Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KDKK PENJAHITAN LUKA

Disusun Oleh :

1. Anisa Herfi Rahmawati (P07124119032)


2. Azzahra Fadhila MM (P07124119033)
3. Luluk Setyoningrum (P07124119034)
4. Ria Iriyanti (P07124119035)
5. Niken Ayu Anggraeni (P07124119036)
6. Juwita Yimma Atma B. (P07124119037)
7. Ade Rahmawati (P07124119038)
8. Kartika Dewi Candra (P07124119039)
9. Sephia Okta Maharani (P07124119040)
10. Nur Anisa Dinda Safitri (P07124119056)

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


TAHUN AJARAN 2019/2020
Jl. Tatabumi No. 3, Banyuraden, Gamping, Sleman, Kode Pos 55293, Telepon
(0274) 617601
Website :https://poltekkesjogja.ac.id/ – Email : info@poltekkesjogja.ac.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan rahmat
dan karunianya sehingga makalah yang berjudul “PENJAHITAN LUKA” ini
dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini dibuat karena untuk pemenuhan tugas
mata kuliah Keterampilan Dasar Klinik Kebidanan. Penulis berharap semoga
makalah ini mampu menambah pengalaman serta ilmu bagi para pembaca. Serta
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Karena keterbatasan ilmu maupun pengalaman penulis, penulis menyadari


bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian. Dan semoga untuk ke depannya kami
sanggup memperbaiki bentuk maupun meningkatkan isi makalah menjadi yang
miliki wawasan yang luas dan lebih baik lagi. Demikian apa yang bisa penulis
sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah ini.

Yogyakarta, 25 Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2


DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang .................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
C. Tujuan ................................................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 5
A. Macam-Macam Jahitan ....................................................................................... 5
B. Macam-Macam Benang dan Kegunaannya ........................................................ 9
C. Macam-Macam Jarum dan Kegunaannya ......................................................... 15
D. Macam-Macam Alat Jahit dan Alat untuk Angkat Jahitan dan Kegunaannya.. 17
E. Cara Mengangkat Jahitan .................................................................................. 21
BAB III............................................................................................................................. 23
PENUTUP.................................................................................................................... 23
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 23
B. Saran ................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 24
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses
patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ
tertentu (Perry , 2005). Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan
atau tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau
tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, gigitan hewan dll
(De Jong, 2004).
Penjahitan luka adalah suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka dengan
benang sampai sembuh dan cukup untuk menahan beban fisiologis (Santoso,
2005).

B. Rumusan Masalah
1. Macam-macam jahitan.
2. Macam-macam benang dan kegunaannya.
3. Macam-macam jarum dan kegunaannya.
4. Macam-macam alat jahit dan alat untuk angkat jahitan dan kegunaannya.
5. Cara mengangkat jahitan.

C. Tujuan
1. Sebagai tugas umum, untuk membantu mahasiswa dalam pembelajaran
agar mengetahui bagaimana penjahitan pada luka.
2. Sebagai tugas khusus untuk memenuhi tugas mata kuliah
KETERAMPILAN DASAR KLINIK KEBIDANAN.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Macam-Macam Jahitan
1. Simple Interupted Suture (Jahitan Terputus/Satu-Satu)

Teknik penjahitan ini dapat dilakukan pada semua luka, dan apabila
tidak ada teknik penjahitan lain yang memungkinkan untuk diterapkan.
Terbanyak digunakan karena sederhana dan mudah. Tiap jahitan disimpul
sendiri. Dapat dilakukan pada kulit atau bagian tubuh lain, dan cocok
untuk daerah yang banyak bergerak karena tiap jahitan saling menunjang
satu dengan lain. Digunakan juga untuk jahitan situasi. Cara jahitan
terputus dibuat dengan jarak kira-kira 1 cm antar jahitan. Keuntungan
jahitan ini adalah bila benang putus, hanya satu tempat yang terbuka, dan
bila terjadi infeksi luka, cukup dibuka jahitan di tempat yang terinfeksi.
Akan tetapi, dibutuhkan waktu lebih lama untuk mengerjakannya.

Teknik jahitan terputus sederhana dilakukan sebagai berikut:

a. Jarum ditusukkan jauh dari kulit sisi luka, melintasi luka dan kulit
sisi lainnya, kemudian keluar pada kulit tepi yang jauh, sisi yang
kedua.
b. Jarum kemudian ditusukkan kembali pada tepi kulit sisi kedua
secara tipis, menyeberangi luka dan dikeluarkan kembali pada tepi
dekat kulit sisi yang pertama
c. Dibuat simpul dan benang diikat.
2. Running Suture/ Simple Continous Suture (Jahitan Jelujur)

Jahitan jelujur menempatkan simpul hanya pada ujung-ujung jahitan,


jadi hanya dua simpul. Bila salah satu simpul terbuka, maka jahitan akan
terbuka seluruhnya. Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita
menjelujur baju. Biasanya menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak
disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar, dan sebaiknya
tidak dipakai untuk menjahit kulit.

Teknik jahitan jelujur dilakukan sebagai berikut:

a. Diawali dengan menempatkan simpul 1 cm di atas puncak luka


yang terikat tetapi tidak dipotong
b. Serangkaian jahitan sederhana ditempatkan berturut-turut tanpa
mengikat atau memotong bahan jahitan setelah melalui satu simpul
c. Spasi jahitan dan ketegangan harus merata, sepanjang garis jahitan
d. Setelah selesai pada ujung luka, maka dilakukan pengikatan pada
simpul terakhir pada akhir garis jahitan
e. Simpul diikat di antara ujung ekor dari benang yang keluar dari
luka/ penempatan jahitan terakhir.

3. Running Locked Suture (Jahitan Pengunci/ Jelujur Terkunci/ Feston)


Jahitan jelujur terkunci merupakan variasi jahitan jelujur biasa, dikenal
sebagai stitch bisbol àkarena penampilan akhir dari garis jahitan berjalan
terkunci. Teknik ini biasa digunakan untuk menutup peritoneum. Teknik
jahitan ini dikunci bukan disimpul, dengan simpul pertama dan terakhir
dari jahitan jelujur terkunci adalah terikat.

Cara melakukan penjahitan dengan teknik ini hampir sama dengan


teknik jahitan jelujur, bedanya pada jahitan jelujur terkunci dilakukan
dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya, sebelum beralih ke
tusukan berikutnya.

4. Subcuticuler Continuous Suture (Subkutis)

Jahitan subkutis dilakukan untuk luka pada daerah yang memerlukan


kosmetik, untuk menyatukan jaringan dermis/ kulit. Teknik ini tidak dapat
diterapkan untuk jaringan luka dengan tegangan besar.
Pada teknik ini benang ditempatkan bersembunyi di bawah jaringan
dermis sehingga yang terlihat hanya bagian kedua ujung benang yang
terletak di dekat kedua ujung luka. Hasil akhir pada teknik ini berupa satu
garis saja.
Teknik ini dilakukan sebagai berikut :
a. Tusukkan jarum pada kulit sekitar 1-2 cm dari ujung luka keluar di
daerah dermis kulit salah satu dari tepi luka
b. Benang kemudian dilewatkan pada jaringan dermis kulit sisi yang
lain, secara bergantian terus menerus sampai pada ujung luka yang
lain, untuk kemudian dikeluarkan pada kulit 1-2 cm dari ujung luka
yang lain
c. Dengan demikian maka benang berjalan menyusuri kulit pada
kedua sisi secara parallel di sepanjang luka tersebut.
5. Mattress Suture (Matras : Vertikal dan Horisontal)

Jahitan matras dibagi menjadi dua, yaitu matras vertical dan matras
horizontal. Prinsip teknik penjahitan ini sama, yang berbeda adalah hasil
akhir tampilan permukaan. Teknik ini sangat berguna dalam
memaksimalkan eversi luka, mengurangi ruang mati, dan mengurangi
ketegangan luka. Namun, salah satu kelemahan teknik penjahitan ini
adalah penggarisan silang.Risiko penggarisan silang lebih besar karena
peningkatan ketegangan di seluruh luka dan masuknya 4 dan exit point
dari jahitan di kulit.

Teknik jahitan matras vertical dilakukan dengan menjahit secara


mendalam di bawah luka kemudian dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi
luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang cepat karena
didekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini.

Teknik jahitan matras horizontal dilakukan dengan penusukan seperti


simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1
cm dari tusukan pertama. keuntungannya adalah memberikan hasil jahitan
yang kuat.

Waktu yang dianjurkan untuk menghilangkan benang ini adalah 5-7


hari (sebelum pembentukan epitel trek jahit selesai) untuk mengurangi
risiko jaringan parut. Penggunaan bantalan pada luka, dapat
meminimalkan pencekikan jaringan ketika luka membengkak dalam
menanggapi edema pascaoperasi. Menempatkan/mengambil tusukan pada
setiap jahitan secara tepat dan simetris sangat penting dalam teknik jahitan
ini.
6. Jahitan Jelujur Feston (Interlocking Suture)

Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya,


biasa sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan
jelujur biasa.

7. Jahitan jelujur horisontal

Jahitan kontinyu yang diselingi dengan jahitan arah horizontal.

8. Jahitan Simpul Intrakutan


Jahitan simpul pada daerah intrakutan, biasanya dipakai untuk menjahit
area yang dalam kemudian pada bagian luarnya dijahit pula dengan simpul
sederhana.

9. Jahitan Jelujur Intrakutan


Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit, jahitan ini terkenal
menghasilkan kosmetik yang baik

B. Macam-Macam Benang dan Kegunaannya


Benang dalam jenisnya dibagi menjadi tiga (3) yaitu :
1. Diserap ( absorbable sutures )
Merupakan jenis benang yang materialnya dibuat dari jaringan
collagen mamalia sehat atau dari sintetik polimer. Material di dalam tubuh
akan diserap yang lamanya bervariasi, sehingga tidak ada benda asing
yang tertinggal di dalam tubuh.
Benang bedah jenis ini dapat melarut oleh jaringan tubuh atau
dapat terdegredasi ke dalam tubuh. Benang bedah ini terbuat dari bahan
yang dapat larut ke dalam jaringan setelah beberapa hari (sekitar 10
sampai 8 minggu) tergantung dari bahan dasarnya. Keuntungan dari
penggunaan jenis benang ini adalah tidak perlu dilakukan tindakan untuk
mengambil kembali benang dari tubuh. Kekurangan penggunaan benang
ini adalah memberikan bekas luka jahitan yang terlihat, oleh sebab itu
benang ini digunakan pada bagian bawah kulit. Benang bedah yang
terdegradasi ini dibuat dengan menggunakan usus domba, sehingga sering
juga disebut dengan catgut. Benang gut saat ini dibuat khusus dari usus
sapi maupun domba dan mungkin tanpa perlakuan apapun (plain gut), ada
juga yang digelapkan dengan menggunakan garam kromium untuk
meningkatkan kesamaannya dengan tubuh (chromic gut) atau diberi
perlakuan-panas untuk mempercepat absorpsinya (fast gut).
Pembuatan benang ini sekarang sudah dibuat dengan serat polimer
sintetis yang memungkinkan untuk diuntai ataupun dijadikan benang
monofilamen. Benang yang dibuat dari bahan sintetik lebih memberikan
banyak keuntungan dibandingan dengan gut, lebih mudah digunakan,
harganya lebih murah, raksi jaringan yang minimal dan tidak toksik.
Contoh benang ini adalah benang asam poliglikolat (PGA), poliglaktin 910
(PGLA), catgut plain dan catgut chromic, polidioksanon (PDS).

Contoh benang catgut plain


2. Tidak diserap ( non ansorbable sutures )
Merupakan benang yang dibuat dari material yang tahan terhadap
enzim penyerapan dan tetap berada dalam tubuh atau jaringan tanpa reaksi
penolakan selama bertahun – tahun.
Kelebihan dari benang ini adalah dapat memegang jaringan secara
permanen. Kekurangan dari benang ini adalah benang ini menjadi benda
asing yang tertinggal didalam tubuh dan kemungkinan akan menjadi fistel.
Jenis benang ini akan terus berada pada bagian tubuh yang
dilakukan tindakan operasi. Benang ini harus diambil kembali dari tubuh
setelah luka pasca operasi sudah kembali normal atau sembuh.
Penggunaan jenis benang ini memberikan bekas luka yang minim atau
tidak terlihat sehingga biasa digunakan untuk menjahit tubuh bagian luar.
Akan tetapi pada beberapa kasus seperti tindakan operasi pada jantung,
pembuluh darah dimana terdapat proses ritmatik membutuhkan benang
yang dapat bertahan lama lebih dari 3 minggu, untuk memberikan waktu
yang cukup bagi luka untuk sembuh. Contoh dari benang ini adalah
benang polipropilene, nilon (ethilon), poliester, PVDF.

Contoh benang polipropilene

3. Benang bedah monofilamen dan multifilament

Benang bedah multifilamen terbuat dari kumparan benang tipis


yang kemudian diputar atau dikepang menjadi satu. Benang ini lebih
mudah untuk diikat dibandingan dengan benang monofilamen. Namun
benang ini mempunyai kekurangan yaitu menjadi tempat persembunyian
dan perkembangan bakteri sehingga meningkatkan kejadian infeksi.
Benang monofilamen tersusun atas satu benang saja, dan digunakan untuk
menutup kulit yang mengalami luka dan beresiko terjadinya infeksi.
Contoh benang multifilamen yaitu polipropilene, nilon (ethilon), catgut,
polidioksanon. Sedangkan benang monofilamen contohnya adalah
poliglaktin 910, benang PGA.

Contoh benang poliglaktin 910

Berikut macam-macam benang yang lebih spesifik :

1. Seide (silk/sutera)
Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi dengan
perekat, tidak diserap tubuh. Pada penggunaan disebelah luar maka benang
harus dibuka kembali.
Warna : hitam dan putih
Ukuran : 5,0-3
Kegunaan : menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri (arteri besar) dan
sebagai teugel (kendali)
2. Plain catgut
Diserap tubuh dalam waktu 7-10 hari
Warna : putih dan kekuningan
Ukuran : 5,0-3
Kegunaan : untuk mengikat sumber perdarahan kecil, menjahit subkutis
dan dapat pula dipergunakan untuk menjahit kulit terutama daerah longgar
(perut, wajah) yang tak banyak bergerak dan luas lukanya kecil.
Plain catgut harus disimpul paling sedikit 3 kali, karena dalam tubuh akan
mengembang.
3. Chromic catgut
Berbeda dengan plain catgut, sebelum dipintal ditambahkan krom,
sehingga menjadi lebih keras dan diserap lebih lama 20-40 hari.
Warna : coklat dan kebiruan
Ukuran : 3,0-3
Kegunaan : penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam waktu 10
hari, untuk menjahit tendo untuk penderita yang tidak kooperatif dan bila
mobilisasi harus segera dilakukan.
4. Ethilon
Benang sintetis dalam kemasan atraumatis (benang langsung bersatu
dengan jarum jahit) dan terbuat dari nilon lebih kuat dari seide atau catgut.
Tidak diserap tubuh, tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan jaringan
tubuh lain
Warna : biru dan hitam
Ukuran : 10,0-1,0
Penggunaan : bedah plastic, ukuran yang lebih besar sering digunakan
pada kulit, nomor yang kecil digunakan pada bedah mata.
5. Ethibond
Benang sintetis(polytetra methylene adipate). Kemasan atraumatis.
Bersifat lembut, kuat, reaksi terhadap tubuh minimum, tidak terserap.
Warna : hiaju dan putih
Ukuran : 7,0-2
Penggunaan : kardiovaskular dan urologi
6. Vitalene
Benang sintetis (polimer profilen), sangat kuat lembut, tidak diserap.
Kemasan atraumatis
Warna : biru
Ukuran : 10,0-1
Kegunaan : bedah mikro terutama untuk pembuluh darah dan jantung,
bedah mata, plastic, menjahit kulit
7. Vicryl
Benang sintetis kemasan atraumatis. Diserap tubuh tidak menimbulkan
reaksi jaringan. Dalam subkuitis bertahan 3 minggu, dalam otot bertahan 3
bulan
Warna : ungu
Ukuran : 10,0-1
Penggunaan : bedah mata, ortopedi, urologi dan bedah plastic
8. Supramid
Benang sintetis dalam kemasan atraumatis. Tidak diserap
Warna : hitam dan putih
Kegunaan : penjahitan kutis dan subkutis
9. Linen
Dari serat kapas alam, cukup kuat, mudah disimpul, tidak diserap, reaksi
tubuh minimum
Warna : putih
Ukuran : 4,0-0
Penggunaan : menjahit usus halus dan kulit, terutama kulit wajah
10. Steel wire
Merupakan benang logam terbuat dari polifilamen baja tahan karat. Sangat
kuat tidak korosif, dan reaksi terhadap tubuh minimum. Mudah disimpul
Warna : putih metalik
Kemasan atraumatuk
Ukuran : 6,0-2
Kegunaan : menjahit tendo
C. Macam-Macam Jarum dan Kegunaannya
Jarum bedah disebut juga jarum hecthing (Suturu needles atau Surgical
needles) digunkana untuk menjahit luka, umumnya luka operasi. Pada
umumnya terbuat dari logam (stainless steel)
Biasanya jarum-jarum bedah dijial tersendiri, lepas dari benang badahnya.
Tapi sekarang banyak dijual jarum-jarum bedah berikut benangnya dalam
kemasan satu-satu. Jarum yang demikian disebut Atroumatic needle, karena
menimbulkan trauma, sebab benang tersebut langsung dijepit kedalam ujung
jarum yang satunya lagi.

Struktur Jarum Bedah

Macam-macam jarum dan kegunaan

1. Taper. Ujung jarum taper dengan batang bulat atau empat persegi cocok
digunakan untuk menjahit daerah aponeurosis, otot, saraf, peritoneum,
pembuluh darah, katup.
2. Blunt. blunt point dan batang gepeng cocok digunakan untuk menjahit
daerah usus besar, ginjal, limpa, hati

3. Triangular. Ujung segitiga dengan batang gepeng atau empat persegi. Bisa
dipakai untuk menjahit daerah kulit, fascia, ligament, dan tendon.

4. Tapercut. Ujung jarum berbentuk segitiga yang lebih kecil dengan batang
gepeng, bisa digunakan untuk menjahit fascia, ligaments, uterus, rongga
mulut, dan sebagainya.
D. Macam-Macam Alat Jahit dan Alat untuk Angkat Jahitan dan
Kegunaannya
1. Alat untuk menjahit luka
a. Alat (Instrumen)
1) Tissue forceps ( pinset ) terdiri dari dua bentuk yaitu tissue forceps
bergigi ujungnya ( surgical forceps) dan tanpa gigi di ujungnya
yaitu atraumatic tissue forceps dan dressing forceps.

2) Scalpel handles dan scalpel blades

3) Dissecting scissors ( Metzen baum )


4) Suture scissors

5) Needleholders

6) Suture needles ( jarum ) dari bentuk 2/3 circle, Vi circle , bentuk


segitiga dan bentuk bulat
7) Sponge forceps (Cotton-swab forceps)

8) Hemostatic forceps ujung tak bergigi ( Pean) dan ujung bergigi


(Kocher)

9) Retractors, double ended


10) Towel clamps

b. Bahan
1) Benang (jenis dan indikasi dijelaskan kemudian )
2) Cairan desifektan : Povidon-iodidine 10 % (Bethadine )
3) Cairan Na Cl 0,9% dan perhydrol 5 % untuk mencuci luka.
4) Anestesi lokal lidocain 2%.
5) Sarung tangan.
6) Kasa steril.

2. Alat untuk mengangkat jahitan


a. Bak instrumen steril yang berisi :
1) Pincet cirrurgis
2) Pincet anatomis
3) Gunting angkat jahit
4) Kassa steril
5) Lidi kapas
b. Mangkok steril
c. Gunting perban atau plester
d. Bengkok
e. Bensin
f. Larutan H2O2, savlon/lisol atau larutan lainnya yang sesuai dengan
kebutuhan
g. Obat luka
h. Handscoon steril
i. Sketzel atau sampiran

E. Cara Mengangkat Jahitan


1. URAIAN UMUM
Mengangkat atau membuka benang jahitan pada luka yang dijahit.
Gunanya untuk menjegah timbulnya infeksi dan tertinggalnya benang
2. Operasional dilakukan pada :
a. Luka operasi yang sudah waktunya diangkat jahitannya
b. Luka pasca bedah yang sudah sembuh
c. Luka infeksi oleh karena jahitan
3. PERSIAPAN
a. Persiapan Klien
1) Cek perencanaan Keperawatan klien
2) Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
b. Persiapan Alat
1) Set angkat jahitan seteril
2) Kapas bulat / lidi kapas
3) Bengkok
4) Gunting dan plester
5) Alkohol 70 % / wash bensin
6) Kantong balutan kotor
7) Kassa / tufer dalam tromol
8) Bethadine 10 %
4. PELAKSANAAN
a. Cuci tangan
b. Memasang sampiran disekeliling tempat tidur
c. Atur posisi klien sesuai kebutuhan
d. Meletakan set angkat jahitan didekat klien atau didaerah yang mudah
dijangkau
e. Membuka set angkat jahitan seteril
f. Membuka balutan dengan hati-hati dan balutan dimasukan kedalam
kantong balutan kotor, bekas-bekas plester dibersihkan dengan kapas
bensin
g. Mendisinfeksi sekitar luka operasi dengan kapas alkohol 70 % dan
mengolesi luka operasi dengan bethadine 10 %
h. Melepaskan jahitan satu persatu selang seling, dengan cara :
Menjepit simpul jahitan dengan pinset anatomis dan ditarik sedikit
keatas kemudian menggunting benang dibawah simpul yang
berdekatan dengan kulit atau pada sisi yang lain yang tidak simpul
i. Mengolesi luka dan sekitarnya dengan bethadine
j. Menutup luka dengan kassa kering dan diplester
k. Merapihkan klien dan alat – alat dibereskan
l. Cuci tangan
m. Perhatikan dan catat reaksi klien setelah melakukan tindakan
5. EVALUASI
Perhatikan respon klien dan hasil tindakan
6. DOKUMENTASI
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien,
hasil tindakan, Kondisi luka, yang melakukan ).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Yang dapat disimpulkan dari makalah ini adalah bahwa terdapat macam-
macam benang dan jarum yang digunakan dan tentunya dengan fungsi yang
berbeda-beda. Tergantung pada jenis luka dan jahitan yang akan dilakukan.
Cara pengangkatan jahitan juga harus steril agar terhindar dari berbeagai
infeksi yang berisiko untuk pasien.

B. Saran
Sebagai mahasiswa kita dapat terus memperluas ilmu dengan membaca
banyak buku dan referensi lain agar lebih mengerti tentang penjahitan pada
luka operasi maupun tidak.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai