Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL BOOK REVIEW

“DASAR BUSANA”

DOSEN PENGAMPU:
Dra.NURHAYATI TANJUNG

DISUSUN OLEH:
E. SANDORA HUTASOIT
5183344002
PEND.TATA RIAS REG.A

PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Swt, berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan
Critical Book Report  untuk memenuhi tugas Critical Book Report DASAR BUSANA. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada : Ibu selaku dosen DASAR BUSANA
di Universitas Negeri Medan atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk
mengerjakan tugas Critical Book Report ini. Semua sahabat dan teristimewa kepada orangtua
yang telah memberikan dorongan dan doa kepada penulis dan juga memberikan bantuan
kepada penulis sehingga Critical Book Report  ini dapat terselesaikan.

Tak lepas dari kekurangan, penulis sadar bahwa Critical Book Report ini masih jauh
dari kata sempurna. Saran dan kritik yang membangun diharapkan demi karya yang lebih
baik dimasa mendatang. Semoga Critical Book Report ini dapat melengkapkan tugas Kami
sebagai mahasiswa dan untuk mata kuliah Psikologi Pendidikan.

Medan, 18 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar belakang.................................................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................................1
1.3 Manfaat........................................................................................................................1
BAB 2.........................................................................................................................................2
RINGKASAN ISI BUKU..........................................................................................................2
2.1 Identitas Buku 1................................................................................................................2
2.2 Identitas buku 2................................................................................................................2
2.3 Ringkasan isi buku 1........................................................................................................2
2.4 Ringkasan isi buku 2........................................................................................................6
BAB 3.......................................................................................................................................10
PEMBAHASAN......................................................................................................................14
3.1 Kelebihan dan kekurangan isi buku 1............................................................................14
3.2 Kelebihan dan kekurangan isi buku 2............................................................................15
BAB 4.......................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................16
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................16
4.2 Saran...............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kata ”busana” diambil dari bahasa Sansekerta ”bhusana”. Namun dalam bahasa
Indonesia terjadi penggeseran arti ”busana” menjadi ”padanan pakaian”. Meskipun
demikian pengertian busana dan pakaian merupakan dua hal yang berbeda.
Busana merupakan segala sesuatu yang kita pakai mulai dari ujung rambut sampai
ke ujung kaki. Busana ini mencakup busana pokok, pelengkap (milineris dan aksesories)
dan tata riasnya. Sedangkan pakaian merupakan bagian dari busana yang tergolong pada
busana pokok. Jadi pakaian merupakan busana pokok yang digunakan untuk menutupi
bagian-bagian tubuh.
Busana yang dipakai dapat mencerminkan kepribadian dan status sosial sipemakai.
Selain itu busana yang dipakai juga dapat menyampaikan pesan atau image kepada orang
yang melihat. Untuk itu dalam berbusana banyak hal yang perlu diperhatikan dan
pertimbangkan sehingga diperoleh busana yang serasi, indah dan menarik.
Ilmu tata busana adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara memilih,
mengatur dan memperbaiki, dalam hal ini adalah busana sehingga diperoleh busana yang
lebih serasi dan indah.
1.2 Tujuan
 Mengulas isi sebuah buku.
 Mengetahui informasi sebuah buku.
 Membandingkan isi buku utama dengan buku pembanding 1, Dan pembanding 2
 Melatih individu agar berfikir kritis dalam mencari informasi yang ada disetiap buku.

1.3 Manfaat
 Untuk memenuhi tugas mata kuliah DASAR BUSANA.
 Untuk menambah pengetahuan tentang mata kuliah DASAR BUSANA.
 Untuk mengetahui banyak hal tentang buku, dan melatih mahasiswa untuk gemar
membaca.

1
BAB 2
RINGKASAN ISI BUKU

2.1 Identitas Buku 1

Judul : Buku trampil membuat pola busana tingkat dasar

Penulis : Soekarno

ISBN : 979686973x

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun : 2003

Tebal Buku : vii+78 halaman

2.2 Identitas buku 2

Judul : Tata Busana Jilid 2

Penulis : Ernawati, Izwerni, Dan Weni Nelmira

2
ISBN : 978-979-060-035-2

Penerbit : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Tahun : 2008

Tebal Buku : vii+155 halaman

2.3 Ringkasan isi buku 1


BAB 1

TEKNIK MENJAHIT BUSANA

Teknik menjahit yang benar dapat mempengaruhi kualitas dari hasil (produk) busana,
disamping pola yang baik dan ukuran yang tepat serta desain yang bagus semua merupakan
suatu kesatuan dari proses pembuatan busana, salah satu diantaranya tidak benar maka tidak
akan tercapai produk yang berkualitas baik.

A. Tusuk Dasar Menjahit


Tusuk dasar yaitu tusuk dengan menggunakan alat jarum tangan. Ada beberapa tusuk
dasar yang biasa digunakan dalam menjahit busana, antara lain adalah sbb:
1. Tusuk Jelujur yaitu dimulai dari kanan ke kiri, guna tusuk jelujur adalah untuk
membuat jahitan menjadi sempurna. Tusuk jelujur dapat dibedakan menjadi 3
bentuk.
2. Tusuk tikam jejak yaitu tusuk jahitan dengan bentuk jika dilihat dari bagian atas
tusuknya kelihatan seperti jahitan mesin dan bila dilihat dari bagian bawah
tusukannya seperti jahitan rangkap. Jarak tusukan bagian bawah dua kali jarak
tusukan bagian atas, teknik menjahitnya adalah dengan langkah maju sebelum
melangkah mundur ke belakang dengan jarak yang sama, tusuk tikam jejak berguna
untuk pengganti jahit mesin.
3. Tusuk flanel biasa digunakan untuk mengelim pinggiran busana yang diobras
4. Tusuk feston berfungsi untuk penyelesaian tiras seperti tiras lingkar kerung lengan
atau pada pinggiran pakaian bayi.
5. Tusuk balut berfungsi untuk menyelesaikan tiras pada kampuh untuk klim rol.
6. Tusuk batang dibuat untuk hiasan, teknik menjahitnya dengan langkah mundur ± 0,5
cm dan mengaitkan 5 atau 6 benang pada bahan, jarum ditarik keluar akan

3
menghasilkan tusuk tangkai dan seterusnya tusuk mundur lagi seperti yang pertama
begitu seterusnya sampai selesai. Untuk membuat tangkai yang lebih besar maka jarak
tusukan dirapatkan dan mengaitkan kain lebih banyak (besar)
7. Tusuk rantai fungsinya untuk membuat hiasan tekniknya dengan langkah maju,
dengan memasukkan jarum dari bawah ke atas, kemudian tusukan kembali pada
lubang tempat jarum dilingkarkan pada jarum, ditarik sehingga benang yang
melingkar berada di lobang kedua selanjutnya jarum kembali menusuk lobang tempat
jarum keluar dan ekor benang melingkar pada jarum seperti semula, begitu seterusnya
sampai selesai dengan mengikuti motif hiasannya.
8. Tusuk Silang Tusuk ini berfungsi untuk membuat hiasan.
9. Tusuk piguar biasanya berfungsi untuk memasangkan bulu kuda pada jas atau mantel

B. Kampuh Dasar (Menggabungkan)


Untuk menyatukan bagian-bagian dari potongan kain pada pembuatan busana seperti
menyatukan bahu muka dengan bahu belakang, sisi kiri muka dengan sisi kanan
belakang dsb, sisa sambungan disebut dengan kampuh. Teknik menjahit sambungan
supaya hasilnya kuat, maka setiap penyambungan baik diawal ataupun diakhir
tusukan harus dimatikan, agar tidak mudah lepas yaitu dengan cara menjahit mundur
maju atau dengan cara mengikatkan ke dua ujung benang.
1. Kampuh Terbuka
Kampuh terbuka yaitu kampuh yang tiras sambungannya terbuka/di buka,
2. Kampuh balik yaitu kampuh yang dikerjakan dengan teknik membalikkan dengan
dua kali jahit dan dibalikkan dengan cara, pertama dengan menjahit bagian buruk
menghadap bagian buruk (bagian baik) yang bertiras dengan lebar tiras dengan
ukuran 3 mm, jika memungkinkan dibuat lebih halus/kecil, kemudian dibalikan dan di
jahit dari bagian buruk menghadap bagian baik dengan pinggir t irasnya masuk
kedalam, hasil kampuh ini paling besar 0,5 cm.
3. Kampuh pipih yaitu kampuh yang mempunyai bekas jahitan pada satu sisi sebanyak
dua setikan, dan sisi yang sebelahnya satu setikan, kampuh ini bisa dipakai untuk dua
sisi (untuk bagian luar atau bagian dalam yang mana keduanya sama-sama bersih).
4. Kampuh perancis adalah kampuh yang hanya terdiri dari satu jahitan yang didapatkan
dengan cara menyatukan dua lembar kain. Kain bagian baik berhadapan sesama baik,
tetapi tidak sama lebar/ pinggirnya, lipatkan pinggir kain yang satu (kain yang lebih
lebar) dengan kain yang lain, lalu jahit tiras dengan lebar 0,6 mm.

4
5. Kampuh sarung adalah kampuh yang tampak dari kedua sisinya.
C. Teknik Menjahit Bagian-bagian Busana
1. Menjahit Tepi Pakaian Menjahit tepi pakaian yang terdapat pada garis leher, kerung
lengan, tepi kelim (bawah rok, blus, ujung lengan) dan sebagainya. Penyelesaian ini
dapat berupa depun, serip, rombak dan lainlain.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
satu-persatu.
a. Teknik mengelim
b. Teknik menjahit depun, serip dan rompok
2. Pemasangan Lengan
3. Pemasangan Kerah
a. Pemasangan Kerah Memakai Lajur atau Serip
D. Belahan Busana
Belahan busana adalah guntingan pada pakaian yang berfungsi untuk memudahkan
membuka dan menutup pakaian. Disamping itu juga berfungsi untuk hiasan atau
variasi pada pakaian, karena pada belahan nantinya akan dilengkapi dengan
kancing/penutup belahan. Belahan pada umumnya terdapat pada tengah muka, tengah
belakang, ujung lengan ataupun di tempat-tempat lain pada bagian-bagian pakaian.
Pemakaian belahan busana disesuaikan dengan model busana atau desain.
1. Belahan Langsung Belahan langsung yaitu belahan dan lapisan belahan dibuat
sejalan dengan pola bagian badan.
2. Belahan berlapis yaitu belahan yang dilapisi dengan kain. Belahan yang dilapisi
ini ada beberapa macam yaitu belahan satu lajur belahan, dan belahan dua lajur,
belahan kumai serong dan belahan dilapis menurut bentuk.
3. Membuat rumah Kancing dan Pemasangan Kancing Kancing dan rumah kancing
dipakai untuk menutup belahan yang terdiri atas 2 lapis yang bertumpukan yaitu
pada bagian kiri dan bagian kanan busana.
E. Menyelesaikan Busana Dengan Alat Jahit Tangan
1. Memasang Kancing
F. Menyiapkan Tempat Kerja
Mengatur tempat kerja menjahit dengan tangan berbeda dengan tempat kerja
menjahit dengan mesin.
G. Mengerjakan Pengepresan.
Pressing yaitu melakukan proses penekanan agar bahan lebih rapi dan berkualitas
tinggi, dengan cara kerjanya: 1). Memeriksa busana yang akan dipres agar jelas

5
yang akan dilakukan 2). Mempres bagian atas dan bawah 3). Mempres setikan
kelim bawah 4). Mempres ban pinggang, saku atau bagian-bagian busana lainnya.

2.4 Ringkasan isi buku 2


BAB VI

DESAIN BUSANA

Busana dan pelengkap (milineris dan asesoris) yang kita pakai setiap hari dibuat tidak asal
jadi, tetapi berdasarkan pola atau rancangan tetentu yang disebut dengan desain. Semakin
maju tingkat kehidupan masyarakat, semakin banyak memerlukan peran desain, semakin
tinggi selera masyarakat semakin tinggi pula tuntutan kecermatan desainnya. Hal ini disebab
karena dalam berbusana manusia selalu menuntut dua nilai sekaligus yaitu nilai jasmaniah
berupa enak dan nyaman dipakai, dan nilai rohaniah berupa keindahan dan keanggunan.

Desain busana merupakan pengetahuan dasar bagi seorang calon desainer. Pada desain
busana ini akan di jelaskan tentang pengertian desain busana, jenis-jenis desain, unsur-unsur
desain, prinsip-prinsip desain, alat dan bahan yang dibutuhkan untuk mendesain, desain
anatomi tubuh, teknik menggambar bagian-bagian busana dan teknik pewarnaan dan
penyelesaian desain.

A. Pengertian Desain

Desain berasal dari Bahasa Inggris (design) yang berarti “rancangan, rencana atau reka rupa”.
Dari kata design muncullah kata desain yang berarti mencipta, memikir atau merancang.
Dilihat dari kata benda, “desain” dapat diartikan sebagai rancangan yang merupakan susunan
dari garis, bentuk, ukuran, warna, tekstur dan value dari suatu benda yang dibuat berdasarkan
prinsip-prinsip desain. Selanjutnya dilihat dari kata kerja, desain dapat diartikan sebagai
proses perencanaan bentuk dengan tujuan supaya benda yang dirancang mempunyai fungsi
atau berguna serta mempunyai nilai keindahan.

B. Jenis-jenis Desain

Secara umum desain dapat dibagi 2 yaitu desain struktur (structural design) dan desain hiasan
(decorative design).

6
1. Desain Struktur (Struktural Design)

Desain struktur pada busana disebut juga dengan siluet busana (silhoutte).

2. Desain Hiasan (Decorative Design) Desain hiasan pada busana mempunyai tujuan untuk
menambah keindahan desain struktur atau siluet. Desain hiasan dapat berupa krah, saku,
renda, sulaman, kancing hias, bis dan lain-lain.

C. Unsur-unsur Desain

Seorang desainer adalah seorang seniman yang mengekspresikan ide dan kreatifitasnya dalam
bentuk rancangan busana. Suatu rancangan tercipta melalui suatu proses totalitas berfikir
dengan memadukan ilmu seni rupa dengan unsur-unsur lain yang mendukung. Unsur desain
merupakan unsur-unsur yang digunakan untuk mewujudkan desain sehingga orang lain dapat
membaca desain tersebut. Maksud unsur disini adalah unsur-unsur yang dapat dilihat atau
sering disebut dengan unsur visual. Unsurunsur desain ini terdiri atas garis, arah, bentuk,
tekstur, ukuran, value dan warna.

1. Garis
Garis merupakan unsur yang paling tua yang digunakan manusia dalam
mengungkapkan perasaan atau emosi.
2. Arah
Pada benda apapun dapat kita rasakan adanya arah tertentu, misalnya mendatar, tegak
lurus, miring dan sebagainya. Arah ini dapat dilihat dan dirasakan keberadaannya.
3. Bentuk
Setiap benda mempunyai bentuk. Bentuk adalah hasill hubungan dari beberapa garis
yang mempunyai area atau bidang dua dimensi (shape).
4. Ukuran
Ukuran merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi desain pakaian ataupun
benda lainnya. Unsur-unsur yang dipergunakan dalam suatu desain hendaklah diatur
ukurannya dengan baik agar desain tersebut memperlihatkan keseimbangan.
5. Tekstur
Setiap benda mempunyai permukaan yang berbeda-beda, ada yang halus dan ada yang
kasar. Tekstur merupakan keadaan permukaan suatu benda atau kesan yang timbul
dari apa yang terlihat pada permukaan benda.
6. Value (Nada Gelap dan Terang)
Benda hanya dapat terlihat karena adanya cahaya, baik cahaya alam maupun cahaya
buatan.
7. Warna

7
Warna merupakan unsur desain yang paling menonjol. Dengan adanya warna
menjadikan suatu benda dapat dilihat. Selain itu warna juga dapat mengungkapkan
suasana perasaan atau watak benda yang dirancang.
D. Prinsip-prinsip Desain
Untuk dapat menciptakan desain yang lebih baik dan menarik perlu diketahui tentang
prinsip-prinsip desain. Adapun prinsip-prinsip desain yaitu :
1. Harmoni Harmoni adalah prinsip desain yang menimbulkan kesan adanya
kesatuan melalui pemilihan dan susunan objek atau ide atau adanya keselarasan
dan kesan kesesuaian antara bagian yang satu dengan bagian yang lain dalam
suatu benda, atau antara benda yang satu dengan benda lain yang dipadukan.
2. Proporsi adalah perbandingan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain
yang dipadukan.
3. Balance atau keseimbangan adalah hubungan yang menyenangkan antar bagian-
bagian dalam suatu desain sehingga menghasilkan susunanyang menarik.
4. Irama dalam desain dapat dirasakan melalui mata. Irama dapat menimbulkan
kesan gerak gemulai yang menyambung dari bagian yang satu ke bagian yang lain
pada suatu benda, sehingga akan membawa pandangan mata berpindah-pindah
dari suatu bagian ke bagian lainnya.
5. Aksen/center of interest Aksen merupakan pusat perhatian yang pertama kali
membawa mata pada sesuatu yang penting dalam suatu rancangan.
6. Unity atau kesatuan merupakan sesuatu yang memberikan kesan adanya
keterpaduan tiap unsurnya. Hal ini tergantung pada bagiamana suatu bagian
menunjang bagian yang lain secara selaras sehingga terlihat seperti sebuah benda
yang utuh tidak terpisah- pisah.
E. Penerapan Unsur dan Prinsip Desain
Dalam mendesain busana unsur-unsur dan prinsip-prinsip desain hendaklah
diperhatikan. Kedua elemen tersebut sangat menentukan bagaimana hasil desain
busana yang kita buat. Dengan adanya unsur desain kita dapat melihat wujud dari
desain yang kita buat dan dengan memperhatikan prinsip-prinsip desain, sebuah
desain yang kita ciptakan dapat lebih indah dan sempurna.
Pada desain busana setiap unsur atau karya yang kita tuangkan hendaklah mudah
dibaca atau dipahami desainnya oleh orang lain dan sesuai dengan siapa orang yang
akan memakainya. Hal ini penting karena setiap orang mempunyai bentuk tubuh yang

8
tidak sama sehingga untuk menutupi kekurangan atau menonjolkan kelebihan
sipemakai dapat kita gunakan unsur-unsur dan prinsip-prinsip desain di atas.
a. Penerapan unsur-unsur desain pada busana
Garis merupakan unsur yang pertama yang sangat penting dalam desain
karena dengan garis kita dapat menghasilkan sebuah rancangan busana yang
menarik selain unsur-unsur desain lainnya. Garis busana yang perlu
diperhatikan yaitu berupa siluet pakaian atau garis luar pakaian dan garis
bagian-bagian busana seperti kerah, lengan, garis hias (garis princes, garis
empire, dll) dan lain-lain.
F. Alat dan Bahan untuk Mendesain
Untuk menghasilkan suatu rancangan yang baik perlu ditunjang dengan pengadaan
alat dan bahan yang menunjang. Peralatan gambar adalah bagian penting yang harus
disediakan untuk kelancaran kerja. Peralatan yang bermutu baik juga akan
meningkatkan mutu desain yang dihasilkan, karena akan memberikan kemudahan
dalam bekerja sehingga mencapai hasil yang maksimal.
Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk mendesain yaitu :
1. Pensil
Pensil yang digunakan adalah lead pensil yang terbuat dari graphite. Pensil ini
sangat baik untuk digunakan dan tersedia dalam beberapa ukuran yang berbeda.
2. Pensil warna (colored pencil)
Pensil warna digunakan untuk menyempurnakan desain agar terlihat lebih
menarik. Pensil ini juga dapat diruncingkan sehingga bisa menyempurnakan
bagian-bagian yang rumit dan kecil seperti kantong, krah motif tekstil dan lain-
lain.
3. Penghapus (eraser)
Penghapus perlu disediakan sewaktu mendesain karena goresan awal belum tentu
langsung bagus dan memuaskan, terutama bagi pemula.
4. Rol/penggaris
Rol berguna untuk memberi bingkai dari kertas gambar atau membuat bidang-
bidang bergaris lurus.
5. Kuas (brushes)
Kuas berbentuk bulu-bulu halus yang terbuat dari bahan sintetis.Kuas mempunyai
variasi bentuk dan ukuran yang banyak. Pilihlah kuas yang bermutu baik dan
ukuran yang cocok untuk mendesain. Apabila kuas sudah selesai digunakan harus

9
disimpan dalam keadaan bersih dan bulunya dihadapkan ke atas sehingga bulunya
tidak mudah lepas atau patah.
6. Cat air (water colour)
Cat air tersedia dalam bentuk cake dan tube. Pilihlan cat yang bagus dan
berkualitas baik.
7. Kertas
Kertas tersedia dalam bermacam-macam bentuk dan ukuran. Pakailah kertas yang
sesuai dengan kebutuhan. Jenis-jenis kertas ini antara lain kertas photocopy, kertas
transparan, dan kertas gambar/buku gambar.
8. File/amplop
File atau amplop berguna untuk menyimpan kliping-kliping mode, potongan-
potongan bahan tekstil dan untuk penyimpanan desain yang sudah selesai. Kliping
berguna untuk meningkatkan inspirasi dari desainer dalam mengembangkan
idenya.
BAB VII
MEMBUAT POLA BUSANA

A. Pengertian Pola Busana


Pola sangat penting artinya dalam membuat busana. Baik tidaknya busana
yang dikenakan dibadan seseorang (kup) sangat dipengaruhi oleh kebenaran
pola itu sendiri. Tanpa pola, memang suatu pakaian dapat dibuat, tetapi
hasilnya tidaklah sebagus yang diharapkan. Dapat pula diartikan bahwa pola-
pola pakaian yang berkualitas akan menghasilkan busana yang enak dipakai,
indah dipandang dan bernilai tinggi, sehingga akan tercipta suatu kepuasan
bagi sipemakai.
Kualitas pola pakaian akan ditentukan oleh beberapa hal, diantaranya adalah:
1). Ketepatan dalam mengambil ukuran tubuh sipemakai, hal ini mesti
didukug oleh kecermatan dan ketelitian dalam menentukan posisi titik dan
garis tubuh serta menganalisa posisi titik dan garis tubuh sipemakai; 2)
kemampuan dalam menentukan kebenaran garis-garis pola, seperti garis
lingkar kerung lengan, garis lekuk leher, bahu, sisi badan, sisi rok, bentuk
lengan, kerah dan lain sebagainya, untuk mendapatkan garis pola yang luwes
mesti memiliki sikap cermat dan teliti dalam melakukan pengecekan ukuran;
3) Ketepatan memilih kertas untuk pola, seperti kertas dorslag, kertas karton

10
manila atau kertas koran; 4) kemampuan dan ketelitian memberi tanda dan
keterangan setiap bagianbagian pola, misalnya tanda pola bagian muka dan
belakang, tanda arah benang/serat kain, tanda kerutan atau lipit, tanda kampuh
dan tiras, tanda kelim dan lain sebagainya; 5) kemampuan dan ketelitian dalam
menyimpan dan mengarsipkan pola. Agar pola tahan lama sebaiknya disimpan
pada tempat-tempat khusus seperti rak dan dalam kantongkantong plastik,
diarsipkan dengan memberi nomor, nama dan tanggal serta dilengkapi dengan
buku katalog.
Dengan adanya pola yang sesuai dengan ukuran, kita dengan mudah dapat
membuat busana yang dikehendaki. Menurut Porrie Muliawan (1990:2)
pengertian pola dalam bidang jahit menjahit maksudnya adalah potongan kain
atau kertas yang dipakai sebagai contoh untuk membuat pakaian. Selanjutnya
Tamimi (1982:133) mengemukakan pola merupakan ciplakan bentuk badan
yang biasa dibuat dari kertas, yang nanti dipakai sebagai contoh untuk
menggunting pakaian seseorang, ciplakan bentuk badan ini disebut pola dasar.
Tanpa pola pembuatan busana tidak akan terujut dengan baik, maka dari itu
jelaslah bahwa pola memegang peranan penting di dalam membuat busana.
Bagaimanapun baiknya desain pakaian, jika dibuat berdasarkan pola yang
tidak benar dan garis-garis pola yang tidak luwes seperti lekukan kerung
lengan, lingkar leher, maka busana tersebut tidak akan enak dipakai. Pendapat
ini didukung oleh Sri Rudiati Sunato (1993:6) fungsi pola ini sangat penting
bagi seseorang yang ingin membuat busana dengan bentuk serasi mengikuti
lekuk-lekuk tubuh, serta membuat
Ada beberapa macam pola yang dapat digunakan dalam membuat busana,
diantaranya ialah pola konstruksi dan pola standar. Masingmasing pola ini
digambar dengan cara yang berbeda, memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing, untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu:
1. Pola Konstruksi
Pola konstruksi adalah pola dasar yang dibuat berdasarkan ukuran badan
sipemakai, dan digambar dengan perhitungan secara matematika sesuai
dengan sistem pola konstruksi masing-masing.
2. Pola standar
Pola standar adalah pola yang dibuat berdasarkan daftar ukuran umum atau
ukuran yang telah distandarkan, seperti ukuran Small (S), Medium (M),

11
Large (L), dan Extra Large (XL). Pola standar di dalam pemakaiannya
kadang diperlukan penyesuaian menurut ukuran sipemakai.

B. Konsep Dasar Membuat Pola Busana

Pekerjaan menggambar pola busana memerlukan peralatan tertentu,


spesifikasi dan berkualitas. Alat yang diperlukan untuk menggambar pola
busana banyak jenisnya antara lain.
1. Pita ukuran
(cm) Pita ukuran (cm), digunakan untuk mengambil ukuran badan
seseorang yang akan membuat busana atau ukuran model, disamping
itu pita ukuran juga dipakai untuk menggambar pola pakaian dan juga
digunakan pada waktu penyesuaian pola.
2. Penggaris
Untuk menggambar pola busana diperlukan penggaris/rol dressmaker
dengan bentuk yang berbeda-beda.
3. Kertas Pola (buku pola atau buku kostum)
Kertas pola (buku pola atau buku kostum) merupakan tempat
menggambar pola. Kertas pola merupakan alat penting untuk
menggambar pola.
4. Skala
Skala atau ukuran perbandingan, adalah alat ukur yang digunakan
untuk menggambar pola di buku pola. Skala ada beberapa macam
yakni ada yang menggunakan ukuran satu berbanding dua, satu
berbanding empat, satu berbanding enam dan satu berbanding
delapan.
5. Pensil dan bool point
Pensil digunakan untuk menggambar pola di buku pola atau di kertas
pola.
6. Penghapus (Eraser)
Penghapus perlu disediakan sewaktu menggambar pola, penghapus
digunakan untuk membersihkan goresan pola yang salah.
7. Jarum

12
Jarum pentul yang baik terbuat dari baja dan berukuran panjang 3 s.d 4 cm.
Bentuk jarum pentul / jarum penyemat yang dipergunakan pada pembuatan pola
adalah jarum pentul yang baik yaitu ujungnya runcing dan terdapat pegangan
mutiara dipangkalnya, sehingga mudah dalam menggunakannya.

13
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan dan kekurangan isi buku 1


a. kelebihan

Terdapat gambar dan ilustrasi sehingga menarik untuk di baca


• Buku ini memakai kertas HVS sehingga ringan
• Tulisan di buku ini besar- besar sehingga nyaman untuk di baca
• Di halaman terakhir terdapat lampiran gambar dan biografi penulis
• Buku ini bermanfaat sebagai menambah pengetahuan dan pengalaman yang dapat dipakai
sebagai bekal untuk membuat pola busana.
• Bahasa yang di gunakan mudah di pahami

b. kekurangan
 Gambar tidak berwarna sehingga kurang menarik
 Tidak ada gambar langkah-langkah pengerjaan, sehingga pembaca bingung
 Isi materi terlalu ringkas dan pembahasannya kurang luas, sehingga para mahasiswa
terpaksa harus mencari referensi lagi di buku lain.
 Penulisan di buku ini tidak menarik, yang mana tulisan tulisan dalam buku hanya
menggunakan warna hitam, sehingga kurang dapat menarik minat mahasiswa untuk
membacanya
 Buku ini tidak memaparkan secara rinci bagaimana pengimplementasian dari isi buku
dalam kegiatan langsung di lembaga pendidikannya, namun hanya terpaku pada
materi saja

3.2 Kelebihan dan kekurangan isi buku 2


a.kelebihan
 Bahasa yang digunakan sangatlah ilmiah, ini bagus untuk mahasiswa untuk menambah
wawasan dalam penggunaan bahasa keilmiahan
 Berisikan materi dekorasi yang sesuai dengan tujuan merangkai bunga

14
 Buku ini memiliki alur yang saling berkaitan satu sama lain, sehingga tidak membuat
Kami bingung dalam memahami hal hal yang disampaikan dari buku ini, buku ini
menjelaskan dengan detail. Apa yang disampaikan pun seimbang
 Desain buku sangat menarik
 Gambar yang di dalam buku ini sangat menarik membuat siapa yang membaca ingin
mempraktekkan
 Langkah –langkah pengerrjaan di dalam buku ini sangat lengkap

b.Kekurangan
 terkadang menggunakan bahasa yang sangat ilmiah sehingga membuat kami sulit dalam
memahami hal hal yang ingin disampaikan oleh penulis buku.

15
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari kedua buku dapat disimpulkan bahwa kedua buku memiliki kualitas yang cukup baik
untuk digunakan sebagai referensi dalam belajar.Kita ketahui bahwa begitu pentingnya
kurikulum dan pembelajaran di bangku sekolah dan perkuliahan. Bisa kita lihat dari segi isi
buku pertama dan kedua yang menjelaskan cukup bagus dan lengkap materi tentang pola
busana dan langkah pengerjan dan alat- alat busana meski masih ada sedikit kekurangan.
Karena dari buku inilah kita dapat mempelajari/M engetahu alat- alat, bahan dan pola untuk
menjahit atau membuat busana.
Kedua buku ini bisa menjadi referensi dalam belajar, baik bagi mahasiswa yang mempelajari
tentang mdnjahit/ membuat pola busana, bagi calon penjhit atau sering disebut dengan
Desainer.

4.2 Saran
Saran untuk buku pertama seharusnya mencari lebih banyak lagi referensi agar teori-teori
yang disajikan di dalam buku lebih lengkap, buku pertama diharapkan lebih banyak
membahas tentang penpengertian dalam arti luas dan lebih banyak menjelaskan
menggunakan diagram atau matriks agar lebih membantu pembaca dalam memahami isi
buku dan memperhatikan lagi desain cover agar lebih menarik dan membuat harga buku lebih
terjangkau.
Saran untuk buku kedua diharapkan lebih teliti dalam pengetikan, referensi lebih
ditambahkan agar lebih banyak ilmu yang bisa didapatkan pembaca, dan lebih
memperhatikan bercak bercak tinta yang dapat mengurangi kerapian dan memperhatikan
spasi pada penulisan buku.

16
DAFTAR PUSTAKA
Ernawati, Izwerni, Dan Weni Nelmira.(2008). Tata Busana Jilid 2, Jakarta : Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Soekarno. (2003). Buku trampil membuat pola busana tingkat dasar, PT Gramedia Pustaka
Utama

17

Anda mungkin juga menyukai