Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ASKEB PERSALINAN DAN BBL

PENJAHITAN LASERASI PERENIUM

Dosen pengampu : Dwi Suliatiyowati, SST, MTr.Keb

Disusun oleh :
1. Ema Erlina (201801005)
2. Fitria Nur Zulaiha (201801006)
3. Linda Puspita Sari (201801009)
4. Maya Nilam Cahya (201801013)
5. Titin Prihatin (201801018)
6. Zulidiah Andriani (201801019)

AKADEMI KEBIDANAN DUTA DHARMA PATI


TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah  SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-
Nyalah sehingga, tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halangan yang amat berarti.
Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan tugas
makalah ini dengan baik.

 Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Penjahitan


Laserasi Perenium”, yang disajikan berdasarkan referensi dari berbagai sumber. 

Penyusun mengucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah “ibu Dwi


Sulistiyowati, SST, MTr.Keb” yang telah membimbing dan memberikan kesempatan
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa juga
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan dukungannya dalam pembuatan makalah ini.
 Penulis menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna, untuk itu
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran, baik dari dosen pembimbing
maupun teman-teman  atau pembaca agar makalah ini dapat lebih sempurna.
Semoga  makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca, dan semoga dengan adanya tugas ini Allah SWT senantiasa meridhoi dan
akhirnya membawa hikmah untuk semua pihak.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Pati, 07 November 2019

                                                                  penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN............................................................................................... i
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang....................................................................................................     1
1.2   Rumusan Masalah...............................................................................................      2
1.3  Tujuan ....................................................................................................      2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kebutuhan fisik ibu hamil........................................................... .............      3

BAB III PENUTUP
3.1Kesimpulan .............................................................................................       31
3.2  Saran.......................................................................................................... ........      31
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................      32
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu hal yang paling banyak ditakuti oleh para ibu hamil pada saat

proses melahirkan adalah episiotomi. Saat ini banyak pandangan di masyarakat

bahwa proses persalinan harus dilakukan melalui episiotomi. Bayangan akan

rasasakit yang tak terkira pada saat proses episiotomi selalu menghantui para ibu

hamil. Kadang ketakutan yang berlebih ini, justru membuat proses persalinan itu

sendiri menjadi tidak berjalan lancar. Untuk menghindarkan hal tersebut, ada

baiknya para ibu hamil mengenal lebih jauh apa itu episiotomi. Episiotomi adalah

pengguntingan kulit dan otot antara alat kelamin dan anus. Tujuannya untuk

melebarkan jalan lahir. Biasanya dokter akan memberikan anestesi lokal untuk

menghilangkan nyeri. Namun, dalam keadaan darurat episotomi dilakukan tanpa

anestesi lokal.

Episiotomi dilakukan untuk melebarkan jalan lahir, jika : dokter

memperkirakan memang diperlukan, misalnya jika bahu bayi tersangkut dan

dokter atau bidan memperkirakan bahu tetap tersangkut jika tidak dibantu dengan

episiotomi, janin dalam keadaan stres dan dokter menginginkan persalinan

berlangsung lebih cepat. Episiotomi merupakan bagian dari persalinan yang

dibantu dengan forsep atau vakum. Daerah otot-otot perineum sangat kaku,

sehingga akan dilakukan luka yang lebih luas diperineum atau labia (lipatan disisi

kanan dan kiri alat kelamin) jika tidak dilakukan episiotomi. Meskipun tindakan
episiotomi adalah intervensi yang umum, tapisebenarnya tindakan ini harusnya

bukan menjadi tindakan/intervensi rutin disetiap pertolongan persalinan

pervagina, sekitar lebih dari 70% dari semua persalinan per vagina tidak perlu

episiotomi. Memotong memperbesar lubang vagina dan membantu dalam

melahirkan bayi .

Jika memerlukan forsep atau pengiriman vakum, maka panjang sayatan akan

lebih panjang dari yang seharusnya jika bayi lahir tanpa dibantu instrumen.

Setelah bayi dan plasentalahir, maka jalan lahir akan diperiksa untuk setiap

robekan yang perlu perbaikan


bab 11

landasan teori

Anestesi lokal, prinsip penjahitan perineum

Jika perlukaan hanya mengenai bagian luar (superfisial) saja atau jika

perlukaan-perlukaan tersebut tidak mengeluarkan darah, biasanya tidak perlu

dijahit. Hanya perlukaan yang lebih dalam di mana jaringannya tidak bisa

didekatkan dengan baik atau perlukanaan yang aktif mengerluarkan darah

memerlukan suatu penjahitan. Perlu diingat prinsip-prinsip dasar dari

penyembuhan luka.

Perlukaan bisa sembuh karena pembentukkan jaringan-jaringan baru. Yakni,

jaringan bekas luka akan tumbuh kembali diantara kedua sisi luka untuk

kemudian menyatu kembali. Penjahitan akan membawa kedua sisi perlukaan

menyatu untuk mempermudah pertumbuhan jaringan bekas luka. Setiap kali

tusukan jahitan dibuat, jaringan akan terluka dan satu tempat baru masuknya

bakteri akan tercipta. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk menggunakan

jumlah jahitan yang sesedikit mungkin untuk merapatkan jaringan dan untuk

menghentikan pengeluaran darah dari perlukaan.

Tujuan dari penjahitan perlukaan perineum/episiotomi menurut Pusdiknakes

(2003) ialah :
1. Untuk mendekatkan jaringan-jaringan agar proses penyembuhan bisa terjadi.

Proses penyembuhan itu sendiri bukanlah hasil dari penjahitan tersebut tetapi hasil

dari pertumbuhan jaringnnya.

2.    Untuk menghentikan perdarahan.

Setelah menetukan jenis laserasi yang terjadi, siapkanlah peralatan yang diperlukan

untuk penjahitan. Menjahit laserasi yang lebih dari satu atau dua jahitan tanpa

anestesi bukanlah tindakan asuhan sayang ibu.

Lidocaine 1% adalah cairan anestesi yang dianjurkan untuk penjahitan

episiotomi dan laserasi setelah kelahiran. Lidocaine 2% tidak dianjurkan karena

terlalu tinggi konsentrasinya dan bisa menimbulkan necrosis jaringan. Lidocaine

dengan epinephrine tidak dianjurkan karena akan memperlambat penyerapan

lidocaine dan akan memperpanjang efek kerjanya. Tak satupun dari kedua efek

tersebut diperlukan bagi penjahitan episiotomy dan laserasi.

       Ukuran dan panjang jarum serta banyaknya obat anestesi yang diperlukan akan

bergantung pada laserasinya. Sebuah jarum berukuran 22, dengan panjang 3-4 cm

sudah cukup untuk menginjeksikan anestesi kedalam luka episiotomy, perluasan

laserasi akibat episiotomy atau robekan vagina. Akan tetapi, jarum yang berukuran

lebih kecil hendaknya dipakai pula untuk laserasi yang lebih kecil didaerah yang

lebih peka. Sebagai contoh, jarum yang berukuran 25, panjang 2-3 cm akan menjadi

pilihan yang lebih baik untuk menganestesi perlukaan klitoris. Bidan hendaknya

menggunakan kebijaksanaan klinis dalam menentukan jarum mana yang harus

dipakai.
       Teknik penginjeksian anestesi adalah :

1.    Jelaskan kepada ibu apa yang akan anda lakukan dan bantulah ia agar rileks.

2.    Masukkan jarum pada ujung atau pojok laserasi atau luka dan dorong masuk

sepanjang luka mengikuti garis dimana jarum jahitnya akan masuk atau keluar.

3.    Aspirasi dan kemudian injeksikan anestesis tersebut sambil menarik jarum ke titik

dimana jarum masuk.

4.    Hentikan penginjeksian anestesi dan belokkan kembali jarum sepanjang garis lain

dimana anda merencanakan akan membuat jahitan.

5.    Ulangi proses pemasukkan jarum, kemudian aspirasi, dan injeksikan sambil menarik

jarum hingga selurah daerah yang kemungkinan akan merasa sakit sudah dianestesi.

b.    Penjahitan episiotomi/laserasi
Teknik Penjahitan Perineum
       Ada berbagai teknik untuk penjahitan episiotomy dan laserasi. Pada masa lalu,

banyak orang yang menggunakan jahitan satu-satu.  Sekarang bayak yang

menggunakan jahitan jelujur (bersambung) karena memiliki kelebihan tertentu yaitu :

1.    Sedikit memberikan rasa sakit bagi ibu (setelah penjahitan).

2.    Mudah dipelajari karena hanya melibatkan satu jenis teknik panjahitan saja.

3.    Jumlah jahitannyapun hanya sedikit.

Langkah- langkah penjahitan dengan teknik jelujur untuk rupture perineum tingkat

dua dan episiotomy


1.    Sentuhlah dengan jari anda seluruh area lukanya (syatannya). Lihatlah dengan jelas

dimana puncak lukanya tempatkan jahitan yang pertama 1 cm di atas puncak luka di

dalam vagina tersebut. Pegang pinset ditangan yang lainnya. Gunakan pinset untuk

menarik jarummelalui jaringannya. Jangan sekali-kali menggunakan jari tangan untuk

meraba jarumnya karena berbahaya. Hal itu bisa berakibat terjadinya robekan kecil

pada sarung tangan karena tusukan jarum dan sangat berpotensi untuk mendapatkan

infeksi yang dibawa oleh darah seperti misal HIV dan hepatitis B. ikatlah jahitan

tersebut dengan simpul mati dan pendekkan ujung simpul sampai kira-kira 1 cm.

2.    Jahitlah mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur sampai cincin hymen

yang berada di bawahnya.

3.    Jarum kemudian akan menembus mukosa vagina, sampai ke belakang cincin hymen,

dan ditarik keluar pada luka perineum. Perhatikan berapa dekatnya jarum ke puncak

lukanya.

4.    Gunakan teknik jahitan jelujur saat anda menjahit lapisan ototnya. Lihat kedalam

luka untuk mengetahui letak ototnya. Biasanya akan tampak sedikit lebih merah dan

rasanya agak keras apabia disentuh. Penting sekali untuk menjahit otot ke otot.

Rasakan dasar dari luka karena pada waktu sudah mencapai ujung luka, berarti

lapisan otot yang dalam telah menutup.

5.    Setelah mencapai ujung yang paling akhir dari luka, putarlah arah jarum dan

mulailah menjahit kea rah vagina, dengan menggunakan jahitan untuk menutup

jaringan subcuticuler. Carialh lapisan subcuticuler persis dibawah lapisan kulit.

Jaringan subcuticuler umumnya lembut dan memiliki warna yang sama dengan
mukosa vagina. Lalu buat jahitan lapis kedua. Perhatikan sudut jarumnya. Jahitan

lapisan kedua ini akan meninggalkan lebar luka kira-kira 0,5 cm terbuka. Luka ini

akan menutup sendiri pada waktu proses penyembuhan berlangsung.

6.    Sekarang pindahkan jahitannya dari bagian luka padda perineum kembali ke vagina

di belakang cincin hymen untuk diamankan, diikat dan dipotong benangnya.

7.    Ikatlah jahitannya dengan simpul mati. Untuk membuat simpul tersebut benar-benar

kuat, buatlah 1 ½ kali simpul mati. Potong kedua ujung benang, dan hanya disisakan

masing-masing 1 cm. jika ujungnya dipotong terlalu pendek, jahitannya mungkin

akan terlepas. Jika hal ini terjadi, seluruh episiotomy akan menjadi longgar dan

terlepas.

8.    Periksa kembali untuk memastikan bahwa tidak ada sesuatu yang tertinggal, kasa,

tampon, atau alat di dalam vagina ibu. Cucilah alat kelamin ibu dengan air bersabun.

Keringkan dan buatlah ibu merasa nyaman.

9.    Berikan petunjuk kepada ibu mengenai cara pembersihan daerah perineum dengan

sabun dan air 3 sampai 4 kali sehari. Kalau tidak, ibu harus menjaga agar

perineumnya tetap kering dan bersih. Beritahu ibu agar jangan memasukkan benda

apapun kedalam vaginanya. Dan mintalah agar ibu kembali dalam waktu satu minggu

agar dapat memeriksanya kembali.

Bab 111

Penutup

a. Kesimpulan
Episiotomi adalah tindakan pencegahan kerusakan yang hebat pada jaringanlunak

akibat daya regang yang melebihi kapasitas atau elastisitas jaringan.Episiotomi harus

mengacu pada penilaian klinik yang tepat dan tehnik yang sesuaidengan kondisi yang

sedang dihadapi. Saat ini episiotomi tidak selalu dilakukan,karena episiotomi secara

bebas dan kurang tepat dapat meningkatkan jumlah perdarahan yang terjadi pada

persalinan. Upaya yang dilakukan untuk mencegah robekan perinium antara lain;

1.Aplikasi handuk hangat pada perinium.

2.Fasilitasi fleksi kepala bayi agar tidak menyebabkan regangan mendadak.

3.Mengarahkan kepala agar perinium dilalui oleh diameter terkecil saatekspulsi.

4.Menahan perinium dengan regangan telunjuk dan ibu jari

b. Saran

1. SARAN UNTUK TENAGA MEDISDiharapkan makalah ini dapat dijadikan

sebagai panduan untuk melakukantindakan serta meningkatkan kualitas dari

pelayanan tenaga medis.2. SARAN UNTUK PEMBACADiharapkan makalah ini

dapat bermanfaat dan dapat dijadikan referensi untukmenambah pengetahuan dari

pembaca.

Anda mungkin juga menyukai