PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Rehabilitasi
Definisi Rehabilitasi
Tujuan Rehabilitasi
1. Mengembalikan kemampuan individu setelah terjadinya gangguan kepada
kondisi atau tingkatan fungsi yang optimum
2. Mencegah kecacatan yang lebih besar
3. Memelihara kemampuan yang ada atau dimiliki oleh pasien
4. Membantu pasien untuk mengembangkan keterampilannya yang baru
5. Meningkatkan kepatuhan berobat melalui edukasi rehabilitan mengenai
penyakit dan pengobatan termasuk efek samping obat.
6. Mengembalikan fungsi keterampilan sosial dan perilaku normative sehingga
mencapai penyesuaian diri yang lebih baik, sadar terhadap hak azasi dan harga
diri pasien.
7. Meningkatkan keterampilan yang produktif dan berguna sehingga memperoleh
kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan.
8. Menjadikan manusia yang produktif dan mandiri tanpa ketergantungan dari
orang lain.
B. Psikososial
Definisi Terapi Psikososial
Tujuan dan manfaat terapi psikososial memiliki makna yang luas, biasanya
hal ini tergantung dari diagnosis penyakit atau gangguan jiwa yang diderita
pasien. Namun secara garis besar terapi psikososial bertujuan untuk membantu
individu agar mampu menyadari keberadaan diri dan makna hidupnya,
mengetahui peran dan fungsinya di tengah lingkungan sosial, serta menyadari
potensi – potensi diri yang dimilikinya untuk dikembangkan4 (Corey,2007).
1. Tahap persiapan
a) Orientasi.
Selama fase orientasi klien akan memerlukan dan mencari
bimbingan seorang yang professional. Petugas menolong klien
untuk mengenali dan memahami masalahnya dan menentukan apa
yang diperlukannya.
b) Identifikasi
Membantu mengidentifikasi dan mengkaji perasaan klien serta
membantu klien seiring penyakit yang ia rasakan sebagai sebuah
pengalaman dan memberi orientasi positif akan perasaan dan
kepribadiannya serta memberi kebutuhan yang diperlukan.
2. Tahap pelaksanaan
Perawat melakukan eksploitasi dimana selama fase ini klien menerima
secara penuh nilai-nilai yang ditawarkan kepadanya melalui sebuah
hubungan (Relationship). Tujuan baru yang akan dicapai melalui usaha
personal dapat diproyeksikan, dipindah dari perawat ke klien ketika
klien menunda rasa puasnya untuk mencapai bentuk baru dari apa yang
dirumuskan.
3. Tahap pengawasan
Merupakan tindakan lanjut setelah pasien di salurkan ke masyarakat,
meliputi kunjungan ke rumah atau tempat kerja pasien (home visit),
menyelenggarakan perawatan lanjut (after care), serta rawat siang dan rawat
malam (Day Care, Night Care), tujuannya untuk mengetahui perkembangan
pasien, permasalahan yang sedang dihadapi serta cara-cara pemecahannya.
3.Support Group
National Alliance for the Mentally Ill ( NAMI ) dan organisasi serupa
merupakan kelompok pendukung untuk anggota keluargadan teman pasien yang
sakit jiwa serta untuk pasien itu sendiri. Sebagai sumber yang bermanfaat untuk
merujuk anggota keluarga, organisasi semacam ini menawarkan nasihat praktis
dan anjuran emosi tentang cara memperoleh perawatan dari sistem pelayanan
kesehatan yang terkadang kompleks7 (Kaplan & Saddock, 2010).
4. CBT
6. Terapi Kelompok
Terapi kelompok pada pasien gangguan jiwa biasanya memusatkan pada
rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin
terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau
suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan
rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien7(Kaplan & Saddock,
2010). Terapi kelompok ini mencakup dari yang usaha yang menekankan pada
dukungan dan peningkatan terhadap kemampuan sosial, penyembuhan spesifik
yang bersifat simtomatis, hingga pada konflik intrapsikis yang belum terpecahkan.
Jika dibandingkan dengan terapi individual, dua kekuatan utama dari terapi
kelompok ini adalah kesempatan untuk mendapatkan umpan balik dengan segera
dari teman sebaya pasien dan kesempatan bagi masing-masing pasien dan ahli
terapi untuk mengobservasi respon psikologis, emosional, dan perilaku pasien
terhadap orang-orang yang memperoleh transferensi yang bervariasi. Baik
persoalan individu dan interpersonal dapat diselesaikan dengan psikoterapi
kelompok (Kaplan & Saddock, 2010)
Terlalu banyak peserta maka tujuan terapi akan sulit tercapai karena akan
terlalu ramai dan kurang perhatian terapis pada pasien. Bila terlalu sedikitpun,
terapi akan terasa sepi interaksi dan tujuanya sulit tercapai.
Kelebihan dari cara ini adalah bisa diterapkan dalam kondisi apa pun.
Disamping itu, juga melatih seseorang untuk sedikit demi sedikit memunculkan
pemikiran-pemikiran kreatifnya sehingga tidak mudah menyerah dengan keadaan.
Di sini, berbagai ide sangat dihargai dan pasti didengarkan terutama ketika
perasaan sebagai satu saudara sudah didapat. Orang yang memiliki tipe introvert
akan terpancing untuk mencurahkan dan mengeluarkan pendapatnya dalam
diskusi kelompok.2
Suatu krisis adalah respon terhadap peristiwa yang berbahaya dan dialami
sebagai keadaan yang menyakitkan. Sebagai akibatnya, krisis cendrung
memobilisasi reaksi yang kuat untuk membantu orang menghilangkan gangguan
dan kembali ke keadaan keseimbangan emosional yang ada sebelum onset krisis.
Jika hal tersebut terjadi, krisis dapat diatasi tetapi disamping itu, orang belajar
bagaimana menggunakan reaksi adaptif. Selain itu, dengan memecahkan krisis
pasien mungkin berada dalam keadaan pikiran yang lebih baik, lebih unggul
dibandingkan onset kesulitan psikologis. Tetapi jika pasien menggunakan reaksi
maladaptif, keadaan menyakitkan akan menjadi kuat, krisis akan mendalam dan
perburukan regresif akan terjadi yang menghasilkan gejala psikiatrik. Gejala
tersebut, selanjutnya akan berkristalisasi ke dalam pola perilaku neurotik yang
membatasi kemampuan pasien untuk berfungsi secara bebas. Tetapi, kadang-
kadang situasi tidak dapat distabilkan; reaksi maladaptif baru diperkenalkan; dan
akibatnya dapat dalam roporsi yang membahayakan yang menyebabkan kematian
oleh bunuh diri. Dalam hal tersebut, krisis psikologis adalah menyakitkan dan
mungkin dipandang sebagai titik percabangan untuk menjadi lebih baik atau lebih
buruk.
Teori krisis membantu kita mengerti orang normal yang sehat yang berada
dalam krisis dan mengembangkan alat terapetik yang ditujukan untuk mencegah
kesulitan psikologis di masa depan.
9. Konseling
1. Orientation
Orientaton adalah pencapaian tingkat orientasi dan kesadaran terhadap
realita yang lebih baik. Orientasi berhubungan dengan pengetahuan dan
pemahaman klien terhadap waktu, tempat atau maksud/ tujuan,
sedangkan kesadaran dapat dikuatkan melalui interaksi dan aktifitas
pada semua klien.
2. Assertion
Assertion yaitu kemampuan mengekspresikan perasaan sendiri dengan
tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mendorong klien dalam
mengekspresikan diri secara efektif dengan tingkah laku yang yang
dapat diterima masyarakat melalui kelompok pelatihan asertif,
kelompok klien dengan kemampuan fungsional yang rendah atau
kelompok interaksi klien.
3. Accuption
Accuption adalah kemampuan klien untuk dapat percaya diri dan
berprestasi melalui keterampilan membuat kerajinan tangan. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara memberikan aktifitas klien dalam bentuk
kegiatan sederhana seperti teka- teki (sebagai aktivitas yang bertujuan)
mengembangkan keterampilan fisik seperti menyulam. Membuat
bunga, melukis dan meningkatkan manfaat interaksi sosial.
4. Recreation
Recreation adalah kemampuan menggunakan dan membuat aktifitas
yang menyenangkan dan relaksasi. Hal ini memberi kesempatan pada
klien untuk mengikuti bermacam reaksi dan membantu klien
menerapkan keterampilan yang telah ia pelajari seperti:orientasi asertif,
interaksi sosial, ketangkasan fisik. Contoh aktifitas relaksasi seperti
permainan kartu, menebak kata dan jalan- jalan, memelihara binatang,
memelihara tanaman, sosio- drama, bermain musik dan lain-lain.
Guze, B., Richeimer, S., dan Siegel, D.J. (2000). The Handbook of Psychiatry
Keliat, B.A. (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi kedua. Jakarta :
EGC.
Keliat & Akemat (2004). Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta:
EGC