Anda di halaman 1dari 58

REFARAT

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH (F41.1)


LAPORAN KASUS:
GANGGUAN SKIZOAFEKTIF PARANOID (F20.0), DEPRESI BERAT DENGAN GEJALA
PSIKOTIK (F32.3), DAN GANGGUAN CEMAS YTT (F41.9)

Oleh:
Ayu Mustika
111 2018 2040

SUPERVISOR PEMBIMBING :
Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ
BAB I
PENDAHULUAN

Cemas merupakan suatu sikap alamiah yang


dialami oleh setiap manusia sebagai bentuk
respon dalam menghadapi ancaman. Namun,
ketika perasaan cemas itu menjadi berkepanjang
an (maladaptif), maka perasaan itu berubah
menjadi gangguan cemas atau anxiety
Disorders. Beberapa hasil penelitian bahkan
menengarai bahwa gangguan cemas juga
merupakan komorbiditas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Cemas (Anxietas)

Kecemasan menurut kamus


Kedokteran Dorland adalah
keadaan emosional yang tidak
menyenangkan, berupa respon-
respon psikofisiologis yang
timbul sebagai antisipasi bahaya
yang tidak nyata atau imajiner,
tampaknya disebabkan oleh
konflik intrapsikis yang tidak
disadari
Gangguan kecemasan berdasarkan ICD-10, terbagi atas 5 bagian besar yaitu:

1 Gangguan panik, dengan ciri munculnya mendadak tanpa faktor pencetus.

Gangguan cemas umum, yaitu kecemasan yang diderita bersifat mengambang


2 bebas dan berlangsung menahun (kronik).

Gangguan fobik yaitu kecemasan atau ketakutan terhadap situasi atau obyek te
3 rtentu (spesifik).

Gangguan obsesif kompulsif, yaitu kecemasan yang mendorong penderita sec


4 ara menetap untuk mengulangi pikiran atau perilaku tertentu.

Gangguan stress pasca trauma yaitu kecemasan yang timbul setelah penderita
5 mengalami peristiwa yang sangat menegangkan.
Teori Psikoanalitik
2.2. Etio kecemasan adalah suatu sinyal kepada
ego bahwa suatu dorongan yang tidak
patogenesis dapat diterima menekan untuk mendapatkan
perwakilan dan pelepasan sadar. Sebagai
Cemas suatu sinyal, kecemasan menyadarkan ego
untuk mengambil tindakan defensif terhadap
tekanan dari dalam.

Teori Kognitif – Perilaku


Penekanannya pada peranan pikiran-pikiran
dan kepercayaan yang mencetuskan
cemas, serta peran respon penghindaran
dalam proses berfikir yang disfungsional.
Pikiran salah ditandai dengan adanya ke-
khawatiran berlebihan mengenai kemungkin
an terjadinya kejadian negatif, serta
dampak dari kejadian tersebut.
aspek biologis
Sistem Saraf Otonom

Melalui jalur sistem saraf otonom, setelah stimulus diterima oleh


hipotalamus, maka hipotalamus langsung mengaktifkan sistem saraf
simpatis dan parasimpatis. Aktivasi sistem saraf simpatis akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan frekuensi jantung, dilatasi ateri
koronaria, dilatasi pupil, dilatasi bronkus, meningkatkan kekuatan otot
rangka, melepaskan glukosa melalui hati dan meningkatkan aktivasi
mental. Perangsangan saraf simpatis juga mengakibatkan aktivasi dari
medula adrenalis sehingga menyebabkan pelepasan sejumlah besar
epineprin dan norepinefrin ke dalam darah, untuk kemudian kedua
hormon ini dibawa oleh darah ke semua jaringan tubuh. Epinefrin dan
norepinefrin akan berikatan dengan reseptor ß1 adrenergik dan α1
adrenergik memperkuat respon simpatis untuk meningkatkan tekanan
darah dan frekuensi nadi.
Neurotransmitter
1. Norepinephrine
Teori umum dari keterlibatan norepinephrine
pada gangguan cemas, adalah pasien
tersebut memiliki kemampuan regulasi
sistem noradrenergik yang buruk terkait
dengan peningkatan aktivitas yang men-
dadak. Sel-sel dari sistem noradrenergik
terlokalisasi secara primer pada locus
ceruleus pada rostral pons, dan memiliki
akson yang menjurus pada korteks serebri,
sistem limbik, medula oblongata, dan
medula spinalis.
Neurotransmitter

. Serotonin
Ditemukannya banyak reseptor serotonin telah mencetuskan pencarian
peran serotonin dalam gangguan cemas. Berbagai stress dapat
menimbulkan peningkatan 5-hydroxytryptamine pada prefrontal korteks,
nukleus accumbens, amygdala, dan hipotalamus lateral.
3. GABA
Neuron Gamma-aminobutyric acid (GABA) dari sistem limbik, terutama
pada septohippocampal area, memodulasi terjadinya gangguan
cemas menyeluruh, ketakutan, dan kewaspadaan. Kosentrasi GABA yang
sangat tinggi pada reseptornya, dengan pengikatan oleh struktur
benzodiazepin dapat menurunkan status kewaspadaan yang tinggi.

Gamma-aminobutyric acid (GABA) merupakan neurotransmitter yang


terlibat dalam kecenderungan rasa takut atau cemas, merupakan inhibitor
utama dari neurotransmitter pada sistem syaraf pusat (SSP) mamalia dan
regulator berbagai proses fisiologis dan psikologis
Kriteria diagnostik gangguan cemas menyeluruh menurut DSM IV-TR:12
Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap
hari, sepanjanghari, terjadi selama sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah
aktivitas atau kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah)
1. Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya
2. Kecemasan atau kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enam gejala
berikut ini (dengan sekurangnya beberapa gejala lebih banyak terjadi
dibandingkan tidak terjadi selama enam bulan terakhir). Catatan :
hanya satu nomor yang diperlukan pada anak :
a. Kegelisahan
b. Merasa mudah lelah
c. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
d. Iritabilitas
e. Ketegangan otot
f. Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur gelisah, dan
tidakmemuaskan)
3. Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan aksis I,
misalnya kecemasan atau ketakutan adalah bukan tentang menderita suatu serangan
panik (seperti pada gangguan panik), merasa malu pada situasi umum (seperti
pada fobia sosial), terkontaminasi (seperti pada gangguan obsesif kompulsif),
merasa jauh dari rumah atau sanak saudara dekat (seperti gangguan anxietas
perpisahan), penambahan berat badan (seperti pada anoreksia nervosa), menderita
keluhan fisik berganda (seperti pada gangguan somatisasi), atau menderita penyakit
serius (seperti pada hipokondriasis) serta kecemasan dan kekhawatiran tidak terjadi
semata-mata selama gangguan stres pasca trauma.
4. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan
penderitaan yang bermakna secara klinis, atau gangguan pada
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

5. Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis


langsung dari suatu zat (misalnya penyalahgunaan zat, medikasi)
atau kondisi medis umum (misalnya hipertiroidisme), dan tidak
terjadi semata-mata selama suatu gangguan mood, gangguan
psikotik, atau gangguan perkembangan pervasif.
Kriteria diagnosis gangguan cemas menyeluruh berdasarkan PPDGJ-III
sebagai berikut:13

1. Pasien harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang


berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai
beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada
keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau
“mengambang”)
2. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung
tanduk, sulit konsentrasi, dan sebagainya);
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai); dan
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala,
mulut kering dan sebagainya).
3. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan
untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatic
berulang yang menonjol.

4. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk


beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis
utama Gangguan cemas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak
memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan
anxietas fobik (F40.-), gangguan panik (F41.0), atau gangguan
obsesif-kompulsif (F42.-).
2.4. Diagnosis Banding
Gangguan cemas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan akibat
kondisi medis umum maupun gangguan yang berhubungan dengan
penggunaan zat. Diperlukan pemeriksaan medis termasuk tes kimia
darah, elektrokardiografi, dan tes fungsi tiroid. Klinisi harus menyingkirkan
adanya intoksikasi kafein, penyalahgunaan stimulansia, kondisi putus zat
atau obat seperti alkohol, hipnotik-sedatif dan anxiolitik
2.5. Penatalaksanaan

1. Farmakoterapi
a. Benzodiazepin
Diazepam, dosis anjuran oral = 2-3 x 2-5 mg/hari; injeksi = 2-10 mg
9im/iv), broadspectrum.
Chlordiazepoxide, dosis anjuran 2-3x 5-10 mg/hari, broadspectrum.
Lorazepam, dosis anjuran 2-3x 1 mg/hari, dosis anti-anxietas dan anti-
insomnia berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas,
untuk pasien-pasien dengan kelainan hati dan ginjal.
Clobazam, dosis anjuran 2-3 x 10 mg/hari, , dosis anti-anxietas dan anti-
insomnia berjauhan (dose-related),

b. Non-benzodiazepin (Buspiron)
Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD (General Anxiety
Disorder). Buspiron lebih efektif dalam memperbaiki gejala kognitif
dibanding gejala somatik. Tidak menyebabkan withdrawal. Dosis anjuran
2-3x 10 mg/hari.
2. Psikoterapi
a. Terapi kognitif perilaku
Teori Cognitive Behavior pada dasarnya meyakini bahwa pola pemikiran
manusia terbentuk melalui proses rangkaian stimulus-kognisi-respon,
dimana proses kognisi akan menjadi faktor penentu dalam menjelaskan
bagaimana manusia berpikir, merasa dan bertindak. Terapi kognitif
perilaku diarahkan kepada modifikasi fungsi berpikir, merasa dan
bertindak, dengan menekankan peran otak dalam menganalisa,
memutuskan, bertanya, berbuat dan memutuskan kembali.

b. Terapi suportif
Pasien diberikan re-assurance dan kenyamanan, digali potensi-
potensi yang ada dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa
beradaptasi optimal dalam fungsi sosial dan pekerjaannya
c. Psikoterapi Berorientasi Tilikan
Terapi ini mengajak pasien ini untuk mencapai penyingkapan konflik
bawah sadar, menilik egostrength, relasi objek, serta keutuhan self pasien.
Dari pemahaman akan komponen-komponen tersebut, kita sebagai
terapis dapat memperkirakan sejauh mana pasien dapat diubah untuk
menjadi lebih matur, bila tidak tercapai, minimal kita memfasilitasi agar
pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.
2.6. Prognosis

Dalam menentukan prognosis dari gangguan cemas menyeluruh,


perlu diingat bahwa banyak segi yang harus dipertimbangkan. Hal ini
berhubung dengan dinamika terjadinya gangguan cemas serta terapinya
yang begitu kompleks.Keadaan penderita, lingkungan penderita, dan
dokter yang mengobatinya ikut mengambil peran dalam menentukan
prognosis gangguan cemas menyeluruh.
BAB III

KESIMPULAN

Kecemasan adalah keadaan emosional yang tidak menyenangkan,


berupa respon-respon psikofisiologis yang timbul sebagai antisipasi
bahaya yang tidak nyata atau imajiner, tampaknya disebabkan oleh konflik
intrapsikis yang tidak disadari.

Cemas pada umumnya terjadi sebagai reaksi sementara terhadap stress


kehidupan sehari-hari. Kecemasan adalah suatu penyerta yang normal
dari pertumbuhan, dari perubahan, dari pengalaman sesuatu yang baru
dan belum dicoba, dan dari penemuan identitasnya sendiri dan arti hidup.
Namun apabila respon tersebut tidak sesuai terhadap stimulus yang
diberikan berdasarkan pada intensitasnya atau durasinya hingga
menghasilkan serombongan gejala-gejala perasaan ketakutan diikuti dan
disertai tanda somatik seperti hiperaktivitas otonom yang mengenai sistem
muskuloskeletal, kardiovaskuler, gastrointestinal dan bahkan
genitourinarius inilah yang sering disebut sebaga gangguan kecemasan
(Anxiety Disorder).
LAPORAN KASUS 1
Skizofrenia Paranoid (F20.0)

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. H
No. RM : 00157239
Umur : 35 tahun
Alamat : Maros
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Tanggal Pemeriksa : 16 Septemer 2019
RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis,
dan alloanamnesis dari :
Nama : Tn.SR
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat : Maros
Hubungan dengan pasien : Suami pasien
LAPORAN PSIKIATRI
Keluhan Utama:
Gelisah
A. Riwayat Gangguan Sekarang
Seorang wanita diantar oleh keluarga dan kepala desa ke UGD RSKD
Dadi untuk yang kedua kalinya dengan keluhan mengamuk sejak 10 hari
yang lalu pasien keliling kampung sambil mengomel, pasien melempar
jendela rumah tetangganya hingga bolong, pasien sering mondar mandir
dalam rumah, pasien juga sering berbicara, tertawa, bernyanyi, mengaji,
dan azan tanpa sebab yang jelas. Makan pasien baik, tidur pasien
terganggu, pasien sering mandi dan mengganti pakaian, peraawatan diri
cukup.
Pasien mengaku sering mendengar suara seorang pria dan wanita
yang mengatakan ‘’Allahu Akbar”, hal ini diakui pasien sudah sejak pasien
masih di TK, pasien merasa gelisah dengan fikiran yang selalu
menggangu bahwa pasien dikejar-kejar dan ingin dibunuh oleh
tetangganya karena dituduh mencuri sepeda milik tetangganya, pasien
juga mengaku memiliki kekuatan yang dapat membuat wajah seseorang
menjadi bercahaya. Pasien merasa kesal karena tetangganya telah
meracuni hewan peliharaan pasien yang menyebabkan pasien rugi.
Pasein pernah mengamuk di pernikahan tetangganya 1 bulan yang lalu
dan membaik dengan sendirinya.
Awal perubahan sejak pasien pulang dari Timika, pasien tinggal di
timika bersama suami pertama dan anaknya, Pada saat itu, suami pasien
pergi meninggalkan pasien dan anak-anaknya dan menikah lagi dengan
wanita lain. Sejak saat itu pasien merasa sangat sedih dan mulai
menyendiri, berbicara sndiri, suami pasien saat ini adalah suami kedua
dan tidak mengetahui secara pasti mengenai awal perubahan pasien,
pasien pernah di rawat di RSKD Dadi 3 tahun yang lalu selama 10 hari,
namun keluarga tidak mengetaui riwayat pengobatan pasien.
Hendaya Disfungsi:
Hendaya Sosial : Terganggu
Hendaya Pekerjaan : Terganggu
Hendaya waktu senggang : Terganggu

Faktor Stressor Psikososial:


suami pasien pergi meninggalkan pasien dan anak-anak
nya dan menikah lagi dengan wanita lain.
Riwayat Gangguan Sebelumnya
Riwayat penyakit dahulu :
Penyakit Infeksi (-)
Kejang (-)
Trauma (-)

Riwayat penggunaan NAPZA :


Merokok (-)
Alkohol (-)
Obat - obatan (-)

Riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya:


Tidak ada riwayat menderita keluhan yang sama sebelu
mnya.
Riwayat Kehidupan Pribadi
Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir cukup bulan dan normal di bantu oleh bidan. Waktu kecil
pasien mendapatkan ASI eksklusif. Berat badan lahir normal, riwayat
kejang dan infeksi pada saat bayi tidak ada.

Riwayat Masa Kanak Awal (1 – 3 tahun)


Tumbuh kembang pasien normal seperti anak lain seusianya. Pasien
tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan.

Riwayat Masa Kanak Pertengahan ( 4 – 11 tahun )


Pasien bersekolah di Sekolah Dasar, pasien mampu mengikuti
pelajaran sekolah, pergaulan pasien dengan teman seusianya juga
baik
Riwayat Masa Kanak Akhir (usia 12 – 14 tahun)
Pasien tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP

Riwayat Masa Remaja (Usia 15-18 tahun)


Pasien tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA

Riwayat Masa Dewasa


Riwayat Pendidikan
Pasien menyelesaikan jenjang pendidikan SD

Riwayat Pekerjaan
Sehari-hari pasien membantu suaminya sebagai peternak kambing
Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah untuk yang kedua kalinya, pasien berpisah dengan
suami pertamanya dan memiliki 3 orang anak, kini pasien tinggal bersama
suaminya yang kedua dan memiliki 1 orang anak

Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Islam. Pasien sering mengaji dan melaksanakan
sholat

Riwayat Kehidupan Keluarga


Anak ke 3 dari 5 bersaudara (♂,♂, ,♀, ♀,♀). Hubungan pasien dengan
keluarga baik, pasien tinggal bersama suami, bapak, ibu, kakanya, ipar dan
1 orang ponakannya.
1) Genogram

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
Tidak ada riwayat keluarga dengan penyakit dan keluhan yang sama

Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien tinggal bersama suami dan dan anaknya, pasien tidak bekerja,
dirumah pasien beternak kambing bersama dengan suaminya

Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya


Pasien menyadari dirinya sakit dan menganggap bahwa hal itu disebab
kan oleh tetangganya, setelah sembuh pasien ingin pulang ke rumah
untuk membersihkan dan membantu suaminya beternak kambing
I. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI
A. Status Internus
Keadaaan umum pasien tampak baik, gizi cukup, kesadaran compos
mentis, tekanan darah 130/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, frekuensi
pernapasan 20 kali/menit, suhu tubuh 36,5oC, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterus. Jantung dan paru – paru dalam batas normal,
abdomen dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada
kelainan.

A. Status Neurologi
Gejala rangsang selaput otak : kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil
bulat dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, reflex cahaya (+)/(+). Fungsi motorik dan
sensorik keempat ekstremitas dalam batas normal, dan tidak ditemukan
reflex patologis.
I. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. Deskripsi umum
1. Penampilan : Seorang perempuan datang dengan baju kaos merah dan
memakai celana ungu, wajah sesuai umur (35 tahun), perawakan tubuh
gemuk, perawatan diri cukup.
2. Kesadaran : Baik
3. Perilaku dan aktifitas psikomotor : Gelisah
4. Pembicaraan : Spontan, lancar, kesan semangat dan cepat, intonasi biasa
5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
Keadaan afektif
Mood : Eutimik
Afek : Inappropriate
Empati : tidak dapat dirabarasakan

Fungsi Intelektual (Kognitif)


Taraf pendidikan
Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan tingkat pendidikan
nya yakni lulusan SD
Orientasi
Waktu : Terganggu
Tempat : Baik
Orang : Baik

Daya ingat
Jangka panjang : Baik
Jangka pendek : Baik
Jangka segera : Baik

Konsentrasi dan Perhatian : terganggu


Pikiran abstrak : Terganggu (pasien menganggap
makna dari panjang tangan ialah
panjang kaki)
Bakat Kreatif : Pasien pandai memasak dan
menjahit
Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
A. Gangguan Persepsi dan Pengalaman Diri
a. Halusinasi :
- Visual : Tidak ada
-Auditorik : Mendengar suara pria dan wanita yang
mengucapkan “Allahu Akbar”
b. Ilusi : Tidak ada
c. Depersonalisasi : Tidak ada
d. Derealisasi : Tidak ada
Proses Berfikir
Produktivitas : Ide yang relevan
Kontuinitas : Cukup relevan
Hendaya berbahasa : Tidak ada

Isi pikiran
Preokupasi : Pasien memiliki kemampuan untuk mem
buat wajah seseorang bercahaya
Gangguan isi pikir : waham persekutorik: Pasien selalu
merasa bahwa tetangganya mengejar-
ngejar dan ingin meracuninya
A. Pengendalian Impuls : Baik selama wawancara
B. Daya Nilai dan Tilikan
1. Norma Sosial : Terganggu
2. Uji Daya Nilai : Terganggu
3. Penilaian Realitas : Terganggu
4. Tilikan : Derajat III ( Menyadari penyakitnya dan
Menyalahkan orang lain)
C. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya
I. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang wanita diantar oleh keluarga dan kepala desa ke UGD RSKD
Dadi untuk yang kedua kalinya dengan keluhan mengamuk sejak 10 hari
yang lalu pasien keliling kampung sambil mengomel, pasien melempar
jendela rumah tetangganya hingga bolong, pasien sering mondar mandir
dalam rumah, pasien juga sering berbicara, tertawa, bernyanyi, mengaji,
dan azan tanpa sebab yang jelas. Makan pasien baik, tidur pasien
terganggu, pasien sering mandi dan mengganti pakaian, peraawatan diri
cukup.
Pasien mengaku sering mendengar suara seorang pria dan wanita
yang mengatakan ‘’Allahu Akbar”, hal ini diakui pasien sudah sejak pasien
masih di TK, pasien merasa gelisah dengan fikiran yang selalu
menggangu bahwa pasien dikejar-kejar dan ingin dibunuh oleh
tetangganya karena dituduh mencuri sepeda milik tetangganya, pasien
juga mengaku memiliki kekuatan yang dapat membuat wajah seseorang
menjadi bercahaya. Pasien merasa kesal karena tetangganya telah
meracuni hewan peliharaan pasien yang menyebabkan pasien rugi.
Pasein pernah mengamuk di pernikahan tetangganya 1 bulan yang lalu
dan membaik dengan sendirinya.
Awal perubahan sejak pasien pulang dari Timika, pasien tinggal di
timika bersama suami pertama dan anaknya, Pada saat itu, suami pasien
pergi meninggalkan pasien dan anak-anaknya dan menikah lagi dengan
wanita lain. Sejak saat itu pasien merasa sangat sedih dan mulai
menyendiri, berbicara sndiri, suami pasien saat ini adalah suami kedua
dan tidak mengetahui secara pasti mengenai awal perubahan pasien,
pasien pernah di rawat di RSKD Dadi 3 tahun yang lalu selama 10 hari,
namun keluarga tidak mengetaui riwayat pengobatan pasien.
I. EVALUASI MULTIAKSIAL (Sesuai PPDGJ-III)
Aksis I:
Dari autoanamnesis dan alloanamnesis ditemukan adanya gejala klinis
bermakna yaitu pasien keliling kampung sambil mengomel, pasien
melempar jendela rumah tetangganya, pasien sering mondar mandir
dalam rumah, pasien juga sering berbicara, tertawa, bernyanyi, mengaji,
dan azan tanpa sebab yang jelas.
Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada dirinya dan
keluarga serta terdapat hendaya (dissability) pada fungsi psikososial,
pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasien menderita Gangguan Jiwa.
Berdasarkan pemeriksaan status mental didapatkan halusinasi
auditorik pasien sering mendengar suara seorang pria dan wanita yang
mengatakan “ Allahu Akbar” secara terus-menerus dan waham
persekutorik: pasien mengaku dikejar-kejar dan ingin dibunuh oleh
tetangganya, sehingga dikategorikan Gangguan Jiwa Psikotik.
Dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis tidak ditemukan
kelainan sehingga kelainan organik dapat disingkirkan dan dikategorikan
sebagai Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.
Pasien mengaku sering mendengar suara seorang pria dan wanita
yang mengatakan ‘’Allahu Akbar”, hal ini diakui pasien sudah sejak lama,
pasien merasa gelisah dengan fikiran yang selalu menggangu pasien
bahwa pasien dikejar-kejar dan ingin dibunuh oleh tetangganya karena
dituduh mencuri sepeda milik tetangganya, pasien juga mengaku memiliki
kekuatan yang dapat membuat wajah seseorang bercahaya hanya
dengan menyebut namanya sehingga berdasarkan pedoman
penggolongan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ III) diagnosis pasien
masuk dalam kategori Gangguan Skizofrenia Paranoid (F20.0).
Pasien didiagnosis banding dengan :
Keadaan paranoid involusional (F22.8): Merupakan sisa untuk gangguan-
gangguan waham yang menetap yang tidak memenuhi kriteria untuk
gangguan waham
Aksis II
Ciri kepribadian tidak khas
Aksis III
Tidak ditemukan kelainan
Aksis IV
suami pasien pergi meninggalkan pasien dan anak-anaknya dan menikah
lagi dengan wanita lain.
Aksis V
GAF Scale saat ini : 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik).
I. DAFTAR MASALAH
 Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik bermakna, namun karena terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter maka memerlukan
psikofarmakoterapi.
 Psikologi
Ditemukan adanya masalah psikologi sehingga pasien memerlukan
psikoterapi.
 Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam waktu senggang maka membutuhkan
sosioterapi
I. RENCANA TERAPI
A. Psikofarmakoterapi
 Haloperidol 5 mg, 1 tab/8jam/oral
 Chlorpromazine 100 mg, 1 tab/24 jam/oral/malam
1. Psikoterapi Suportif
Ventilasi: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan
keluhan dan isi hati serta perasaan sehingga pasien merasa lega.
Konseling: Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien agar
memahami penyakitnya, bagaimana cara menghadapinya, manfaat
pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang mungkin timbul selama
pengobatan. Memberikan dukungan kepada pasien serta memotivasi agar
minum obat secara teratur.
1. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang
disekitarnya tentang gangguan yang dialami pasien sehingga mereka
dapat menerima dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
membantu proses pemulihan pasien
I. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
Faktor Pendukung Faktor Penghambat
Tidak ada faktor pencetus (tidak
Gejala positif
jelas)
Riwayat sosial pramorbid baik
I. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan
penyakitnya. Selain itu menilai efektivitas terapi dan kemungkinan efek
samping yang mungkin terjadi.
DEFINISI
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein”yang berarti
“terpisah”atau “pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia
terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku

EPIDEMIOLOGI
15 sampai 25 tahun 25 sampai 35 tahun
Cenderung gejala negatif Cenderung memiliki kemampuan
Prognosis lebih buruk fungsi sosial yang lebih baik
Prognosis lebih baik
Faktor Neurobiologis
Faktor Genetika

Faktor Neurokimia
Faktor Neuroanatomi Struktural

Faktor Keluarga dan


Faktor Lingkungan
Psikososial
Faktor Stressor
Skizofrenia
Harus ada sedikitnya satu gejala yang jelas :

• Tought echo, tought insertion/Withdrawal, broadcasting


• Delusion of control, influence, passivity, perception


Halusinasi auditorik
Waham2 menetap jenis lainnya yang tidak wajar dan mustahil
DURASI
GEJALA
Atau Sedikitnya 2 gejala secara jelas :
≥1
Bulan
• Halusinasi pancaindera mana saja yang menetap, disertai waham yang
mengambang
• Arus pikiran yang terputus atau mengalami sisipan inkoherensi,
neologisme
• Perilaku katatonik, gaduh gelisah, posturing, negativisme, mutisme, stupor
• Gejala-gejala negatif apatis, bicara< , menarik diri, dll
Terapi
• Sindrom Psikosis terjadi
ANTIPSIKOTIK: berkaitan dengan aktivitas
neurotransmitter Dopamine
HIPOTESIS yang meningkat.
(Hiperaktivitas sistem
1st gen: dopaminergik sentral)
klorpromazin,
haloperidol,
trifluoperazine
• Anti-psikosis Tipikal
MEKANISM • Dopamine D2 receptor antagonists:
efektif untuk gejala POSITIF.
2nd gen: E KERJA • Anti-psikosis Atipikal
klozapin,
risperidone, OBAT ANTI- • Dopamine D2 receptor antagonists
dan Serotonin dopamine
olanzapine PSIKOSIS antagonists: efektif juga untuk gejala
NEGATIF.

HOM
Thank you

Anda mungkin juga menyukai