Anda di halaman 1dari 14

BUSTE HOUDER (BH)

Laporan
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Linseri yang diampu oleh:
1. Dra. Astuti, M.Pd
2. Dra. Cucu Ruhidawati, M.Si

Disusun oleh
Afifah Nur Widiyanti 1704289

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BUSANA


DEPARTEMEN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia memerlukan pakaian untuk kehidupan sehari-hari, karena pakaian
memiliki fungsi sebagai pelindung tubuh, disamping itu, pakaian juga dapat
menunjukkan tingkat status seseorang dimata masyarakat. Terdapat 2 kelompok
dalam berbusana, yaitu busana dalam dan busana luar.

Yang termasuk busana dalam ini ada dua macam.

1) Busana yang langsung menutup kulit, seperti BH/kutang, celana dalam, singlet,
rok dalam, bebe dalam, corset, long torso. Pakaian ini tidak tepat dipakai ke luar
kamar tanpa baju luar, apalagi ke luar rumah.
2) Busana yang tidak langsung menutupi kulit, karena didasari oleh pakaian dalam.

Sedangkan yang dimaksud dengan busana luar adalah busana yang dipakai di
atas busana dalam. Busana luar ini disesuaikan pula dengan kesempatannya, yaitu
untuk sekolah atau kerja, untuk bepergian (jalan-jalan, bertamu, piknik), untuk
pesta. Untuk setiap kesempatan tersebut di atas, yang dikaitkan berbusana sesuai
etika, maka perlu menerapkan aturan-aturan yang sesuai kondisi masing-masing.

Tubuh wanita dan pria memiliki bentuk yang berbeda sehingga busana yang
digunakan juga memiliki perbedaan salah satunya adalah wanita yang memiliki
payudara pada tubuhnya. Hal ini membuat perempuan memerlukan buste houder
(BH) untuk menahan payudara agar tidak turun dan tetap memilki bentuk seperti
semula. Buste houder yang digunakan harus sesuai dengan ukuran payudara agar
payudara tidak terasa sesak ataupun longgar sehinggga nyaman untuk dipakai.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan busana?
2. Apa yang dimaksud dengan buste houder (BH)?
3. Apa saja fungsi dari bra?
4. Bagaimana pola dasar badan pas badan?
5. Bagaimana pola dasar bra?
6. Bagaimana pola perubahan bra?
7. Bagaimana teknik membuat bra?
C. Tujuan
Untuk mengetahui jenis-jenis buste houder serta cara membuatnya.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Busana

Busana dalam arti sempit merupakan bahan tekstil yang disampirkan atau dijahit
terlebih dahulu dipakai untuk penutup tubuh seseorang yang langsung menutup kulit
ataupun yang tidak langsung menutup kulit seperti sarung atau kain dan kebaya, rok, blus,
bebe, celana panjang atau pendek, kemeja, singlet, BH 1 1 2 (bahasa Belanda), piyama,
dan daster (Arifah Ariyanto, 2003:2).

Pengertian busana dalam arti luas meliputi:

a) Yang bersifat pokok, seperti: kebaya dan kain panjang, sarung, rok, blus, blazer,
bebe, celana rok, celana pendek atau celana panjang (pantalon), sporthem, kemeja,
T-Shirt, piyama, singlet, kutang, BH, rok dalam, bebe dalam.

b) Yang bersifat pelengkap, seperti: alas kaki (khususnya sepatu, sandal, selop), kaus
kaki, tas, topi, peci, selendang, kerudung, dasi, scarf, syaal, stola, ikat pinggang,
sarung tangan, payung, yang dalam istilah asing disebut millineries.

c) Yang bersifat menambah, seperti: pita rambut, sirkam, bondu, jepit hias, penjepit dasi,
kancing manset (manchet), jam tangan, kaca mata, giwang, anting, kalung dan
liontin, gelang tangan, gelang kaki, cincin, bros, mahkota, yang dalam istilah asing
disebut accessories.

B. Buste Houder (BH)

Buste houder (BH) berasal dari bahasa Belanda yang berarti penahan bagian buah
dada perempuan. Dalam bahasa Perancis BH disebut brassiere, yang pada tahun 1939
lebih dikenal dengan istilah bra. Indonesia menyerap kata bouste houder menjadi kata
BH atau beha yang diambil dari huruf awal dua kata tersebut. Buste houder merupakan
pakaian dalam yang digunakan oleh wanita yang berfungsi sebagai penyangga payudara.
C. Fungsi Buste Houder (BH)

Fungsi bra bagi seorang wanita sangat penting, yaitu sebagi mempertahankan bentuk
dan kesehatan payudara. Buruknya sistem penyangga pada payudara akan mengakibatkan
meregangnya ligamen-ligamen yang rapuh pada payudara sehingga akan mempengaruhi
kekencangannya. Selain dari pada itu daerah sekitar payudara juga rentan terhadap
beberapa penyakit kulit seperti kemerahan, luka gores (lecet), jamur, dan bakteri.
BAB III

PEMBAHASAN

a. Pola Dasar Pas Badan

72 cm

11 cm

9. Lebar punggung : 34 cm
10. Lingkar leher : 36 cm
11. Lebar muka : 32 cm

6,5 cm
11 cm
11 cm
7 cm
6,5 cm
11 cm
11 cm
b. Pola Dasar Bra

72
18 cm
c. Pola Pengembangan Full Cup Bra
d. Teknik Pembuatan Bra
1. Buat pola dasar pas badan
2. Buat pola dasar bra
3. Membuka mungkum:
• Jiplak pola mungkum

• Gunting pola mungkum menjadi 4 bagian

a. Buat busur dari titik O1 ke kiri dan ke kanan dengan jari-jari ½ lebar
mungkum = ½ (18cm) = 9 cm
b. Buat busur dari titik O1 ke atas dan ke bawah dengan jari-jari ½
panjang mungkum -1 = ½ (15cm) + 1 = 8,5 cm

4. Membuat pola perubahan bra


5. Siapkan masing-masing 2 potong bahan utama untuk upper cup dan lower
cup

6. Siapkan masing-masing 8 potong interfacing untuk upper cup dan lower cup

7. Siapkan masing-masing 4 potong interlining untuk upper cup dan lower cup
8. Siapkan masing-masing 2 potong lining untuk upper cup dan lower cup

9. Tempel masing-masing 4 potong interfacing pada kain utama


10. Tempel masing-masing 2 potong interlining pada lining
11. Jahit upper cup dengan lower cup

12. Satukan kain utama dengan lining


13. Siapkan pola band pada bahan utama
14. Jahit seluruh bagian band

15. Jahit cup pada band

16. Siapkan kain utama dengan ukuran 45 x 3 cm untuk membuat strap bra,
kemudian dibuat sengkelit dan ditambahkan dengan slider bra

17. Tempel strap bra pada bra


18. Pasang clousure bra pada bra
19. Finishing dengan menggunakan kelim pada setiap sisi bra
20. Hasil depan

21. Hasil belakang

Anda mungkin juga menyukai