Anda di halaman 1dari 16

III.

Tinjauan Sejarah Perkembangan Model Busana Pasca Era Kuno

Fenomena busana telah kita sadari bersama bukan hanya berupa benda
yang dijadikan sebagai penutup tubuh, namun lebih dari itu, secara empirik
busana diyakini memiliki kemampuan dalam menunjukkan satu peradaban.
Bila kita tinjau perkembangan sejarah dunia, tampilan tokoh yang
memaparkan peristiwa pada babak tertentu akan dikenali dari format
busana yang dikenakannya. Sebagai contoh, kita dapat mengenali sosok
Socrates yang berada pada periode masa sebelum Masehi, atau sosok
Abrahan Lincoln yang hidup dan eksis pada Abad ke-19, demikian pula
dengan Group music Beattles yang eksis pada tahun 1960an, tentu akan
sangat mudah menentukan periode/masa mereka eksis dengan melihat
format busana yang dikenakannya.
Bahasan berikut akan mengkaji berbagai perangkat yang digunakan
untuk merekonstruksi perjalanan busana, sehingga dapat ditentukan
bagaimana format suatu busana mengalami proses perubahan layaknya
proses evolusi pada mahluk hidup, sehingga pada akhirnya busana tidak
lagi hanya sekedar benda yang dipakai sebagai salah satu kebutuhan
primer manusia, tetapi lebih dari itu, busana merupakan suatu media yang
menjadi agen sosial dalam masyarakat tertentu.
Mengkaji perkembangan busana secara analisis desain dapat
dilakukan dengan cara tinjauan sejarah mode busana dan tinjauan sejarah
desain busana. Kedua hal ini pada prakteknya dapat terjadi tumpang
tindih karena pemahaman yang berbeda-beda. Meninjau sejarah mode
busana, metode penelitian sejarah dapat digunakan untuk menghasilkan
peta perkembangan busana, dan fenomena busana dalam kurun waktu
tertentu, sedangkan meninjau sejarah desain mode busana merupakan
pengamatan dalam mencermati perubahan, unsur yang mempengaruhi dan
proyeksi ke depan desain mode busana.
Tinjauan sejarah mode busana dapat dilakukan atas dasar
penggalan waktu tertentu yang dinilai sebagai suatu momentum pertistiwa
penting yang mendasari dinamika budaya ataupun peradaban. Selain itu
dapat pula dilihat dari falsafah yang sangat berpengaruh pada
perubahan-perubahan desain mode busana. Analisis desain berperan untuk
mengamati sejarah desain mode secara kritis agar diperoleh masukan,
koreksi ataupun deskripsi dari visualisasi mode busana.
Dewasa ini pergantian mode busana berlangsung sangat cepat, yang
akibatnya suatu mode busana tidak memiliki daya tarik yang kekal dan
selalu berubah sesuai dengan perkembangannya. Pada dasarnya mode
telah ada sejak manusia mulai berbudaya, sebagaimana dapat ditemui
pada manusia pra sejarah di Abesinia yang menggunakan celemek

1
panggul (Lemt) secara bertahap dari yang sederhana hingga menerapkan
berbagai variasi yang menunjukkan kemajuan budaya bangsanya.
Perkembangan selanjutnya adalah dengan digunakannya poncho, berupa
sehelai bahan yang terbuat dari kulit binatang dan kulit pohon atau daun-
daunan yang diberi lubang. Melalui berbagai pengembangan, jenis
busana ini pada akhirnya menjadi satu ikon dari salah satu peradaban
tinggi dunia, yaitu merupakan ciri dari busana Yunani dan Romawi.
Peerkembangan sejarah pasca era kuno dimulai saat peradaban
dunia memasuki era atau zaman Pencerahan (tahun 1789 hingga 1830),
kecenderungan dari penggunaan busana bergerak ke arah gaya klasik,
dengan ciri yang paling menonjol adalah dari penerapan garis model
yang melintang di bawah payudara (model Empire). Gaya berbusana nya
menyerupai pola masa Yunani dan Romawi. Busana yang paling populer
pada masa itu adalah jenis Directoire, yaitu gaun yang menerapkan model
empire terbuat dari bahan linen terbaik, dengan pola yang lurus tanpa
kerah, tanpa lengan atau dengan model lengan panjang/pendek yang
dikerut dan menggembung. penggunaannya dapat divariasikan dengan
berbagai pelengkap busana (Asesoris dan Milineris yang sederhana).

2
Directoire
(1789 – 1830)

Sekitar tahun 1830 – 1850 pengaruh periode klasik mulai


memudar, dan mulai memasuki gaya romantik dan neoklasik. Klasifikasi
karakter musikal dan gaya seni pada masa Romantik tersebut adalah :
emosional, subjektif, non-rasional, gelisah, “ornate” dan “Dionysian”.
Pengelompokkan sifat-sifat konotatif di atas ternyata memberikan spirit
terhadap gaya berbusana pada masa tersebut, yaitu gaya Biedermeyer.
Gaya Beidermeyer menghadirkan karakter perempuan yang romantis,
melalui bentuk busana yang lebar dengan hiasan bordir, pita hias, serta
menerapkan berbagai variasi kerutan. Bentuk kerung leher yang populer
pada masa itu adalah bentuk leher Oval dan Sabrina. Sedangkan
pada lelaki karakter yang dimunculkan adalah sosok lelaki tampan. Kondisi
tersebut dapat dimunculkan melalui gaya busana beidermeyer yang
mencerminkan siluet untuk perempuan, seperti pinggang ramping, menerap
kan berbagai ornamen pada kerah, lengan, celana atau pada bagian
busana lainnya.

3
Gaya Beidermeyer (1830 – 1850)
Tahun 1850 – 1868 perkembangan busana perempuan bergeser
kepada penggunaan model Crinoline yaitu bentuk busana yang pada
bagian roknya lebar menyerupai kubah. Bagian dalam rok tersebut
dilengkapi dengan rok dalam yang kaku, bertumpuk dan bertingkat.
Pada bagian bawah rok dibuat rangka yang terbuat dari lingkaran
kawat, rotan atau bambu, sehingga bagian bawah rok merupakan
bagian yang paling besar dari keseluruhan busana tersebut. Secara
keseluruhan model rok ditutupi dengan lipitan-lipitan. Jumlah dan
penempatan lipitan-lipitan tersebut adalah hal yang luar biasa, yaitu
berjumlah sekitar 30 – 60. Sesekali gaun dibuat dengan tumpukan rok
yang berbeda panjang pada tiap lapisan/tingkatannya, sehingga
memberi kesan lebih indah. Industri memproduksi material khusus hiasan
yang dirancang untuk memberikan sentuhan seni pada busana-busana
yang dibuat sesuai kebutuhan.

Model Crinoline (1850 – 1868)

1854

4
1868

Periode berikutnya (1868 – 1890) mode crinoline dan kurungan/


rangka hilang, berubah menjadi mode Bustle atau Tournures, yang memiliki
ciri khas berupa penerapan bantalan khusus di bagian bawah punggung,
dan diletakkan antara rok dalam dan rok luar, sehingga pada bagian
tersebut akan berbentuk cembung. Rok luar disusun dan didrapir pada
konstruksi tersebut, sehingga berbentuk seperti tirai yang didraperi. Selain
itu pada ballgown yang dibuat, hampir selalu menerapkan ragam hias
(ornament) yang berat berupa ikatan simpul dari pita, bunga, kerutan-
kerutan dalam jumlah yang banyak, serta menerapkan kombinasi warna-
warna kontras atau warna senada yang terang/menyala.

Model Bustle / Tournures (1868 – 1890)

5
Dekade 1900an merupakan titik awal penerapan model unisex
pada perkembangan mode dunia. Walaupun tidak secara radikal
diterapkan, tetapi secara berangsur-angsur dimulai dengan penerapan
konsep gaya maskulin pada wanita pekerja yang menggunakan model
busana mirip pria berupa kemeja berkerah putih dan rok yang mirip
dengan stelan resmi. Kondisi tersebut dipicu oleh produksi massal,
komunikasi dan pedagang eceran. Pada masa itu industri pakaian jadi
(industri garmen) berkembang dengan pesat, dan merupakan abad awal
dari ekspressionisme dan teknologi baru dalam bidang fashion.
Pada dekade terakhir abad ke-19 tersebut busana wanita masih
bersifat romantik dengan menampilkan pinggang yang sangat ramping
(menggunakan korset), hanya pada masa itu “Town Dress” dibuat dengan
konsep yang sederhan, yaitu dengan diperkenalkannya busana tailoring.
Potongan model dibuat seperi busana laki-laki, menerapkan bahan-bahan
yang sederhana serta menggunakan ikat pinggang yang terbuat dari kulit
binatang. Ciri khas yang lainnya adalah penggunaan “Shirtwaist” atau blus
wanita dengan model lengan berkepala dan berkerah tinggi. Secara
keseluruhan busana wanita pada masa itu merupakan gambaran busana
yang simpel dan praktis untuk para wanita di akhir abad ke-19 yang akan
memulai untuk menjalani aktivitas hidup yang lebih banyak dibandingkan
dengan masa sebelumnya.

Town Dress
(akhir abad ke-19)

6
Tahap selanjutnya yaitu memasuki awal abad ke-20,
perkembangan busana berubah secara bertahap dari suatu waktu ke
waktu berikutnya sampai sekarang ini, dimana perkembangan tersebut
dapat diamati dari pergeseran bentuk, garis, warna, corak, tekstur dan
pola-pola hiasan yang diterapkan. Secara kronologis perkembangan mode
busana pada abad ke-20 banyak dikaitkan dengan aspek-aspek
kehidupan manusia seperti aspek sosial, ekonomi, politik, psikologis dan
budaya yang secara total konsep tersebut diterjemahkan dalam
rancangan busana untuk diwujudkan menjadi sebuah benda yang berfungsi
bagi manusia.
Permulaan abad 20 ditandai dengan gaya fashion yang
mengelaborasi siluet-siluet feminin, terbentuk melalui dasar-dasar busana
siap pakai yang memberikan kesan mengecilkan pinggang, menggunakan
bahan tekstil yang lembut, bentuk rok lipit yang lurus dan mengembang di
bagian bawah (sering disebut dengan “flower” atau “bell” skirt). Ciri khas
lainnya yang menjadi spirit fashion pada masa itu adalah penggunaan topi
yang sangat besar dengan menerapkan hiasan berupa bunga-bunga dan
bulu-bulu dengan ukuran yang besar pula. Busana pria seperti jenis model
jas yang menjadi tren pada masa itu, menjadi indikator dari awal
perkembangan/kemajuan industri fashion.

Gaya Busana
awal abad
ke-20

7
Di antara tahun 1910 – 1920 secara bertahap gaya busana
dipengaruhi oleh kondisi perekonomian pasca Perang Dunia I, dimana
kesederhanaan menjadi spirit model-model pada masa tersebut.
Masyarakat terinspirasi oleh model-model busana dalam film,
kecenderungan seni Eropa, Kubisme dan Futurisme juga menjadi salah satu
penyebab perubahan/berkembangnya gaya fashion pada masa itu.
Selain dari itu Perubahan kondisi sosial yang dipicu oleh mulai dikenalnya
otomotif membuat pola gaya hidup para wanita berubah ke parameter
kebebasan dan kelincahan, sehingga model-model seperti rok wanita
hobble skirt yang ketat dan pas di badan, rok dengan lipitan-lipitan
teratur dan berkesan aktif menjadi alternatif yang paling dipilih oleh
wanita saat itu.

8
Gaya Busana antara tahun 1910 - 1920

Spirit dekade 1920-an pada bidang fashion ditandai dengan


penggunaan busana yang ketat melekat di badan, tetapi tidak membatasi
dan berkesan dinamis, mulai digunakannya rok pendek, serta berbagai
variasi gaya bermunculan secara sporadis. Pada masa tersebut terjadi
perubahan kondisi sosial yaitu dengan bertambahnya kegemaran akan
olahraga dan gaya hidup yang menjadi panutan dan hak-hak wanita akan
aktivitas dan kebebasan.

Gaya Busana pada dekade 1920-an

9
Dekade 1930 merupakan masa yang cukup penting pada
perkembangan bidang fashion dalam hal penentuan standar mutu, dimana
pada masa tersebut aspek ketelitian, kepresisian dalam membuat atau
menjahit pakaian mulai mendapat perhatian. Pada masa itu juga mulai
diperkenalkannya pembagian busana untuk berbagai kesempatan (busana

pagi, siang, malam dan busana sehari-hari), serta diterapkannya berbagai


ukuran panjang busana. Kondisi tersebut ternyata didukung juga oleh
penemuan serat-serat buatan baru seperti rayon, asetat rayon dan nylon
oleh industri tekstil yang mulai berkembang. Maka babak baru dalam
modernisasi fashion pun dimulai.

Gaya Busana pada dekade 1930-an

Perang Dunia II yang terjadi pada dekade 1940-an memaksa


pendistribusian pabrik dan penyederhanaan fashion, karena pada masa itu
berlakunya mode senantiasa dalam pengendalian dan perhatian

10
pemerintah. Apa yang dikenakan masyarakat, proses pembuatan,
penentuan harga dan sebagainya bukan lagi menjadi masalah
pribadi/individu, tetapi menjadi masalah Negara. Hal ini dimaksudkan
untuk menanggulangi kekurangan dana akibat perang yang terus
berkecamuk. Fenomena yang perlu dicatat pada masa itu adalah lahirlah
parameter baru dalam dunia fashion yaitu dengan dimunculkannya
gagasan yang dikenal dengan istilah New Look (gaya/corak baru dalam
pola berbusana) yang digagas oleh Christian Dior pada tahun 1947,
dengan ciri utama pada penampilan pinggang yang ramping, rok lebar
sepenjang mata kaki, leher sportif, dengan sepatu bertumit tinggi dan
runcing. Gaya ini digemari oleh para wanita di seluruh dunia hingga
menjelang pertengahan dekakde 1950.

Gaya Busana dekade 1940-an hingga menjelang dekade 1950-an

Dekade 1960 merupakan masa penerus gaya unisex, yaitu gaya


yang lebih menekankan tingkat kenyamanan penggunaan serta
kepraktisan daripada status simbol. Secara keseluruhan berkembangnya

11
fashion ditekankan pada gaya kaum muda, yang ditandai dengan
munculnya gaya celana pants, mulai diterimanya gaya mini skirt (rok
pendek) dan busana yang tahan lamapun muncul. Perubahan dalam
bidang fashion saat itu ternyata merupakan imbas dari berbagai
perombakan sosial, seperti pertukaran peran sex dalam masyarakat, kaum
muda menentang nilai-nilai tradisional dan simbol dari kehidupan
masyarakat dewasa, feminisme menjadi gerakan kontemporer yang aktif,
penekanan sifat individualisme dan kehidupan yang merakyat dalam satu
populasi.
Dua perancang mode yang jeli melihat fenomena perubahan
struktur sosial pada masa itu adalah Mary Quant dari Inggris dan André
Courréges dari Perancis, yang telah memunculkan istilah baru dalam dunia
mode, yaitu createur (perancang mode untuk kelompok yang berjiwa
muda). Inovasi yang dilakukan Mary Quant (pelopor gaya busana modern)
terhadap gaya busana pada dekakde 1960 an tersebut berhasil
menggeser konsepsi rok panjang ala Christian Dior yang begitu “booming”
pada dekade sebelumnya. Mary Quant menampilkan karya kontroversial,
yaitu mini skirt yang langsung melanda dunia. Periode ini dianggap
sebagai masa pendobrak dari gaya-gaya terdahulu, yaitu gaya busana
wanita yang panjangnya mencapai mata kaki dan tertutup. Mary Quant
membuat sesuatu yang sebelumnya dianggap tak biasa menjadi sebuah
ide dan karya yang mengubah tren dunia kala itu.

12
Gaya Busana pada dekade 1960-an
Dekade tahun 1970-an adalah masa di mana mode mengarah
pada parameter busana-busana sportif. Diawali dengan pemunculan gaun
mini yang tampil dalam gaya sportif, seperti gaya militer. Model sepatu
yang tinggi seperti laars dan boots adalah pilihan alas kaki yang paling
digemari. Ekspresi anak mudapun tidak terbatas, mereka memadukan gaun
mini dengan sepatu boot, yang menghasilkan penampilan sangat casual
dan sportif. Pada tahun yang sama muncul pula kegemaran baru di
masyarakat terhadapa model celana yang melebar pada bagian
bawahnya, sering disebut dengan cutbray.
Pada pertengahan hingga menjelang akhir dekade 1970
kecenderungan gaya berbusana bergeser kepada parameter busana
santai yang sportif. Kerah, saku tempel, tanda pangkat (scoder) dan aksen-
aksen sportif lainnya melengkapi gaun. Model sepatu yang tinggi pun
berubah pada penggunaan alas kaki yang lebih praktis. Bahan denim
yang telah diperkenalkan pada tahun 1960-an, pada era ini menjadi
semakin populer dengan tanpa batasan penggunanya, seperti jenis
kelamin, usia dan kedudukan sosial.

13
Gaya Busana pada dekade 1970-an
Dekade 1980-an merupakan era dimana kecenderungan pola
berbusana mengarah pada hal yang serba praktis, semua bergerak
Acepat, dan gaya busana City Look mulai populer. Busana wanita
kembali menonjolkan keindahan tubuh penggunanya, dengan
menampilkan konstruksi tubuh yang serba ramping dan tipis. Beberapa
bentuk garis busana yang bertema asimetris dan kontemporer membawa
nuansa baru dalam dunia perancangan busana pada masa itu.

14dekade 1980-an
Gaya Busana pada
Siklus fashion yang telah lama diramalkan oleh beberapa pemikir
bidang desain, pada dekade 1990-an terjadi dengan sangat nyata,
dimana pada masa tersebut kecenderungan pola berbusana kembali
kepada gaya tahun 1960-an dan 1970-an dan dapat dipastikan menjadi
tren pada masa itu. Gaya-gaya busana yang mengarah kepada tema
pluralis, siluet mini, celana ketat, cutbray, hot pants, kerah tinggi dan besar
muncul kembali dan melanda dunia busana.

15
Gaya Busana pada dekade 1990-an

16

Anda mungkin juga menyukai