Oleh:
Ayu Mustika
111 2018 2040
SUPERVISOR PEMBIMBING :
Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan fobik yaitu kecemasan atau ketakutan terhadap situasi atau obyek te
3 rtentu (spesifik).
Gangguan stress pasca trauma yaitu kecemasan yang timbul setelah penderita
5 mengalami peristiwa yang sangat menegangkan.
Teori Psikoanalitik
2.2. Etio kecemasan adalah suatu sinyal kepada
ego bahwa suatu dorongan yang tidak
patogenesis dapat diterima menekan untuk mendapatkan
perwakilan dan pelepasan sadar. Sebagai
Cemas suatu sinyal, kecemasan menyadarkan ego
untuk mengambil tindakan defensif terhadap
tekanan dari dalam.
. Serotonin
Ditemukannya banyak reseptor serotonin telah mencetuskan pencarian
peran serotonin dalam gangguan cemas. Berbagai stress dapat
menimbulkan peningkatan 5-hydroxytryptamine pada prefrontal korteks,
nukleus accumbens, amygdala, dan hipotalamus lateral.
3. GABA
Neuron Gamma-aminobutyric acid (GABA) dari sistem limbik, terutama
pada septohippocampal area, memodulasi terjadinya gangguan
cemas menyeluruh, ketakutan, dan kewaspadaan. Kosentrasi GABA yang
sangat tinggi pada reseptornya, dengan pengikatan oleh struktur
benzodiazepin dapat menurunkan status kewaspadaan yang tinggi.
1. Farmakoterapi
a. Benzodiazepin
Diazepam, dosis anjuran oral = 2-3 x 2-5 mg/hari; injeksi = 2-10 mg
9im/iv), broadspectrum.
Chlordiazepoxide, dosis anjuran 2-3x 5-10 mg/hari, broadspectrum.
Lorazepam, dosis anjuran 2-3x 1 mg/hari, dosis anti-anxietas dan anti-
insomnia berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas,
untuk pasien-pasien dengan kelainan hati dan ginjal.
Clobazam, dosis anjuran 2-3 x 10 mg/hari, , dosis anti-anxietas dan anti-
insomnia berjauhan (dose-related),
b. Non-benzodiazepin (Buspiron)
Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD (General Anxiety
Disorder). Buspiron lebih efektif dalam memperbaiki gejala kognitif
dibanding gejala somatik. Tidak menyebabkan withdrawal. Dosis anjuran
2-3x 10 mg/hari.
2. Psikoterapi
a. Terapi kognitif perilaku
Teori Cognitive Behavior pada dasarnya meyakini bahwa pola pemikiran
manusia terbentuk melalui proses rangkaian stimulus-kognisi-respon,
dimana proses kognisi akan menjadi faktor penentu dalam menjelaskan
bagaimana manusia berpikir, merasa dan bertindak. Terapi kognitif
perilaku diarahkan kepada modifikasi fungsi berpikir, merasa dan
bertindak, dengan menekankan peran otak dalam menganalisa,
memutuskan, bertanya, berbuat dan memutuskan kembali.
b. Terapi suportif
Pasien diberikan re-assurance dan kenyamanan, digali potensi-
potensi yang ada dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa
beradaptasi optimal dalam fungsi sosial dan pekerjaannya
c. Psikoterapi Berorientasi Tilikan
Terapi ini mengajak pasien ini untuk mencapai penyingkapan konflik
bawah sadar, menilik egostrength, relasi objek, serta keutuhan self pasien.
Dari pemahaman akan komponen-komponen tersebut, kita sebagai
terapis dapat memperkirakan sejauh mana pasien dapat diubah untuk
menjadi lebih matur, bila tidak tercapai, minimal kita memfasilitasi agar
pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.
2.6. Prognosis
KESIMPULAN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. H
No. RM : 00157239
Umur : 35 tahun
Alamat : Maros
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Tanggal Pemeriksa : 16 Septemer 2019
RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis,
dan alloanamnesis dari :
Nama : Tn.SR
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Maros
Hubungan dengan pasien : Suami pasien
LAPORAN PSIKIATRI
Keluhan Utama:
Gelisah
A. Riwayat Gangguan Sekarang
Seorang wanita diantar oleh keluarga dan kepala desa ke UGD RSKD
Dadi untuk yang kedua kalinya dengan keluhan mengamuk sejak 10 hari
yang lalu pasien keliling kampung sambil mengomel, pasien melempar
jendela rumah tetangganya hingga bolong, pasien sering mondar mandir
dalam rumah, pasien juga sering berbicara, tertawa, bernyanyi, mengaji,
dan azan tanpa sebab yang jelas. Makan pasien baik, tidur pasien
terganggu, pasien sering mandi dan mengganti pakaian, peraawatan diri
cukup.
Pasien mengaku sering mendengar suara seorang pria dan wanita
yang mengatakan ‘’Allahu Akbar”, hal ini diakui pasien sudah sejak pasien
masih di TK, pasien merasa gelisah dengan fikiran yang selalu
menggangu bahwa pasien dikejar-kejar dan ingin dibunuh oleh
tetangganya karena dituduh mencuri sepeda milik tetangganya, pasien
juga mengaku memiliki kekuatan yang dapat membuat wajah seseorang
menjadi bercahaya. Pasien merasa kesal karena tetangganya telah
meracuni hewan peliharaan pasien yang menyebabkan pasien rugi.
Pasein pernah mengamuk di pernikahan tetangganya 1 bulan yang lalu
dan membaik dengan sendirinya.
Awal perubahan sejak pasien pulang dari Timika, pasien tinggal di
timika bersama suami pertama dan anaknya, Pada saat itu, suami pasien
pergi meninggalkan pasien dan anak-anaknya dan menikah lagi dengan
wanita lain. Sejak saat itu pasien merasa sangat sedih dan mulai
menyendiri, berbicara sndiri, suami pasien saat ini adalah suami kedua
dan tidak mengetahui secara pasti mengenai awal perubahan pasien,
pasien pernah di rawat di RSKD Dadi 3 tahun yang lalu selama 10 hari,
namun keluarga tidak mengetaui riwayat pengobatan pasien.
Hendaya Disfungsi:
Hendaya Sosial : Terganggu
Hendaya Pekerjaan : Terganggu
Hendaya waktu senggang : Terganggu
Riwayat Pekerjaan
Sehari-hari pasien membantu suaminya sebagai peternak kambing
Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah untuk yang kedua kalinya, pasien berpisah dengan
suami pertamanya dan memiliki 3 orang anak, kini pasien tinggal bersama
suaminya yang kedua dan memiliki 1 orang anak
Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Islam. Pasien sering mengaji dan melaksanakan
sholat
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
Tidak ada riwayat keluarga dengan penyakit dan keluhan yang sama
A. Status Neurologi
Gejala rangsang selaput otak : kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil
bulat dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, reflex cahaya (+)/(+). Fungsi motorik dan
sensorik keempat ekstremitas dalam batas normal, dan tidak ditemukan
reflex patologis.
I. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi umum
1. Penampilan : Seorang perempuan datang dengan baju kaos merah dan
memakai celana ungu, wajah sesuai umur (35 tahun), perawakan tubuh
gemuk, perawatan diri cukup.
2. Kesadaran : Baik
3. Perilaku dan aktifitas psikomotor : Gelisah
4. Pembicaraan : Spontan, lancar, kesan semangat dan cepat, intonasi biasa
5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
Keadaan afektif
Mood : Eutimik
Afek : Inappropriate
Empati : tidak dapat dirabarasakan
Daya ingat
Jangka panjang : Baik
Jangka pendek : Baik
Jangka segera : Baik
Isi pikiran
Preokupasi : Pasien memiliki kemampuan untuk mem
buat wajah seseorang bercahaya
Gangguan isi pikir : waham persekutorik: Pasien selalu
merasa bahwa tetangganya mengejar-
ngejar dan ingin meracuninya
A. Pengendalian Impuls : Baik selama wawancara
B. Daya Nilai dan Tilikan
1. Norma Sosial : Terganggu
2. Uji Daya Nilai : Terganggu
3. Penilaian Realitas : Terganggu
4. Tilikan : Derajat III ( Menyadari penyakitnya dan
Menyalahkan orang lain)
C. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya
I. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang wanita diantar oleh keluarga dan kepala desa ke UGD RSKD
Dadi untuk yang kedua kalinya dengan keluhan mengamuk sejak 10 hari
yang lalu pasien keliling kampung sambil mengomel, pasien melempar
jendela rumah tetangganya hingga bolong, pasien sering mondar mandir
dalam rumah, pasien juga sering berbicara, tertawa, bernyanyi, mengaji,
dan azan tanpa sebab yang jelas. Makan pasien baik, tidur pasien
terganggu, pasien sering mandi dan mengganti pakaian, peraawatan diri
cukup.
Pasien mengaku sering mendengar suara seorang pria dan wanita
yang mengatakan ‘’Allahu Akbar”, hal ini diakui pasien sudah sejak pasien
masih di TK, pasien merasa gelisah dengan fikiran yang selalu
menggangu bahwa pasien dikejar-kejar dan ingin dibunuh oleh
tetangganya karena dituduh mencuri sepeda milik tetangganya, pasien
juga mengaku memiliki kekuatan yang dapat membuat wajah seseorang
menjadi bercahaya. Pasien merasa kesal karena tetangganya telah
meracuni hewan peliharaan pasien yang menyebabkan pasien rugi.
Pasein pernah mengamuk di pernikahan tetangganya 1 bulan yang lalu
dan membaik dengan sendirinya.
Awal perubahan sejak pasien pulang dari Timika, pasien tinggal di
timika bersama suami pertama dan anaknya, Pada saat itu, suami pasien
pergi meninggalkan pasien dan anak-anaknya dan menikah lagi dengan
wanita lain. Sejak saat itu pasien merasa sangat sedih dan mulai
menyendiri, berbicara sndiri, suami pasien saat ini adalah suami kedua
dan tidak mengetahui secara pasti mengenai awal perubahan pasien,
pasien pernah di rawat di RSKD Dadi 3 tahun yang lalu selama 10 hari,
namun keluarga tidak mengetaui riwayat pengobatan pasien.
I. EVALUASI MULTIAKSIAL (Sesuai PPDGJ-III)
Aksis I:
Dari autoanamnesis dan alloanamnesis ditemukan adanya gejala klinis
bermakna yaitu pasien keliling kampung sambil mengomel, pasien
melempar jendela rumah tetangganya, pasien sering mondar mandir
dalam rumah, pasien juga sering berbicara, tertawa, bernyanyi, mengaji,
dan azan tanpa sebab yang jelas.
Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada dirinya dan
keluarga serta terdapat hendaya (dissability) pada fungsi psikososial,
pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasien menderita Gangguan Jiwa.
Berdasarkan pemeriksaan status mental didapatkan halusinasi
auditorik pasien sering mendengar suara seorang pria dan wanita yang
mengatakan “ Allahu Akbar” secara terus-menerus dan waham
persekutorik: pasien mengaku dikejar-kejar dan ingin dibunuh oleh
tetangganya, sehingga dikategorikan Gangguan Jiwa Psikotik.
Dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis tidak ditemukan
kelainan sehingga kelainan organik dapat disingkirkan dan dikategorikan
sebagai Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.
Pasien mengaku sering mendengar suara seorang pria dan wanita
yang mengatakan ‘’Allahu Akbar”, hal ini diakui pasien sudah sejak lama,
pasien merasa gelisah dengan fikiran yang selalu menggangu pasien
bahwa pasien dikejar-kejar dan ingin dibunuh oleh tetangganya karena
dituduh mencuri sepeda milik tetangganya, pasien juga mengaku memiliki
kekuatan yang dapat membuat wajah seseorang bercahaya hanya
dengan menyebut namanya sehingga berdasarkan pedoman
penggolongan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ III) diagnosis pasien
masuk dalam kategori Gangguan Skizofrenia Paranoid (F20.0).
Pasien didiagnosis banding dengan :
Keadaan paranoid involusional (F22.8): Merupakan sisa untuk gangguan-
gangguan waham yang menetap yang tidak memenuhi kriteria untuk
gangguan waham
Aksis II
Ciri kepribadian tidak khas
Aksis III
Tidak ditemukan kelainan
Aksis IV
suami pasien pergi meninggalkan pasien dan anak-anaknya dan menikah
lagi dengan wanita lain.
Aksis V
GAF Scale saat ini : 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik).
I. DAFTAR MASALAH
Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik bermakna, namun karena terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter maka memerlukan
psikofarmakoterapi.
Psikologi
Ditemukan adanya masalah psikologi sehingga pasien memerlukan
psikoterapi.
Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam waktu senggang maka membutuhkan
sosioterapi
I. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmakoterapi
Haloperidol 5 mg, 1 tab/8jam/oral
Chlorpromazine 100 mg, 1 tab/24 jam/oral/malam
1. Psikoterapi Suportif
Ventilasi: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan
keluhan dan isi hati serta perasaan sehingga pasien merasa lega.
Konseling: Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien agar
memahami penyakitnya, bagaimana cara menghadapinya, manfaat
pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang mungkin timbul selama
pengobatan. Memberikan dukungan kepada pasien serta memotivasi agar
minum obat secara teratur.
1. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang
disekitarnya tentang gangguan yang dialami pasien sehingga mereka
dapat menerima dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
membantu proses pemulihan pasien
I. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Faktor Pendukung Faktor Penghambat
Tidak ada faktor pencetus (tidak
Gejala positif
jelas)
Riwayat sosial pramorbid baik
I. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan
penyakitnya. Selain itu menilai efektivitas terapi dan kemungkinan efek
samping yang mungkin terjadi.
DEFINISI
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein”yang berarti
“terpisah”atau “pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia
terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku
EPIDEMIOLOGI
15 sampai 25 tahun 25 sampai 35 tahun
Cenderung gejala negatif Cenderung memiliki kemampuan
Prognosis lebih buruk fungsi sosial yang lebih baik
Prognosis lebih baik
Faktor Neurobiologis
Faktor Genetika
Faktor Neurokimia
Faktor Neuroanatomi Struktural
HOM
Thank you