Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Rehabilitasi psikososial adalah upaya pemulihan kesehatan mental dan


peningkatan keterampilan hidup agar orang dengan gangguan jiwa mampu
melakukan aktivitas hidup sehari-hari serta upaya proses integrasi sosial, peran
sosial yang aktif dan peningkatan kualitas hidup. Sebagian besar orang
beranggapan bahwa rehabilitasi merupakan kegiatan ekstramural dari pengobatan
pasien gangguan jiwa sehingga selalu diorentasikan pada pekerjaan dan masalah-
masalah sosial saja, hal tersebut tentunya kurang sesuai dengan tuntutan dan
perkembangan psikiatri modern.
Dengan adanya kemajuan dibidang psiko-farmasi dimana telah ditemukan
berbagai jenis obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan gejala-gejala psikiatrik,
maka bentuk pelayanan rehabilitasi juga harus disesuaikan dengan kemajuan tersebut
sehingga perlu disusun kegiatan yang diberikan kepada para rehabilitan yang sesuai
ketika mereka dirawat di Rumah Sakit Jiwa.
Menurut L.E.Hinsie dan RJ.Cambell pengertian rehabilitasi dalam Psychiatric
Dictionary adalah segala tindakan fisik, penyesuaian psikososial dan latihan vokasional
sebagai usaha untuk memperoleh fungsi dan penyesuaian diri secara maksimal dan
untuk mempersiapkan pasien secara fisik, mental dan vokasional untuk suatu kehidupan
penuh sesuai dengan kemampuan dan ketidak mampuan yang ditunjukkan ke arah
mencapai perbaikan fisik sebesar-besarnya, penempatan vokasional sehingga dapat
bekerja dengan kapasitas maksimal, penyesuaian diri dalam hubungan perseorangan
dan sosial secara memuaskan sehingga dapat berfungsi sebagai warga masyarakat yang
berguna. Upaya Rehabilitasi psikososial di Indonesia mulai dirintis pada tahun 1969 dan
berkembang sampai sekarang ini.
Salah satu asuhan keperawatan dalam memandirikan klien adalah dengan
program rehabilitasi sesuai dengan pengertian rehabilitasi pasien jiwa yang
dirumuskan dalam Rapat Kerja Nasional Kesehatan Jiwa (1970) dan
disempurnakan oleh Badan Koordinasi Rehabilitasi Penderita Penyakit Jiwa
adalah usaha untuk mengembalikan pasien ke masyarakat untuk menjadikannya
sebagai warga yang berswasembada (mandiri) dan berguna. Secara umum,
layanan rehabilitasi psikososial ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan pasien, sehingga mampu hidup mandiri, percaya diri dan punya
harga diri, mengoptimalkan potensi orang dengan gangguan jiwa, agar bisa hidup
normal di tengah-tengah keluarga dan masyarakat, Mengembalikan fungsi sosial,
psikologis dan okupasi pasien sebagai individu, anggota keluarga dan bagian dari
masyarakat dan meningkatkan kualitas hidup pasien agar hidup lebih bermakna.

Sehat Jiwa / Mental Menurut APA ( The Mental Psychiatric Association


(APA) (1880): Sehat jiwa atau mental adalah Keberhasilan yang terus menerus
pada saat bekerja, mencintai dan mencipta dengan kepastian yang matang, dan
solusi yang fleksibel terhadap konflik yang muncul antara insting, konsekwensi
kepentingan orang lain dan realitas. Menurut Townsend sehat jiwa / mental
dipandang sebagai adaptasi yang berhasil terhadap stressor yang muncul dari
lingkungan internal/eksternal, yang ditunjukkan dengan pikiran, perasaan dan
tingkah laku yang sesuai dengan usia dan norma lokal dan kultural
Indikasi sehat jiwa/mental:
1. Bahagia
 Menemukan kehidupan yang dinikmati
 Dapat melihat obyek orang dan aktivitas yang memungkinkan mereka
memenuhi dan mendapatkan kebutuhannya sendiri
2. Kontrol terhadap prilaku
 Dapat mengenal dan mengetahui batasan dari tingkah laku
 Dapat berespon terhadap aturan rutinitas dan kebiasaan dari beberapa
kelompok dimana dia berada
3. Keefektifan dalam bekerja
 Dapat melakukan tugas sesuai dengan batas kemampuan
 Pada saat menemui kegagalan, seseorang masih dapat bertahan sampai dia
menentukan apakah dia akan dapat menyelesaikan pekerjaan itu atau tidak
4. Konsep diri yang baik
 Melihat diri dengan pendekatan yang ideal, sesuai kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan
 Tingkat diri, kepercayaan diri yang beralasan akan menolong seseorang
pada saat mengalami stress.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Rehabilitasi
Definisi Rehabilitasi

Rehabilitasi mental atau rehabilitasi psikososial adalah pengembalian fungsi


individu melalui proses yang terencana dan bertahap sehingga rehabilitan dapat
produktif kembali ke masyarakat, mengurangi kekambuhan dan meningkatkan kualitas
hidupnya. Rehabilitasi adalah tindakan restorasi bagi kesehatan individu yang
mengalami kecacatan menuju kemampuan yang optimal dan berguna baik segi fisik,
mental, sosial dan ekonomi, di rumah sakit-rumah sakit,dan pusat-pusat rehabilitasi
tertentu.
Rehabilitasi menurut WHO Expert Commitee on Medical Rehabilitation
(1969). Penggunaan secara terpadu dan terkoordinasi dari tindakan medis, sosial,
pendidikan dan vokasional untuk melatih atau melatihi kembali individu ke arah
kemungkinan tertinggi dari tingkat kemampuan fungsionalnya. Kegiatan ini
diberikan dengan menggunakan sejumlah kegiatan dimana bertujuan membantu
pasien mengembangkan kemampuan kerja dalam kehidupan sehari-hari sebagai
bekal bagi dirinya di masyarakat setelah pulang dirawat di rumah sakit.

Rehabilitasi mental atau psikososial berangkat dari motivasi yang berbunyi


“gangguan jiwa tidak pernah merusak seluruh kepribadian manusia ataupun
tingkah lakunya dan bahwa tingkah laku manusia selalu dapat diarahkan atau
dibina kepada jurusan yang mengandung sejumlah reaksi atau respon yang baru”,
untuk itulah rehabilitasi psikososial dirasakan penting dilakukan untuk proses
kesembuhan pasien gangguan jiwa agar dapat berinteraksi di masyarakat dan
bermanfaat di masyarakat.

L.E Hinsie dan R. J Campbell dalam “Psychiatric Dictionary” merumuskan


pengertian rehabilitasi adalah segala tindakan fisik, penyesuaian psikososial dan
latihan vokasional sebagai usaha untuk memperoleh fungsi dan penyesuaian diri
secara maksimal dan untuk mempersiapkan pasien secara fisik, mental, sosial, dan
vokasional untuk kehidupan penuh sesuai dengan kemampuan dan
ketidakmampuan kearah:
a. Mencapai perbaikan fisik sebesar-besarnya;
b. Penempatan vokasional sehingga dapat bekerja dengan kapasitas yang
maksimal;
c. Penyesuaian diri dalam hubungan perorangan dan sosial secara memuaskan

Tujuan Rehabilitasi
1. Mengembalikan kemampuan individu setelah terjadinya gangguan kepada
kondisi atau tingkatan fungsi yang optimum
2. Mencegah kecacatan yang lebih besar
3. Memelihara kemampuan yang ada atau dimiliki oleh pasien
4. Membantu pasien untuk mengembangkan keterampilannya yang baru
5. Meningkatkan kepatuhan berobat melalui edukasi rehabilitan mengenai
penyakit dan pengobatan termasuk efek samping obat.
6. Mengembalikan fungsi keterampilan sosial dan perilaku normative sehingga
mencapai penyesuaian diri yang lebih baik, sadar terhadap hak azasi dan harga
diri pasien.
7. Meningkatkan keterampilan yang produktif dan berguna sehingga memperoleh
kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan.
8. Menjadikan manusia yang produktif dan mandiri tanpa ketergantungan dari
orang lain.

B. Psikososial
Definisi Terapi Psikososial

Psikososial merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan


hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan kesehatan mental atau
emosionalnya yang melibatkan aspek psikologis dan sosial1 (Wilis, 2007).
Sebagai contoh ketika seseorang memiliki ketakutan secara psikologis, ia akan
sulit berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sosialnya.

Terapi psikososial sendiri merupakan terapi yang digunakan untuk


menyembuhkan pasien dengan gangguan jiwa, dengan menggunakan pendekatan
psikologi dan sosial. Terapi ini merupakan terapi yang menggunakan keunikan
manusia seperti aktualisasi diri, harapan, cinta, kreativitas, hakikat individualitas,
dan hubungan persahabatan untuk membantu perkembangan atau pemulihan
kondisi psikologis manusia2 (Nevid, 2003).

Menurut Francis Turner terapi psikososial adalah terapi dalam proses


perawatan dan pemulihan subjek atau korban penderita dari masalah psikososial
yang dilakuakan oleh pekerja sosial atau orang-orang terdekat subjek dengan
menggunakan pendekatan psikologis,afeksi, dukungan moral dan spiritual, serta
pembinaan hubungan sosial (Robert,2008). Pengertian yang sama atas terapi
psikososial diungkapkan oleh Robert Firestone dengan tambahan pendekatan
berupa aktivitas yang dialakukan secara bersama oleh pendamping dan penderita3
( Firestone, 2007).

Terapi psikososial mencakup berbagai metode untuk meningkatkan


kemampuan sosial, kecukupan diri, ketrampilan praktis dan komunikasi
interpersonal pada pasien dengan gangguan jiwa. Secara praktis hampir semua
pasien membutuhkan terapi psikososial untuk sembuh dari penyakitnya.

Konsep – konsep utama yang dipakai dalam terapi psikososial yaitu


kesadaran diri, kebebasan, tanggung jawab, kecemasan, dan penciptaan makna.
Semakin kuat kesadaran diri pada seseorang, maka akan semakin besar pula
kebebasan yang ada pada orang tersebut untuk mengungkapkan diri. Kesadaran
ini memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, karena kesadaran
yang ada mampu membuat seorang individu mengaktualkan potensi – potensinya4
(Corey,2007)

Manfaat dan Tujuan Terapi Psikososial

Tujuan dan manfaat terapi psikososial memiliki makna yang luas, biasanya
hal ini tergantung dari diagnosis penyakit atau gangguan jiwa yang diderita
pasien. Namun secara garis besar terapi psikososial bertujuan untuk membantu
individu agar mampu menyadari keberadaan diri dan makna hidupnya,
mengetahui peran dan fungsinya di tengah lingkungan sosial, serta menyadari
potensi – potensi diri yang dimilikinya untuk dikembangkan4 (Corey,2007).

Untuk menjalankan peran dan fungsinya kembali dalam kehidupan


bermasyarakat, pasien harus dalam keadaan stabil mentalnya serta memiliki
kesadaran penuh akan keberadaan dirinya di tengah masyrakat.

Indikator seseorang yang stabil mentalnya, dapat dilihat dari kondisi


psikososial yang baik atau sehat, adalah sebagai berikut :

1. Memiliki perasaan yang baik ( positif ) terhadap diri sendiri


2. Merasa nyaman berada di sekitar orang lain
3. Mampu mengendalikan ketegangan dan kecemasan
4. Mampu menjaga pandangan dan pikiran positif dalam hidupnya
5. Memiliki rasa syukur dalam hidup
6. Mampu menghormati dan menghargai alam dan lingkungan sosialnya5
(Yustinus,2003)

Selain bermanfaat bagi pasien, terapi psikososial juga memiliki manfaat


bagi pendamping, adapun manfaatnya yaitu pendamping mampu menjadikan
terapi psikososial ini sebagai alat untuk memahami pasien sebagai makhluk
individu yang memiliki eksistensi dan memiliki fungsi dan peran dalam
masyarakat(Makmun, 2003).
C. Rehabilitasi Psikososial

Definisi Rehabilitasi Psikososial

Rehabilitasi psikososial adalah upaya pemulihan kesehatan mental dan


peningkatan keterampilan hidup agar orang dengan gangguan jiwa mampu
melakukan aktivitas hidup sehari-hari serta upaya proses integrasi sosial, peran
sosial yang aktif dan peningkatan kualitas hidup.

Tujuan Rehabilitasi Psikososial

Maksud dan tujuan rehabilitasi klien mental dalam psikiatri yaitu


mencapai perbaikan fisik dan mental sebesar-besarnya, penyaluran dalam
pekerjaan dengan kapasitas maksimal dan penyesuaian diri dalam hubungan
perseorangan dan sosial sehingga bisa berfungsi sebagai anggota masyarakat
yang mandiri dan berguna. Menurut undang – undang republik indonesia
mengenai kesehatan jiwa. Upaya rehabilitatif Kesehatan Jiwa merupakan
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan Kesehatan Jiwa yang
ditujukan untuk: mencegah atau mengendalikan disabilitas; memulihkan fungsi
sosial; memulihkan fungsi okupasional dan mempersiapkan dan memberi
kemampuan ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) agar mandiri di masyarakat.

Upaya Rehabilitasi Psikososial

Upaya rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud diberikan dalam bentuk:


motivasi dan diagnosis psikososial, perawatan dan pengasuhan, pelatihan
vokasional dan pembinaan kewirausahaan, bimbingan mental spiritual,
bimbingan fisik, bimbingan sosial dan konseling psikososial, pelayanan
aksesibilitas, bantuan sosial dan asistensi sosial, bimbingan resosialisasi,
bimbingan lanjut; dan/atau rujukan.
Seseorang dapat melaksanakan fungsi sosialnya jika ia dapat berintehrasi
dengan masyarakat dan memiliki kemampuan fisik, mental, dan sosial yang
baik. Didalam rahbilitasi psikososial temtunya kline diharao ikut serta atau
berpartisipasi dalam setiap kegiatan rehabilitasi sosial yan dilakukan, seperti
tahap peneriman, asessmen, intervensi dan terminasi. Setiap klien memiliki latar
belakang yang berbeda – beda, maka didalam pelaksanaan rehabilitasi
dibutuhkan bimbingan, seperti bimbingan sosial untuk membantu klien dalam
proses interaksi terhadap lingkungan sosial. Bimbingan sosial merupakan salah
satu metode pekerjaan sosial dalam melakukan rehabilitasi sosial, untuk
memperbaiki dan meningkatkan mental serta fungsi sosial individu melalui
interaksi – interaksi yang berlangsung.

Tahapan Rehabilitasi Psikososial

Upaya Rehabilitasi terdiri dari 3 tahap yaitu ;

1. Tahap persiapan
a) Orientasi.
Selama fase orientasi klien akan memerlukan dan mencari
bimbingan seorang yang professional. Petugas menolong klien
untuk mengenali dan memahami masalahnya dan menentukan apa
yang diperlukannya.
b) Identifikasi
Membantu mengidentifikasi dan mengkaji perasaan klien serta
membantu klien seiring penyakit yang ia rasakan sebagai sebuah
pengalaman dan memberi orientasi positif akan perasaan dan
kepribadiannya serta memberi kebutuhan yang diperlukan.
2. Tahap pelaksanaan
Perawat melakukan eksploitasi dimana selama fase ini klien menerima
secara penuh nilai-nilai yang ditawarkan kepadanya melalui sebuah
hubungan (Relationship). Tujuan baru yang akan dicapai melalui usaha
personal dapat diproyeksikan, dipindah dari perawat ke klien ketika
klien menunda rasa puasnya untuk mencapai bentuk baru dari apa yang
dirumuskan.
3. Tahap pengawasan
Merupakan tindakan lanjut setelah pasien di salurkan ke masyarakat,
meliputi kunjungan ke rumah atau tempat kerja pasien (home visit),
menyelenggarakan perawatan lanjut (after care), serta rawat siang dan rawat
malam (Day Care, Night Care), tujuannya untuk mengetahui perkembangan
pasien, permasalahan yang sedang dihadapi serta cara-cara pemecahannya.

Untuk menjalankan peran dan fungsinya kembali dalam kehidupan


bermasyarakat, pasien harus dalam keadaan stabil mentalnya serta memiliki
kesadaran penuh akan keberadaan dirinya di tengah masyrakat.

Indikator seseorang yang stabil mentalnya, dapat dilihat dari kondisi


psikososial yang baik atau sehat, adalah sebagai berikut :

1. Memiliki perasaan yang baik ( positif ) terhadap diri sendiri


2. Merasa nyaman berada di sekitar orang lain
3. Mampu mengendalikan ketegangan dan kecemasan
4. Mampu menjaga pandangan dan pikiran positif dalam hidupnya
5. Memiliki rasa syukur dalam hidup
6. Mampu menghormati dan menghargai alam dan lingkungan sosialnya5
(Yustinus,2003)

Selain bermanfaat bagi pasien, terapi psikososial juga memiliki manfaat


bagi pendamping, adapun manfaatnya yaitu pendamping mampu menjadikan
terapi psikososial ini sebagai alat untuk memahami pasien sebagai makhluk
individu yang memiliki eksistensi dan memiliki fungsi dan peran dalam
masyarakat6 (Makmun, 2003).

Tim Dalam Pelaksanaan Rehabilitasi

Pelaksanaan rehabilitasi dilakukan oleh multiprofesi yang terdiri dari


dokter, perawat, psikologi, sosial worker serta okupasi therapist yang memiliki
peran dan fungsi masing-masing. Dokter memberikan terapi somatik, psikolog
melakukan pemilahan klien berdasarkan hasil psikotest, kemampuan serta minat
klien, social worker menjadi penghubung antara klien dengan keluarga dan
lingkungan serta okupasi terapis memberikan terapi kerja bagi pasien.

Metode Dalam Rehabilitasi Psikososial

1. Pelatihan Ketrampilan Sosial

Pelatihan ketrampilan sosial kadang juga disebut sebagai terapi


ketrampilan perilaku. Terapi ini dapat secara langsung mendukung dan berguna
untuk pasien, bersama terapi farmakologis. Pada pasien dengan gangguan
jiwa/mental dapat ditemukan gejala yang terlihat jelas saat pasien tersebut
melakukan hubungan sosial dengan orang disekitarnya. Gejala tersebut dapat
dilihat dari kontak mata yang buruk, keterlambatan respons yang tidak
lazim,eskpresi wajah yang aneh, kurangnya spontanitas dalam situasi sosial, serta
persepsi yang tidak akurat atau kurangnya persepsi emosi pada orang lain7
(Kaplan & Saddock, 2010).

Contoh pelatihan ketrampilan perilaku, pasien diarahkan pada perilaku


yang benar melalui video tape yang berisi orang lain dan pasien, bermain drama
dalam terapi, dan tugas pekerjaan rumah untuk ketrampilan khusus yang
dipraktikan. Pelatihan ketrampilan sosial telah terbukti mengurangi angka
terjadinya relaps, dalam hal ini diukur melalui kebutuhan rawat inap)7 (Kaplan &
Saddock, 2010).

2. Terapi Berorientasi Keluarga

Keluarga adalah komponen penting bagi pasien gangguan jiwa, banyak


manfaat yang bisa diambil dengan terapi berorientasi keluarga. Terapi sebaiknya
dilakukan intensif ( setiap hari ), fokus terhadap situasi saat ini mencakup
identifikasi dan penghindaran situasi yang berpotensi menyusahkan keluarga dan
khususnya pasien. Ketika benar – benar timbul masalah dengan pasien pada
keluarga tersebut, tujuan terapi semestinya adalah menyelesaikan masalah tersebut
secepatnya. Dalam niatnya membantu, anggota keluarga kerap kali mendorong
pasien untuk kembali ke aktivitas regulernya secara cepat. Tugas kita sebagai
terapis adalah memberikan pengertian dan penjelasan mengenai gangguan jiwa
yang diderita pasien kepada keluarga dan pasien bila memungkinkan7 (Kaplan &
Saddock, 2010).

3.Support Group

National Alliance for the Mentally Ill ( NAMI ) dan organisasi serupa
merupakan kelompok pendukung untuk anggota keluargadan teman pasien yang
sakit jiwa serta untuk pasien itu sendiri. Sebagai sumber yang bermanfaat untuk
merujuk anggota keluarga, organisasi semacam ini menawarkan nasihat praktis
dan anjuran emosi tentang cara memperoleh perawatan dari sistem pelayanan
kesehatan yang terkadang kompleks7 (Kaplan & Saddock, 2010).

4. CBT

CBT menganggap bahwa pola pemikiran terbentuk melalui proses


Stimulus-Kognisi-Respon (SKR), yang saling berkaitan membentuk semacam
jaringan dalam otak. Proses kognitif merupakan faktor penentu bagi pikiran,
perasaan dan perbuatan (perilaku). Semua kejadian yang dialami berlaku sebagai
stimulus yang dapat dipersepsi secara positif (rasional) maupun negatif
(irrasional)8 (Sudiyanto, 2007).

CBT adalah bentuk psikoterapi yang menekankan pentingnya peran


pikiran dalam bagaimana kita merasa dan apa yang akan kita lakukan. CBT adalah
psikoterapi berdasarkan atas kognisi, asumsi, kepercayaan, dan perilaku, dengan
tujuan mempengaruhi emosi yang terganggu. CBT bertujuan membantu pasien
untuk dapat merubah sistem keyakinan yang negatif, irasional dan mengalami
penyimpangan (distorsi) menjadi positif dan rasional sehingga secara bertahap
mempunyai reaksi somatik dan perilaku yang lebih sehat dan normal (Hepple,
2004) .Dalam CBT, terapis berperan sebagai guru dan pasien sebagai murid.
Dalam hubungan ini diharapkan terapis dapat secara efektif mengajarkan kepada
pasien mekanisme SKR baru yang lebih positif dan rasional, menggantikan
struktur kognitif lama yang negatif, irasional dan mengalami distorsi7,8
(Sudiyanto, 2007)
5. Psikoedukasi

Terapi ini memberikan edukasi kepada pasien dan perhatian mereka


terhadap penyakitnya. Hal ini meningkatkan pengetahuan mereka tentang gejala
dan terapi, pelayanan yang tersedia dan rencana pemulihan. Sehingga mereka
dapat memonitor tanda peringatan relaps secara dini dan membuat rencana
bagaimana merespon tanda ini serta belajar untuk mencegah relaps. Informasi dan
edukasi dapat diberikan melalui video, pamflet, websites, atau diskusi dengan
dokter.2,4,5

6. Terapi Kelompok
Terapi kelompok pada pasien gangguan jiwa biasanya memusatkan pada
rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin
terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau
suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan
rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien7(Kaplan & Saddock,
2010). Terapi kelompok ini mencakup dari yang usaha yang menekankan pada
dukungan dan peningkatan terhadap kemampuan sosial, penyembuhan spesifik
yang bersifat simtomatis, hingga pada konflik intrapsikis yang belum terpecahkan.
Jika dibandingkan dengan terapi individual, dua kekuatan utama dari terapi
kelompok ini adalah kesempatan untuk mendapatkan umpan balik dengan segera
dari teman sebaya pasien dan kesempatan bagi masing-masing pasien dan ahli
terapi untuk mengobservasi respon psikologis, emosional, dan perilaku pasien
terhadap orang-orang yang memperoleh transferensi yang bervariasi. Baik
persoalan individu dan interpersonal dapat diselesaikan dengan psikoterapi
kelompok (Kaplan & Saddock, 2010)
Terlalu banyak peserta maka tujuan terapi akan sulit tercapai karena akan
terlalu ramai dan kurang perhatian terapis pada pasien. Bila terlalu sedikitpun,
terapi akan terasa sepi interaksi dan tujuanya sulit tercapai.
Kelebihan dari cara ini adalah bisa diterapkan dalam kondisi apa pun.
Disamping itu, juga melatih seseorang untuk sedikit demi sedikit memunculkan
pemikiran-pemikiran kreatifnya sehingga tidak mudah menyerah dengan keadaan.
Di sini, berbagai ide sangat dihargai dan pasti didengarkan terutama ketika
perasaan sebagai satu saudara sudah didapat. Orang yang memiliki tipe introvert
akan terpancing untuk mencurahkan dan mengeluarkan pendapatnya dalam
diskusi kelompok.2

7. Kelompok Menolong Diri Sendiri (self-help group)

Kelompok menolong diri sendiri adalah orang yang ingin mengatasi


masalah atau krisis kehidupan tertentu. Biasanya disusun dengan tugas tertentu,
kelompok tersebut tidak berusaha untuk menggali psikodinamika individu secara
sangat mendalam atau untuk mengubah fungsi kepribadian secara bermakna.
Tetapi kelompok menolong diri sendiri telah meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan emosional banyak orang.

Suatu karakteristik yang membedakan kelompok menolong diri sendiri


adalah homogenitasnya. Anggota staf menderita gangguan yang sama, dan mereka
berbagi pengalaman mereka, baik dan buruk, berhasil dan tidak berhasil, satu
sama lainnya. Dengan melakukan hal tersebut, mereka saling mendidik satu sama
lainnya, memberikan dukungan yang saling menguntungkan dan menghilangkan
perasaan terasing yang biasanya dirasakan oleh orang yang ditarik ke tipe
kelompok tersebut.

Kelompok menolong diri sendiri menekankan keterpaduan yang cukup


kuat pada kelompok tersebut. Karena anggota kelompok memiliki masalah dan
gejala yang sama, ikatan emosional yang kuat dan karakteristik kelompok sendiri
adalah berkembang, sehingga anggotanya dapat menyandang kualitas
kesembuhan magis. Contoh dari Kelompok menolong diri sendiri adalah
Alcoholic Anonymous (AA), Gamblers Anonymous (GA) dan Overtreaters
Anonymous (OA).
Pergerakan kelompok menolong diri sendiri adalah semakin naik.
Kelompok memenuhi kebutuhan anggota kelompoknya dengan memberikan
penerimaan, dukungan yang saling menguntungkan dan bantuan dalam
menghadapi pola perilaku maladaptasi atau keadaan perasaan yang biasanya
belum berhasil dengan kesehatan mental tradisional dan profesional medis.
Kelompok menolong diri sendiri dan kelompok terapi telah mulai untuk
bergabung: kelompok menolong diri sendiri telah memungkinkan anggotanya
menghentikan pola perilaku yang tidak diinginkan; kelompok terapi membantu
anggotanya mengerti mengapa dan bagaimana mereka seharusnya atau adanya.

8. Intervensi Krisis (crisis support)

Suatu krisis adalah respon terhadap peristiwa yang berbahaya dan dialami
sebagai keadaan yang menyakitkan. Sebagai akibatnya, krisis cendrung
memobilisasi reaksi yang kuat untuk membantu orang menghilangkan gangguan
dan kembali ke keadaan keseimbangan emosional yang ada sebelum onset krisis.
Jika hal tersebut terjadi, krisis dapat diatasi tetapi disamping itu, orang belajar
bagaimana menggunakan reaksi adaptif. Selain itu, dengan memecahkan krisis
pasien mungkin berada dalam keadaan pikiran yang lebih baik, lebih unggul
dibandingkan onset kesulitan psikologis. Tetapi jika pasien menggunakan reaksi
maladaptif, keadaan menyakitkan akan menjadi kuat, krisis akan mendalam dan
perburukan regresif akan terjadi yang menghasilkan gejala psikiatrik. Gejala
tersebut, selanjutnya akan berkristalisasi ke dalam pola perilaku neurotik yang
membatasi kemampuan pasien untuk berfungsi secara bebas. Tetapi, kadang-
kadang situasi tidak dapat distabilkan; reaksi maladaptif baru diperkenalkan; dan
akibatnya dapat dalam roporsi yang membahayakan yang menyebabkan kematian
oleh bunuh diri. Dalam hal tersebut, krisis psikologis adalah menyakitkan dan
mungkin dipandang sebagai titik percabangan untuk menjadi lebih baik atau lebih
buruk.

Situasi krisis adalah berhenti dengan sendirinya dan dapat berlangsung


kapan saja dari beberapajam sampai minggu. Krisis seperti itu ditandai oleh fase
awal, dimana kecemasan dan ketegangan timbul. Fase tersebut diikuti oleh suatu
fase dimana mekanisme memecahkan masalah digerakkan. Mekanisme tersebut
mungkin berhasil, tergantung pada apakah adaptif atau maladaptif.

Pasien selama periode kekacauan adalah reseptif terhadap bantuan


minimal dan mendapatkan hasil yang berarti. Dengan demikian semua jenis
bantuan telah dianjurkan untuk tujuan tersebut. Beberapa adalah terbuka yang
lainnya membatasi waktu yang tersedia atau jumlah sesion.2

Teori krisis membantu kita mengerti orang normal yang sehat yang berada
dalam krisis dan mengembangkan alat terapetik yang ditujukan untuk mencegah
kesulitan psikologis di masa depan.

Intervensi krisis ditawarkan kepada orang yang tidak mampu atau


terganggu secara parah oleh suatu krisis.

mengajari pasien bagaimana menghindari situasi yang membahayakan yang


kemungkinn menimbulkan krisis di masa depan; dan mengakhiri intervensi
dengan segera setelah bukti-bukti menyatakan bahwa krisis telah terpecahkan dan
pasien jelas mengerti semua langkah yang menyebabkan perkembangan dan
pemecahan krisis.2

9. Konseling

Berbicara dengan seseorang adalah salah satu penatalaksanaan gangguan


jiwa yang terpenting. Dokter tempat pasien berkonsultasi akan memberi dukungan
selama dan setelah gangguan jiwa muncul

10. Terapi Psikomotor


Terapi psikomotorik ialah suatu bentuk terapi yang mempergunakan
gerakan tubuh sebagai salah satu cara untuk melakukan analisa berbagai gejala
yang mendasari suatu bentuk gangguan jiwa dan sekaligus sebagai terapi. Analisa
yang diperoleh dapat dipakai sebagai bahan diskusi dinamika dari perilaku serta
responnya dalam perubahan perilaku dengan tujuan mendapatkan perilaku yang
paling sesuai dengan dirinya.
11. Terapi Rekreasi
Terapi reakreasi ialah suatu bentuk terapi yang mempergunakan media
reakresi (bermain, berolahraga, berdarmawisata, menonton TV, dan sebagainnya)
dengan tujuan mengurangi keterganguan emosional dan memperbaiki prilaku
melalui diskusi tentang kegiatan reakresi yang telah dilakukan, sehingg perilaku
yang baik diulang dan yang buruk dihilangkan.

12. Terapi Seni (Art therapy)


Terapi seni ialah suatu bentuk yang menggunakan media seni ( tari,
lukisan, musik,pahat, dan lain-lain) untuk mengekspresikan ketegangan-
ketegangan pskis, keinginan yang terhalang sehingga mendapatkan berbagai
bentuk hasil seni dan menyalurkan dorongan-dorongan yang terpendam dalam
jiwa seseorang. Hasil seni yang dibuat selain dapat dinikmati orang lain dan dir
inya juga akan meningkatkan harga diri seseorang.
Perawat jiwa yang selalu dekat dengan pasien diharapkan dapat
memberikan berbagai kegiatan yang terarah dan berguna bagi pasien dalam
berbagai terapi tersebut.

Menurut Abroms dalam Stuart (2006) menekankan 4 keterampilan penting


psikososial pada klien gangguan jiwa yaitu:

1. Orientation
Orientaton adalah pencapaian tingkat orientasi dan kesadaran terhadap
realita yang lebih baik. Orientasi berhubungan dengan pengetahuan dan
pemahaman klien terhadap waktu, tempat atau maksud/ tujuan,
sedangkan kesadaran dapat dikuatkan melalui interaksi dan aktifitas
pada semua klien.
2. Assertion
Assertion yaitu kemampuan mengekspresikan perasaan sendiri dengan
tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mendorong klien dalam
mengekspresikan diri secara efektif dengan tingkah laku yang yang
dapat diterima masyarakat melalui kelompok pelatihan asertif,
kelompok klien dengan kemampuan fungsional yang rendah atau
kelompok interaksi klien.
3. Accuption
Accuption adalah kemampuan klien untuk dapat percaya diri dan
berprestasi melalui keterampilan membuat kerajinan tangan. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara memberikan aktifitas klien dalam bentuk
kegiatan sederhana seperti teka- teki (sebagai aktivitas yang bertujuan)
mengembangkan keterampilan fisik seperti menyulam. Membuat
bunga, melukis dan meningkatkan manfaat interaksi sosial.
4. Recreation
Recreation adalah kemampuan menggunakan dan membuat aktifitas
yang menyenangkan dan relaksasi. Hal ini memberi kesempatan pada
klien untuk mengikuti bermacam reaksi dan membantu klien
menerapkan keterampilan yang telah ia pelajari seperti:orientasi asertif,
interaksi sosial, ketangkasan fisik. Contoh aktifitas relaksasi seperti
permainan kartu, menebak kata dan jalan- jalan, memelihara binatang,
memelihara tanaman, sosio- drama, bermain musik dan lain-lain.

Aktivitas kegiatan untuk mencapai tujuan rehabilitasi kesehatan jiwa


menurut Anthoni (1980)
Fisik Emosional Intelektual
KETERAMPILAN Hub antar manusia Pengelolaan uang
HIDUP Kontrol diri Penetapan tujuan
Higiene personal Penghargaan yang Pengembangan
Kebugaran fisik selektif masalah
Penggunaan angkutan umum Reduksi stigma Penggunaan sumber-
Memasak Penyelesaian masalah sumber komunitas
Belanja Keterampilan
Kebersihan berbicara
Peran serta dalam olah raga
Penggunaan fasilitas
rekreasi
KETERAMPILAN Kemampuan berbicara Membaca
BELAJAR Mengajukan Menulis
Dapat tenang pertanyaan Keterampilan Belajar
Memberikan perhatian Menjawab dengan Aktivitas hobi
Tetap duduk sukarela Mengetik
Mengamati Mengikuti petunjuk
Ketepatan waktu Meminta pengarahan
Mendengarkan
KETERAMPILAN Wawancara bekerja Pemenuhan syarat
BEKERJA Pembuatan keputusan kerja
Ketepatan waktu Hubungan antar Pencariaan kerja
Penggunaan alat kerja manusia Tugas pekerjaan
Kekuatan pekerjaan Kontrol diri spesifik.
angkutan pekerjaan Mempertahankan
Tugas pekerjaan spesifik pekerjaan
Tugas pekerjaan
spesifik
DAFTAR PUSTAKA

Guze, B., Richeimer, S., dan Siegel, D.J. (2000). The Handbook of Psychiatry

Hamid.(2007). Buku Ajar Riset Keperawatan.Jakrta : EGC.

Hawari.(2001). Pendekatan Holistic pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.FKUI:


Jakarta

Keliat, B.A. (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi kedua. Jakarta :
EGC.

Keliat & Akemat (2004). Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai