Anda di halaman 1dari 62

METODE

PENELITIAN

POLITEKNIK STTT BANDUNG


JURUSAN PRODUKSI GARMEN
BANDUNG
2020
METODE PENELITIAN

1.0 RENCANA PEMBELAJARAN


SEMESTER (RPS) DAN
PENGANTAR METODE PENELITIAN
RENCANA PEMBELAJARAN
SEMESTER (RPS)
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

MINGGU
TOPIK (SUB CPMK)
KE
1 RPS Metode Penelitian

2 Studi literatur

3 Merumuskan masalah

4 Merumuskan hipotesis

5 Identifikasi dan klasifikasi variabel

6 Pemilihan data dan alat pengumpulan data

7 Menyusun rancangan penelitian

8 UTS

1-04
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

MINGGU
TOPIK (SUB CPMK)
KE
9 Penentuan sampel dan teknik sampling

10 Data kualitatif dan kuantitatif

11 Pengolahan data dengan statistika

12 Pengolahan data dengan statistika (lanjutan)

13 Presentasi proposal penelitian

14 Presentasi proposal penelitian (lanjutan)

15 Pedoman pembuatan tugas akhir

16 UAS

1-05
PUSTAKA

Pustaka Utama
1. Sekaran, U dan Bougie, R. (2017). Metode Penelitian untuk
Bisnis Pendekatan Pengembangan Keahlian. Edisi Keenam.
Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
2. Suharsimi, A. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktis. Rineka Cipta, Jakarta.
3. Surakhmad, W. (2014). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar,
Metode, dan Teknik. Tarsito, Bandung.
Pustaka Pendukung
4. Noelaka, A. (2014). Metode Penelitian dan Statistik untuk
Perkulihaan, Penelitian Mahasiswa Sarjana, dan Pascasarjana.
PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
5. BAS A BAM

1-06
PUSTAKA

Sekaran, U dan Bougie, R. (2017). Metode Penelitian untuk Bisnis


Pendekatan Pengembangan Keahlian. Edisi Keenam. Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.

Sekaran, U dan Bougie, R. (2010). Research Methods for Business A


Skill Building Approach. Edisi Kelima. John Wiley & Sons, Ltd., United
Kingdom.

Sekaran, U dan Bougie, R. (2006). Reserach Methods for Business:


Metode Penelitian untuk Bisnis. Edisi Keempat. Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.

1-07
PUSTAKA UTAMA

2017 2010 2006

1-08
BOBOT DAN PENILAIAN AKHIR

TUGAS .............................. 20-30%

UTS ................................. 30-40%

UAS ................................. 40-50%

1-09
BOBOT DAN PENILAIAN AKHIR

TUGAS ............................ 25%

UTS ................................. 35%

UAS ................................. 40%

KEHADIRAN PERKULIAHAAN  80%


TIDAK MENGOPERASIKAN HP DI KELAS
TIDAK TERLAMBAT MASUK KELAS
TIDAK MAKAN/MINUM DI DALAM KELAS
1-10
PENGANTAR METODE
PENELITIAN
PENELITIAN

Pengertian PENELITIAN menurut para ahli:


 Trying to find out thing (Hicks, 1999) (*

 A systematic quest for undiscovered truth (Leedy, 2015)

 Usaha manusia untuk mengisi kekosongan-kekosongan dalam


pengetahuan yang di dalamnya terkait cara-cara MEMANDANG
persoalan, BERPIKIR, dan BERTINDAK secara ILMIAH (Andi
Hakim Nasoetion, 2002)

1-12
PENGERTIAN PENELITIAN LAINNYA

 Penelitian adalah suatu penyelidikan atau pertanyaan yang


terorganisasi, sistematis, berdasarkan data, kritis, obyektif untuk
suatu permasalahan tertentu, yang dilakukan untuk menemukan
jawaban atau solusi untuk masalah tersebut (Sekaran dan Bougie,
2017)

 Penelitian merupakan penyelidikan suatu masalah secara


sistematis, kritis, ilmiah, dan formal (Noelaka, 2014)

1-13
ILMU DAN FILSAFAT

 JENIS MANUSIA MENURUT PENGETAHUANNYA:

Ada orang yang tahu di tahunya


Ada orang yang tahu di ketidaktahuannya
Ada orang yang tidak tahu di tahunya
Ada orang yang tidak tahu di ketidaktahuannya

[Suriasumantri (2017), Filsafat Ilmu ...]

1-14
ILMU DAN FILSAFAT

Ada orang yang tahu dan ia tahu


Ada orang yang tahu tapi ia tidak tahu
Ada orang yang tidak tahu tapi ia tahu
Ada orang yang tidak tahu dan ia tidak tahu

1-15
ILMU DAN FILSAFAT

Ada orang yang MENGERTI dan ia MENGERTI


Ada orang yang MENGERTI tapi ia TIDAK MENGERTI
Ada orang yang TIDAK MENGERTI tapi ia MENGERTI
Ada orang yang TIDAK MENGERTI dan ia TIDAK MENGERTI

1-16
ILMU DAN FILSAFAT

Bagaimana caranya manusia


mendapatkan pengetahuan yang benar?

Ketahuilah apa yang kau TAHU dan


ketahui pula apa yang kau TIDAK TAHU

1-17
CIRI PENELITIAN

 Penelitian dimulai dengan pertaanyaan pada diri peneliti


 Penelitian memerlukan rencana
 Penelitian memerlukan pertanyaan yang jelas mengenai
persoalan
 Penelitian menyelesaikan persoalan utama dengan menjawab
sub persoalan-sub persoalan
 Penelitian mengikuti arahan hipotesis
 Penelitian berkaitan dengan fakta dan interpretasi fakta
 Penelitian itu melingkar

1-18
CIRI PENELITIAN

Pertanyaan
belum
terjawab
Penyataan
Interpretasi yang jelas

Pengumpulan Pendefinisian
dan pengolahan Hipotesis masalah dan
data submasalah

1-19
SIFAT PENELITIAN

1. Purposiveness: memiliki tujuan


2. Rigor: cermat, teliti, tepat, konsisten, dan pasti
3. Testability: dapat diuji

4. Replicability: dapat diulang


5. Precision: seberapa dekat temuan mencerminkan realitas
6. Accuracy: tingkat kepercayaan
7. Objectivity: obyektif
8. Generalizability: lingkup keberlakuan
9. Parsimony: sederhana dalam menjelaskan

1-20
KESULITAN PENELITIAN

BEBERAPA KESULITAN DALAM MELAKUKAN PENELITIAN ILMIAH

 Tidak selalu memungkinkan untuk melakukan penyelidikan yang


100% ilmiah karena adanya masalah-masalah yang akan ditemui
di dalam pengukuran dan pengumpulan data tentang hal-hal yang
bersifat SUBYEKTIF, seperti feelings, attitudes, perception.

1-21
KESULITAN PENELITIAN

 Tidak selalu mungkin untuk memenuhi SEMUA KRITERIA


penelitian ilmiah tersebut

 Kesulitan dalam memperoleh SAMPEL penelitian yang


REPRESENTATIF

1-22
ILMULATAR
PENGETAHUAN
BELAKANG
UPAYA MEMPEROLEH
ILMU

Apa yang ingin


diketahui ...

Bagaimana
memperoleh
pengetahuan ...
Apa nilai
pengetahuan ...



2 1-23
ILMULATAR
PENGETAHUAN
BELAKANG
UPAYA MEMPEROLEH
ILMU

Apa yang ingin


diketahui ... Ontologi

Bagaimana
memperoleh
Epistemologi
pengetahuan ...
Apa nilai Aksiologi
pengetahuan ...



2 1-24
FILSAFAT ILMU

 Filsafat ilmu mengkaji hakikat ilmu dan menjawab pertanyaan-


pertanyaan berkaitan dengan
o Ontologi: apa yang dikaji ilmu
o Epistemologi: bagaimana cara mendapatkan ilmu
o Aksiologi: untuk apa ilmu digunakan

 Dengan mengkaji hakikat ilmu (atau pun pengetahuan lain: agama


dan seni), maka tidak akan terjadi:
o Ilmu dikacaukan dengan seni
o Ilmu dikonfrontasikan dengan agama

1-25
FILSAFAT ILMU

 Menulis sebuah skripsi/laporan tugas akhir di perguruan tinggi


harus seperti membangun rumah. Tidak sekedar menumpuk bata
merah tapi harus membentuk dinding; tidak sekedar menumpuk
kayu tapi harus merupakan atap.

 Pada dasarnya, ditinjau dari sejarah cara berpikir manusia,


terdapat dua pola dalam memperoleh pengetahuan:
o BERPIKIR SECARA RASIONAL.
o BERPIKIR SECARA EMPIRIS

1-26
TUGAS # 1

Cari dan tuliskan masing-masing satu pustaka (text book) yang


sesuai untuk menyatakan definisi bagi istilah berikut:

1. Penelitian

2. Perencanaan dan pengendalian produksi

3. Produksi

4. Pemeliharaan mesin/peralatan

5. Pengendalian mutu

1-27
AKHIR BAB 1.0
JENIS PENELITIAN

 PENELITIAN MURNI (basic/fundamental/pure research)


o Meningkatkan pengertian mengenai masalah yang diperkirakan
(akan) muncul dan mencari pemecahan bagi masalah tersebut;

o Membangun teori yang berlaku umum (universal);

o Berhasil dipublikasikan dalam jurnal ilmiah dengan norma


absolut (scientific rigor)

1-23
JENIS PENELITIAN

 PENELITIAN TERAPAN (applied research)


o Memecahkan masalah-masalah tertentu yang muncul saat ini;

o Berlaku spesifik;

o Keberhasilan dilihat dari kegunaan bagi pengambilan


keputusan yang diambil sponsor;

o Norma ditentukan sponsor

1-24
THE BUILDING BLOCK OF SCIENCE

Identification of
problem area Theoretical framwork
or networks
Observation association

Refinement of theory (pure Hypotheses


research) or implementation
(applied research)
Consept operatioanl
definitions
Interpretation
data Research
design
Analysis Data
data collection

1-25
THE BUILDING BLOCK OF SCIENCE

Catatan:
 Hypothetico-deductive: mulai dengan kerangka teoritis,
formulasi hipotesis, dan proses deduktif logis
 Metode inductive: mulai dengan data (fakta),
kemudian proses pembangkitan hipotesis dan teori
 Logico-hypotico-verifikatif: gabungan deduktif-induktif

1-26
MODEL DEDUCTIVE

Researcher Tests a Theory

Researcher Tests Hypotheses or Research


Question Derived from the Theory

Researcher Operationalize Concepts or


Variable Derived from ther Theory

Researcher Uses an Instrument to Measure


Variables in the Theory

1-27
MODEL INDUCTIVE

Researcher Develops a Theory or Compares


Pattern with Other Theories

Researcher Looks for Patterns (Theories)

Researcher Asks Questions

Researcher Gathers Information

1-28
TEORI

 Teori adalah model mengenai suatu atau beberapa segmen dunia


nyata yang terobservasi (observable world)

 Teori adalah abstraksi dunia nyata yang diperoleh dengan


menggunakan pendekatan gabungan RASIONAL dan EMPIRIS

1-29
SYARAT TEORI ILMIAH

 Konsistensi dengan teori sebelumnya (kriteria kebenaran koheren)

 Cocok dengan fakta empiris (kriteria kebenaran korespondensi)

1-30
SYARAT TEORI ILMIAH

 Hakekat rasionalisme adalah pluralistik yang memungkinkan


disusunnya berbagai penjelasan terhadap suatu obyek pemikiran
tertentu

 Alasannya adalah tersedia beberap (banyak) pilihan premis yang


dapat digunakan untuk melakukan penyusunan argumentasi

1-31
METODE ILMIAH

 Metode ilmiah adalah prosedur sistematis dalam mendapatkan


ilmu

 Metodologi ilmiah adalah suatu pengkajian dalam mempelajari


prosedur yang terdapat dalam metode ilmiah

 Langkah metode ilmiah: perumusan masalah, penyusunan


kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis, perumusan
hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan

1-32
METODE ILMIAH

 Penelitian tidak lain merupakan OPERASIONALISASI METODE


ILMIAH

 Penulisan karya ilmiah merupakan demonstrasi mengenai


argumentasi penalaran keilmuan yang dikemukakan melalui
bahasa tulisan

 Format bisa berbeda tetapi alur pikir dalam sebuah penelitian


adalah SAMA

1-33
STRUKTUR PENELITIAN ILMIAH

1. Penggambaran masalah

2. Penyusunan kerangka teoritis

3. Pengajuan/perumusan hipotesis

4. Metodologi penelitian

5. Hasil penelitian

6. Kesimpulan dan saran

1-34
STRUKTUR PENELITIAN ILMIAH

1. PENGGAMBARAN MASALAH
 Latar belakang: kaitan masalah yang satu dengan
masalah lain; state of the art
 Identifikasi masalah: menemukenali masalah

 Pembatasan masalah: bukan kuantitas jawaban tetapi


kualitas jawaban yang menentukan mutu penelitian; apa
yang tidak bisa dikatakan harus dibiarkan membisu

1-35
STRUKTUR PENELITIAN ILMIAH

1. PENGGAMBARAN MASALAH (Lanjutan)


 Perumusan masalah: pernyataan lengkap dan rinci
mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti;
“rumusan yang baik merupakan setengah jawaban”
 Tujuan penelitian: gambaran output penelitian

 Kegunaan penelitian: manfaat yang dapat dipetik

1-36
STRUKTUR PENELITIAN ILMIAH

2. PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIS


 Pengkajian teori yang digunakan

 Pembahasan “the state of the art” (lingkup menyeluruh


dalam perkembangan terbaru pada suatu disiplin
keilmuan): penelitian relevan yang sudah dilakukan

3. PENGAJUAN/PERUMUSAN HIPOTESIS
 Penyusunan postulat, asumsi, dan prinsip sebagai dasar
hipoteisis
 Perumusan hipotesis

1-37
STRUKTUR PENELITIAN ILMIAH

4. METODOLOGI PENELITIAN
 Tujuan operasional penelitian

 Tempat/waktu penelitian

 Metode penelitian

 Teknik pengambilan data/sampel

 Teknik analisis (untuk penggujian hipotesis)

1-38
STRUKTUR PENELITIAN ILMIAH

5. HASIL PENELITIAN
 Variabel yang diteliti

 Analisis data

 Kesimpulan analisis data

 Interpretasi kesimpulan analisis data

 Kesimpulan pengujian hipotesis

1-39
STRUKTUR PENELITIAN ILMIAH

5. KESIMPULAN DAN SARAN


 Kesimpulan penelitian merupakan sintesis dari seluruh
aspek (1) – (5)
 Pembahasan pembandimngan dengan penelitian lain

 Pengkajian implikasi dan saran

1-40
BERPIKIR RASIONAL

 Berdasarkan paham rasionalisme, ide tentang kebenaran sebenarnya


sudah ada.
 Pikiran manusia dapat mengetahui ide tersebut, namun tidak
menciptakannya dan tidak pula mempelajarinya lewat pengalaman.

 Dengan perkataan lain, ide tentang kebenaran, yang menjadi dasar


penegetahuannya, diperoleh lewat berpikir secara rasional,
terlepas dari pengalaman manusia.

1-45
BERPIKIR RASIONAL

 Sistem pengetahuan dibangun secara koheren di atas landasan


pernyataan yang sudah pasti. Namun dari manakah kita
mendapatkan kebenaran yang sudah pasti bila kebenaran itu
tercerai dari pengalaman manusia yang nyata?
 Di sinilah kaum rasionalis mulai mendapatkan kesulitan untuk
mendapatkan konsensus yang dapat dijadikan landasan bagi
kegiatan berpikir bersama.

1-46
BERPIKIR RASIONAL

 Tiap orang cenderung untuk percaya kepada kebenaran yang pasti


menurut mereka sendiri.
 Lalu bagaimana kita bisa sampai kepada suatu konsensus bila
hanya berdasarkan apa yang dianggap benar oleh masing-masing?
 Pengalaman kita sehari-hari menunjukkan dengan jelas betapa
sukarnya kita sampai kepada suatu kesimpulan yang disetujui
bersama bila hanya berdasarkan cara tersebut.

 Cara berpikir seperti ini menyebabkan manusia terjatuh ke dalam


SOLIPISME yakni pengetahuan yang benar menurut anggapannya
masing-masing.

1-47
BERPIKIR EMPIRIS

 Kaum empiris menganjurkan kita untuk kembali ke alam untuk


mendapatkan pengetahuan.
 Menurut mereka pengetahuan ini tidak ada secara apriori di benak
kita, melainkan harus diperoleh dari pengalaman.
 Lalu berkembanglah apa yang dinamakan pola berpikir empiris,
yang semula berasal dari dari sarjana-sarjana Islam dan kemudian
terkenal di dunia Barat lewat tulisan Francis Bacon (1561-1626).

1-48
BERPIKIR EMPIRIS

 Apakah pendekatan empiris ini membawa manusia lebih dekat


kepada kebenaran?
 Ternyata jawabannya juga tidak, sebab gejala yang terdapat di
dalam pengalaman kita baru mempunyai arti kalau kita
memberikan tafsiran.
 Fakta, yang ada sebagai dirinya sendiri, tidaklah mampu berkata
apa-apa. Kitalah yang memberi mereka sebuah arti: sebuah
nama, sebuah tempat, atau apa saja.

1-49
BERPIKIR EMPIRIS

 Bintang-bintang di langit hanyalah tebaran kilau-kilau yang bisu


sampai manusia memberikan tafsiran terhadap ujud mereka.
 Di samping itu, bila kita hanya mengumpulkan pengetahuan
mengenai berbagai gejala yang kita temui dalam pengalaman kita
lalu apakah gunanya semua kumpulan itu bagi kita?
 Pengetahuan yang diperoleh dengan cara ini hanyalah merupakan
kumpulan pengetahuan serbaneka yang tak berarti.

1-50
BERPIKIR EMPIRIS

 Lebih jauh lagi, bagaimanakah cara kita mendapatkan


pengetahuan yang utuh: apakah kita memungut sana dan
memungut sini seperti kita mengumpulkan kerang-kerang di
pantai?
 Di samping itu, siapakah yang dapat menjamin bahwa
pengetahuan yang dikumpulkan itu benar, seperti apa yang
dikatakan Charles Darwin, bahwa tanpa penafsiran yang sungguh-
sungguh maka “alam akan mendustai kita bila dia mampu”.

1-51
BERPIKIR EMPIRIS

 Ternyata bahwa pendekatan empiris ini pun gagal untuk


memecahkan masalah pokok dalam menemukan pengetahuan
yang benar.
 Seperti biasanya, waktu mengendapkan sifat ekstrim dari tiap-tiap
bentuk pemikiran. Pemikiran yang radikal lambat-laun berubah
menjadi lebih moderat sehingga kompromi lebih mudah tercapai.

1-52
METODE KEILMUAN

 Demikian juga dengan pendekatan rasional dan empiris yang


membentuk dua kutub yang saling bertentangan. Akhirnya kedua
belah pihak saling menyadari bahwa rasioanalisme dan empiris
mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

 Timbulah gagasan untuk menggabungkan kedua pendekatan ini


untuk menyususn metode yang lebih dapat diandalkan dalam
menemukan pengetahuan yang benar. Gabungan antara
pendekatan rasional dan empiris dinamakan metode keilmuan.

1-53
METODE KEILMUAN

 Rasionalisme memberikan kerangak pemikiran yang koheren dan


logis. Sedangkan empirisme kerangka pengujian dalam rangka
memastikan suatu kebenaran.
 Kedua metode ini yang dipergunakan secara dinamis
menghasilkan pengetahuan yang KONSISTEN dan SISTEMATIS
serta dapat diandalkan, sebab pengetahuan tersebut telah teruji
secara empiris.
 Kiranya jelas dari pembahasan ini bahwa salah satu aspek dari
kegiatan keilmuan adalah menyusun konsep penjelasan atau
berpikir secara teoritis. Pemikiran teoritis ini bersifat deduktif dan
pada dasarnya merupakan suatu proses berpikir yang logis dan
sistematis. Sifat inilah yang mencirikan salah satu dari
karakteristik-karakteristik pokok ilmu.

1-54
METODE KEILMUAN

 Istilah KEBENARAN mempunyai konotasi yang bermacam-macam.


 Kebenran keilmuan mempunyai ruang lingkup yang sangat terbatas.
 Benar secara keilmuan berarti bahwa kebenaran suatu pernayataan
ternyata didukung secara fakta-fakta empiris.
 Kebenaran keilmuan kiranya lebih tepat disebut sebagai “sah” secara
keilmuan.

 Pengujian secara empirislah yang mensahkan apakah suatu


pernyataan yang dikemukakan dalam rangka kegiatan keilmuan itu
dapat diterima ataukah tidak.

1-55
BERPIKIR SECARA KEILMUAN

 Kelebihan ilmu terletak pada pengetahuan yang tersusun secara


logis dan sistematis serta telah teruji kebenarannya. Faktor
pengujian ini memberikan karakteristik yang unik kepada proses
kegiatan keilmuan, karena dengan demikian maka khazanah
teoritis ilmu harus selalu dinilai berdasarkan pengujian empiris.
 Proses penilaian yang terus menerus ini mengembangkan suatu
mekanisme yang bersifat memperbaiki diri. Suatu kesalahan
teoritis cepat atau lambat akan diperbaiki dengan adanya feed
back dari pengujian secara empiris.

1-56
BERPIKIR SECARA KEILMUAN

 Mekanisme ini dimungkinkan dengan adanya karakteristik yang


lain, yakni sifat terbuka dan tersurat (eksplisit).
 Kegiatan keilmuan tidaklah dilakukan secara misterius, melainkan
semuanya bersifat terbuka. Segenap unsur dan langkah yang
terlibat di dalamnya diungkapkan dengan jelas sehingga
memungkinkan semua pihak mengetahui keseluruhan proses yang
telah dilakukan.
 Pengungkapan ini dilakukan secara eksplisit dengan
mempergunakan berbagai media yang tersedia dalam komunikasi
keilmuan.
 Kedua sifat ini, yakni terbuka dan eksplisit, yang kemudian
dikomunikasikan kepada semua pihak menyebabkan ilmu
mengalami penilaian yang dalam dan luas.

1-57
BERPIKIR SECARA KEILMUAN

 Setiap orang bisa mengajukan sanggahan terhadap teori yang


dikemukakan, atau memperlihatkan bukti-bukti baru yang
mendukung atau mengugurkan suatu teori tertentu. Ilmuwan yang
kreatif mungkin menyarankan cara dan langkah yang lain yang
dapat lebih diandalkan untuk sampai kepada suatu kesimpulan
yang sama.
 Sedangkan ilmuwan yang skeptis akan melakukan kembali seluruh
atau sebagaian dari suatu proses penemuan untuk menyaksikan
kejadian tersebut dengan mata dan kepala sendiri.
 Secara konsisten dan sistematis ilmu disusun di atas dasar-dasar
sebelumnya dan membentuk suatu kerangka yang bersifat
KUMULATIF.
 Sifat kumulatif inilah yang memungkinkan ilmu berkembang
dengan sangat pesat dan waktu yang relatif singkat.

1-58
BERPIKIR SECARA KEILMUAN
 Namun kenyataan ini tidak boleh menutup mata kita terhadap
berbagai kekurangan ilmu. Kekurangan-kekurangan ini bersumber
pada asumsi landasan epistemologis ilmu, yang menyatakan
bahwa kita mampu memperoleh pengetahuan yang bertumpu pada
persepsi, ingatan, dan penalaran.
 Persepsi kita yang mengandalkan panca indra jelas mempunyai
kelemahan, sebab panca indera manusia tidak sempurna.
 Demikian juga, bahwa ingatan manusia kurang bisa dipercaya
sebagai cara untuk menemukan kebenaran kiranya tidak usah
dipersoalkan dan diragukan lagi. Apalagi cara kita menalar untuk
sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengatahuan jelas
sekali mempunyai kelemahan.
 Cabang ilmu lahir sebagai pengetahuan yang berdasarkan
pengamatan, sehingga pada mulanya lebih mirip dengan kesenian
atau kejuruan.
1-59
PERKEMBANGAN KEILMUAN

 Kemudian diadakan usaha untu menemukan kaidah-kaidah yang


berlaku umum, jadilah pengetahuan itu sebagai ilmu.
 Dari cabang ilmu ini timbulah ranting-ranting yang disebut bidang
ilmu.
 Timbulnya bidang ilmu disebabkan karena seseorang pada suatu
ketika menemukan sumber pengetahuan yang kaya dengan
persoalan. Banyaknya ranting atau bidang ilmu ini menunjukkan
kayanya bidang ilmu tersebut dengan pengetahuan, serta giatnya
ilmuwan-ilmuwan itu bekerja denga produktif dalam bidang ilmu
tersebut.

1-60

Anda mungkin juga menyukai