HECTING PERINIUM
MATERNITAS I
Disusun oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
2011
PRAKATA
Puji dan syukur serta hormat dipersembahkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan kasih karunia-Nya sehingga proses pembuatan makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah
Maternitas I Praktek Fakultas Keperawatan Unika De La Salle Manado 2010 semester v.
Adapun judul makalah yang saya buat ini yaitu Hecting Perinium.
Dengan segala keterbatasan yang ada pada penulis, makalah ini tidak mungkin dapat
terselesaikan sesuai dengan yang direncanakan, jika tidak ada sumbangsi dari berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis kami menyampaikan rasa terima kasih kepada teman-teman yang
telah membantu penulis dalam proses penyelesaian makalah ini.
Apabila makalah ini terdapat kekurangan, kekeliruan ataupun kesalahan dalam penulisan
ini, maka penulis memohon maaf atas kekeliruan ataupun kesalahan yang terdapat dalam
makalah ini. Untuk itu bila ada kekurangan atau kesalahan dalam pembuatan makalah ini
kami minta tanggapan yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini dari
teman-teman sekalian dan para pembaca.
Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi
banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus dievaluasi, yaitu sumber dan
jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum
vagina, servik dan robekan uterus. Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan robekan
jalan lahir dengan perdarahan yang bersifat arteril atau pecahnya pembuluh darah vena. Untuk
dapat menetapkan sumber perdarahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan dalam atau
spekulum.
Perdarahan karena robekan jalan lahir banyak dijumpai pada pertolongan persalinan.
Jika perlukaan hanya mengenai bagian luar (superfisial) saja atau jika perlukaan tersebut tidak
mengeluarkan darah, biasanya tidak perlu dijahit. Hanya perlukaan yang lebih dalam dimana
jaringannya tidak bisa didekatkan dengan baik atau perlukaan yang aktif mengeluarkan darah
memerlukan suatu penjahitan. Hecting digunakan untuk mendekatkan tepi luka dengan
benang sampai sembuh dan cukup untuk menahan beban fisiologis.
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
TINJAUAN PUSTAKA
Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan
maupun dengan alat atau tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan
bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Robekan terjadi pada hampir semua
primipara (Wiknjosastro, 2005, hlm 665).
Pengertian ruptur sesuai dengan kamus kedokteran adalah robeknya atau koyaknya
jaringan (Dorland,1998). Perineum merupakan ruang berbentuk jajaran genjang yang terletak
di bawah dasar panggul. Batas superior yaitu dasar panggul yang terdiri dari musculus levator
ani dan musculus coccygeus. Batas lateral tulang dan ligamentum yang membentuk pintu
bawah panggul, yaitu depan ke belakang angulus pubicus, ramus ischiopubicus, tuber
ischiadicum, ligamentum sacrotuberosum, dan oscoccyges. Batas inferior yaitu kulit dan
vagina (Oxorn, 2003). Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu
persalinan (Mohtar, 1998).
Episiotomi adalah perobekan yang dibuat di perineum antara lubang vagina dan anus
untuk mempermudah keluarnya bayi. Perobekan ini dilakukan dengan gunting bius lokal
ketika kepala bayi tampak. Jika dilakukan terlalu dini sebelum kelangkang menipis, otot-otot,
kulit dan pembuluh-pembuluh darah akan rusak dan perdarahan bisa lebih banyak.
Episiotomi adalah inisiasi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput
lendir vagina, cincin himen, jaringan septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum, serta
kulit sebelah depan perineum untuk melebarkan jalan lahir sehingga mempermudah kelahiran
(Mansjoer, et all, 2001).
Episiotomi yaitu tindakan bedah ringan berupa irisan di daerah perineum antara lubang
kemaluan dan lubang anus (Indiarti, 2009).
Genitalia Interna
Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus.
Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks
uterus, isi konsepsi dikeluarkan. Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan
serviks uteri. Bentuk dan ukuran bervariasi serta dipengaruhi usia dan paritas seorang
wanita. Sebelum pubertas panjangnya bervariasi antara 2,5−3,5 cm. Uterus wanita
nulipara dewasa panjangnya antara 6−8 cm sedang pada wanita multipara 9-10 cm.
Berat uterus wanita yang pernah melahirkan antara 50-70 gram, sedangkan pada
wanita yang belum pernah melahirkan 80 gram atau lebih.
Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang
kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan
saraf. Terdiri dari korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum
(dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks),
ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen
oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan
dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae
“menangkap” ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum
infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta
abdominalis inferior terhadap arteri renalis.
Genitalia Eksterna
Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons
pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae
externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak
mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria.
Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora. Di bagian bawah
perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior).
Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut.
Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan
corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Homolog
embriologik dengan penis pada pria.Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris.
Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.
Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora.
Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae
externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus
Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di
bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar
cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan
fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal
yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid.
Fungsi vagina untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir
dan untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri,
bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior,
posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri. Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan
titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap
stimulasi orgasmus vaginal.
Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma
pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis
transversus profunda, m.constrictor urethra). Perineal body adalah raphe median
m.levator ani, antara anus dan vagina. Perineum meregang pada persalinan, kadang
perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
3.3 Etiologi
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang
juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan
menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya
kepala janin yang akan lahir jangan di tahan terlampau kuat dan lama, karena akan
menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot
dan fasia pada dasar panggul karena direnggangkan terlalu lama.
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila
kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari pada biasa sehinga
kepala janin terpaksa lahir lebih kebelakang dari pada biasa, kepala janin melewati pintu
bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari pada sirkumferensia suboksipito
bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan vagina. (Sarwono Prawirohardjo)
Persalinan dengan episiotomi disebabkan adanya persalinan yang lama: gawat janin
(janin prematur, letak sungsang, janin besar), tindakan operatif dan gawat ibu (perineum
kaku, riwayat robekan perineum lalu, arkus pubis sempit). Persalinan dengan episiotomi
mengakibatkan terputusnya jaringan yang dapat menyebabkan menekan pembuluh syaraf
sehingga timbul rasa nyeri dimana ibu akan merasa cemas sehingga takut BAB dan ini
menyebabkan Resti konstipasi. Terputusnya jaringan juga merusak pembuluh darah dan
menyebabkan resiko defisit volume cairan.Terputusnya jaringan menyebabkan resti
infeksi apabila tidak dirawat dengan baik kuman mudah berkembang karena semakin
besar mikroorganisme masuk ke dalam tubuh semakin besar resiko terjadi infeksi.
Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan atau kerusakan kulit.
1. Tujuan :
Infeksi tidak terjadi.
2. Kriteria :
a. Luka episiotomi sembuh dengan sempurna dan tidak ada tanda-tanda infeksi
(color, tumor, dolor, dan fungsio laesa)
b. Pasien mampu mendemontrasikan teknik-teknik untuk meningkatkan
penyembuhan.
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal (36-37º C)
d. Nutrisi terpenuhi (adekuat)
3. Intervensi :
a) Kaji adanya perubahan suhu.
Rasional : Peningkatan suhu sampai 38,3º C pada 2-10 hari setelah melahirkan
sangat menandakan infeksi.
b) Observasi kondisi episiotomi seperti adanya kemerahan, nyeri tekan yang
berlebihan dan eksudat yang berlebihan.
Rasional : Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan parenial dan
atau terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi intervensi lebih lanjut.
c) Anjurkan pada pasien untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh
genital.
Rasional : membantu mencegah penyebaran infeksi.
d) Catat jumlah dan bau lochea atau perubahan yang abnormal.
Rasional : Lochea normal mempunyai bau amis, lochea yang purulen dan bau
busuk menunjukkan adanya infeksi.
e) Anjurkan pada pasien untuk mencuci perineum dengan menggunakan sabun
dari depan kebelakang dan untuk mengganti pembalut sedikitnya setiap 4 jam
atau jika pembalut basah.
Rasional : Membantu mencegah kontaminasi rektal memasuki vagina atau
uretra
f) Ajarkan pada klien tentang cara perawatan luka perineum.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien tentang perawatan vulva/
perineum.
g) Kolaborasi untuk pemberian anti biotic
Rasional : Mencegah infeksi dan penyebaran kejaringan sekitar.
Resiko tinggi konstipasi berhubungan dengan kurangnya aktivitas fisik nyeri saat
defekasi.
1. Tujuan :
Konstipasi tidak terjadi
2. Kriteria :
Pasien mampu melakukan kembali kebiasaan defekasi seperti biasanya dengan
ketidaknyamanan minimal.
3. Intervensi :
a) Auskultasi adanya bising usus.
Rasional : mengevaluasi fungsi usus
b) Kaji terhadap adanya hemoroid dan berikan informasi tentang memasukkan
heromoid kembali ke dalam rektal dengan jari yang dilumasi.
Rasional : Menurunkan ukuran hemoroid, menghilangkan gatal dan
ketidaknyamanan dan meningkatkan vaso konstriksi lokal.
c) Anjurkan klien minum secara adekuat ± 1500-2000ml/ hari.
Rasional :Peningkatan cairan akan merangsang eliminasi.
d) Anjurkan klien untuk mengkonsumsi bahan makanan yang berserat tinggi
seperti : sayuran dan buah-buahan.
Rasional :Melancarkan pencernaan
e) Anjurkan klien untuk rendam duduk dengan air hangat sebelum relaksasi.
Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan mengurangi rasa nyeri.
f) Anjurkan pasien untuk ambulasi sesuai toleransi
Rasional : Membantu maningkatkan peristaltik gastrointestinal.
g) Berikan pelunak feses atau laksatif jika diindikasikan.
Rasional : Untuk meningkatkan kembali kebiasaan defekasi normal dan
mencegah menjelang atau strees perineal selama defekasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah membahas makalah ini maka penulis dapat memberikan kesimpulan yaitu:
1. Perlukaan pada jalan lahir sebagai akibat persalinan normal terutama pada
seorang primipara, baik itu berupa robekan perinium, robekan serviks atau
rupture uteri sangat perlu dilakukan heacting perinium agar jaringan tubuh
2. Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi
banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus dievaluasi,
yaitu sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi. Peranan perawat
dan bidan atau disebut penolong harus segera melakukan tindakan penjahitan
4.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan dari pembahasan makalah ini adalah :
6. Mahasiswa dan pembaca diharapkan agar dapat mengerti tentang robekan jalan
dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi klien serta mampu memberikan
7. Mahasiswa dan pembaca diharapkan dapat mengerti dan menguasai serta dapat