Anda di halaman 1dari 11

BAB II

ILMU PENGETAHUAN DAN KEBENARAN ILMIAH

2.1 Ilmu Pengetahuan


Ilmu pengetahuan merupakan sekumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis
melalui metode ilmiah. Metode ilmiah/metode penelitian adalah langkah-langkah sistematis dalam
1
mendapatkan pengetahuan. Langkah-langkah tersebut meliputi:

• Mengidentifikasi dan merumuskan masalah


• Menyusun kerangka pemikiran
• Merumuskan hipotesis
• Menguji hipotesis
• Kesimpulan
Ilmu pengetahuan merupakan scientific knowledge yaitu salah satu jenis pengetahuan yang
berbeda dengan dua jenis pengetahuan lainnya, yaitu pengetahuan sehari-hari (ordinary knowledge)
2
dan pengetahuan filsafat (philosophical knowledge).

Ilmu pengetahuan atau sains (science) adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara/metode
ilmiah. Jika ada suatu pengetahuan yang didapat dari cara-cara non-ilmiah, maka pengetahuan tersebut
belum layak disebut sebagai ilmu pengetahuan. 3

Metode ilmiah adalah cara memperoleh dan menyusun pengetahuan. “Pengetahuan” adalah
bahan ilmu, dan baru dapat menjawab tentang apa, sedangkan “ilmu pengetahuan” menjawab tentang
mengapa suatu kenyataan atau kejadian. Jadi, ilmu pengetahuan merupakan sekumpulan pengetahuan
dalam bidang tertentu yang disusun secara sistematis, menggunakan metode keilmuan, dapat dipelajari
4
dan diajarkan, dan memiliki nilai guna tertentu.

2.1.1 Pentingnya Ilmu Pengetahuan dan Penelitian


Menurut Nazir (1988) penelitian merupakan peranan yang sangat penting dalam memberikan
fondasi terhadap tindak serta keputusan dalam segala aspek pembangunan, yaitu untuk menyelidiki

1
Suryana, “Metodologi Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif”, (Jakarta: Universitas Pendidikan
Indonesia, 2010), hlmn. 5
2
Paulus Wahana, Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Pustaka Diamond, 2016), hlmn. 115.
3
Prasetya Irawan, Metode Penelitian Sosial, Modul 1 Kaidah Dasar Ilmu Pengetahuan dan Penelitian, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2014), hlmn.21.
4
Suryana, “Metodologi Penelitian”, hlmn. 6
1
keadaan dari, alasan untuk, dan konsekuensi terhadap suatu keadaan khusus. Keadaan tersebut bisa
saja dikontrol melalui percobaan (eksperimen) ataupun berdasarkan obeservasi tanpa kontrol. 5

Secara umum, setidaknya terdapat 4 tujuan dari penelitian, yakni:6

• Tujuan eksploratif; digunakan untuk menemukan sesuatu yang baru dalam bidang tertentu
• Tujuan verifikatif; digunakan untuk menguji kebenaran sesuatu dalam bidang ilmu yang telah
ada
• Tujuan developmental; digunakan untuk mengembangkan sesuatu dalam bidang yang telah
ada.
• Dapat juga untuk digunakan penulisan tugas ilmiah seperti skripsi, tesis, dan disertasi.
Penelitian sebagai suatu kegiatan ilmiah merupakan aspek penting bagi kehidupan suatu
manusia. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa alasan berikut: 7

• Tuntutan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial terus berkembang sejalan dengan
perkembangan kehidupan, sehingga terus mencoba menemukan, menghasilkan dan
menerapkan berbagai pengetahuan
• Penemuan dibidang teknologi dan inovasi, mendorong untuk meneliti, dan
mengembangkan penelitian
• Selain rasa ingin tahu, juga didorong oleh tuntutan praktis di lapangan, adanya teknologi
dan inovasi dan kegiatan penelitian mendorong adanya perkembangan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan dan penelitian berkembang melalui suatu proses scientific research, diawali
dengan observasi, identifikasi masalah, perumusan kerangka pemikiran, perumusan hipotesis,
pengujian hipotesis, pengumpulan data, analisis dan interpretasi data, dan penarikan kesimpulan.

Berikut proses pengembangan ilmu:8

5
https://idtesis.com/kegunaan-dan-peranan-penelitian/, diakses 29 Januari 2018

6
Ibid.
7
Suryana, “Metodologi Penelitian”. hlmn.14.
8
Suryana, “Metodologi Penelitian”. hlmn.10.
2
1. OBSERVASI

10. PENGEMBANGAN 2. IDENTIFIKASI CAKUPAN


TEORI/APPLIED RESEARCH MASALAH

9. INTEPRETASI DATA 3. KERANGKA TEORITIK

8. ANALISIS DATA 4. HIPOTESIS

5. KONSEP, DEFINISI
7. PENGUMPULAN DATA
OPERASIONAL

6. RANCANGAN PENELITIAN

Gambar: Proses Pengembangan Ilmu

Berikut proses pengembangan ilmu: 1

2.1.2 Karakteristik Imu Pengetahuan dan Penelitian


Karakteristik ilmu yaitu rasional, logis, objektif, terbuka. Menuntut ilmuwan harus memiliki
9
syarat: empirisme, rasionalisme, dan kritisme. Berikut sifat ilmiah dalam penelitian:

• Ingin tahu, yaitu bertanya, selalu penasaran terhadap sesuatu yang tidak wajar/ada
kesenjangan
• Skeptik, yaitu ragu terhadap pernyataan yang belum terbukti
• Kritis, yaitu terampil dan mampu menunjukkan perbedaan, persamaan, dan pengertian yang
tepat
• Objektif, yaitu tidak memihak
• Free from etique, yaitu menilai salah dan benar dengan memperhatikan baik buruk bagi
manusia
Menurut pakar sosiologi sains, Roberto Merton, terdapat paling tidak 5 norma yaitu: 10

• Orisinalitas: tidak memberikan masukan yang baru ke dalam ilmu pengetahuan


• Tanpa pamrih (detachment): seorang ilmuwan (saintis, bukan teknolog) harus bersifat netral,
impersonal, tidak memiliki komitmen psikologis dalam usahanya mengembangkan bidang
ilmunya
• Universalitas: seorang ilmuwan tidak boleh menghakimi atas dasar pijakan agama, etnis, ras,
faktor-faktor sosial, maupun personal.

9
Suryana, “Metodologi Penelitian”. hlmn.10-11.
10
Irawan, Metode Penelitian Sosial, hlmn.45.
3
• Skeptisisme: seorang ilmuwan tidak boleh mempercayai siapa pun (dalam hal kebenaran)
sebelum dia memiliki cukup bukti untuk membuktikan kebenaran itu
• Terbuka untuk umum (public accessibility): semua temuan dan pengetahuan ilmiah harus
terbuka untuk umum.
Menurut Hamid (2011), seseorang yang telah memiliki ilmu atau pengetahuan ilmiah dituntut
memiliki sifat terbuka, jujur, teliti, kritis, tidak mudah percaya sampai terbukti kebenarannya, tidak
cepat putus asa dengan pekerjaan atau hasil karyanya. 11

2.1.3 Syarat Ilmu Pengetahuan dan Penelitian


Syarat ilmu pengetahuan yaitu memiliki objek dan metode ilmiah, atau memiliki dimensi/aspek
12
sebagai berikut:

• Aspek ontologis: apa yang ingin diketahui, dipikirkan, atau yang menjadi masalah
• Aspek epistimologis: bagaimana ilmu mempelajari objek studi dengan metode tertentu,
metode keilmuan/ilmiah didukung sarana berfikir ilmiah
• Aspek aksiologis: nilai dari manfaat ilmu, yaitu nilai positif (mendeskripsikan), dan nilai
normatif (mengendalikan; dengan pertimbangan nilai, etika, dan moral)
Menurut Hamid (2011), terdapat persyaratan ilmiah yang harus dipenuhi agar pengetahuan
dapat disebut sebagai ilmu, yaitu: 13

• Objektif; dapat bersifat ada, atau mungkin tidak ada karena masih harus diuji keberadaannya
• Metodis; merupakan upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam mencari
• Sistematis; ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur danlogis,
membentuk sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh,terpadu, dan mampu menjelaskan
rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya
• Universal; kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran yang bersifat umum (tidak
bersifat tertentu).
Secara garis besar, ilmu pengetahuan terbentuk melalui proses dan tahapan sebagai berikut: 14

• Ilmu mempelajari fenomena

11
https://www.academia.edu/15263930/Konsep_Ilmu_Pengetahuan, diakses 29 Januari 2018.

12
Suryana, “Metodologi Penelitian”. hlmn.5.
13
Wahana, Filsafat Ilmu Pengetahuan, hlmn. 107.
14
Irawan, Metode Penelitian Sosial, hlmn.23.
4
• Fenomena-fenomena itu diabstraksikan menjadi konsep dan variabel
• Konsep dan variabel itu dipelajari hubungannya berbentuk proporsi yang sifatnya berbentuk
hipotesis.
• Hipotesis diuji secara empirik menjadi fakta.
• Jalinan fakta-fakta dalam kerangka penuh arti membentuk teori. Teori-teori inilah yang
merupakan ilmu.

2.1.4 Komponen Ilmu


Ilmu pengetahuan pada hakekatnya memiliki komponen-komponen sebagai berikut:15

• Teori: generalisasi yang telah teruji kebenarannya secara ilmiah.


• Fakta: keadaan nyata berupa perwujudan dua konsep atau lebih.
• Fenomena: gejala dan kejadian yang ditangkap dengan panca indera, kemudian dijadikan
konsep.
• Konsep: istilah yang mengandung pengertian singkat dari fenomena.

FAKTA FAKTOR PROPORSI KONSEP TEORI DALIL/HUKUM

Gambar: Hubungan Antar Komponen-Komponen Ilmu

Bila fakta yang satu mempengaruhi yang lain maka disebut faktor, hubungan antar faktor disebut
proporsi. Proporsi inilah yang disebut embrio teori.

2.1.5 Struktur Ilmu Pengetahuan

KONSEP DASAR
- PARADIGMA AKSIOMA

DATA-DATA
PENGETAHUAN
-
ONTOLOGIS
PROSES ILMIAH EPISTIMOLOGIS
- AKSIOLOGIS

ILMU PENGETAHUAN DALIL, HUKUM, TEORI


-
PEDOMAN/ KEBIJAKAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
LANDASAN - PEMECAHAN MASALAH

15 Gambar: Struktur Ilmu Pengetahuan


Suryana, “Metodologi Penelitian”. hlmn.11.

5
2.1.6 Kelengkapan Ilmu
Ilmu pengetahuan selain memiliki komponen-komponen dan struktur, juga memiliki kelengkapan-
16
kelengkapan seperti:

• Axioma: dasar berfikir atau konsep dasar suatu ilmu


• Data: fakta-fakta sebagai bukti empirik. Ada 3 macam yaitu; faktor endowment (tidak dapat
diubah), Variabel (gejala yang dapat diukur), Faktor Given (relatif tetap)
• Metode berfikir: deduksi (analisis umum-khusus), Induksi (data analisis untuk generalisasi),
Sitensis (gabungan deduksi dan induksi)
• Objek ilmu
• Fungsi ilmu: menjelaskan, memprediksikan, mendeskripsikan, dan mengendalikan
• Problem

2.2 TEORI KEBENARAN ILMAH

2.2.1 Kebenaran Ilmu


Kebenaran ilmiah atau ilmu adalah kesesuaian antara pengetahuan dengan syarat – syarat
tertentu. Ilmu pada dasarnya merupakan upaya manusia untuk menjelaskan berbagai hal
empiris yang terjadi di alam, dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman yang benar atas
fenomena.17
Apabila dilihat dari gradasi berfikir kebenaran dapat dikelompokan, yaitu :
✓ Kebenaran biasa, kebenaran yang dasarnya adalah akal sehat. Biasanya mengacu pada
pengalaman individual tidak tertata sehingga cenderung subjektif sesuai dengan
pengalaman.
✓ Kebenaran ilmu, kebenaran yang sifatnya positif karena mengacu pada fakta empiris
dan memungkinkan orang untuk mengujinya dengan metode tertentu dengan hasil
yang relative sama
✓ Kebenaran filsafat, kebenaran sifatnya spekulatif. Satu hal yang sulit adalah
bagaimanan setiap orang dapat mempercayainya.
✓ Kebenaran ilmu, kebenaran yang sifatnya positif karena mengacu pada fakta empiris
dan memungkinkan orang untuk mengujinya dengan metode tertentu dengan hasil
yang relative sama

16
Suryana, “Metodologi Penelitian”. hlmn.13.
17
Indriani, Iftitah, Kebenaran Ilmu, (Tegal: Universitas Pancasakti Tegal. 2015),
https://www.scribd.com/mobile/doc/313438636/KEBENARAN-ILMIAH-pdf diakses 29 Januari 2018
6
✓ Kebenaran filsafat, kebenaran sifatnya spekulatif. Satu hal yang sulit adalah bagaimanan
setiap orang dapat mempercayainya.
✓ Kebenaran agama, kebenaran yang informasinya di datangkan dari Tuhan.

2.2.2 Teori Kebenaran


Kebenaran memiliki asumsi bahwa kebenaran itu diakui, karena ia memang menggambarkan
pernyataan yang sesungguhnya.
Menurut A.M.W. Pranarka (1987), ada beberapa rumusan atau syarat tentang kebenaran, yaitu : 18
1. Kebenaran Koherensi
Sesuatu dinyatakan sebagai kebenaran apabila pernyataan bersifat konsisten dengan pernyataan -
pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
Contoh : Semua manusia pasti mati, Roy adalah manusia, maka Roy pasti mati. Kesimpulan, Roy
pasti mati tergantung pada pernyataan pertama (semua manusia pasti mati)
2. Kebenaran Korespondensi
Menurut teori ini kebenaran, sesuatu dinyatakan benar apabila terdapat kecocokan antara suatu
pernyataan dengan faktanya.
Contoh : seseorang mengatakan bahwa Kuala Lumpur adalah Ibukota Malaysia, maka pernyataan
itu adalah benar jika dalam kenyataan memang Ibukota Malaysia adalah Kuala Lumpur
3. Kebenaran Pragmatis
Suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan tersebut memiliki fungsi atau kegunaan bagi
kehidupan.
Contoh : “teori ba dapat mempercepat peningkatan pemahaman siswa dalam mata pelajaran
matematika”. Pernyataan tersebut dianggap benar, jika secara ilmiah diteliti terbukti mampu
meningkatkan kemampuan belajar siswa.
4. Kebenaran perfomatif
Suatu pernyataan kebenaran bukanlah kualitas atau sifat tertentu melaikan sebuah tindakan atau
berbicara
5. Kebenaran Proposisi
Pernyataan dianggap benar apabila sesuai dengan pernyataan materiilnya suatu proposisi, bukan
pada syarat formal proposisi.

18
Ibid.

7
Contoh: Jika sebuah tabung diisi yang hanya setengah bagian, maka orang bisa mengatakan
bahwa isi tabung yang hanya setengah sama denga isi tabung yang kosong. Pernyataan tersebut
secara formal benar, tapi tidak materiil. Karena secar materiil isi tidak sama dengan kosong
6. Kebenaran Sintaksis
Aliran ini berpangkal pada keteraturan yang dipakai oleh suatu pernyataan atau tata Bahasa yang
melekat. Dengan demikian, suatu pernyataan memiliki nilai benar apabila pernyataan tersebut
memiliki nilai sintaksis yang berlaku.

2.2.3 Dasar Pembenaran


✓ Pertama, pemahaman yang akan diuji dalam suatu cara kerja ilmiah haruslah dapat
dibenarkan secara a priori
✓ Kedua, cara pengujian itu harus memiliki dasar pembenaran yang sudah teruji, sehingga
dapat disebut metode ilmiah
✓ Ketiga, setelah teruji metode ilmiah, pemahaman tadi menjadi pengetahuan ilmiah atau
ilmu. 19

2.2.4 Cara Mencari Kebenaran


Dari berbagai macam yang elah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengertahuan sepanjang
sejarah atau untuk mengetahui unsur-unsur dalam ilmu, dapat dikelompokan menjadi dua, antara lain :

1) Cara tradisional atau cara non-ilmiah


a. Penemuan kebenaran secara kebetulan.
b. Penemuan dengan cara akal sehat.
c. Penemuan kebenaran secara wahyu.
d. Penemuan kebenaran secara intuitif.
e. Penemuan kebenaran dengan trial and error.
f. Penemuan kebenaran melalui spekulasi.
g. Penemuan kebenaran karena wibawa.

2) Cara modern atau cara ilmiah

Cara modern dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode
penelitian ilmiah, atau lebih popular dengan metodologi penelitian. Cara ini dikembangkan oleh Francis

19
Sumantri.2015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Kencana.

8
Bacon, seorang tokoh yang mengembangkan metode berfikir induktif. Kemudian metode berfikir induktif
yang dikembangkan oleh bacon ini dilanjutkan oleh Deobold van Dallen, bahwa untuk memperoleh
kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan terhadap semua
fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok :

a. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan.
b. Segala sesuatu yang negative, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan
pengamatan.
c. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-
kondisi tertentu.20

20
Ibid hlmn : 22-27.

9
DAFTAR PUSTAKA BAB II

A. Buku
Suryana. Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia,
2010.
Wahana, Paulus. Filsafat Ilmu Pengetahuan.Yogyakarta: Pustaka Diamond, 2016.
Irawan, Prasetya. Metode Penelitian Sosial Modul 1, Kaedah Dasar Ilmu Pengetahuan dan Penelitian.
Jakarta: Universitas Terbuka, 2014.
Indriati, Etty. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Universitas Indonesia. Panduan Penulisan Tugas Akhir. Depok: Badan Penerbit Universitas Indonesia,
2006.
Saepul, Asep. Hamdi E. Bahruddin. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam Pendidikan.
Yogyakarta: Deepublish, 2014.
Dahlan, Ahmad. Definisi Sampling Serta Jenis metode dan Teknik Sampling. Eureka Pendidikan, 2015.
Nasution, Rozaini. Teknik Sampling SKM Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,
Digitized by USU digital library, 2003.
Sarwono, Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006.
Duane, Davis, dan Conseza Robert. Business Research for Decision Making. California: Wadsworyh Inc,
1985.

10
James Dean, Brown. Understanding Research in Second Language Learning. Cambridge: Cambridge
University Press, 1998.
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, Pendekatan, Jenis, dan Metode Penelitian
Pendidikan, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008).
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta, 2013.
Magister Manajemen Rumah Sakit Fakultas Kedokteran UGM, Hipotesis dan Pertanyaan
Penelitian.Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM, s.a.
Heryana, Ade. Kerangka Teori, Kerangka konsep, Variabel Penelitian, dan Hipotesis Penelitian (dalam
penelitian kuantitatif), [s.l.: s.n., 2017].

11

Anda mungkin juga menyukai