Disusun oleh :
1. Ema Erlina (201801005)
2. Fitria Nur Zulaiha (201801006)
3. Linda Puspita Sari (201801009)
4. Maya Nilam Cahya (201801013)
5. Titin Prihatin (201801018)
6. Zulidiah Andriani (201801019)
penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN............................................................................................... i
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 2
1.3 Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kebutuhan fisik ibu hamil........................................................... ............. 3
BAB III PENUTUP
3.1Kesimpulan ............................................................................................. 31
3.2 Saran.......................................................................................................... ........ 31
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 32
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu hal yang paling banyak ditakuti oleh para ibu hamil pada saat
rasasakit yang tak terkira pada saat proses episiotomi selalu menghantui para ibu
hamil. Kadang ketakutan yang berlebih ini, justru membuat proses persalinan itu
sendiri menjadi tidak berjalan lancar. Untuk menghindarkan hal tersebut, ada
baiknya para ibu hamil mengenal lebih jauh apa itu episiotomi. Episiotomi adalah
pengguntingan kulit dan otot antara alat kelamin dan anus. Tujuannya untuk
melebarkan jalan lahir. Biasanya dokter akan memberikan anestesi lokal untuk
anestesi lokal.
dokter atau bidan memperkirakan bahu tetap tersangkut jika tidak dibantu dengan
dibantu dengan forsep atau vakum. Daerah otot-otot perineum sangat kaku,
sehingga akan dilakukan luka yang lebih luas diperineum atau labia (lipatan disisi
kanan dan kiri alat kelamin) jika tidak dilakukan episiotomi. Meskipun tindakan
episiotomi adalah intervensi yang umum, tapisebenarnya tindakan ini harusnya
pervagina, sekitar lebih dari 70% dari semua persalinan per vagina tidak perlu
melahirkan bayi .
Jika memerlukan forsep atau pengiriman vakum, maka panjang sayatan akan
lebih panjang dari yang seharusnya jika bayi lahir tanpa dibantu instrumen.
Setelah bayi dan plasentalahir, maka jalan lahir akan diperiksa untuk setiap
landasan teori
Jika perlukaan hanya mengenai bagian luar (superfisial) saja atau jika
dijahit. Hanya perlukaan yang lebih dalam di mana jaringannya tidak bisa
penyembuhan luka.
jaringan bekas luka akan tumbuh kembali diantara kedua sisi luka untuk
tusukan jahitan dibuat, jaringan akan terluka dan satu tempat baru masuknya
bakteri akan tercipta. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk menggunakan
jumlah jahitan yang sesedikit mungkin untuk merapatkan jaringan dan untuk
(2003) ialah :
1. Untuk mendekatkan jaringan-jaringan agar proses penyembuhan bisa terjadi.
Proses penyembuhan itu sendiri bukanlah hasil dari penjahitan tersebut tetapi hasil
Setelah menetukan jenis laserasi yang terjadi, siapkanlah peralatan yang diperlukan
untuk penjahitan. Menjahit laserasi yang lebih dari satu atau dua jahitan tanpa
lidocaine dan akan memperpanjang efek kerjanya. Tak satupun dari kedua efek
Ukuran dan panjang jarum serta banyaknya obat anestesi yang diperlukan akan
bergantung pada laserasinya. Sebuah jarum berukuran 22, dengan panjang 3-4 cm
laserasi akibat episiotomy atau robekan vagina. Akan tetapi, jarum yang berukuran
lebih kecil hendaknya dipakai pula untuk laserasi yang lebih kecil didaerah yang
lebih peka. Sebagai contoh, jarum yang berukuran 25, panjang 2-3 cm akan menjadi
dipakai.
Teknik penginjeksian anestesi adalah :
1. Jelaskan kepada ibu apa yang akan anda lakukan dan bantulah ia agar rileks.
2. Masukkan jarum pada ujung atau pojok laserasi atau luka dan dorong masuk
sepanjang luka mengikuti garis dimana jarum jahitnya akan masuk atau keluar.
3. Aspirasi dan kemudian injeksikan anestesis tersebut sambil menarik jarum ke titik
4. Hentikan penginjeksian anestesi dan belokkan kembali jarum sepanjang garis lain
5. Ulangi proses pemasukkan jarum, kemudian aspirasi, dan injeksikan sambil menarik
jarum hingga selurah daerah yang kemungkinan akan merasa sakit sudah dianestesi.
b. Penjahitan episiotomi/laserasi
Teknik Penjahitan Perineum
Ada berbagai teknik untuk penjahitan episiotomy dan laserasi. Pada masa lalu,
2. Mudah dipelajari karena hanya melibatkan satu jenis teknik panjahitan saja.
Langkah- langkah penjahitan dengan teknik jelujur untuk rupture perineum tingkat
dimana puncak lukanya tempatkan jahitan yang pertama 1 cm di atas puncak luka di
dalam vagina tersebut. Pegang pinset ditangan yang lainnya. Gunakan pinset untuk
meraba jarumnya karena berbahaya. Hal itu bisa berakibat terjadinya robekan kecil
pada sarung tangan karena tusukan jarum dan sangat berpotensi untuk mendapatkan
infeksi yang dibawa oleh darah seperti misal HIV dan hepatitis B. ikatlah jahitan
tersebut dengan simpul mati dan pendekkan ujung simpul sampai kira-kira 1 cm.
2. Jahitlah mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur sampai cincin hymen
3. Jarum kemudian akan menembus mukosa vagina, sampai ke belakang cincin hymen,
dan ditarik keluar pada luka perineum. Perhatikan berapa dekatnya jarum ke puncak
lukanya.
4. Gunakan teknik jahitan jelujur saat anda menjahit lapisan ototnya. Lihat kedalam
luka untuk mengetahui letak ototnya. Biasanya akan tampak sedikit lebih merah dan
rasanya agak keras apabia disentuh. Penting sekali untuk menjahit otot ke otot.
Rasakan dasar dari luka karena pada waktu sudah mencapai ujung luka, berarti
5. Setelah mencapai ujung yang paling akhir dari luka, putarlah arah jarum dan
mulailah menjahit kea rah vagina, dengan menggunakan jahitan untuk menutup
Jaringan subcuticuler umumnya lembut dan memiliki warna yang sama dengan
mukosa vagina. Lalu buat jahitan lapis kedua. Perhatikan sudut jarumnya. Jahitan
lapisan kedua ini akan meninggalkan lebar luka kira-kira 0,5 cm terbuka. Luka ini
6. Sekarang pindahkan jahitannya dari bagian luka padda perineum kembali ke vagina
7. Ikatlah jahitannya dengan simpul mati. Untuk membuat simpul tersebut benar-benar
kuat, buatlah 1 ½ kali simpul mati. Potong kedua ujung benang, dan hanya disisakan
akan terlepas. Jika hal ini terjadi, seluruh episiotomy akan menjadi longgar dan
terlepas.
8. Periksa kembali untuk memastikan bahwa tidak ada sesuatu yang tertinggal, kasa,
tampon, atau alat di dalam vagina ibu. Cucilah alat kelamin ibu dengan air bersabun.
9. Berikan petunjuk kepada ibu mengenai cara pembersihan daerah perineum dengan
sabun dan air 3 sampai 4 kali sehari. Kalau tidak, ibu harus menjaga agar
perineumnya tetap kering dan bersih. Beritahu ibu agar jangan memasukkan benda
apapun kedalam vaginanya. Dan mintalah agar ibu kembali dalam waktu satu minggu
Bab 111
Penutup
a. Kesimpulan
Episiotomi adalah tindakan pencegahan kerusakan yang hebat pada jaringanlunak
akibat daya regang yang melebihi kapasitas atau elastisitas jaringan.Episiotomi harus
mengacu pada penilaian klinik yang tepat dan tehnik yang sesuaidengan kondisi yang
sedang dihadapi. Saat ini episiotomi tidak selalu dilakukan,karena episiotomi secara
bebas dan kurang tepat dapat meningkatkan jumlah perdarahan yang terjadi pada
persalinan. Upaya yang dilakukan untuk mencegah robekan perinium antara lain;
b. Saran
pembaca.