spekulum atau cocor bebek ke dalam vagina. Dengan menggunakan alat ini, dokter dapat:

 Memeriksa ukuran dan posisi rahim


 Membersihkan leher rahim dan vagina dengan cairan antiseptik
 Mendeteksi adanya kelainan pada rahim
 Memposisikan leher rahim (serviks) agar sejajar dengan rahim

IUD berbentuk seperti huruf T, dengan lengan di kedua sisinya. Dokter akan melipat kedua
lengan tersebut dan memasukkan IUD ke dalam rahim menggunakan aplikator.Setelah IUD
selesai dimasukkan, lengan IUD akan dibebaskan dari lipatan dan aplikator dikeluarkan.IUD
memiliki benang di bagian bawahnya yang akan tampak menggantung di leher rahim hingga
vagina. Dokter akan memotong benang ini sekitar 2-4 cm di luar serviks.

Pasien mungkin akan mengalami kram perut ringan dan perdarahan dari vagina sekitar 3-6 bulan
setelah menggunakan KB spira. Obat pereda rasa nyeri maupun kantong pemanas (heating pad)
dapat digunakan untuk meredakan gejala dan rasa tidak nyaman.Setiap bulan selama 3 bulan
pertama setelah pemasangan IUD, pasien disarankan untuk memeriksa adanya benang IUD yang
keluar dari leher rahim. Apabila benang terasa lebih pendek atau lebih panjang dari biasanya,
kemungkinan IUD telah berpindah posisi. Hubungi dokter dan gunakan kondom atau alat
kontrasepsi lainnya untuk mencegah kehamilan.

MEMPERKENALKAN INISIASI MENYUSUI DINI DAN ASI EKSKLUSIF

Memperkenalkan inisiasi menyusui dini dan asi ekslusif pada pasien Ny S Usia 32 tahun
dengan G4P3A0 usia kehamilan 13-14 Minggu (3/5/21)

Memperkenalkan inisiasi menyusui dini dan asi ekslusif pada pasien Ny M Usia 33 tahun
dengan G3P2A0 usia kehamilan 6 Minggu (3/5/21)

ASI eksklusif diberikan sejak bayi lahir ke dunia hingga berusia enam bulan. Selama periode
tersebut, disarankan untuk hanya memberi ASI pada bayi, tanpa tambahan asupan apa
pun. Sebab, ada banyak manfaat ASI eksklusif yang bisa didapatkan oleh bayi.

Data Kementerian Kesehatan mencatat, angka inisiasi menyusui dini (IMD) di Indonesia meningkat
dari 51,8 persen pada 2016 menjadi 57,8 persen pada 2017. Kendati meningkat, angka itu disebut
masih jauh dari target sebesar 90 persen.
Kenaikan yang sama juga terjadi pada angka pemberian ASI eksklusif, dari 29,5 persen pada 2016
menjadi 35,7 persen pada 2017. Angka ini juga terbilang sangat kecil jika mengingat pentingnya
peran ASI bagi kehidupan anak.

Rendahnya angka Inisiasi menyusui dini dan pemberian eksklusif pada bayi dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu diantaranya kurang pengetahuan, sikap yang dimiliki masyarakat kurang
sehingga masyarakat memiliki perilaku yang rendah dalam melakukan pemberian asi ekslusif yang
sesuai standard pada si bayi. Pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode edukasi
merupakan cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan kepada orang tua tentang
pentingnya dilakukan inisiasi menyusui dini dan pemberian asi esklusif selama 6 bulan bagi
pertumbuhan dan perkembangan si bayi.

Metode yang digunakan adalah dengan edukasi kesehatan pada calon orang tua yang sedang
melakukan pemeriksaan K1 di poli KB KIA Puskesmas Kelurahan Cipete Selatan . Hasil yang
diperoleh adalah pasien aktif bertanya dan terdapat peningkatan pengetahuan pasien mengenai
pentingnya inisiasi menyusui dini dan pemberian asi eksklusif selama 6 bulan untuk pertumbuhan
perkembangan si bayi.

Kegiatan edukasi ini dapat dilakukan secara rutin kepada ibu hamil yang sedang memeriksakan
kehamilannya di puskesmas. Tujuan edukasi ini agar meningkatkan pengetahuan orang tua terhadap
pentingnya asi bagi pertumbuhan dan perkembangan si bayi.

F4.
Upaya Pelayanan Gizi

Pengukuran BB dan PB/TB pada By. U usia 2 bulan (8/3/21)


Pengukuran BB dan PB/TB pada By. I usia 4 bulan (8/3/21)
Pengukuran BB dan PB/TB pada By. M usia 9 bulan (8/3/21)

Pengukuran BB dan PB/TB pada By. T usia 3 bulan (9/3/21)

Pengukuran BB dan PB/TB pada By. S usia 4 bulan (9/3/21)


Tingkat kesehatan seseorang dipengaruhi beberapa faktor di antaranya bebas dari penyakit atau
cacat, keadaan sosial ekonomi yang baik, keadaan lingkungan yang baik, dan status gizi juga
baik. Orang yang mempunyai status gizi baik tidak mudah terkena penyakit, baik penyakit
infeksi maupun penyakit degeneratif. Status gizi merupakan salah satu faktor penting dalam
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Namun pada masyarakat kita masih ditemui berbagai
penderita penyakit yang berhubungan dengan kekurangan gizi. Masalah gizi pada dasarnya
merupakan refleksi konsumsi zat gizi yang belum mencukupi kebutuhan tubuh. Seseorang akan
mempunyai status gizi baik, apabila asupan gizi sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Asupan gizi
yang kurang dalam makanan, dapat menyebabkan kekurangan gizi, sebaliknya orang yang
asupan gizinya berlebih akan menderita gizi lebih. Jadi status gizi adalah gambaran individu
sebagai akibat dari asupan gizi sehari-hari. Status gizi dapat diketahui melalui pengukuran
beberapa parameter, kemudian hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar atau
rujukan. Peran penilaian status gizi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya status gizi yang
salah. Penilaian status gizi menjadi penting karena dapat menyebabkan terjadinya kesakitan dan
kematian terkait dengan status gizi. Oleh karena itu dengan diketahuinya status gizi, dapat
dilakukan upaya untuk memperbaiki tingkat kesehatan pada masyarakat.

Pada masa 2 tahun pertama kehidupan (bayi dibawah dua tahun/baduta) memiliki karakteristik
pertumbuhan fisik serta perkembangan sosial yang cepat. Perubahan-perubahan dapat terjadi pada masa
tersebut yang akan mempengaruhi cara serta asupan makanan. Di Indonesia masalah gizi masih menjadi
masalah nasional. Kelompok usia bayi dibawah dua tahun (baduta) termasuk kelompok yang rentan
terhadap masalah gizi.

Angka kejadian balita dengan kurang gizi di Indonesia terjadi secara masif dengan wilayah
sebaran yang hampir merata. Pada tahun 2013, secara nasional prevalensi kurang gizi pada anak
balita sebesar 19,6%, yang berarti masalah kurang gizi di Indonesia masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat mendekati prevalensi tinggi (Riskesdas, 2013). Angka prevalensi tersebut
terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi
nasional tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010 (17,9%), angka tersebut terlihat meningkat.
Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007, 4,9% pada tahun
2010, dan 5,7% pada tahun 2013 sedangkan prevalensi gizi kurang, naik sebesar 0,9% dari tahun
2007 ke tahun 2013.
Perencanaan untuk menentukan status gizi pada bayi dibawah usia 2 tahun adalah dengan
menggunakan indeks antropometri. Ada 3 indeks yang dipakai yaitu berat badan untuk umur, panjang
badan untuk umur dan berat badan untuk panjang badan. Status gizi dapat diklasifikasikan status gizi
baik, kurang, buruk atau lebih.

Untuk mengukur Berat Badan:


Pakai pakaian seminimal mungkin (jaket, popok, kain sarung dilepaskan) jika perlu mengganti baju
dengan baju yang telah disediakan untuk pengukuran. - Buka alas kaki (sepatu atau sendal). - Keluarkan
benda-benda berat yang akan mempengaruhi hasil pengukuran. - Dilakukan sebelum anak (pasien)
mendapatkan makanan utama dan kandung kemih dalam keadaan kosong.

Untuk mengukur Panjang Badan:


Pakai pakaian seminimal mungkin sehingga postur tubuh dapat terlihat dengan jelas (jaket dilepaskan). -
Lepaskan alas kaki (sendal/sepatu) serta aksesoris kepala (jepitan rambut, topi, ikat rambut). - Siapkan
asisten pengukur sehingga pengukur berjumlah minimal 2 orang, satu sebagai asisten pengukur yang
bertugas memegang kedua telinga anak sehingga posisi kepala anak berada pada posisi Frankfurt Plane
dan menyentuh bagian atas dari alat. Pengukur utama bertugas memegang lutut atau tibia dari anak
sehingga kaki dapat berada pada posisi lurus menyentuh bagian bawah dari alat.

Catat status gizi pasien pada lembar penentuan status gizi yang tersedia untuk kategori BB/U, PB/U, dan
BB/PB. Dan lakukan hal yang sama untuk kunjungan berkala selanjutnya untuk menilai perkembangan
status gizi pasien.

F5.

Melaksanakan Imunisasi
Imunisasi DPT 3, Polio 4, IPV By. A Usia 4bulan (8/3/21)
Imunisasi MR, IPV By. M Usia 9bulan
Imunisasi MR By. S Usia 9bulan
Imunisasi DPT2, Polio 3 By. T Usia 3bulan (9/3/21)
Imunisasi DPT 3 , Polio 4, IPV By. M Usia 4bulan
Keberhasilan bayi dalam mendapatkan lima jenis imunisasi dasar diukur melalui indikator
imunisasi dasar lengkap sebagai landasan untuk mencapai komitmen internasional yaitu
Universal Child Immunization (UCI), UCI secara nasional dicapai pada tahun 1990, yaitu
cakupan DPT-Hb-Hib 3, Polio 3 dan Campak minimal 80% sebelum umur 1 tahun, sedangkan
cakupan untuk DPT-Hb-Hib 1, polio 1 dan BCG minimal 90%. Terdapat 2-3 juta kematian anak
di dunia setiap tahunnya dapat dicegah dengan pemberian imunisasi, namun sebanyak 22,6 juta
anak di seluruh dunia tidak terjangkau imunisasi rutin (Kemenkes RI, 2014).

Menurut World Health Organitation (WHO) pada tahun 2017, diperkirakan 19,9 juta bayi di
seluruh dunia tidak tercapai dengan layanan imunisasi rutin seperti 3 dosis vaksin DTP. Sekitar
60% dari anak-anak ini tinggal di 10 negara termasuk Indonesia. Pemantauan data di tingkat
daerah sangat penting untuk membantu negara memprioritaskan dan menyesuaikan strategi
vaksinasi dan rencana operasional untuk mengatasi kesenjangan imunisasi dan menjangkau
setiap orang dengan vaksin yang menyelamatkan jiwa.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan imunisasi adalah penyuluhan imunisasi di
tingkat kelurahan oleh petugas puskesmas; sweeping imunisasi di wilayah puskesmas yang
cakupan imunisasinya masih rendah, pendekatan kepada kelompok masyarakat yang masih
menolak imunisasi dengan melibatkan para tokoh masyarakat dan pemuka agama.

Pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak. Untuk imunisasi dasar lengkap, bayi berusia
kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan
Polio 1), usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-
Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik),
dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR)

Untuk mengurangi ketidaknyamanan pasca vaksinasi, dipertimbangkan untuk pemberian


parasetamol 15 mg/kgbb kepada bayi/anak setelah imunisasi, terutama pasca vaksinasi DPT.
Kemudian dilanjutkan setiap 3-4 jam sesuai kebutuhan, maksimal 4 kali dalam 24 jam. Jika
keluhan masih berlanjut, diminta segera kembali kepada dokter.

Penapisan kasus TB
Penapisan pasien tersangka TB Tn.M usia 82 Tahun (1/4/21)
Penapisan pasien tersangka TB Ny Ny.A usia 26 Tahun (12/3/21)
Penapisan pasien tersangka TB Tn.A usia 61 Tahun (12/4/21)

Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang besar di dunia. Dalam 20 tahun World
Health Organitation (WHO) dengan negara-negara yang tergabung di dalamnya
mengupayakan untuk mengurangi TB Paru. Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi
menular yang di sebabkan oleh infeksi menular oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis.
Sumber penularan yaitu pasien TB BTA positif melalui droplet yang dikeluarkannya.
Penyakit ini apabila tidak segera diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat
menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian

Menurut WHO tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Dengan
berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan kematian akibat tuberkulosis telah
menurun, namun tuberkulosis diperkirakan masih menyerang 9,6 juta orang dan
menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. India, Indonesia dan China merupakan
negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-turut 23%, 10%, dan 10%
dari seluruh penderita di dunia

Terdapat beberapa jenis tes yang dilakukan untuk mendeteksi tuberkulosis. Bagi anak-anak,
skrining TBC umumnya dilakukan dengan tes Mantoux. Sedangkan pada pasien dewasa,
pemeriksaan ini bisa berupa tes dahak dan rontgen dada.

Prosedur skrining TBC bisa bervariasi dan tergantung pada jenis pemeriksaan yang akan
dilakukan. Berikut penjelasannya:.
1. Pada anak-anak
Pada pasien anak-anak, pemeriksaan TBC yang dilakukan umumnya adalah tes Mantoux.
Prosedur ini dilakukan dalam dua tahap di bawah ini:
 Tahap pertama

Pada tahap pertama, dokter akan menyuntikkan zat khusus bernama purified protein
derivative (PPD) ke bawah kulit pasien, biasanya di bagian lengan. Zat ini juga dikenal dengan
nama tuberkulin.Setelah tuberkulin disuntikkan, benjolan kecil berwarna pucat akan muncul
pada area penyuntikan.

 Tahap kedua

Pada 24-72 jam sesudah penyuntikan, dokter akan melihat kondisi kulit pasien guna memastikan
ada tidaknya reaksi terhadap tuberkulin. Reaksi kulit yang timbul akan menandakan infeksi
kuman TB pada pasien.Apabila pasien baru kembali ke dokter pada lebih dari 72 jam setelah
penyuntikan, tes Mantoux harus diulangi.Jika tidak ada reaksi yang timbul kulit yang menjalani
pada tes Mantoux dan ini merupakan tes pertama pasien, pemeriksaan perlu diulangi dalam 1-3
minggu kemudian. Langkah ini bertujuan memastikan bahwa hasilnya benar-benar negatif.
2. Pada orang dewasa
Pada pasien dewasa, pemeriksaan yang dilakukan bisa berupa rontgen dada dan tes dahak
(sputum).

- Prosedur rontgen dada

 Pasien akan diminta untuk melepaskan pakaian, perhiasan, atau aksesoris lainnya yang
dapat mengganggu jalannya pemeriksaan.
 Pasien lalu diminta mengenakan gaun khusus dari rumah sakit.
 Pasien bisa diminta untuk berbaring, duduk, atau berdiri. Posisi ini tergantung pada
gambar rontgen dada yang dibutuhkan.
 Pasien harus berada di depan pelat sinar-X.
 Pada posisi duduk atau berdiri, pasien akan diminta untuk mendorong bahunya ke depan,
mengambil napas panjang, dan menahannya sampai foto rontgen dada berhasil
 Bila pasien tidak dapat menahan napas, teknisi medis (radiolog) akan mengambil gambar
sambil memperhatikan gerak napas pasien.
 Pasien tidak boleh bergerak selama pemeriksaan ini karena gerakan dapat mempengaruhi
kualitas foto rontgen.
 Pada rontgen dari sisi tubuh, pasien akan diminta bergerak ke samping dan mengangkat
lengannya di atas kepala.
 Pasien kemudian diminta mengambil napas panjang dan menahannya hingga foto rontgen
diambil.
 Radiolog akan berdiri di belakang jendela khusus selama proses rontgen berlangsung.

Prosedur rontgen dada umumnya hanya membutuhkan waktu sekitar 10 hingga 15 menit.

- Tes dahak
Pada tes dahak (sputum), pasien akan diminta untuk batuk agar bisa mengeluarkan dahak dari
paru-parunya. Wadah kecil untuk menampung dahak akan diberikan pada pasien. Prosedur
pengambilan sampel dahak ini biasanya dilakukan di pagi hari.Untuk memudahkan pengeluaran
darah, dokter bisa menyarankan hal-hal berikut:

 Minum banyak air guna mengencerkan dahak dan membuat pasien lebih mudah
mengeluarkannya.
 Meminta pasien untuk berkumur agar bakteri lain dan air ludah bisa keluar.
 Meminta pasien untuk menarik napas dalam sebanyak tiga kali sebelum batuk.
 Bila dahak tidak kunjung keluar, dokter mungkin akan menepuk dada pasien guna
membantu dalam mengencerkan dahak. Pasien juga dapat diberikan uap untuk
merangsang batuk.

Ketika diagnosis TBC sudah pasti, dokter akan meresepkan obat antibiotik untuk
mengatasi infeksi tuberkulosis yang dialami oleh pasien.

Pengobatan kasus TB

Pengobatan kasus TB baru Tn.M usia 15 Tahun (12/3/21)


Pengobatan kasus TB baru Ny.A usia 26 Tahun (17/3/21)
Pengobatan kasus TB baru Ny.U usia 16 Tahun (1/4/21)

Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang besar di dunia. Dalam 20 tahun World
Health Organitation (WHO) dengan negara-negara yang tergabung di dalamnya
mengupayakan untuk mengurangi TB Paru. Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi
menular yang di sebabkan oleh infeksi menular oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis.
Sumber penularan yaitu pasien TB BTA positif melalui droplet yang dikeluarkannya.
Penyakit ini apabila tidak segera diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat
menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian
Menurut WHO tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Dengan
berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan kematian akibat tuberkulosis telah
menurun, namun tuberkulosis diperkirakan masih menyerang 9,6 juta orang dan
menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. India, Indonesia dan China merupakan
negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak yaitu berturut-turut 23%, 10%, dan 10%
dari seluruh penderita di dunia.
Terdapat beberapa jenis tes yang dilakukan untuk mendeteksi tuberkulosis. Bagi anak-anak,
skrining TBC umumnya dilakukan dengan tes Mantoux. Sedangkan pada pasien dewasa,
pemeriksaan ini bisa berupa tes dahak dan rontgen dada. Apabila ditemukan hasil positif TB,
maka selanjutnya dilakukan pengobatan.

TBC dapat disembuhkan jika penderitanya patuh mengonsumsi obat sesuai dengan
resep dokter. Untuk mengatasi penyakit ini, penderita perlu minum beberapa jenis obat
untuk waktu yang cukup lama (minimal 6 bulan). Obat itu umumnya berupa:

 Isoniazid
 Rifampicin
 Pyrazinamide
 Ethambutol

 Monitoring pada tuberkulosis paru (TB paru) dilakukan dengan dua tujuan, yaitu
evaluasi pengobatan dan evaluasi komplikasi maupun efek samping obat.
 Evaluasi Pengobatan
 Evaluasi penderita meliputi evaluasi klinik, radiologik, dan bakteriologik. Pada
evaluasi klinik, penderita diperiksa setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama
pengobatan, kemudian dilanjutkan setiap 1 bulan. Hal yang dievaluasi adalah
keteraturan berobat, respon pengobatan, dan ada tidaknya efek samping
pengobatan. Pada setiap kali follow up, pasien dilakukan pemeriksaan fisik dan
berat badan diukur.
 Evaluasi bakteriologik bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak.
Evaluasi ini dilakukan sebelum memulai pengobatan, setelah fase intensif, dan
pada akhir pengobatan. Evaluasi dilakukan berdasarkan pemeriksaan basil
tahan asam (BTA) atau biakan apabila tersedia.
 Evaluasi radiologik dilakukan menggunakan foto rontgen toraks. Evaluasi
dilakukan sebelum memulai pengobatan, setelah fase intensif, dan pada akhir
pengobatan.
 Pada penderita yang telah dinyatakan sembuh, evaluasi tetap dilakukan selama
2 tahun pertama untuk mendeteksi adanya kekambuhan. Pemeriksaan BTA
dilakukan pada bulan ke-3, 6, 12, dan 24 setelah dinyatakan sembuh.
Sedangkan pemeriksaan foto rontgen dada dilakukan pada bulan ke-6, 12, dan
24 setelah dinyatakan sembuh.
 Evaluasi Efek Samping Obat
 Pasien TB yang diberikan pirazinamid harus diperiksa baseline serum asam urat
dan tes fungsi hati. Sedangkan pasien yang diterapi etambutol mesti diperiksa
baseline ketajaman penglihatannya dan juga secara periodik dilakukan tes buta
warna merah-hijau, menggunakan tes Ishihara
 Pasien yang mendapat suntikan streptomisin dimonitor ketajaman
pendengarannya, tes fungsi ginjal secara berkala, dan pemeriksaan neurologis
berkala.

dilakukan pemeriksaan TCM pada pasien tanggal 30/3/21 dengan hasil (+), diberikan dengan
dosis berat badan 36 kg, tahap intensif(RHZE) 2 Tablet 4 KDT, Tahap lanjutan (RH) 2 tablet 2
KDT.

Fase intensif diminum setiap hari selama 56 hari, fase lanjutan diminum 3 kali seminggu selama
16 minggu.

efek samping yang mungkin muncul:

1. Isoniazid

Penggunaan obat TBC isoniazid bisa menyebabkan efek samping yang bersifat ringan seperti
sakit kepala, percepatan detak jantung, mulut kering.
Gangguan pencernaan seperti mual, muntah, nyeri di ulu hati, ataupun konnstipasi (sembelit)
paling sering dialami pasien selama masa pengobatan TBC.

Selain itu, terdapat pula efek-efek samping dari obat isoniazid yang lebih berat, seperti:

Hipersensitivitas: demam, menggigil, peradangan kelenjar getah bening, peradangan pembuluh


darah.

Hepatotoksik atau peradangan hati: sakit kuning, risiko hepatitis parah.

Penurunan metabolisme: kekurangan vitamin B6, hiperglikemia, protein dalam urine


(proteinurea).

Masalah pada darah: anemia aplastik, kadar trombosit menurun.

2. Rifampicin

Efek samping dari obat TBC rifampicin yang paling umum serupa dengan gejala-gejala flu.
Selain itu, efek samping berupa hepatotoksisitas juga berpotensi terjadi akibat konsumsi OAT
ini.

Selain itu, mungkin juga akan mengalami efek samping berupa perubahan warna cairan tubuh
akibat obat rifampicin.

Keringat, air mata, atau urine kemungkinan akan berubah warna menjadi merah (bukan darah).
Efek samping ini terjadi akibat zat pewarna yang terdapat di obat TBC ini.
Ruam dan gatal adalah kondisi yang umum terjadi dan biasanya akan menghilang dengan
sendirinya. Akan tetapi, segera hubungi dokter jika ruam dan gatal disertai dengan
pengelupasan pada kulit.

Segera beri tahu dokter jika Anda mengalami efek samping obat TBC, seperti ini:

Nyeri sendi yang disertai bengkak

Mata menjadi berwarna kuning

Perubahan jumlah urin

Rasa haus yang terus meningkat

Urine berdarah

Perubahan penglihatan

Detak jantung yang begitu cepat

Mudah memar atau berdarah

Mengalami demam dan sakit tenggorokan terus-menerus (tanda infeksi baru)

Perubahan suasana hati seperti kebingungan, dan mengalami halusinasi atau delusi yang
dilihat atau didengar (psikosis)

Kejang

Yang perlu diperhatikan, kedua obat ini juga memiliki kontraindikasi dengan pil KB, obat
diabetes, dan obat darah tinggi.

Hepatitis imbas obat atau drug induced hepatitis (DIC)


Hepatitis imbas obat (DIC) dikenal sebagai kelainan hati akibat penggunaan obat-obat
hepatotoksik, alias obat yang menyebabkan kerusakan pada fungsi hati.

DIC (hepatitis imbas obat) termasuk bentuk efek samping yang paling umum dialami akibat obat
TBC, seperti isoniazid dan rifampicin.

Dari 7% efek samping OAT yang sering dilaporkan 2% di antaranya adalah kasus sakit kuning
karena peradangan. Sementara itu, 30% lainnya merupakan hepar fulminan atau kegagalan
fungsi hati.

Keduanya termasuk ke dalam hepatitis imbas obat. Efek samping seperti DIC sering ditemukan
pada 2 bulan pertama pengobatan TBC.

Gejala yang sering ditunjukkan dari penyakit ini adalah adalah mual, muntah, nyeri perut, dan
perubahan warna kulit dan putih mata menjadi kuning (ikterus).

Ikterus disebabkan karena adanya gangguan metabolisme bilirubin di hati. DIC sulit dibedakan
dengan hepatitis yang disebabkan infeksi virus.

Itu sebabnya, diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis penyakit ini.

Berbeda dengan hepatitis biasa, efek samping DIC akan membaik dengan sendirinya apabila
penggunaan obat tuberkulosis dihentikan.
Orang yang mengonsumsi obat TBC lebih berisiko mengalami efek samping berupa hepatitis
apabila:

Memiliki faktor risiko genetik.

Berusia lanjut lebih dari 60 tahun).

Mengalami malnutrisi.

Mengalami ko-infeksi (infeksi lain) HIV atau mengidap HIV/AIDS.

Memiliki riwayat penyakit liver sebelumnya, seperti hepatitis.

Mengonsumsi alkohol.

Deteksi dini stunting

Deteksi dini stunting By.A usia 4 bulan dengan gizi kurang (PB 60, BB 4,5 Kg. IMT 12.50)
(1/3/21)

Deteksi dini stunting By.D usia 1 Tahun 6 bulan dengan gizi kurang (PB 90, BB 10 Kg. IMT
12.35) (1/3/21)

Stunting adalah keadaan paling umum dari bentuk kekurangan gizi yang mempengaruhi bayi sebelum
lahir dan awal setelah lahir, terkait dengan ukuran ibu, gizi selama ibu hamil, dan pertumbuhan janin.
Stunting pada anak balita merupakan salah satu indikator status gizi kronis yang dapat memberikan
gambaran gangguan keadaan sosial ekonomi secara keseluruhan di masa lampau dan pada 2 tahun awal
kehidupan anak dapat memberikan dampak yang sulit diperbaiki

Secara global, prevalensi stunting pada anak menurun dari 39,7% tahun 1990 menjadi 26,7% pada tahun
2010 . Angka ini diperkirakan akan mencapai 21,8 % pada tahun 2020. Prevalensi stunting di Afrika
mengalami stagnasi sejak tahun 1990 sekitar 40%, sementara di Asia menunjukkan penurunan dari 49 %
pada tahun 1990 menjadi 28% pada tahun 2010
Perencanaan untuk menentukan status gizi pada bayi dibawah usia 2 tahun adalah dengan
menggunakan indeks antropometri. Ada 3 indeks yang dipakai yaitu berat badan untuk umur, panjang
badan untuk umur dan berat badan untuk panjang badan. Status gizi dapat diklasifikasikan status gizi
baik, kurang, buruk atau lebih.

Untuk mengukur Berat Badan:


Pakai pakaian seminimal mungkin (jaket, popok, kain sarung dilepaskan) jika perlu mengganti baju
dengan baju yang telah disediakan untuk pengukuran. - Buka alas kaki (sepatu atau sendal). - Keluarkan
benda-benda berat yang akan mempengaruhi hasil pengukuran. - Dilakukan sebelum anak (pasien)
mendapatkan makanan utama dan kandung kemih dalam keadaan kosong.

Untuk mengukur Panjang Badan:


Pakai pakaian seminimal mungkin sehingga postur tubuh dapat terlihat dengan jelas (jaket dilepaskan). -
Lepaskan alas kaki (sendal/sepatu) serta aksesoris kepala (jepitan rambut, topi, ikat rambut). - Siapkan
asisten pengukur sehingga pengukur berjumlah minimal 2 orang, satu sebagai asisten pengukur yang
bertugas memegang kedua telinga anak sehingga posisi kepala anak berada pada posisi Frankfurt Plane
dan menyentuh bagian atas dari alat. Pengukur utama bertugas memegang lutut atau tibia dari anak
sehingga kaki dapat berada pada posisi lurus menyentuh bagian bawah dari alat.

Catat status gizi pasien pada lembar penentuan status gizi yang tersedia untuk kategori BB/U, PB/U, dan
BB/PB. Dan lakukan hal yang sama untuk kunjungan berkala selanjutnya untuk menilai perkembangan
status gizi pasien.

F1

Penyuluhan Kesling

Penyuluhan kesling dengan topik phbs dan cara mencuci tangan sesuai standard (22/3/21)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan seseorang untuk
selalu memperhatikan kebersihan, kesehatan, dan berperilaku sehat. Program PHBS telah
dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat yang saat ini
disebut Pusat Promosi Kesehatan.

Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling pentingdalam pencegahan dan pengontrolan
infeksi.Mencuci tangan merupakan proses pembuangan kotoran dan debu secara mekanis dari kedua
belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuan cuci tangan adalah untuk menghilangkan kotoran
dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme
Menurut penelitian WHO, 100 ribu anak Indonesia meninggalsetiap tahunnya karena diare. Data yang
dirilis oleh Riskedas tahun 2007 menyebutkan diare termasuk salah satu dari dua penyebab kematian
terbanyak pada anak-anak, selain pneumonia. Kematian pada pada anak umur 4-11 tahun yang
disebabkan diare sebanyak 25,5% dan pneumonia15,5%. Sebanyak 40 hingga 60 % diare pada anak
terjadi akibat rotavirus. Biasanya virus masuk mulut melalui tangan yang terkontaminasi kotoran akibat
tidak mencuci tangan.

Dengan memberikan penyuluhan tentang cuci tangan dengan baik diharapkan dapat mengurangi resiko
terjadinya penularan penyakit melalui tangan yang tidak bersih.

6 langkah cuci tangan yang benar menurut WHO yaitu :

1. Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan
secara lembut dengan arah memutar.
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

Evaluasi hasil penyuluhan dengan meminta peserta penyuluhan mengulangi langkah mencuci
tangan yang baik, dan meminta peserta penyuluhan untuk menyampaikan informasi yang sudah
didapatkan dari kegiatan penyuluhan, ke keluarga dan kerabat dekatnya.

Penyuluhan P2P Hipertensi

Penyuluhan P2P dengan topik hipertensi (28/4/21)

Hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah mengalami peningkatan yang memberikan gejala
berlanjut pada suatu organ target di tubuh. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan yang lebih berat,
misalnya stroke, penyakit jantung koroner, gagal jantung, dll.

Di dunia diperkirakan 7,5 juta kematian disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Pada tahun 1980 jumlah
orang dengan hipertensi ditemukan sebanyak 600 juta dan mengalami peningkatan menjadi hampir 1
milyar pada tahun 2008 (WHO, 2013). Hasil riset WHO pada tahun 2007 menetapkan hipertensi pada
peringkat tiga sebagai faktor resiko penyebab kematian dunia. Hipertensi telah menyebabkan 62% kasus
stroke, 49% serangan jantung setiap tahunnya.

Peningkatan kasus hipertensi ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu diantaranya kurang
pengetahuan, sikap yang dimiliki masyarakat mengenai hipertensi sehingga masyarakat memiliki
perilaku yang rendah dalam melakukan pencegahan hipertensi. Pendidikan kesehatan dengan
menggunakan metode penyuluhan merupakan cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai hipertensi.

Metode yang digunakan adalah dengan penyuluhan kesehatan pada ibu kader di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Cipete Selatan secara langsung. Hasil yang diperoleh adalah kegiatan
penyuluhan kesehatan berjalan dengan baik dan lancar, peserta aktif bertanya dan mengikuti
penyuluhan dari awal sampai selesai.

Kegiatan Penyuluhan berjalan dengan baik dan kegiatan penyuluhan kesehatan seperti dapat
diagendakan rutin setiap bulannya, agar meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap penyakit
menular dan tidak menular.

Penyuluhan Gizi

Penyuluhan P2P dengan topik Gizi Seimbang pada dewasa dan anak-anak (3/5/21)

Gizi seimbang adalah susunan asupan makanan sehari-hari berdasarkan jenis dan jumlah zat gizinya
disesuaikan dengan kebutuhan harian tubuh. Kebutuhan gizi dini dipenuhi dengan memperhatikan prinsip
keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih, dan mempertahankan berat badan normal.
Hal ini dilakukan untuk mencegah gangguan gizi. 

Gizi seimbang yaitu apabila asupan makanan cukup secara kuantitas, kualitas, dan mengandung
berbagai zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Tujuannya agar kesehatan tubuh terjaga, pertumbuhan
sempurna (pada anak-anak), zat gizi tersimpan, dan aktivitas dan fungsi kehidupan sehari-hari berjalan
optimal. 

Di Indonesia, masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Dinas
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005 menunjukkan status gizi kurang sampai gizi buruk di Indonesia
mencapai 28%, 18, 4% pada 2007. Data Riskesdas pada 2010 menunjukan prevalensi balita mengalami
gizi kurang-buruk secara nasional adalah 17,9% dan di tahun 2013 meningkat menjadi 19,6%. Meskipun
kejadian gizi kurang-buruk pada anak balita berfluktuasi dari tahun 2005-2013, namun angka tersebut
masih jauh dari target Millenium Development Goals 2015 dimana angka kekurangan gizi diharapkan
mencapai kurang dari 15,5%.

Peningkatan kasus malnutrisi ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu diantaranya kurang
pengetahuan, sikap yang dimiliki masyarakat mengenai pola asupan makanan dengan gizi seimbang
sehingga masyarakat memiliki perilaku yang rendah dalam praktik kehidupan sehari-harinya.
Pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode penyuluhan merupakan cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pedoman makanan dengan gizi
yang seimbang.

Metode yang digunakan adalah dengan penyuluhan kesehatan pada pasien yang berkunjung ke
Puskesmas kelurahan Cipete Selatan secara langsung. Hasil yang diperoleh adalah kegiatan
penyuluhan kesehatan berjalan dengan baik dan lancar, peserta aktif bertanya dan mengikuti
penyuluhan dari awal sampai selesai.

Kegiatan Penyuluhan berjalan dengan baik dan kegiatan penyuluhan kesehatan seperti dapat
diagendakan rutin setiap bulannya

KELUARGA BERNILAI IKS PRA SEHAT/TIDAK SEHAT

Keluarga bernilai IKS pra sehat/tidak sehat TN A usia 57 tahun dengan diagnosis
Hipertensi derajat 2, riwayat konsumsi obat hipertensi (-) (28/4/21)

Keluarga bernilai IKS pra sehat/tidak sehat NY M usia 39 tahun dengan diagnosis
Hipertensi derajat 1, riwayat konsumsi obat hipertensi (-) (28/4/21)

Keluarga bernilai IKS pra sehat/tidak sehat NY S usia 63 tahun dengan diagnosis
Hipertensi derajat 1, riwayat konsumsi obat hipertensi (-) (4/5/21)

IKS adalah Indeks Keluarga Sehat yang perhitungannya diambil dari rekapitulasi data dari 12
indikator yang diambil datanya dan hasilnya dibagi menjadi 3, yaitu : 1) Keluarga Sehat; 2)
Keluarga Pra Sehat, 3) Keluarga Tidak Sehat.

12 Indikator tersebut meliputi:

1. Keluarga mengikuti program KB


2. Persalinan di Fasilitas Kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat ASI eksklusif
5. Pertumbuhan Balita dipantau
6. Penderita TB paru berobat sesuai standar
7. Penderita hipertensi berobat teratur
8. Penderita gangguan jiwa tidak ditelantarkan dan diobati
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota JKN
11. Keluarga mempunyai saran air bersih
12. Keluarga menggunakan jamban sehat

Jika PIS-PK tidak dijalankan maka semakin tingginya masalah kesehatan pada masyarakat
terutama masalah kesehatan gizi, ibu dan bayi, penyakit menular dan tidak menular, kesehatan
jiwa, perilaku dan lingkungan sehat yang sulit diatasi oleh pemerintah.

Pendataan keluarga dilakukan terhadap seluruh keluarga dalam wilayah kerja Puskesmas dengan
menggunakan formulir pengumpulan data untuk Prokesga. Prokesga berisi data di tingkat
keluarga dan data dari semua individu anggota keluarga tersebut (sebagaimana tercantum dalam
Kartu Keluarga). Data yang dicatat minimal data dari 12 indikator tersebut di atas. Sesuai kondisi
daerah, Prokesga dapat dikembangkan sehingga mencakup indikator-indikator lain yang
dianggap penting di daerah tersebut. Dengan demikian, data yang dicatat bisa relatif lengkap
sesuai kebutuhan daerah

Kunjungan awal yang dilakukan oleh tenaga kesehatan selain melakukan pendataan tetapi juga
melakukan intervensi awal berupa penyuluhan kepada setiap keluarga. Dari hasil kunjungan awal
terhadap kesehatan keluarga tenaga puskesmas mengentrikan pada aplikasi keluarga sehat dan
juga secara manual. Setelah dilakukan pengentrian didapatkan Indeks keluarga sehat (IKS) untuk
menunjukan status kesehatan yang dimiliki sebuah keluarga. IKS dibagi menjadi tiga yaitu
keluarga sehat, keluarga pra sehat, keluarga tidak sehat.

Setelah dilakukan edukasi kepada pasien beserta anamnesis singkat kepada pasien mengenai 12
indikator keluarga sehat, pasien setuju untuk dilakukan pengobatan hipertensi. Evaluasi
dilakukan secara bertahap untuk mendapatkan tekanan darah yang optimal untuk pasien tersebut.

Membina UKBM lama

Membina UKBM lama Posbindu pada tanggal 26 April 2021


Membina UKBM lama Posbindu pada tanggal 3 Mei 2021

Membina UKBM lama Posbindu pada tanggal 5 Mei 2021

Pos Binaan Terpadu (POSBINDU) adalah kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor resiko
penyakit tidak menular terintegrasi serta gangguan akibat kecelakaan dan tindakan kekerasan
dalam rumah tangga yang dikelola oleh masyarakat melalui pembinaan terpadu

Di Indonesia, PTM menjadi penyebab kematian terbanyak dan angka mortalitas morbiditasnya makin
meningkat. Berdasarkan Kemenkes RI tahun 2014, 10 besar penyakit penyebab kematian, enam
diantarnya tergolong PTM. Stroke merupakan kematian tertinggi 15,4%, hipertensi 6,8%, diabetes
melitus 5,7%, tumor 5,7%, penyakit jantung iskemik 5,1%, dan penyakit saluran nafas bawah 5,1%.

Peningkatan kematian akibat PTM di masa mendatang diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15% ( 44
juta kematian) dengan rentang waktu antara tahun 2010 dan 2020. Kondisi ini timbul akibat perubahan
perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama pada negara-negara
berkembang. Pada awal perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak menunjukkan tanda klinis
secara khusus sehingga datang sudah terlambat atau pada stadium lanjut akibat tidak mengetahui dan
menyadari kondisi kelainan yang terjadi pada dirinya.

Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018 menunjukan bahwa 85% dari kasus diabetes melitus dan 83%
dari kasus hipertensi masih belum terdiagnosis. Prevalensi merokok 33,8%, (dibagi menjadi perokok laki-
laki dan perokok wanita) kurang aktifitas fisik 31%. Keadaan ini mengakibatkan penanganan menjadi
sulit, terjadi komplikasi bahkan berakibat kematian lebih dini.

Kegiatan Utama Posbindu PTM


 
1. Deteksi dini factor risiko dan monitoring
2. Konseling dan rujukan
3. Aktifitas bersama ( senam, jalan sehat, bersepeda dll)

1. Melakukan wawancara untuk menggali informasif aktorresiko keturunan dan


perilaku;

2. Melakukan penimbangan dan mengukur lingkar perut, serta Indeks Massa Tubuh
termasuk analisa lemak tubuh;

3. Melakukan pengukuran tekanan darah;

4. Melaksanakan konseling (diet, merokok, stress, aktifitas fisik dan lain-lain) dan
penyuluhan kelompok termasuk sarasehan;
5. Melakukan rujukan ke Puskesmas.

Kegiatan Posbindu berjalan dengan baik dan kegiatan ini seperti ini dapat diagendakan rutin agar
kegiatan skrining kesehatan dapat berjalan optimal

Pemeriksaan sanitasi rumah makan dan restoran 29/3/21

Pemeriksaan sanitasi rumah makan dan restoran 1/4/21

Dasar hukum yang digunakan dalam upaya hygiene sanitasi rumah makan dan restoran adalah
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang
Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran. Rumah makan/restoran merupakan
salah satu jasa boga yang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman bagi
kepentingan umum. Menurut Kepmenkes diatas yang dimaksud dengan rumah makan adalah setiap
tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan makanan dan minuman
untuk umum di tempat usahanya. Sedangkan yang dimaksud dengan restoran adalah salah satu
jenis usaha jasa pangan yang bertempat disebagian atau seluruh bangunan yang permanen
dilengkapi dengan peralatanan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan,
penyajian dan penjualan makanan dan minuman bagi umum ditempat usahanya

Rumah makan di Indonesia sebagian besar masih belum mengerti betul perihal persyaratan hygene
sanitasi yang erat hubungannya dengan kesehatan. Pada umumnya pengusaha rumah makan dalam
menyelenggarakan usahanya hanya mementingkan segi komersial saja dan kurang memperhatikan
persyaratan peraturan tentang kesehatan atau sanitasi tempat umum. Dalam pengawasan
permasalahan hygene sanitasi, diperlukan peraturan/kebijakan yang mengatur tentang pendirian dan
pengelolaan sanitasi tempat umum termasuk rumah makan.

Menurut Kepmenkes 1098/2003 tentang persyaratan Higiene Sanitasi rumah makan dan restoran
bahwa masyarakat perlu dilindungi dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi persyaratan
hygene sanitasi yang dikelola rumah makan dan restoran agar tidak membahayakan kesehatan.
Penerapan hygiene dan sanitasi dilakukan untuk keseluruhan proses pengolahan makanan baik pada
bahan baku yang digunakan, selama proses pengolahan, sampai pada proses penyajian termasuk
didalamnya, penjamah makanan dan lingkungan proses pengolahan makanan.

 Persyaratan sanitasi rumah makan/restoran secara lengkap sebagai berikut:

 Air bersih harus sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang
berlaku. Jumlahnya cukup memadai untuk seluruh kegiatan dan tersedia pada setiap tempat
kegiatan.
 Pembuangan air limbah. Sistem pembuangan air limbah harus baik, saluran terbuat dari
bahan kedap air, tidak merupakan sumber pencemar, misalnya memakai saluran tertutup, septic
tank dan riol. Saluran air limbah dari dapur harus dilengkapi perangkap lemak.
 Toilet. Toilet tidak berhubungan langsung dengan dapur, ruang persiapan makanan, ruang
tamu dan gudang makanan. Toilet untuk wanita terpisah dengan toilet untuk pria, begitu juga
toilet pengunjung terpisah dengan toilet untuk tenaga kerja. Toilet dibersihkan dengan deterjen
dan alat pengering seperti kain pel, tersedia cermin, tempat sampah, tempat abu rokok dan
sabun. Lantai dibuat kedap air, tidak licin mudah dibersihkan. Air limbah dibuangkan ke septic
tank, riol atau lubang peresapan yang tidak mencemari air tanah. Saluran pembuangan terbuat
dari bahan kedap air. Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan bak penampung dan
saluran pembuangan. Di dalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam keadaan
cukup dan peturasan harus dilengkapi dengan air yang mengalir.
 Jamban harus dibuat dengan tipe leher angsa dan dilengkapi dengan air penggelontoran
yang cukup serta sapu tangan kertas (tissue). Jumlah toilet untuk pengunjung dan tenaga kerja
dapat dilihat pada tabel berikut:
 Tempat sampah. Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat,
mempunyai tutup dan memakai kantong plastik khusus untuk sisa-sisa bahan makanan dan
makanan jadi yang cepat membusuk. Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan
produk sampah yang dihasilkan pada setiap tempat kegiatan.
 Disediakan juga tempat pengumpul sampah sementara yang terlindung dari serangga dan
hewan lain dan terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh kendaraan pengangkut sampah.
 Tempat cuci tangan. Jumlah tempat cuci tangan untuk tamu disesuaikan dengan kapasitas
tempat duduk dengan satu tempat cuci tangan untuk 1-60 orang dengan setiap penambahan
150 orang ditambah satu fasilitas ini.  Tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun/sabun cair
dan alat pengering. Apabila tidak tersedia fasilitas cuci tangan dapat disediakan : sapu tangan
kertas yang mengandung alkohol, lap basah dengan dan air hangat. Tersedia tempat cuci
tangan khusus untuk karyawan dengan kelengkapan seperti tempat cuci tangan yang jumlahnya
disesuaikan dengan banyaknya karyawan yaitu 1 sampai 10 orang, 1 buah; dengan
penambahan 1 buah untuk setiap penambahan 10 orang atau kurang. Fasilitas cuci tangan
ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah dicapai oleh tamu atau karyawan. Fasilitas cuci
tangan dilengkapi dengan air yang mengalir, bak penampungan yang permukaannya halus,
mudah dibersihkan dan limbahnnya dialirkan ke saluran pembuangan yang tertutup.
 Tempat mencuci peralatan terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan mudah
dibersihkan. Air untuk keperluan pencucian dilengkapi dengan air panas dengan suhu 40°C –
80°C dan air dingin yang bertekanan 15 psi (1,2 kg/cm2). Tempat pencucian peralatan
dihubungkan dengan saluran pembuangan air limbah. Bak pencucian sedikitnya terdiri dari tiga
bilik/bak pencuci yaitu untuk mengguyur, menyabun, dan membilas.
 Tempat pencuci bahan makanan terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan
mudah dibersihkan, bahan makanan dicuci dengan air mengalir atau air yang mengandung
larutan kalium permangat 0,02%. Tempat pencucian dihubungkan dengan saluran pembuangan
air limbah.
 Fasilitas penyimpanan pakaian (locker) karyawan terbuat dari bahan yang kuat, aman,
mudah dibersihkan dan tertutup rapat. Jumlah loker dhsesuaikan dengan jumlah karyawan, dan
ditempatkan di ruangan yang terpisah dengan dapur dan gudang serta dibuat terpisah untuk
pria dan wanita.
 Peralatan pencegahan masuknya serangga dan tikus tempat penyimpanan air bersih harus
tertutup sehingga dapat menahan masuknya tikus dan serangga termasuk juga nyamuk Aedes
aegypti serta albopictus. Setiap lubang pada bangunan harus dipasang alat yang dapat
mencegah masuknya serangga (kawat kasa berukuran 32 mata per inchi) dan tikus (teralis
dengan jarak 2 cm). Setiap persilangan pipa dan dinding harus rapat sehingga tidak dapat
dimasuki serangga.

Upaya-upaya program pengamanan makanan meliputi pengamatan setiap tahap dari rantai
peredaran makanan dari petani sampai meja makan guna menurunkan bahaya yang diakibatkan
oleh makanan tersebut. Titik kritis dalam kegiatan pengawasan makanan adalah meliputi : 1) seleksi
dan penerimaan bahan makanan; 2) penyimpanan, penanganan, dan menyiapkan bahan makanan;
3) memasak dengan efektif; 4) penanganan setelah dimasak, 5) membersihkan dan sanitasi bahan
makanan dan makanan jadi, termasuk pelayanan mengkemas makanan; 6) hygiene penjamah; dan
7) pelatihan penjamah makanan. Selain restoran/rumah makan memilki sertifikat laik sehat dan
grading, penjamah makanan juga wajib memilki sertifikat kursus penjamah makanan

Perlu diadakan pelatihan dan penyuluhan mengenai hygiene sanitasi rumah makan kepada seluruh
penjamah makanan dan pemilik rumah makan, agar rumah makan yang dikelola dapat memenuhi syarat
kesehatan baik dari segi fasilitas maupun aspek penjamah makanannya serta perlu adanya sosialisasi
kepada masyarakat tentang syarat rumah makan yang sehat baik dari segi fasilitas sanitasi maupun
aspek penjamah makanan.

Penyuluhan merokok 21/5/21

Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
dimanapun tempat selalu ditemukan orang merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda,
orang tua, status kaya atau miskin tanpa terkecuali. Padahal sebagian besar masyarakat sudah
mengetahui bahaya dari merokok namun pada kenyataannya merokok telah menjadi kebudayaan.

Menurut World Health Organization (WHO), tembakau membunuh lebih dari 5 juta orang per tahun dan
diproyeksikan akan membunuh 10 juta orang sampai tahun 2020, dari jumlah itu 70% korban berasal
dari negara berkembang yang didominasi oleh kaum laki-laki sebesar 700 juta terutama di Asia. WHO
memperkirakan 1,1 miliar perokok dunia berumur 15 tahun ke atas yaitu sepertiga dari total penduduk
dunia. Indonesia menduduki peringkat ke-5 dalam konsumsi rokok di dunia setelah China, Amerika
Serikat, Jepang dan Rusia

Kebiasaan merokok ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu diantaranya kurang pengetahuan,
sikap yang dimiliki masyarakat mengenai rokok menjadi rendah. Pendidikan kesehatan dengan
menggunakan metode penyuluhan merupakan cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat

Metode yang digunakan adalah dengan penyuluhan kesehatan pada pasien yang berkunjung ke
Puskesmas kelurahan Cipete Selatan secara langsung. Hasil yang diperoleh adalah kegiatan
penyuluhan kesehatan berjalan dengan baik dan lancar, peserta aktif bertanya dan mengikuti
penyuluhan dari awal sampai selesai.

Kegiatan Penyuluhan berjalan dengan baik dan kegiatan penyuluhan kesehatan seperti dapat
diagendakan rutin setiap bulannya.
Penyuluhan air bersih 21/5/21

Air dalam tubuh manusia sangat berfungsi untuk mengisi cairan dalam tubuh dengan
meminum air. Selain untuk penghilang rasa haus dan manfaat utama lainnya air untuk
tubuh, air juga memiliki manfaat lain yang sangat dibutuhkan untuk menunjang
kehidupan.

Salah satu bentuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS adalah dengan


menggunakan air bersih sehari-hari. Karena kualitas air dapat mempengaruhi kesehatan
dan kehidupan sehari-hari.

Air yang kita gunakan sehari-hari seperti minum, memasak, mandi dan lainnya harus
dalam keadaan bersih sehingga kita dapat terhindar dari penyakit yang disebabkan
karena kualitas air buruk.

Krisis air bersih mulai mencuat 6 bulan belakangan ketika pasokan air tidak memenuhi kebutuhan warga
di Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Tidak hanya warga pengguna dan
pemerintah, namun juga PDAM selaku penyedia yang direpotkan. Pedagang keliling juga mengalami
kesulitan karena permintaan terus melonjak, sementara sumber air justru terbatas. Cadangan air
Indonesia mencapai 2.530 km3 /tahun yang termasuk dalam salah satu negara yang memiliki cadangan
air terkaya di dunia. Dalam data lain menunjukkan, ketersediaan air di Indonesia mencapai 15.500 m3
per kapita per tahun. Angka ini masih jauh di atas ketersediaan air rata-rata di dunia yang hanya 8.000
m3 per tahun. Meskipun begitu, Indonesia masih mengalami kelangkaan air bersih, terutama di kota-
kota besar. Menurut Pakar hidrologi dari Universitas Indonesia, Firdaus Ali, Jakarta sudah mengalami
krisis air bersih sejak 18 tahun yang lalu, dan saat ini kondisinya semakin parah. Jakarta memerlukan
sekitar 26.938 liter air per detik, namun yang tersedia hanya 17.700 liter air per detik. Selain itu,
menurut laporan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Indonesia, ketersediaan air di
Pulau Jawa hanya 1.750 m3 per kapita per tahun pada tahun 2000 dan akan terus menurun hingga 1.200
m3 per kapita per tahun pada tahun 2020. Padahal standar kecukupan minimal adalah 2.000 m3 per
kapita per tahun.

Pemerintah harus melakukan intervensi yang tegas dengan melakukan pengawasan pemanfaatan air
tanah yang ketat, pembangunan, perbaikan kualitas dan tata guna air, mendorong pengguna air
membiayai pengadaan air bersih dan mewajibkan pembuatan sumur resapan di setiap bangunan.

Metode yang digunakan adalah dengan penyuluhan kesehatan pada pasien yang berkunjung ke
Puskesmas kelurahan Cipete Selatan secara langsung. Hasil yang diperoleh adalah kegiatan
penyuluhan kesehatan berjalan dengan baik dan lancar, peserta aktif bertanya dan mengikuti
penyuluhan dari awal sampai selesai.
Kegiatan Penyuluhan berjalan dengan baik dan kegiatan penyuluhan kesehatan seperti dapat
diagendakan rutin setiap bulannya.

Penyuluhan jamban sehat 21/5/21

Kesehatan merupakan sesuatu yang paling penting untuk dijaga,karena jika kita tidak sehat makan akan
menggangu aktifitas kita sehari – hari. Factor – factor yang mempengaruhi kesehatan salah satunya
adalah Kebersihan jamban sehat.

Akses pada sanitasi khususnya pada penggunaan jamban sehat, saat ini memang masih menjadi masalah
serius di banyak Negara berkembang seperti di Indonesia. Masih adanya masyarakat yang buang air
besar di sembarang tempat. Jamban atau tempat yang memiliki fasilitas untuk pembuangan
kotoran/tinja merupakan salah satu factor penyebab penularan penyakit karena berkaitan dengan
transmisi penyakit dari tinja. Contoh penyakit akibat jamban buruk yaitu cholera,hepatitis A,dan polio.
Proses penularan penyakit tersebut terjadi melalui perantara seperti air,tanah,makanan atau serangga.

Pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode penyuluhan merupakan cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat

Metode yang digunakan adalah dengan penyuluhan kesehatan pada pasien yang berkunjung ke
Puskesmas kelurahan Cipete Selatan secara langsung. Hasil yang diperoleh adalah kegiatan
penyuluhan kesehatan berjalan dengan baik dan lancar, peserta aktif bertanya dan mengikuti
penyuluhan dari awal sampai selesai.

Kegiatan Penyuluhan berjalan dengan baik dan kegiatan penyuluhan kesehatan seperti dapat
diagendakan rutin setiap bulannya.

PEMBINAAN UKS TANGGAL 5 MEI 2021

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan kegiatan sekolah yang tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan di sekolah, baik untuk siswa maupun guru/karyawan di sekolah tersebut\

Adannya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), sekolah hendaknya dapat mengalokasikan dananya
untuk melengkapi sarana dan prasana UKS, namun terkadang masalah yang berkaitan dengan sarana
dan prasarana UKS masih sering tidak dihiraukan oleh pihak sekolah. Selain masalah dana yang
mempengaruhi terpenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana UKS, juga terbatasnya pengetahuan guru
tentang tingkat strata dalam UKS. Hal tersebut juga mempengaruhi akan terpenuhinya sarana prasarana
UKS. Selain pengetahuan yang kurang dimiliki guru, sosialisasi tentang strata dalam UKS oleh pihak
terkait juga kurang.

Untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan


peserta didik yang mencakup:

1. menurunkan angka kesakitan anak sekolah

2. meningkatkan kesehatan peserta didik baik fisik, mental maupun sosial.

3. agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk


melaksanakan prinsip-prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha
peningkatan kesehatan di sekolah.

4. meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah.

5. meningkatkan daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh buruk


narkotika, rokok, alkohol dan Obat berbahaya lainnya.

Kegiatan utama usaha kesehatan sekolah disebut dengan Trias UKS, yang terdiri dari:


 pendidikan kesehatan.
 pelayanan kesehatan.
 pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat

Kegiatan berjalan dengan baik dan kegiatan ini seperti ini dapat diagendakan rutin

F6

Upaya Pengobatan Dasar Poliklinik


Upaya Pengobatan Dasar Poliklinik Umum (15/3/21) Total Pasien 55

Upaya Pengobatan Dasar Poliklinik Umum (16/3/21) Total Pasien 42

Upaya Pengobatan Dasar Poliklinik Umum (17/3/21) Total Pasien 24

Upaya Pengobatan Dasar Poliklinik Umum (18/3/21) Total Pasien 33

Upaya Pengobatan Dasar Poliklinik Umum (19/3/21) Total Pasien 25

Upaya Pengobatan Dasar Poliklinik Umum (12/4/21) Total Pasien 33

Upaya Pengobatan Dasar Poliklinik Umum (13/4/21) Total Pasien 21

Upaya Pengobatan Dasar Poliklinik Umum (14/4/21) Total Pasien 39

Upaya Pengobatan Dasar Poliklinik Umum (15/4/21) Total Pasien 20

Upaya Pengobatan Dasar Poliklinik Umum (16/4/21) Total Pasien 13

Dalam rangka pelaksanaan pelayanan medik di tingkat pelayanan kesehatan dasar, salah satu kegiatan
yang penting adalah intervensi farmakoterapi yaitu pemberian obat kepada pasien. Pengobatan atau
farmakoterapi merupakan suatu proses ilmiah yang dilaksanakan oleh dokter berdasarkan temuan-
temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dalam proses farmakoterapi
terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan tentang obat dan keterampilan terkini
untuk melakukan intervensi pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko minimal bagi
pasien, berarti dapat dipertanggungjawabkan dan cost effective yang adalah prinsip penggunaan obat
rasional.

Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor kualitas hidup yang mencerminkan pada pemenuhan
kebutuhan dasar manusia. Peningkatan bidang kesehatan sangat penting untuk diperhatikan karena
bidang ini sangat erat kaitannya dengan pembangunan, khususnya pembangunan yang menyangkut
sumber daya manusia. Tanpa adanya kondisi yang sehat maka kualitas sumber daya manusia yang tinggi
sulit untuk tercapai. Usaha-usaha meningkatkan kesehatan penduduk Indonesia lebih banyak
dikerahkan pada pelayanan kesehatan yang merupakan penanganan orang sakit, atau lebih tepat
disebut sebagai pengobatan. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan melalui peningkatan mutu pelayanan rumah sakit, puskesmas, puskesmas
pembantu dan lembaga pelayanan kesehatan lainnya.
Sebelum memulai kegiatan terlebih dahulu meminta persetujuan dan kesediaan pasien untuk mengikuti
alur upaya pengobatan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pengobatan dasar.

Setelah dilakukan anamnesis meliputi keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat penyakit pasien, dan
pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, maka diagnosis dapat ditegakkan. Terapi diberikan sesuai
dengan diagnosis yang telah ditegakkan.

Upaya pengobatan dasar yang telah dilakukan perlu monitoring dan evaluasi terhadap terapi yang telah
diberikan, pasien dapat dimintra kontrol kembali apabila terapi yang diberikan masih belum dapat
mengatasi keluhan yang dialami oleh pasien. Bahkan dalam kondisi tertentu, apabila masih jauh dari
target pengobatan maka dapat dilakukan rujukan lanjut ke dokter spesialis agar dapat penganganan
yang lebih baik sesuai disiplin ilmu.

Anda mungkin juga menyukai