Anda di halaman 1dari 64

RODI PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMBAMODUL AJAR

METODE PENELITIAN SOSIAL


DASAR

Oleh:
Dr. Alifiulahtin Utaminingsih, MSi.

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
PENGANTAR

Modul Ajar Metode Penelitian Sosial Dasar berusaha memberikan


pemahaman dasar tentang paradigma penelitian sosial, yang mencakup metode
penelitian dengan paradigma kuantitatif dan kualitatif, kepada mahasiswa semester
tiga pada Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya Malang. Metode Penelitian Sosial Dasar berfokus pada
pemahaman dasar mengenai segala aspek penelitian, yang dimulai dengan latar
belakang serta perumusan masalah, kerangka teori serta metode penelitian yang
digunakan sebagai landasan pembuatan proposal guna menganalisis permasalahan
penelitian dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif maupun kualitatif
(mencakup: pengertian penelitian, perumusan masalah, memahami teori, konsep,
variabel, indikator dan item penelitian maupun focus penelitian beserta
instrumennya). Intinya bagaimana cara membuat proposal dengan baik dan benar.
Hasil akhirnya, mampu membuat fondasi yang harus dipahami dan dikuasai
mahasiswa guna memudahkan dalam pembuatan proposal penelitian.
Apabila fondasi ini sudah kuat atau dipahami dengan baik, maka langkah
selanjutnya adalah mahasiswa diharapkan juga memahami bahwa dalam mengalisa
data diperlukan sikap objektif. Objektifitas dalam penelitian diperlukan dalam
kerangka menghasilkan karya ilmiah yang baik dan berkualitas. Bagi seorang yang
mendalami pendekatan positivistik (paradigma kuantitaif) maupun naturalistic
(kualitatif) dalam ilmu-ilmu sosial, objektifitas merupakan sebuah keharusan yang
patut dijaga dan dijunjung tinggi oleh mahasiswa sebagai peneliti pemula.
Semoga buku buku kecil ini bermanfaat guna menambah wawasan serta
memudahkan mahasiswa untuk mampu membuat proposal dan melakukan penelitian
dengan benar serta membuat laporan hasil penelitian dengan baik.
Malang, September 2021
Penyusun
DESKRIPSI MATA KULIAH

A. Mata Kuliah : Metode Penelitian Sosial Dasar


B. KODE/ SKS : IPM 1413/ 3 (2-1) SKS
C. Deskripsi Singkat :
Mata kuliah ini merupakan media bagi mahasiswa untuk mempelajari konsep dan
praktik metode penelitian sosial. Selama perkuliahan berlangsung mahasiswa
diberikan pemahaman mengenai hakekat, manfaat dan syarat penelitian ilmiah.
Pemahaman dalam melakukan penelitian ilmiah dengan menggunakan metode
kualitatif maupun kuantitatif.
D. Tujuan Instruksional Umum:
Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan
memahami metode penelitian kuantitaif dan kualitatif, dan memiliki kemampuan
untuk membuat proposal dengan baik dan benar.

E. Satuan Acara Perkuliahan


No Pokok Bahasan Pertemuan
1 Pengantar 1
a. Kontrak Perkuliahan
b. Gambaran Umum Ruang Lingkup Perkuliahan
2 Hakekat Penelitian 2
a. Latar belakang penelitian
b. Permasalahan Penelitian
c. Tujuan Penelitian
d. Manfaat Penelitian

3 Memahami paradigm penelitian kuantitatif dan 3


kualitatif.
a. Definisi dan fungsi dan kegunaan teori
b. Hubungan Teori dengan Penelitian Kuantitatif
dan kualitatif
c. Fokus dan populasi dalam penelitian
d. Konsep dan variabel, indikator dan item
Penelitian
4 Fokus, Populasi , Sampel dan Teknik Sampling 4
a. Memahami focus penelitian
b. Populasi penelitian
c. Pengertian Sampel
d. Teknik Sampling
5 Kerangka Pemikiran , Model Hipotesis dan 5
Hipotesis Penelitian
a. Kerangka Pemikiran Kualitatif
b. Kerangka Pemikiran Kuantitatif
c. Model Hipotesis Penelitian
d. Hipotesis Penelitian
6 Analisis Data: Deskriptif Kuantitatif atau 6
Kualitatif
a. Analisis deskriptif
b. Analisis data kualitatif
c. Analisis data kuantitatif
d. Interview Guide dan Kuesioner
7 UTS: Pembuatan Proposal Penelitian 7
(Paradigma kuantitatif dan
Paradigma kualitatif )

8-13 Presentasi Proposal Penelitian 8-13


( Ada 3 Kelompok kuantitatif dan 3 Kelompok
kualitatif)
14 UAS 14

F. PENILAIAN

KOMPONEN PENILAIAN PERSENTASE


Rata-rata Quis (Q) 25%
Rata-rata Tugas Terstruktur 25%
.Praktikum (P)
UTS 25%
UAS 25%
BAB I
MEMAHAMI PENELITIAN SOSIAL

1.1. Arti Penting Penelitian


Penelitian dilakukan karena rasa keingin-tahuan manusia yang begitu besar
terhadap fenomena sosial. Ilmu pengetahuan yang lahir dari hasrat keingin-tahuan
manusia yang sangat besar mampu memicu para peneliti untuk melakukan
pengamatan, pengkajian, dan studi lapangan dalam kerangka memperoleh
pengetahuan baru. Berdasarkan serangkaian penelitian, maka pengetahuan baru
banyak ditemukan dan kebenaran ilmiah akan diperoleh, sebagaimana pernyataan
Soekanto bahwa:
Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk
memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan yang merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis
dengan penggunaan pengetahuan yang tersusun secara sistematis,
menggunakan kekuatan pikiran, pengetahuan yang senantiasa diperiksa dan
ditelaah secara kritis, akan berkembang terus atas dasar penelitian...1

Jadi arti pentingnya dalam melakukan penelitian adalah memperkuat


kekuatan pikiran, pengetahuan yang diperoleh akan ditelaah secara kritis dan tujuan
akhirnya adalah memperoleh kebenaran baru dan pengetahuan baru, serta
mendorong pengembangan ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu prasyarat yang harus
dimiliki oleh seseorang yang ingin menjadi peneliti adalah sebagai berikut:
Pertama, membaca literatur (buku maupun jurnal hasil penelitian terdahulu
terkait dengan penelitian yang akan dilakukan). Seorang peneliti pemula sejatinya
dituntut untuk memiliki kecenderungan “menghabiskan waktu” guna menguasai teori
sebagai pisau analisis atau dasar “membedah” permasalahan dalam penelitian. Oleh
sebab itu, diharapkan seorang peneliti pemula memiliki cakrawala yang luas (kajian
secara teoritis dan empiris) yang memadai, serta memiliki daya nalar yang kuat
untuk mempelajari penelitian-penetian orang lain, dengan menentukan titik pembeda

1
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta, UI Press, 1984, hlm 3
penelitian yang dilakukan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (hasil
penelitian terdahulu).
Kedua, menentukan permasalahan penelitian dan bagaimana penyelesaiannya
dengan menemukan cara-cara penyelesaiannya, dengan kata lain ikhtiar yang tak
kenal istirahat untuk menemukan kebenaran ilmiah.
Syarat tersebut untuk dijadikan pijakan bagi seorang peneliti pemula dalam
melakukan aktivitas penelitiannya. Pemahaman yang kuat tentang literatur ilmiah,
memiliki jiwa peneliti dan mengetahui kiat-kiat atau tahapan-tahapan untuk
menyelesaikan penelitiannya secara baik merupakan modal penting bagi seorang
mahasiswa sebagai peneliti pemula.

1.2. Hakekat Penelitian


Penelitian secara etimologis berasal dari kata research ( meneliti kembali).
Sedangkan hakekat penelitian, menurut para ahli penelitan memiliki bermacam
makna. Penelitian bisa diartikan sebagai penyelidikan yang hati-hati dan kritis
dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk
menetapkan sesuatu topik permasalahan2. Artinya penelitian membutuhkan
penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta ilmiah. Fakta ilmiah
biasanya diperoleh melalui pengamatan yang mendalam terkait fenomena sosial
dengan menggunakan metode ilmiah.
Sutrisno Hadi menjelaskan bahwa penelitian adalah suatu upaya untuk
menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Sedangkan
M. Nazir mengatakan bahwa penelitian adalah: “sebagai pencarian atas sesuatu
secara sistematis dengan menekankan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap
masalah-masalah yang dapat dipecahkan3. Sedangkan Faisal mendefinisikan
penelitian: “merupakan aktivitas menelaah sesuatu masalah dengan menggunakan
metode ilmiah secara terancang dan sistematis untuk menemukan pengetahuan baru

2
Nazir, Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1988, hlm.13
3
Nazir, op.cit., hlm. 14
yang terandalkan kebenarannya (objektif dan sahih) mengenai ‘dunia alam’ atau
‘dunia sosial’4.
Oleh sebab itu dalam penelitian ilmiah diperlukan beberapa karakteristik,
yaitu: kehatian-hatian, kritis dalam mencari fakta, sistematis, dan bisa menemukan
pengetahuan baru sebagai hasil penelitian. Soekanto mengatakan bahwa dalam
penelitian ilmiah ada hasrat untuk menyalurkan keingintahuan sampai taraf ilmiah,
yang disertai dengan suatu keyakinan bahwa setiap gejala akan dapat ditelaah dan
dicari hubungan sebab-akibatnya, atau kecenderungan-kecenderungan yang
timbul5.
Dalam penelitian ilmiah seorang peneliti menggunakan metode ilmiah,
sehingga kebenaran yang diperoleh disebut kebenaran ilmiah. Ada dua unsur yang
harus dipenuhi dalam penelitian kuantitatif. Pertama, unsur pengamatan yang
merupakan kerja ilmu pengetahuan mengenai fakta-fakta tertentu diperoleh melalui
pengamatan (observasi) dengan menggunakan kuesioner untuk persepsi responden.
Kedua, unsur penalaran adalah suatu kekuatan dimana arti fakta, hubungan dan
interaksi terhadap pengetahuan yang timbul6.
Secara dikotomis paradigma penelitian dibagi menjadi 2 (dua) yaitu penelitian
kualitatif dan penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif menggunakan pengumpulan
data pokok wawancara kepada informan, jadi yang dianalisis adalah “kata-kata” dari
informan penelitian sebagai “bahan” analisi dan pembahasan. Sedangkan metode
peneltian kuantitatif adalah cara-cara untuk melakukan penelitian dengan
menggunakan pengumpulan data pokok berupa kuesioner. Jadi yang dianalisis adalah
angka hasil dari jawaban responden melalui pengukuran dengan Skala Likert,.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis data statistik.

4
Sanapiah Faisal, Format Penelitian Sosial, Jakarta, Rajawali Press, 1995.hlm.10
5
Soerjono Soekanto, op.cit. hlm.3
6
Nazir, op.cit., hlm. hlm. 15
1.3. Tujuan Penelitian
Peneliti dalam melakukan suatu penelitian pasti memiliki tujuan penelitian.
Tujuan dari peneliti yang satu pasti berbeda dengan peneliti yang lain, sehingga ada 3
(tiga) tujuan utama dalam penelitian.
Pertama, dalam penelitian kuantitatif yang berparadigma positivistik atau
kuantitatif mempunyai tujuan eksplanatif atau menjelaskan hubungan atau pengaruh
antar variabel penelitian, sehingga dapat meramalkan atau memprediksikan dan
mengendalikan gejala, baik gejala fisik ataupun perilaku manusia7. Adapun tujuan
penelitian yang berparadigma kuantitatif adalah: (1) menjelaskan fakta, penyebab dan
efek atau dampak; (2) menekankan fakta (objek penelitian diluar peneliti); dan (3)
menekankan peramalan atau prediksi8
Kedua, dalam penelitian yang berparadigma teori kritis adalah akan
mengkritisi dan mentransformasikan struktur sosial, politik, budaya, etnis, dan gender
yang menghambat dan mengeksploitasi manusia, dengan jalan terlibat dalam
konfrontasi dan konflik.
Ketiga, dalam penelitian yang berparadigma konstruktivisme adalah akan
memahami dan membentuk ulang konstruksi-konstruksi yang saat ini dipegang oleh
peneliti. Untuk melengkapi tujuan penelitian berparadigma konstruktivisme atau
kualitatif adalah: (1) Menginterpretasi dunia atau fenomena sosial; (2) Memahami
kehidupan sosial; dan (3) Menekankan pada makna; dan (4) Menekankan
pemahaman.
Tiga tujuan penelitian di atas menunjukkan sebuah perbedaan yang sangat
mendasar. Perbedaan tersebut menjadi ‘pembatas’ yang sangat tegas antara penelitian
yang berparadigma positivistik (penelitian kuantitatif), penelitian kritis, dan
penelitian berparadigma post positivistik atau konstrutivisme (peneltian kualitatif).
Perbedaan tujuan paradigma ini agar para peneliti bisa membedakan tujuannya dalam
melakukan penelitian.

7
Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Jogjakarta, Tiara Wacana, 2006. hlm.75
8
ibid., hlm. 6
1.4. Karakteristik Penelitian
Dalam melakukan penelitian, kerangka berpikir secara ilmiah senantiasa
dijunjung tinggi oleh peneliti.
Ada tiga karakteristik yang perlu diperhatikan dalam melakukan penelitian
ilmiah. Pertama, sistematis. Artinya dilaksanakan menurut pola tertentu atau
prosedur dan cara tertentu, dari yang paling sederhana sampai kompleks sehingga
tercapai tujuan penelitian. Kedua, terencana. Artinya dilaksanakan dengan adanya
unsur dipikirkan langkah-langkah atau tahapan pelaksanaannya (menggunakan
paradigma penelitian tertentu). Ketiga, mengikuti konsep ilmiah (mempunyai dasar
teoritis maupun konseptual dari referensi yang digunakan serta hasil penelitian
terdahulu yang relevan). Artinya mulai dari awal sampai akhir kegiatan penelitian
mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip yang digunakan untuk
memperoleh ilmu pengetahuan9.
Sistematis, terencana, dan mengikuti konsep ilmiah adalah prasyarat mutlak
dalam melakukan penelitian ilmiah. Ketepatan dan ketaatan dalam menjalankan tiga
prasyarat penelitian ini akan menambah kualitas hasil penelitian. Semakin sistematis,
terencana, dan mengikuti konsep ilmiah dalam melakukan penelitian secara otomatis
hasil akhir akan semakin baik dan berkualitas.

9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta, Rineka Cipta, 2002, hlm.18
BAB II
MEMAHAMI METODE PENELITIAN

2.1. Pengertian Metodologi dan Metode Penelitian

Metodologi, dari kata Metode : cara melakukan sesuatu, dan Logos : ilmu
atau pengetahuan. Berarti Metodologi : Ilmu yang mempelajari cara melakukan
sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Berdasarkan arti dari asal kata di atas, maka yang dimaksudkan dengan :
 Metodologi Penelitian adalah ilmu yang mempelajari metode penelitian
 Metode Penelitian adalah cara-cara melakukan suatu penelitian (dalam hal ini
penelitian ilmiah) untuk mencapai tujuan penelitian yang telah dirumuskan.

Sedangkan definisi penelitian dari beberapa ahli adalah sebagai berikut:


a) David H. Penny :
Penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai masalah
yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-
fakta.
b) Sutrisno Hadi :
Penelitian adalah suatu upaya untuk menemukan, mengembangkan dan
menguji kebenaran suatu pengetahuan.
c) J. Suprapto :
Penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang
dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dengan sabar, hati-hati, cermat
dan sistematis.
Berdasarkan definisi di atas, maka yang dimaksud dengan metode dan tujuan
penelitian adalah: Ilmu yang mempelajari cara-cara melakukan penelitian (dalam
hal ini adalah penelitian ilmiah), yaitu dengan cara melakukan penyelidikan,
pengamatan yang hati-hati, cermat dan jujur disertai pemikiran dan penalaran yang
sistematis untuk memecahkan suatu masalah atau penafsiran fakta-fakta yang
diteliti.
Tujuan penelitian adalah untuk memecahan masalah, dan atau untuk
menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.
Sedangkan Metode Penelitian Sosial adalah cara-cara untuk melakukan
penelitian di bidang sosial, yaitu hal-hal yang terkait dengan permasalahan
fenomena sosial tertentu.

2.2. Munculnya Ilmu Pengetahuan dan Penelitian

Ilmu pengetahuan muncul karena kekaguman manusia terhadap apa yang


dihadapi atau dilihat baik pada tataran mikrokosmos (alam kecil) maupun
makrokosmos (alam besar). llmu pengetahuan merupakan kumpulan dari
pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan manusia yang dipadukan
secara sistematis dan harmonis dalam suatu susunan yang teratur dan bermanfaat bagi
kehidupan umat manusia.
Sementara itu, penelitian berawal dari hasrat keingin tahuan manusia terhadap
suatu fenomena, baik fenomena alam maupun sosial. Hasrat keingin tahuan ini akan
terpuaskan bilamana telah diperoleh pengetahuan atau pemahaman tentang apa yang
dipertanyakan. Namun telah menjadi sifat manusia yang selalu tidak puas terhadap
apa yang telah diketahui, sehingga ada kecenderungan selalu ingin tahu lebih banyak
lagi, demikian seterusnya. Dengan demikian, manusia tidak pernah mencapai
kepuasan mutlak untuk menerima apa yang telah diketahui. Penelitian merupakan
sarana untuk menyalurkan hasrat keingin tahuan manusia untuk memperoleh jawaban
terhadap permasalahan fenomena alam dan sosial yang sangat kompleks.
Dengan demikian, antara ilmu pengetahuan dan penelitian merupakan suatu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Melalui kegiatan penelitian akan memungkinkan
ilmu pengetahuan berkembang. Misteri fenomena alam dan sosial akan semakin
mampu dijelaskan demi kemaslahatan umat manusia.
2.3. Tugas Ilmu Pengetahuan dan Penelitian

Sebagai suatu kesatuan yang tak terpisahkan, ilmu pengetahuan dan


penelitian memiliki tugas sebagai berikut :

1. Menyandra (Deskriptif)
Menggambarkan secara rinci proses terjadinya suatu peristiwa atau fenomena
tertentu. Misalnya :
 Bagaimana proses terjadinya peristiwa kecelakaan lalulintas di Jalan
Veteran, Malang.
 Bagaimana proses terjadinya kemiskinan di suatu masyarakat
2. Menerangkan (Eksplanasi)
Menerangkan secara detail kondisi-kondisi atau faktor penyebab terjadinya suatu
peristiwa.
Contoh :
 Kecelakaan lalulintas di jalan Veteran, Malang disebabkan oleh :
a) Tabrakan dua mobil yang sarat penumpang
b) Kedua kendaraan tersebut melaju dengan kencang
c) Jalanan licin sehabis hujan
d) Dan lain-lain
 Kemiskinan di masyarakat disebabkan oleh :
a) Banyaknya pengangguran
b) Rendahnya kualitas SDM sebagian besar masyarakat
c) Budaya pasrah kepada nasib (fatalistik)
d) Dan lain-lain

3. Menyusun teori (Theoritical building)


Bertugas untuk mencari dan merumuskan proposisi-proposisi, dalil-dalil
tentang tata hubungan antar konsep atau antara peristiwa yang satu dengan
peristiwa lainnya atau antara faktor yang satu dengan faktor lainnya. Penelitian
yang bertugas seperti di atas tergolong dalam jenis penelitian kualitatif.
Contoh :
 Bila kendaraan melaju dengan kencang di jalan licin, maka memungkinkan
terjadinya kecelakaan
 Bila kecelakaan melibatkan kendaraan yang sarat penumpang, maka akan
banyak korban
 Kuatnya kohesi sosial dalam masyarakat akan menurunkan angka bunuh diri
 Makin baiknya kondisi sosial ekonomi masyarakat cenderung akan
mempercepat berkembangnya inovasi dalam masyarakat
 Sikap merupakan fungsi dari kepentingan atau Sikap = f (Kepentingan)

4. Menguji teori (Theoritical testing)


Bertugas untuk menguji teori (lazimnya melalui pengujian hipotesis-hipotesis
yang diturunkan dari teori) berdasarkan data empirik di lapangan. Tugas ini
merupakan salah satu tugas dari penelitian kuantitatif. Dalam Hipotesis
umumnya tersurat hubungan, pengaruh atau perbedaan antar variabel yang
akan diteliti.
Contoh hipotesis :
a) Makin licin jalan sehabis hujan, akan semakin banyak terjadi kecelakaan
lalulintas
b) Makin banyak sopir tidak mengindahkan rambu-rambu lalulintas, akan
semakin banyak terjadi kecelakaan lalulintas.
c) Makin kencang laju kendaraan di jalan besar dan ramai, akan semakin banyak
terjadi kecelakaan lalulintas.
d) Makin rendah kualitas SDM, akan semakin luas terjadinya kemiskinan di
masyarakat
e) Ada perbedaan antara perilaku orang terdidik dengan orang tidak terdidik
f) Ada perbedaan nilai antara mahasiswa yang rajin belajar dengan yang kurang
rajin belajar atau mahasiswa yang rajin belajar, nilainya akan lebih tinggi
dibandingkan mahasiswa yang malas belajar
5. Meramalkan (Prediksi)
Membuat prediksi (ramalan), estimasi (taksiran) atau proyeksi terhadap suatu
peristiwa yang akan muncul di kemudian hari.
Contoh :
a) Bila jalan yang licin tidak segera diperbaiki, maka akan semakin banyak
terjadi kecelakaan lalulintas
b) Bila tidak ada sangsi yang berat terhadap pelanggar rambu-rambu lalulintas,
maka akan semakin banyak terjadi kecelakaan lalulintas.
c) Bila tidak ada aturan tentang batas maksimum kecepatan laju kendaraan,
maka akan semakin banyak terjadi kecelakaan lalulintas.
d) Bila pengendara sepeda motor tidak memakai helm, maka kemungkinan
jumlah korban meninggal akibat kecelakaan sepeda motor akan semakin
besar.
e) Bila jumlah mahasiswa yang malas belajar makin banyak, maka persentase
drop out (DO) akan semakin tinggi.
6. Mengendalikan (Kontrol)
Bertugas untuk menemukan tindakan atau solusi guna memecahkan masalah yang
terjadi.
Contoh :
a) Menghasilkan peraturan-peraturan lalulintas untuk menekan kecelakaan
b) Perlunya kebijakan memasang rambu-rambu lalulintas terutama di tempat-
tempat yang rawan kecelakaan untuk menghindari terjadinya kecelakaan lalu
lintas di jalan raya
c) Menghasilkan kebijakan akademik untuk mengurangi angka drop out
d) Menemukan model pemberdayaan masyarakat untuk mengurangi jumlah
kemiskinan
e) Menemukan model kebijakan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan

2.4. Perkembangan Metodologi Penelitian

Menurut Sutrisno Hadi, perkembangan metodologi penelitian meliputi empat


periode :

1. Periode Trial and Error

Periode ini masih dalam taraf embrional. Manusia mulai dengan cara mencoba-
coba berulang kali sampai ditemukan suatu cara pemecahan masalah atau
pemahaman yang dianggap memuaskan.

2. Periode Authority and Tradition

Kebenaran ilmu pengetahuan didasarkan atas pendapat para pemimpin atau


penguasa yang diyakini kebenarannya. Apa yang dikatakan penguasa dianggap
sebagai suatu ajaran benar dan harus dilaksanakan. Selain itu, tradisi yang sudah
turun temurun dianggap sebagai sesuatu yang benar dan perlu dilaksanakan.
Menyimpang dari suatu tradisi merupakan suatu kesalahan dan harus dihindari.

3. Periode Speculation and Argumentation

Pada periode ini, manusia mulai membuat spekulasi atau andaian-andaian disertai
argumentasi untuk membenarkan suatu peristiwa. Pemahaman dan pembenaran
terhadap suatu peristiwa didasarkan atas akal sehat (common sense).

4. Periode Hypothesis and Experimentation

Manusia mulai menggunakan metode secara sistematis untuk mencari kebenaran.


Dimulai dengan membuat dugaan-dugaan (hipotesis), kemudian diikuti dengan
mengumpulkan fakta-fakta, menganalisis fakta-fakta dan menarik kesimpulan.
Sebagian lainnya dimulai tanpa menggunakan hipotesis, tetapi langsung
mengumpulkan dan mengobservasi fakta-fakta, kemudian dianalisis dan menarik
kesimpulan umum.
2.5. Jenis - Jenis Penelitian
Sutrisno Hadi, menggolongkan jenis-jenis penelitian sebagai berikut :
a. Menurut bidangnya : penelitian pendidikan, pertanian, hukum, ekonomi,
sosial dan lain-lain.
b. Menurut tempatnya : penelitian laboratorium, perpustakaan, lapangan dll.
c. Menurut pemakaiannya : penelitian murni / dasar (basic research) dan
terapan (apllied research)
d. Menurut tujuannya : penelitian eksploratif, pengembangan dan verifikatif.
e. Menurut tarafnya (analisisnya) : penelitian deskriptif dan inferensial (analisis
statistik)
f. Menurut pendekatannya : penelitian longitudinal (time series) dan cross
sectional
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, membedakan jenis penelitian menurut
sifat-sifat masalahnya, yaitu :
a. Penelitian historis
b. Penelitian deskriptif
c. Penelitian perkembangan
d. Penelitian kasus
e. Penelitian korelasional
f. Penelitian kausal komparatif
g. Penelitian eksperimental
h. Penelitian tindakan (action research)
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi secara garis besar membedakan tiga
jenis penelitian dalam penelitian sosial, yaitu:
a. Penelitian Eksploratif : merupakan penelitian penjajagan. Fenomena yang
diteliti masih belum pernah atau jarang diteliti orang lain, oleh karena itu
referensi dan pengetahuan peneliti tentang fenomena yang diteliti masih
terbatas. Kendatipun demikian, penelitian eksploratif sangat bermanfaat
sebagai langkah awal untuk penelitian berikutnya yang lebih mendalam.
b. Penelitian Deskriptif : penelitian ini mampu memberikan pemahaman secara
rinci dan mendalam tentang suatu fenomena sosial.
c. Penelitian Eksplanasi : merupakan penelitian verifikasi, yakni melalui
pengujian hipotesis untuk menganalisis hubungan, pengaruh atau perbedaan
antara berbagai variabel yang diteliti.
Sementara itu, jenis penelitian juga dapat dibedakan secara dikotomis menjadi
2 (dua), yaitu: penelitian atau pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Secara ringkas,
ciri-ciri antara penelitian kuantitatif dan kualitatif dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 2.1. Ciri-ciri Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

Ciri-ciri Penelitian Kuantitatif Penelitian Kualitatif

a) Latar (setting) Terstruktur, artifisial Alamiah, apa adanya


b) Perspektif Etik (peneliti) Emik (informan)
(sudut pandang)
c) Tujuan Theoritical testing Theoritical building
d) Jenis data Dominan kuantitatif Dominan kualitatif
e) Analisis data Deskriptif kuantitatif Deskriptif kualitatif

f) Instrumen utama Analisis statistik Peneliti sendiri


g) Pengumpulan data Kuesioner Dominan observasi dan
Dominan wawancara wawancara tidak ter-
(terutama wawancara struktur (indepth
terstruktur) interview), panduan
wawancara
h) Teknik sampling Probability sampling Non-probability sampling
(menggunakan teknik (Purposive, snowball
Random atau acak) Sampling)
i) Metode penelitian Survey, eksperimen Studi kasus, Fenomenologi
j) Desain penelitian Fix Tentatif
BAB III

TEORI, KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN

3.1. Defisini Teori


Teori menurut Masri & Sofyan E. dalam buku Metode Penelitian Sosial
mengatakan bahwa: teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi dan
proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan
merumuskan hubungan antar konsep.10
Sedangkan F.M Kerlinger menjelaskan bahwa teori merupakan himpunan
konstruk atau konsep, definisi, dan preposisi yang mengemukakan pandangan
sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk
menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.11
Neuman (2013) menyatakan teori adalah serangkaian dalil umum yang terkait
secara logika untuk menetapkan hubungan antar dua atau lebih variabel. Dengan kata
lain teori adalah penjelasan mengenai serangkaian faktor atau kondisi sebab akibat
yang relevan dari fokus penelitian.
Menurut Sugiyono, suatu teori merupakan konseptualisasi yang umum.
Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh melalui jalan yang sistematis.
Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, jika tidak, maka tidak bisa dikatakan
sebagai teori. Teori adalah alur logika atau penalaran yang merupakan seperangkat
konsep definisi dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori
mempunyai 3 (tiga) fungsi, yaitu menjelaskan (explanation), meramalkan
(prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala12.
Teori dalam penelitian menjelaskan, meramalkan dan mengendalikan
fenomena dan objek yang akan diteliti. Artinya ketika seseorang akan menjelaskan

10
Singarimbun Masri dan Effendi Soflan, Metode Penelitian Sosial, jakarta : LP3ES, 1998, hlm 37.
11
Jalaluddin, Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Contoh Analisis Statistik, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
12
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta
tentang masalah gaya kepemimpinan, maka teori yang diambil harus yang
menjelaskan tentang gaya kepemimpinan. Begitupun jika sedang meneliti tentang
politik, maka peneliti harus menjelaskan teori-teori yang berkaitan dengan politik
bukan budaya dan pure science.13

3.2. Peranan Teori dalam Proses Penelitian


Peran teori dalam suatu penelitian sangat bergantung pada jenis penelitian
yang dilakukan. Pembahasan tentang peranan teori berkaitan dengan dua jenis
pendekatan penelitian dalam proses pengumpulan data yaitu, penelitian kuantitatif
dan kualitatif. Penelitian kuantitatif bergerak dari teori menuju ke pengumpulan
data.14 Dalam hal ini, (1) Teori berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti,
(2) Membantu menyusun kerangka pemikiran, (3) Sebagai dasar untuk merumuskan
hipotesis, dan (4) Sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian. Oleh
karena itu, landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif perlu mendapat
perhatian yang serius, karena proposal bersifat “fix”.
Jadi peran teori dalam sebuah penelitian diumpamakan sebagai “pemandu”
sehingga menjadi pedoman seseorang dalam melakukan penelitian. Teori adalah
sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematik dalam gejala sosial maupun
natural yang dijadikan pencermatan, teori juga dapat diartikan sebagai abstraksi dari
pengertian atau hubungan dari proposisi tertentu. Menurut Kerlinger teori dinyatakan
sebagai sebuah set dari proposisi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari
fenomena.15

Berbeda dengan penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif bergerak dari


pengumpulan data kepada perumusan teori. Teori dalam jenis penelitian ini tidak
memegang peranan yang substansial. Teori digunakan untuk menambah wawasan

13
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Bandung: Alfabeta, 2014
14
Latunussa, Izaak, Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar, Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1998
15
Ibid. Hlm 34-36
peneliti berkaitan dengan data-data yang dikumpulkan, menjelaskan data dan sebagai
bahan perbandingan.
Peneliti kualitatif akan lebih profesional dalam menguasai teori sehingga
wawasannya akan menjadi lebih luas, dan dapat menjadi instrumen yang lebih baik.
Teori bagi peneliti kualitatif akan berfungsi sebagai “guide” atau modal awal untuk
bisa memahami konteks riil di masyarakat secara lebih luas dan mendalam. Jadi
proposalnya bersifat “tentatif” sehingga bisa dilakukan perubahan sesuai dengan
kondisi riil fakta yang ada di lapangan penelitian.

3.3. Pemahaman dan Kegunaan Fakta dan Teori


Soerjono Soekanto mengatakan bahwa teori adalah hubungan antara dua fakta
atau lebih atau pengaturan fakta menurut cara-cara tertentu. Fakta merupakan sesuatu
yang dapat diamati dan dapat diuji secara empiris dalam penelitian. Pada umumnya
kegunaan teori adalah sebagai berikut :
 Sebagai kesimpulan dari pada hal-hal yang sudah diketahui serta diuji
kebenarannya yang berkaitan dengan objek yang dibahas.
 Teori itu merupakan sebuah petunjuk bagi seseorang dalam melakukan
penelitian.
 Untuk mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang dipelajari.
 Untuk mengembangkan klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep dan
mengembangkan definisi-definisi untuk penelitian.
 Untuk memberikan gambaran arah mana masyarakat akan berkembang
berdasarkan fakta-fakta yang ada baik masa lalu dan sekarang.
Fungsi-fungsi akan teori diatas dapat dimanfaatkan oleh peneliti agar
penelitian yang sedang dilakukan dapat berjalan sesuai dengan harapan. Teori pada
umumnya memiliki dua karakteristik yaitu teori yang bersifat klasik dan teori bersifat
modern. Kedua teori tersebut dapat dilihat dari urutan waktu lahirnya teori tersebut16 .

16
Sahrul. 2009. Teori-teori Sosiologi. Jakarta: An-Nadwah. Vol XIV No.2
Namun peneliti harus bisa membedakan dan menempatkan teori manakah yang sesuai
dengan kepentingan penelitian. Teori itu juga harus dijelaskan secara konsepsional
dan peneliti juga harus sudah memiliki gambaran cara mengoperasikan teori tersebut.
Selain membahas teori, ada salah satu hal terkait dalam sebuah teori yaitu
fakta. Fakta merupakan sesuatu yang dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji
secara empiris. Fakta dalam prosesnya kadangkala dapat menjadi sebuah ilmu namun
juga sebaliknya. Fakta tidak akan dapat menjadi sebuah ilmu manakala dihasilkan
secara random (acak) saja. Namun bila dikumpulkan secara sistematis dengan
beberapa sistem serta dilakukan secara sekuensial, maka fakta tersebut mampu
melahirkan sebuah ilmu. Sebagai kunci bahwa fakta tidak akan memiliki arti apa-apa
tanpa sebuah teori.
Menurut M. Nazir (1988) dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian”
mengemukakan beberapa peranan fakta terhadap teori, yaitu:
1). Fakta Memprakarsai Teori
Banyak fakta yang ditemui secara empiris menjurus kepada penemuan teori baru.
Kumpulan dari fakta-fakta yang dapat dibuat suatu generalisasi utama yang
berjenis-jenis jumlahnya. Dengan menghubungkan generalisasi tersebut, fakta
sangat memiliki kemungkinan untuk menciptakan suatu teori baru.
2) Fakta Memformulasikan Kembali Teori yang Ada
Fakta dari hasil pengamatan mampu mengembangkan teori lama yang sudah ada.
Fakta sangat berhubungan dengan teori, namun jika banyak fakta yang sudah
tidak sesuai atau fakta tidak mampu menggambarkan teori yang ada, maka fakta
mampu mengadakan reformulasi terhadap teori agar fakta mampu relevan
dengan teori yang ada.
3). Fakta Dapat Menolak Teori
Jika terlalu banyak fakta yang tidak dapat menggambarkan teori, maka teori tidak
dapat direformulasi untuk menyesuaikan fakta, namun teori harus mendapat
statemen “ditolak”. Banyak faktor yang menyebabkan suatu teori dapat ditolak
oleh fakta, dan penilaian penolakan tersebut harus dilakukan dengan sangat hati-
hati. Karena penolakan teori bukan hanya karena fakta tidak sesuai, namun bisa
jadi fakta yang terjadi mengalami suatu kondisi tertentu pada saat pengamatan
penelitian dilakukan, sehingga terdapat “ketidak sesuaian” antara fakta dengan
teori yang ada.
4). Fakta Mengubah Orientasi Teori
Fakta baru yang telah di peroleh memiliki kemungkinan sesuai dengan teori yang
ada atau menghasilkan teori baru. Jika teori tersebut didefinisikan kembali,
memungkinkan adanya orientasi baru dari teori. Penciptaan orientasi baru
terhadap teori ini mampu menuntun pada penemuan fakta-fakta baru dilapangan.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa teori dan fakta memang tidak dapat
dipisahkan, didalam teori mengandung beberapa fakta yang diperoleh dari sebuah
penelitian, pengamatan atau observasi secara nyata. Sehingga dengan begitu dapat
kita lihat apa berbedaan dan persamaan antara fakta dan teori. Persamaan antara fakta
dan teori adalah keduanya telah terjadi berdasarkan suatu kejadian yang nyata dan
dapat dibuktikan. Perbedaan dari fakta dan teori yaitu jika fakta kejadian yang ada
didalamnya benar-benar nyata dan tidak ada “rekayasa” atau rencana yang
terorganisir, sedangkan teori adalah kumpulan dari pendapat-pendapat seorang atau
beberapa orang yang telah terorganisir.
Sedangkan fakta masuk kedalam metode penelitian kuantitatif karena Kasiram
(2008) dalam Kundjojo (2009) dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif, mendifinisikan penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan
pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis
keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.17

3.4. Tingkatan Teori


Teori dalam berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan sangat banyak,
apakah itu ilmu sosial yang tidak absolute kebenarannya atau ilmu alam yang

17
Kundjojo. 2009. Metodologi Penelitian. Kediri : Diklat Metodologi Penelitian
“relatif” pasti kebenarannya. Untuk mempermudah penggunaan teori dalam sebuah
kerangka pemikiran penelitian, maka perlu di klasifikasikan menurut tingkatan teori
tersebut.
Neuman dalam buku The Meaning Of Methodology (2000) dikutip dalam
buku metode penelitian sosial dan bisnis Karya Zulganef (2008) menyatakan bahwa
teori ada tiga katagori, yaitu: micro level theory, macro level theory, dan meso level
teory.
1. Micro level theory adalah teori teori yang terkait dengan bagian kecil waktu,
ruang atau orang tertentu. Konsep konsep biasanya tidak terlalu abstrak.
Contoh: Teori Goffman mengenai “face work”. Teori ini menjelaskan bahwa
orang akan terlibat dalam suatu ritual selama interaksi face to face. Teori ini
menjelaskan perilaku individu, artinya menjelaskan lingkup kejadian pada
individu
2. Macro level theory adalah teori teori yang terkait dengan kegiatan kegiatan
manusia secara agregat, lebih besar dari teori mikro, serperti misalkan teori
lembaga sosial, keseliuruhan sistem budaya, dan teori masyarakat. Teori ini lebih
banyak menggunakan konsep-konsep abstrak.
Contoh : Teori tingkatan sosial Lenski. Teori ini menjelaskan bahwa masyarakat
dimanapun akan mempunyai starta sosial, teori ini menjelaskan kondisi
masyarakat keseluruhan, bukan menjelaskan per individu seperti teori Max
Weber atau Goffman.
3. Meso level theory adalah teori teori yang mencoba menghubungkan tingkat
makro dan mikro atau beroperasi pada tingkat intermediate.18
Contoh: Teori-teori oraganisasi, teori-teori gerakan sosial, beberapa teori
organisasi, misalkan teori organisasi mekanik, yang menjelaskan pengelolaan
organisasi melalui sistem mekanik, sehingga membuat anggota organisasi
menjadi kaku.

18
Zulganef, Metode Penelitian Sosial dan Bisnis,Yogyakarta :Graha Ilmu,2008, hlm 56-58.
3.5. Hubungan Teori dengan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Posisi teori dalam penelitian kuantitatif merupakan faktor yang perlu
mendapat perhatian lebih dalam proses penelitian itu sendiri. Hal ini disebabkan
karena teori digunakan untuk menuntun atau sebagai pedoman peneliti dalam
menemukan permasalahan penelitian (research problem) yang ada di lapangan,
menemukan hipotesis, menemukan konsep-konsep, menemukan metode dan
menemukan instrumen analisis data. Selain itu, teori juga digunakan untuk
mengidentifikasi hubungan antar variabel.
Struktur logika penelitian kuantitatif berpola siklus mulai dari teori, hipotesa,
observasi, analisis data, temuan-temuan, kemudian berakhir kembali pada teori.
Posisi masalah/problem yang dirumuskan oleh peneliti dalam hal ini dapat dikatakan
“mendahului “ posisi teori, artinya permasalahan apa yang ada di lapangan kemudian
menentukan teori apa yang tepat untuk digunakan sebagai “pisau analisis”.
Di sisi lain, hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian adalah masalah
penelitian tidak akan pernah nampak/kelihatan tanpa dilihat melalui teori yang ada.
Artinya, masalah penelitian hanya ada kalau orang memiliki bekal teori untuk
melihatnya. Menghubungkan gejala atau fakta dengan pikiran-pikiran tertentu (teori-
teori), sehinnga peneliti mampu untuk merumuskan masalah penelitian (research
question).
Masalah penelitian ini nanti harus dapat dijawab/dipecahkan dengan atau
lewat penelitian. Peneliti sangat mungkin tertarik untuk menjawabnya secara tentatif
(menduga-duga) atas masalah yang ada. Kalau demikian halnya orang harus
mendeduksikan teori-teori tertentu, memberlakukan pernyataan asumtif yang tadinya
dianggap umum atau luas sifat kebenarannya ke dalam gejala atau beberapa gejala
yang saling dikaitkan secara khusus/sempit. Jawaban yang bersifat dugaan (yang
masih harus dibuktikan kebenarannya dengan data empiris/lapangan) itulah hipotesa.
Hipotesa umumnya terdiri dari dua atau lebih variabel yang dikaitkan satu dengan
yang lain. Jadi hipotssa adalah pernyataan sementara yang harus diuji kebenarannya
melalui penelitian.
Posisi teori dalam penelitian kuantitatif ini menentukan jenis penalaran yang
dipakai. Dengan melihat posisi teori sebagai landasan penelitian, maka peneliti dapat
mengatakan bahwa penelitian kuantitatif menggunakan jenis penalaran deduktif.
Penalaran deduktif merupakan jenis penalaran yang bergerak dari pemikiran umum
kepada hal-hal yang lebih khusus.
Berbeda dengan teori pada penelitian kuantitatif yang menjadi dasar penelitian
untuk diuji, pada penelitian kualitatif, teori berfungsi sebagai “inspirasi” dan
perbandingan. Penelitian kualitatif berangkat dari lapangan dan akhirnya (bisa)
menghasilkan teori. Di sinilah uniknya penelitian kualitatif. Peneliti tidak dibebani
oleh teori. Bahkan, pada metode grounded theory approach, peneliti langsung terjun
ke lapangan sambil merancang penelitiannya. Dari sana baru didesain proposal
penelitian, sambil mengumpulkan informasi dan hasil pengamatan untuk
menghasilkan suatu teori baru atas fenomena di lapangan. Meskipun demikian,
peneliti juga harus punya wawasan untuk dapat menginterpretasi dan menganalisis
fenomena di lapangan. Salah satunya adalah mengetahui teori yang relevan. Desain
penelitian kualitatif juga bisa bersumber dari pendapat-pendapat, komentar-komentar,
kutipan-kutipan pembicaraan, ulasan artikel, jurnal, hasil penelitian yang relevan,
bahkan ‘curhat’ yang ada di blog sekalipun jika memang relevan.
Dalam penelitian kualitatif, teori bukan satu-satunya kacamata yang bisa
digunakan untuk ‘melihat’. Ada banyak kacamata lain. Oleh sebab itu,
mengumpulkan segala macam informasi melalui wawancara dengan informan yang
relevan dengan permasalahan penelitian serta dari segala macam sumber adalah
penting.
Teori diterapkan dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif untuk tujuan yang
berbeda-beda. Para peneliti kuantitatif menggunakan teori untuk memberikan
penjelasan atau prediksi tentang relasi antar variabel dalam penelitian. Peneliti
kuantitatif tentu membutuhkan landasan teoritis tentang variable-variabel ini untuk
membantunya merancang rumusan masalah dan hipotesis penelitian. Teori inilah
yang menjelaskan bagaimana dan mengapa variable-variabel itu berhubungan satu
sama lain, berfungsi sebagai “ jembatan” antar variabel penelitian.
Ruang lingkup teori bisa saja luas ataupun sempit, dan peneliti menyatakan
teori mereka dalam beberapa bentuk hipotesis, pertanyaan logika “jika-maka” atau
dalam bentuk visual. Jika teori-teori tersebut digunakan secara deduktif (kuantitatif),
peneliti menempatkannya diawal penelitian dalam tinjauan pustaka.
Sebagaimana dalam penelitian kuantitatif, para peneliti kualitatif juga dapat
menerapkan teori sebagai penjelasan umum, misalnya dalam etnografi. Teori juga
bisa diterapkan sebagai perspektif teoritis untuk membantu peneliti memunculkan
pertanyaan-pertanyaan tentang gender, kelas, ras, dan sebagainya. Teori juga dapat
diterapkan sebagai point ahir penelitian, pola, atau generalisasi yang secara induktif
berawal dari pengumpulan dan analisis data. Para peneliti kualitatif yang menerapkan
grounded theory, misalnya berusaha menghasilkan teori yang didasarkan pada
pandangan-pandangan para partisipan, lalu memposisikannya sebagai kesimpulan
diahir penelitian. Meski demikian ada juga penelitian kualitatif yang tidak
menyertakan teori yang eksplisit, hanya menyajikan penelitian yang deskriptif
tentang fenomena utama (hanya menjelaskan 1 (satu) varibel peneltian, seperti
penelitian fenomenologi. Misalnya: Persepsi Mahasiswa Terhadap Kulaitas
Pelayanan Akademik di FISIP UB Malang.
Pemahaman yang keliru terhadap makna teori tergolong ‘sesat pikir’, oleh
sebab itu diperlukan upaya memahami teori dengan baik. Mengapa demikian? Karena
teori sebagai pisau analisis dalam penelitian dengan kata lain ‘jantung dari satu
penjelasan ilmiah, otomatis menjadi sangat sentral dalam setiap penelitian’.
Sehingga penjelasan ini menempatkan teori pada posisi utama dan sentral dalam
melakukan penelitian.
3.6. Fungsi dan Tugas Teori
Fungsi teori dalam penelitian sosial. Sebagaimana ditulis Lexy Moelong dalam
bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif menyebutkan empat fungsi dari teori
dalam penelitian, yaitu:
 Mensistematisasikan penemuan-penemuan penelitian
 Menjadi pendorong untuk menyusun hipotesis dan dengan hipotesis
membimbing peneliti mencari jawaban
 Membuat ramalan atas dasar penemuan;
 Menyajikan penjelasan untuk menjawab pertanyaan mengapa19.
Poin penting dari kutipan di atas adalah teori bisa mensistematisasikan
penemuan, menyusun dan membimbing peneliti dalam mencari jawaban serta bisa
digunakan dalam meramalkan fenomena sosial dan politik.
Sementara Agus Salim mengatakan bahwa fungsi teori adalah ‘meramalkan
dan menerangkan. Kedua kemampuan itu menjadi kegiatan pokok ilmu, dari sini
muncul kesimpulan berjangkau jauh dan dapat menerangkan hubungan setiap gejala
serta membahas keharusan hubungan tersebut’20.
Selain fungsi teori, hal penting yang perlu diketahui adalah memahami tugas
teori tersebut. Secara umum ada lima tugas teori mengutip pendapat Lexy Moeleong.
 Memberikan kesempatan untuk meramalkan dan menjelaskan perilaku
 Bermanfaat dalam menemukan teori
 Digunakan dalam aplikasi praksis-peramalan dan penjelasannya harus
memberikan pengertian kepada para praktisi dan beberapa pengawasan
terhadap situasi
 Memberikan perspektif terhadap perilaku yaitu pandangan yang harus dijaring
melalui data
 Membimbing serta menyajikan gaya bagi penelitian21.

19
Lexy Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya, 2004. hlm.58
20
Agus Salim,Bangunan Teori, Jogjakarta, Tiara Wacana, 2006. hlm.77
21
Lexy Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya, 2004. hlm.58
BAB IV
KERANGKA PIKIR, MODEL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

4.1. Konsep sebagai Aspek Penting dalam Teori


Secara umum ada lima aspek penting yang terkandung dalam teori. Kelima
aspek itu akan dijelaskan secara ringkas agar memudahkan para peneliti dalam
memahami kandungan yang terdapat dalam teori. Aspek yang utama terdapat dalam
teori antara lain konsep, generalisasi dan paradigma.
Aspek pertama dalam teori adalah konsep. Secara sederhana konsep adalah
‘gagasan atau pemikiran yang diekspresikan dalam berbagai cara’. Definisi ini sangat
kabur dalam memberikan makna terhadap konsep. Gagasan yang diekspresikan tidak
merujuk pada objek yang ingin didefinisikan. Pendapat lainnya mengartikan konsep
sebagai ’pengertian dasar atau definisi rinci dari setiap kata atau kalimat yang
digunakan dalam telaah ilmiah’. Pendapat ini sangat mudah dipahami. Sebagai
contoh: konsep demokrasi yang dipahami sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh dan
untuk rakyat. Konsep demokrasi ini sudah jelas maknanya dan tidak perlu
diperdebatkan benar-salahnya. Sebab konsep menurut Riswandha ‘tidak pernah diuji
kebenarannya, melainkan hanya diuji kegunaannya dalam menjelaskan fenomena
yang diamati’22.
Secara umum ada dua bentuk konsep. Pertama, construct (konsep yang
abstrak), yaitu konsep khusus diciptakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Misalnya konsep freedom dalam demokrasi23. Kedua, constant, yakni konsep yang
hanya memiliki satu nilai dan nilai tersebut tidak pernah berubah. Konsep inilah yang
bisa dijadikan melakukan peramalan atau prediksi dalam penelitian.
Aspek kedua dari kandungan teori adalah generalisasi. Generalisasi dapat
dipahami sebagai ‘pernyataan umum mengenai adanya keterkaitan dan keseragaman’.

22
Riswandha Imawan, op.cit. hlm. 7
23
Ibid.
Pola keseragaman dalam melakukan pernyataan maupun penilaian seringkali kita
temukan dalam analisis media massa.
Aspek ketiga dari teori adalah paradigma. Paradigma biasa disamakan dengan
‘cara pandang’. Pemahaman yang terlampau sederhana sebenarnya mereduksi makna
yang terkandung dalam paradigma itu sendiri. Sebenarnya paradigma bisa
didefinisikan sebagai ‘perspektif masyarakat ilmiah tentang dunia, yang tersusun
dari serangkaian keyakinan dan komitmen, baik itu yang bersifat konseptual, teoritis,
metodologis maupun instrumentalis’.
Sementara pendapat lain, mendenifisikan paradigma:
‘merupakan pandangan yang mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang
menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu displin
ilmu pengetahuan. Dengan demikian paradigma merupakan alat bantu bagi
ilmuwan dalam merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, persoalan-
persoalan yang harus dijawab, bagaimana seharusnya menjawabnya, serta
aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi
yang diperoleh24.

4.2. Operasionalisasi Teori, atau Konsep dan Variabel Penelitian


Persoalan yang paling sulit dilakukan dalam penelitian adalah bagaimana
mengoperasionalkan sebuah teori. Teori yang baik sangatlah tergantung pada
kapasitas peneliti dalam mengeoperasionalkannya. Karena itu, ada tiga hal yang harus
diperhatikan untuk mengoperasionalkan satu teori dalam penelitian.
 Confounding variabel, yaitu rangkaian variabel yang secara sengaja dipilih
atau digunakan oleh si pembuat teori. Hal ini dimungkinkan, karena tidak
mungkin seorang peneliti mampu menjelaskan sebuah fenomena dengan
memakai seluruhnya variabel yang membentuk teori itu.
 Unit of analysis, yakni kelompok atau orang yang memiliki tujuan tertentu,
yang kita gunakan sebagai basis analisis dan basis kesimpulan satu penelitian.
 Type of relationship among variabel, yakni hubungan antara variabel dalam
satu rangkaian logika, yang seringkali sangat spesifik.

24
Zamroni, Pengantar Pengembangan Teori Sosial, Jogjakarta, Tiara Wacana, 1992. hlm. 22
Tiga hal tersebut di atas akan sangat berguna bagi peneliti dalam melakukan
penelitan. Untuk melengkapai pemahaman tersebut, seorang peneliti juga perlu
mengetahui bahwa ada empat pedoman pokok untuk menentukan apakah teori itu
berguna dalam penelitian.
 Testable. Maksudnya proposisi yang diajukan ditolak, atau ada ruang
tambahan dimana peneliti dapat mengajukan propisis baru sehingga daya
penjelas teori itu bertambah komprehensif;
 Communicable. Maksudnya membuka kemungkinan bagi peneliti lain untuk
memahami konstruksi logika yang kita bangun;
 Fruitful. Maksudnya teori yang ada saja tidak memungkinkan kita
memproduksi dan menguji hipotesa. Lebih penting lagi memberi tambahan
dimensi yang baru dari dimensi yang sudah kita kenal.
 Elegant. Maksudnya sekalipun dimensi penjelasan bertambah lengkap konsep
kunci menjadi dasar, ciri khas, entitas satu teori tetap dapat ditemukan.
Misalnya mekanisme input-output dalam teori sistem.

Dalam penelitian kuantitatif, definisi operasionalisasi teori atau konsep dari


teori diturunkan menjadi definisi operasional variabel penelitian. Definisi operasinal
variabel adalah definisi variabel menurut peneliti. Definisi tersebut dibuat peneliti
untuk memudahkan dalam pembuatan indikator dan item penelitian yang menjadi
dasar dalam pembuatan kuesioner penelitian.

3.3. Kerangka Kerja Teoritikal


Kerangka kerja teoristis merupakan dasar dari keseluruhan proyek
penelitian.Di dalamnya dikembangkan, diuraikan dan dielaborasi hubungan-
hubungan di antara variabel-variabel yang telah diidentifikasi melalui proses
pengumpulan data awal, baik wawancara atau observasi, dan juga studi literatur
dalam kajian pustaka. Menurut Uma Sekaran (1984).25
Ada komponen dasar seharusnya ditampakkan dalam kerangka kerja teoristis,
yaitu :
1. Variabel-variabel yang dianggap relevan untuk diteliti harus diidentifikasi secara
jelas dan diberi label (dependent or independent).
2. Penjelasan tentang bagaimana hubungan antara satu variabel dengan variabel
lainnya.
3. Penjelasan sifat hubungan antar variabel tersebut, positif atau negatif.
4. Penyertaan diagram sebagai visualisasi, agar pembaca lebih mempunyai
gambaran.26
Perlu diketahui adalah kerangka teori haruslah meyakinkan, untuk itu maka
harus mempergunakan teori-teori yang memang dimengerti dan dikuasai peneliti.

4.4. Kerangka Pikir Penelitian


Kerangka pikir penelitian dibuat berdasarkan kajian teoritis dan empiris . Hal
ini dijadikan pedoman dalam tahapan yang harus dilakukan dalam penelitian.
Contohnya: Definisi operasional konseptual Golput yaitu orang atau masyarakat yang
terdaftar sebagai pemilih dalam pemilihan umum tetapi tidak menggunakan hak
pilihnya dengan alasan sengaja serta tujuan yang jelas atau sebagai wujud protes
politik terkait rasa ketidakpuasan sebagai pemilih disebabkan kepribadian serta
orientasi kepribadian pemilih, sistem dan objek politik yang ada disekitarnya serta
kalkulasi untung rugi.
Alasan yang melatar-belakangi seseorang golput dipengaruhi beberapa faktor
yang dibedakan atas faktor sosial-ekonomi, faktor kepercayaan politik dan faktor
psikologis inilah yang dijadikan variabel penelitian.

25
https://id.scribd.com/doc/110860622/Kerangka-Kerja-Teoritis-Konsep-Dan-Variabel, diakses pada
tanggal 25 September 2016 pukul 09:30 WIB
26
Loc.cit
Berdasarkan penjelasan teoritis terhadap perilaku golput diatas secara garis
besar dibedakan menjadi 3 (tiga) variabel, yaitu: (1) Faktor sosial-ekonomi,
menyangkut masalah latar belakang sosial maupun keadaan ekonomi pemilih; (2)
Faktor kepercayaan politik, yang menyangkut masalah kepuasan mereka terhadap
kondisi politik yang sudah ada; dan (3) Faktor psikologis, yang menyangkut antara
kedekatan antara pemilih dengan calon. Seluruh penjelasan di atas akan saling
memengaruhi dan mengambil peran dalam diri seseorang sebelum akhirnya orang itu
memutuskan untuk menjadi golput.
Bagan 1.1 dan 1.2: contoh kerangka pikir penelitian.
Bagan 1 Kerangka Berpikir Penelitian

Latar Belakang Masalah :


- Kemajuan dan capaian prestasi Desa Pujon Kidul di
bawah kepemimpinan Udi Hartoko
- Adanya indikasi keterkaitan antara kepemimpinan
Kepala Desa dengan prestasi yang didapat
- Belum adanya penelitian yang mengkaji keberhasilan
Desa Pujon Kidul melalui kacamata kepemimpinan

Identifikasi keberhasilan Identifikasi kelemahan


kepemimpinan Kepala Desa kepemimpinan Kepala Desa
Pujon Kidul Pujon Kidul

Kepemimpinan Kepala Desa Pujon Kidul dilihat melalui kepemimpinan inovatif-progresif - Ketidakmampuan
menurut Mustakim : masyarakat dan
Pelaksanaan Kewenangan Lokal Skala perangkat desa
Pelaksanaan Musyawarah Desa Pengelolaan
Desa dalam
Perekonomian
Partisipasi, melibatkan setiap mengimbangi
Desa
Pemerintahan desa, pengoptimalan unsur masyarakat, namun kinerja Kepala
tupoksi pada perangkat desa, lembaga kehadiran kurang dari 50% Aset desa, Desa
kemasyarakatan desa, dan masyarakat; undangan. melibatkan - Penegakan terhadap
media informasi desa berberntuk SIE Demokrasi, peserta forum bebas masyarakat, aturan kurang
Desa Pujon Kidul, papan informasi, dan mengemukakan pendapat tanpa TKD
banner anggaran. ada diskiriminasi dialifungsikan
Pembangunan desa, kontribusi Transparansi, pemberian menjadi area
masyarakat berbentuk pemberian ide informasi berupa handout, Café Sawah.
gagasan, tenaga fisik, dan dana swadaya. tampilan slide presentasi, dan BUMDesa,
Kemasyarakatan desa, pembentukkan penyajian data yang diminta didirikan
LINMAS Wisata. masyarakat. melalui
Pemberdayaan masyarakat desa, Akuntabilitas, hasil mufakat musyawarah
program kejar Paket C; diinformasikan pada masyarakat desa dan
menggandengdinas terkait, LSM, dan melalui peserta musdes dan dikelola oleh
civitas akademik dalam pelatihan media informasi yang dimiliki seluruh
masyarakat. desa. masyarakat.

Bagan 1.2: Kerangka Pikir Penelitian


- Praktik kepemimpinan inovatif-progresif belum diterapkan dengan
optimal oleh Kepala Desa Pujon Kidul.
- Perlu adanya perbaikan terhadap kelemahan yang dihasilkan guna
menciptakan kepemimpinang yang baik bagi Desa Pujon Kidul

(Sumber: Diolah penulis, 2021)


Faktor Golongan Putih

Golput Pada Pemilihan


Faktor Sosial- Umum Kepala Daerah
Ekonomi Kota Pasuruan
Tahun 2015

Faktor Kepercayaan
Politik

Faktor Psikologi

4.5. Model Hipotesis dan Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.27

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari penelitian yang masih akan diuji

kebenarannya.

a. Model Hipotesis Penelitian

Model hipotesis dibuat berdasarkan kerangka pikir penelitian.

Gambar : Model Hipotesis Penelitian

H1
Faktor Sosial-Ekonomi (X1)
Golput Pada Pilkada
Kota Pasuruan Tahun
H2 H4 2015
Faktor Kepercayaan Politik (X2)
(Y)

Faktor Psikologis (X3) H3

)
27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & B, Bandung: Alfabeta, 2012, hlm. 64
b.Hipotesisi Penelitian
H1 : Faktor sosial-ekonomi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
perilaku tidak memilih (golput) masyarakat Kecamatan Panggungrejo Kota
Pasuruan pada Pemilihan Kepala Daerah tahun 2015.
H2: Faktor kepercayaan politik secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
perilaku tidak memilih (golput) masyarakat Kecamatan Panggungrejo Kota
Pasuruan pada Pemilihan Kepala Daerah tahun 2015.
H3: Faktor psikologis secara parsial berpengaruh signifikan terhadap perilaku
tidak memilih (golput) masyarakat Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan
pada Pemilihan Kepala Daerah tahun 2015.
H4: Faktor sosial ekonomi, faktor kepercayaan politik dan faktor psikologis secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap perilaku tidak memilih (golput)
masyarakat Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan pada Pemilihan Kepala
Daerah tahun 2015.
BAB V
FOKUS, POPULASI. SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING

5.1. Pengertian Fokus, Populasi dan Sampel

Kata focus atau populasi (population/universe) dalam statistika


merujuk pada sekumpulan individu dengan karakteristik khas yang menjadi
perhatian dalam suatu penelitian (pengamatan). Sedangkan sampel adalah
bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu
sehingga dapat mewakili populasinya, bersifat representatif. Banyaknya
pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi.
Populasi atau universe adalah sekelompok orang, kejadian, atau benda,
yang dijadikan obyek penelitian atau akan diteliti. Jika yang ingin diteliti adalah
sikap konsumen terhadap satu produk tertentu, maka populasinya adalah seluruh
konsumen produk tersebut. Jika yang diteliti adalah motivasi pegawai di
departemen “A” maka populasinya adalah seluruh pegawai di departemen “A”.
Jika yang diteliti adalah efektivitas Gugus Kendali Mutu (GKM) organisasi “B”,
maka populasinya adalah seluruh GKM organisasi “B”.
Elemen/unsur adalah setiap satuan populasi. Kalau dalam populasi
terdapat 30 Dinas Pariwisata, maka setiap Dinas Pariwisata tersebut adalah
unsur atau elemen penelitian. Artinya dalam populasi tersebut terdapat 30
elemen penelitian.
Ukuran populasi ada dua, yaitu: (1) Populasi terhingga (finite
population), yaitu ukuran populasi yang berapa pun besarnya tetapi masih bisa
dihitung (cauntable). Misalnya populasi pegawai suatu perusahaan; (2) Populasi
tak terhingga (infinite population), yaitu ukuran populasi yang sudah sedemikian
besarnya sehingga sudah tidak bisa dihitung (uncountable). Misalnya populasi
pengunjung Mall di Indonesia.
Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika
tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan
kita teliti. Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus.
Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus
melakukan sensus. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti
keseluruhan elemen tadi, maka yang bisa dilakukannya adalah meneliti sebagian
dari keseluruhan elemen atau unsur tadi.
Berbagai alasan yang masuk akal mengapa peneliti tidak melakukan
sensus antara lain adalah,(a) populasi demikian banyaknya sehingga dalam
prakteknya tidak mungkin seluruh elemen diteliti; (b) keterbatasan waktu
penelitian, biaya, dan sumber daya manusia, membuat peneliti harus telah puas
jika meneliti sebagian dari elemen penelitian; (c) penelitian yang dilakukan
terhadap sampel bisa lebih reliabel daripada terhadap populasi – misalnya,
karena elemen sedemikian banyaknya maka akan memunculkan kelelahan fisik
dan mental para pencacahnya sehingga banyak terjadi kekeliruan (Uma Sekaran,
1992).
Sampel penelitian yaitu sebagian yang diambil dari keseluruhan objek
yang diteliti dan dianggap bisa mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil
dengan menggunakan teknik tertentu. Untuk mendapatkan sampel yang
diinginkan, berdasarkan rumus dari Slovin28 sebagai berikut :

Keterangan :
N = Jumlah Populasi
n = Jumlah Sampel
e2 = presisi (ditetapkan 5%-10% dengan tingkat kepercayaan 90%-95%)

28
Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bandung : Alfabeta , 2009, hlm 65
5.2. Teknik Sampling
Agar hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel bisa dipercaya
dalam arti masih bisa mewakili karakteristik populasi, maka cara penarikan
sampelnya harus dilakukan secara seksama. Cara pemilihan sampel dikenal
dengan nama teknik sampling atau teknik pengambilan sampel .
Secara umum, sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak
mungkin karakteristik populasi. Dalam bahasa pengukuran, artinya sampel
harus valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Kalau yang
ingin diukur adalah masyarakat Sunda sedangkan yang dijadikan sampel adalah
hanya orang Banten saja, maka sampel tersebut tidak valid, karena tidak
mengukur sesuatu yang seharusnya diukur (orang Sunda). Sampel yang valid
ditentukan oleh dua pertimbangan.
Pertama, akurasi atau ketepatan, yaitu tingkat ketidakadaan “bias”
(kekeliruan) dalam sample. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan
yang ada dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolak ukur adanya “bias”
atau kekeliruan adalah populasi.
Cooper dan Emory (1995) menyebutkan bahwa “there is no systematic
variance” yang maksudnya adalah tidak ada keragaman pengukuran yang
disebabkan karena pengaruh yang diketahui atau tidak diketahui, yang
menyebabkan skor cenderung mengarah pada satu titik tertentu. Sebagai contoh,
jika ingin mengetahui rata-rata luas tanah suatu perumahan, lalu yang dijadikan
sampel adalah rumah yang terletak di setiap sudut jalan, maka hasil atau skor
yang diperoleh akan bias. Kekeliruan semacam ini bisa terjadi pada sampel yang
diambil secara sistematis.
Kedua, Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat
presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita
dengan karakteristik populasi. Makin kecil tingkat perbedaan di antara rata-rata
populasi dengan rata-rata sampel, maka makin tinggi tingkat presisi sampel
tersebut.
Belum pernah ada sampel yang bisa mewakili karakteristik populasi
sepenuhnya. Oleh karena itu dalam setiap penarikan sampel senantiasa melekat
keasalahan-kesalahan, yang dikenal dengan nama “sampling error” .
Presisi diukur oleh simpangan baku (standard error). Makin kecil
perbedaan di antara simpangan baku yang diperoleh dari sampel dengan
simpangan baku dari populasi (makin tinggi pula tingkat presisinya).

5.3. Ukuran sampel


Ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil menjadi persoalan yang
penting manakala jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang
menggunakan analisis kuantitatif. Pada penelitian yang menggunakan analisis
kualitatif, ukuran sampel bukan menjadi nomor satu, karena yang dipentingkan alah
kekayaan informasi. Walau jumlahnya sedikit tetapi jika kaya akan informasi, maka
sampelnya lebih bermanfaat.
Dikaitkan dengan besarnya sampel, selain tingkat kesalahan, ada lagi beberapa
faktor lain yang perlu memperoleh pertimbangan yaitu, (1) derajat keseragaman, (2)
rencana analisis, (3) biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia . (Singarimbun dan
Effendy, 2009). Makin tidak seragam (heterogen) sifat atau karakter setiap elemen
populasi, maka semakin banyak sampel yang harus diambil. Jika rencana analisisnya
mendetail atau rinci maka jumlah sampelnya pun harus banyak. Misalnya: di samping
ingin mengetahui sikap masyarakat terhadap kebijakan publik, peneliti juga
bermaksud mengetahui hubungan antara sikap dengan tingkat pendidikan masyarakat.
Agar tujuan ini dapat tercapai maka sampelnya harus terdiri atas berbagai jenjang
pendidikan SD, SLTP. SMU, Sarjana dan seterusnya.. Makin sedikit waktu, biaya ,
dan tenaga yang dimiliki peneliti, makin sedikit pula sampel yang bisa diperoleh.
Perlu dipahami bahwa apapun alasannya, penelitian haruslah dapat dikelola dengan
baik (manageable), agar tujuan penelitian tercapai dengan baik.
Ada pula yang menuliskan, untuk penelitian deskriptif, sampelnya minimal
10% dari populasi, penelitian korelasional, paling sedikit 30 elemen populasi,
penelitian perbandingan kausal, 30 elemen per kelompok, dan untuk penelitian
eksperimen 15 elemen per kelompok (Gay dan Diehl, 1992).
Roscoe dalam Uma Sekaran (1992) memberikan pedoman penentuan jumlah
sampel sebagai berikut :
1. Sebaiknya ukuran sampel di antara 30 s/d 500 elemen
2. Jika sampel dipecah lagi ke dalam subsampel (laki/perempuan, SD, SLTP,
SMU, Sarjana), jumlah minimum subsampel harus 30
3. Pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate) ukuran
sampel harus beberapa kali lebih besar (10 kali) dari jumlah variable yang
akan dianalisis.
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian yang
ketat, ukuran sampel bisa antara 10 s/d 20 elemen.

5.3. Teknik Penarikan Sampel (Sampling)

Sampling is the process of selecting observations. Proses seleksi yang


dimaksud di sini adalah proses untuk mendapatkan sampel penelitian

Gambar 2: Logika Sampling

Masalah yang harus diperhatikan dalam teknik sampling ada 2


(dua), yaitu: (1) bagaimana proses pengambilan sampel, dan (2) berapa
banyak unit analisis yang akan diambil.
Tipe Sampling

Gambar 3: Tipe Sampling

Keterangan:
• Simple random sampling adalah sebuah proses sampling yang
dilakukan sedemikian rupa sehingga setiap satuan sampel yang ada dalam
populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
• Systematic sampling merupakan pengambilan setiap unsur ke dalam
populasi, untuk dijadikan sampel. Pengambilan sampel secara acak hanya
dilakukan pada pengambilan awal saja, sementara pengambilan kedua
dan seterusnya ditentukan secara sistematis, yaitu menggunakan interval
tertentu.
• Stratified sampling adalah penarikan sampel berstrata yang dilakukan
dengan mengambil sampel acak sederhana dari setiap strata populasi yang
sudah ditentukan lebih dulu.
• Cluster sampling adalah teknik penarikan sampel yang dilakukan
berdasarkan karakteristik yang ditetapkan terhadap kelompok-kelompok
(cluster) penelitian.
• Convenience sampling, penentuan sampel diambil berdasarkan faktor
spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan
peneliti dan sesuai dengan karakteristiknya, maka orang tersebut dapat
dijadikan sampel (axidental sampling).
• Judgement sampling (purposive sampling) adalah teknik penarikan
sampel yang dilakukan berdasarkan karakteristik yang ditetapkan
terhadap elemen populasi target yang disesuaikan dengan tujuan
penelitian. Bedanya, jika dalam sampling stratifikasi penarikan sampel dari
setiap subpopulasi dilakukan dengan acak, maka dalam sampling kuota,
ukuran serta sampel pada setiap sub-subpopulasi ditentukan sendiri oleh
peneliti sampai jumlah tertentu tanpa acak.
• Snowball Sampling merupakan salah satu bentuk judgement sampling
yang sangat tepat digunakan bila populasinya kecil dan spesifik. Cara
pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan secara berantai, makin
lama sampel menjadi semakin besar, seperti “ bola salju” yang
menggelinding semakin besar.

Kriteria Sampling
Kriteria yang harus diperhatikan untuk menentukan tipe sampling yang baik,
diantaranya:
(1) Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi
(2) Dapat menentukan presisi dari hasil penelitian
(3) Sederhana dan mudah dilaksanakan
(4) Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin tentang populasi dengan
biaya minimal.

Prinsip Menentukan Ukuran Sampel (Sample Size)


Ukuran sampel bisa ditentukan melalui dua dasar pemikiran, yaitu:
ditentukan atas dasar pemikiran statistis, dan ditentukan atas dasar pemikiran non
statistis. Ditinjau dari aspek statistis, ukuran sampel ditentukan oleh beberapa
faktor, diantaranya: (1) Bentuk parameter yang menjadi tolak ukur analisis, dalam
arti apakah tujuan penelitian ini untuk menaksir rata-rata, persentase, atau menguji
kebermaknaan hipotesis, (2) Menentukan tipe sampling, apakah simple random
sampling, stratified random sampling atau yang lainnya. Tipe sampling ini
berkaitan dengan penentuan rumus-rumus yang harus dipakai untuk
memperoleh ukuran sampel, dan (3) variabilitas variabel yang diteliti
(keseragaman variabel yang diteliti), makin tidak seragam atau heterogen variabel
yang diteliti, makin besar ukuran sampel minimal.
Sedangkan dipandang dari sudut non statistis, ukuran sampel ditentukan
oleh beberapa faktor, diantaranya: (1) kendala waktu, (2) biaya, dan (3)
ketersediaan satuan sampling.

Satuan Sampling dan Kerangka Sampling

• Satuan sampling adalah segala sesuatu yang dijadikan satuan (unit) yang
nantinya akan menjadi objek penelitian. Contoh: (1) apabila Indonesia
dibagi ke dalam 33 satuan yang disebut propinsi dan dalam penelitian
provinsi ini yang akan dipilih sebagai sampel, maka provinsi menjadi
satuan sampling. (2) Apabila sebuah perusahan dibagi ke dalam departemen
atau bagian, dan dalam departemen atau bagian ini sampel akan dipilih
sebagai objek penelitian, maka departemen atau bagian ini adalah satuan
sampling.
• Kerangka sampling adalah daftar yang berisi satuan-satuan sampling
yang ada dalam sebuah populasi, yang berfungsi sebagai dasar untuk
penarikan sampel. Setiap satuan sampling mempunyai nomor urut tertentu.
Contoh: Kota Bandung terdiri dari kecamatan- kecamatan. Kalau peneliti
menjadikan kecamatan dimana sampel akan dipilih sebagai objek, maka
kecamatan adalah satuan sampling. Nama-nama kecamatan yang ada di Kota
Bandung kemudian didaftar, maka daftar nama-nama kecamatan di Kota
Bandung ini yang dinamakan kerangka sampling.
Presisi dan Akurasi

• Presisi (precision) diartikan sebagai ukuran seberapa jauh sesuatu alat akan
memberikan hasil yang konsisten. Presisi erat kaitannya dengan variasi data.
• Akurasi adalah seberapa tepat alat mengukur apa yang seharusnya diukur.
Jadi akurasi berbicara tentang jarak, yang diukur dari target. Dengan
demikian akurasi menunjukkan ketepatan atau ketelitian menentukan
sampel dalam menggambarkan karakteristik populasi. Sampel dikatakan
memiliki akurasi tinggi apabila kesimpulan yang diambil dari sampel dapat
menggambarkan karakteristik dari populasi dan sebaliknya dikatakan
akurasinya rendah apabila karakteristik populasi tidak sepenuhnya dapat
digambarkan (menyimpang/bias) oleh kesimpulan yang diambil dari sampel.

Tingkat Kepercayaan dan Tingkat Signifikansi


• Proses inferensi dalam metode statistika adalah proses membuat induksi atau
melakukan generalisasi tentang karakteristik populasi berdasarkan karakteristik
sampel. Proses inferensi mengandung dua hal, yaitu membuat estimasi nilai
parameter dan menguji hipotesis.
• Karena membuat estimasi dan/atau menguji hipotesis hanya berdasarkan pada
informasi data sampel, sedang sifat sampel bagaimanapun juga tidak akan
persis sama dengan populasi, maka diperlukan kriteria atau standar tertentu
untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam membuat
estimasi maupun dalam menguji hipotesis. Kriteria tersebut dalam statistika
disebut sebagai tingkat kepercayaan (confidence level) dan tingkat signifikansi
(significance level).
• Tingkat kepercayaan atau tingkat keyakinan pada dasarnya
menunjukkan tingkat keterpercayaan sejauhmana statistik sampel dapat
mengestimasi dengan benar parameter populasi dan/atau sejauhmana
pengambilan keputusan mengenai hasil uji hipotesis nol diyakini
kebenarannya. Dalam statistika, tingkat kepercayaan nilainya berkisar antara
0 sampai 100%. Secara konvensional, para peneliti dalam ilmu-ilmu
sosial sering menetapkan tingkat kepercayaan berkisar antara 90%–
95%. Jika dikatakan tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%, ini
berarti tingkat kepastian statistik sampel mengestimasi dengan benar parameter
populasi adalah 95%, atau tingkat keyakinan untuk menolak atau mendukung
hipotesis nol dengan benar adalah 95%.
• Tingkat signifikansi menunjukkan probabilitas atau peluang kesalahan
yang ditetapkan peneliti dalam mengambil keputusan untuk menolak
atau mendukung hipotesis nol. Seperti halnya tingkat kepercayaan, tingkat
signifikansi juga dinyatakan dalam persen. Misalnya, ditetapkan tingkat
signifikansi 0,05 atau 0,10. Artinya, keputusan peneliti untuk menolak
atau mendukung hipotesis nol memiliki probabilitas kesalahan sebesar 5%
atau 10%. Dalam beberapa program statistik berbasis komputer seperti SPSS,
tingkat signifikansi selalu disertakan dan ditulis sebagai Sig. (= significance),
atau dalam program komputer lainnya ditulis p-value. Nilai Sig. atau p-
value adalah nilai probabilitas kesalahan yang dihitung atau menunjukkan
tingkat probabilitas kesalahan yang sebenarnya. Tingkat kesalahan ini
digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan dalam pengujian
hipotesis apakah hipotesis diterima atau ditolak.
BAB V
ANALISIS DATA

5.1. Konversi Data Kualitatif Menjadi Data Kuantitatif


Penelitian pada bidang sosial, khususnya politik dan pemerintahan banyak
mempergunakan data yang bersifat kualitatif. Data kualitatif ini contohnya adalah
data agama, ras, kepemimpinan, kualitas pelayanan, kepuasan masyarakat, perilaku
memilih, motivasi dan sebagainya. Bukan berarti penelitian yang melibatkan data
tersebut harus mempergunakan analisis kualitatif. Penelitian dengan data tersebut
dapat mempergunakan analisis kuantitatif, namun data-data kualitatif (hasil
wawancara) tersebut harus dikonversi ke dalam bentuk angka terlebih dahulu.
Tabel. 1 Varibel dan Indikator dalam Perilaku Memilih
Perilaku Pemilih Indikator Analisis
Model Sosiologis Gender
Umur
Etnik/kedaerahan
Agama
Religiositas
Pedesaan-perkotaan
Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan
Organisasi sosial
Model Psikologis Identitas partai
Informasi politik
Tertarik politik
Diskusi politik
Kualitas tokoh
Model Pilihan Rasional Evaluasi atas kondisi ekonomi
Evaluasi kinerja pemerintah
Sumber: Syaiful Munjani, 2012
Penelitian dengan tema perilaku memilih masyarakat dalam pemilu
legislatif. Penelitian ini dapat dilakukan dengan mempergunakan teori perilaku
memilih. Terdapat beberapa pendekatan yang dapat dipergunakan, yaitu
pendekatan psikologi, sosiologi, dan pilihan rasional .
Indikator-indikator di atas dijabarkan menjadi item penelitian yang akan
dipergunakan oleh peneliti untuk menyusun daftar pertanyaan (kuesioner).
Pertanyaan penelitian berupa apakah jenis kelamin kandidat, ras kandidat, partai
pengusung kandidat menjadi pertimbangan dalam menentukan pilihan politik
masyarakat. Masyarakat yang dipengaruhi oleh struktur sosial, politik, dan
ekonomi yang berbeda akan memiliki pertimbangan yang berbeda-beda pula.
Dalam indikator yang bersifat kualitatif tersebut, jenis data yang akan
diperoleh misalnya adalah masyarakat akan cenderung memilih kandidat yang
berjenis kelamin laki-laki daripada perempuan. Dengan data yang seperti ini jenis
kelamin merupakan data yang apabila dikonversi ke dalam angka akan
menghasilkan data katagori. Jenis data seperti ini disebut sebagai data nominal29.
Hasil dari identitas responden dalam kuesioner dianalisis menggunakan
analisis deskriptif dengan menggunakan diagram pie atau diagram batang untuk
memudahkan pemahaman. Misal: Jenis kelamin dapat dikelompokkan ke dalam
dua kategori, yaitu laki-laki dan perempuan. Laki-laki dapat diberi kode 1 dan
perempuan dapat diberi kode 2. Dengan kode angka 1 dan 2 tersebut tidak berarti
2 lebih banyak dari 1 atau perempuan lebih baik daripada laki-laki. Dalam hal ini,
konversi ke dalam angka hanya bersifat memberikan katagori. Jenis data seperi ini
juga berlaku bagi indikator kualitatif lain seperti agama, pendidikan, asal daerah,
dan indikator lain seperti dipaparkan di atas. Pemberian kode Islam 1, Kristen 2,
atau Budha 3 tidak berarti Budha dengan kode 3 lebih baik dari Islam yang
kodenya 1. Atau asal daerah desa dengan kode 1 tidak lebih buruk daripada kota
dengan kode 2.

29
Mikha Agus Widiyanto. Statistika Terapan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2013. Hlmn 9
Cara lain yang dapat dipergunakan untuk mengkonversi data kualitatif ke
dalam data kuantitatif adalah dengan mempergunakan skala Likert. Skala Likert
digunakan untuk mengungkapkan gradasi penilaian responden, mulai sangat positif
sampai sangat negatif, atau sangat setuju sampai sangat tidak setuju terhadap suatu
objek sosial.30

5.2. Analisis Korelasi


Korelasi merupakan salah satu teknik menganalisis hubungan dua variabel
atau lebih. Korelasi menganalisis hubungan variabel independen (bebas) dan variabel
dependen (terikat) secara linier. Analisis korelasi adalah salah satu analisis yang
banyak digunakan dalam penelitian.
Terdapat beberapa macam teknik korelasi yang dapat dipergunakan oleh
peneliti. Macam-macam teknik korelasi dalam penelitian diantaranya korelasi
Pearson Product Moment, korelasi Rank Spearman, Kendal, Chi Square, Phi
coefficient, Goodman-Kruskal, Somer, dan Wilson.
Koefisien korelasi adalah pengukuran hubungan antara 2 variabel. Besarnya
koefisien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan
hubungan linier dan arah hubungan dua variabel. Jika koefisien korelasi positif, maka
kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel independen
(X) tinggi maka nilai variabel dependen (Y) akan tinggi pula. Jika koefisien korelasi
negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai
variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan rendah (dan sebaliknya). Berikut ini
merupakan kriteria koefisien korelasi:
• 0 : tidak ada korelasi antara 2 variabel
• >0-0,25 : korelasi sangat lemah
• 0,25-0,5 : korelasi cukup
• 0,5-0,75 : korelasi kuat
• 0,75-0,99 : korelasi sangat kuat
• 1/-1 : korelasi sempurna.

30
Saifudin Azwar. Metode Penelitian .Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2001.hlm97
Dalam korelasi sempurna tidak dikenal istilah variabel bebas dan variabel
tergantung. Biasanya simbol X untuk variabel pertama dan simbol Y untuk variabel
kedua.
Kegunaan korelasi adalah mengukur kekuatan hubungan antara 2 (dua)
variabel atau lebih dengan skala-skala tertentu, misalnya :
 Pearson data harus berskala interval atau rasio.
 Spearman dan Kendal menggunakan data ordinal.
 Chi Square menggunakan data nominal.
Terdapat tiga penafsiran hasil analisis korelasi, yaitu melihat kekuatan
hubungan 2 (dua) variabel, melihat signifikansi hubungan, dan melihat arah
hubungan. Interpretasi kekuatan hubungan korelasi berada antara angka 0 dan 1.
Apabila angka koefisien korelasi menunjukkan angka 0, maka kedua variabel tidak
mempunyai hubungan. Jika angka koefisien korelasi mendekati angka 1, maka kedua
variabel mempunyai hubungan semakin kuat. Jika angka koefisien korelasi mendekati
angka 0, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin lemah. Jika angka
koefisien korelasi =1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna
positif. Jika angka koefisien korelasi = -1, maka kedua variabel mempunyai
hubungan linier sempurna negatif.
Untuk data nominal, misalnya agama, penafsiran koefisien korelasi tidak
sejauh penjelasan di atas. Sebagai contoh adalah penelitian perilaku memilih
masyarakat dalam pemilu legislatif. Variabel yang dipergunakan adalah sebagai
berikut: Y : Pilihan politik masyarakat dan X : Agama
Dalam perhitungan diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,6. Koefisien
korelasi bernilai positif. Artinya hubungan antara variabel agama dengan pilihan
politik masyarakat adalah kuat. Arah hubungan tidak perlu dijelaskan karena data
berupa data nominal.
Contoh penjabaran variabel, indikator, item penelitian dan daftar petanyaan
penelitian, bisa dicermati pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2: Variabel, Indikator dan Item Penelitian

Variabel Indikator Item Pertanyaan

Dukungan Dukungan  Perhatian  Apakah Anda mendapat perhatian


Sosial emosional (simpati) dari (simpati) dari keluarga?
(X1) (X1.1) keluarga dan  Apakah Anda mendapat perhatian
lingkungan (simpati) dari atasan atau rekan
kerja. kerja)?

Dukungan  Dorongan  Apakah Anda mendapat dorongan


instrument- berprestasi berprestasi dari keluarga?
tal (X1.2) dalam karier.  Apakah Anda mendapat dorongan
berprestasi dari atasan atau rekan
kerja?

Dukungan  Sarana dan  Apakah keluarga Anda memberikan


informatif bantuan dari sarana/fasilitas dalam penyelesaian
(X1.3) keluarga pekerjaan?
 Sarana dalam  Apakah atasan atau rekan kerja Anda
penyelesaian memberikan sarana/fasilitas dalam
pekerjaan penyelesaian pekerjaan?

Dukungan  Dukungan  Apakah keluarga Anda memberikan


penilaian saran dari dukungan berupa saran dalam
(X1.4) keluarga penyelesaian konflik pekerjaan ke
 Dukungan keluarga?
saran dari  Apakah atasan atau rekan kerja Anda
atasan atau memberikan dukungan saran dalam
rekan kerja penyelesaian konflik pekerjaan ke
keluarga?
 Apakah keluarga Anda memberikan
 Penghargaan penghargaan positif dalam karier
positif dari Anda?
keluarga dan  Apakah atasan atau rekan kerja Anda
lingkungan memberikan penghargaan positif
kerja. dalam karier Anda?
Kepuasan Kepuasan  Pekerjaan  Apakah Anda saat ini merasa
Kerja pada saya sangat cocok/sesuai dengan pekerjaan
(X2) pekerjaan menarik. Anda?
 Pekerjaan  Apakah Anda saat ini merasa bahwa
saya sesuai pekerjaan Anda sesuai dengan
kemampuan kemampuan yang Anda miliki?
saya miliki.

Kepuasan  Saya akan  Apakah Anda saat ini merasa bahwa


pada dipromosika jika berprestasi maka akan
promosi n jika dipromosikan?
berprestasi.  Apakah Anda saat ini merasa puas
 Saya puas dengan kemajuan karier Anda?
dengan
kemajuan
karier saya.

Kepuasan  Gaji sesuai  Apakah Anda saat ini merasa gaji


pada gaji keinginan yang Anda terima sesuai dengan
saya. harapan Anda?
 Gaji sesuai  Apakah Anda saat ini merasa ada
dengan kesesuaian antara gaji dengan beban
tanggung pekerjaan?
jawab yang
diberikan.

Kepuasan  Rekan kerja  Apakah Anda saat ini merasa


pada saling teman/rekan kerja sangat membantu
rekan membantu penyelesaian pekerjaan Anda?
kerja penyelesaian
pekerjaan.
 Saya nyaman  Apakah Anda saat ini merasa
bekerja menikmati/nyaman bekerja dengan
dengan rekan rekan Anda?
kerja.

 Dukungan  Apakah Anda saat ini merasa ada


Kepuasan
penuh dari dukungan penuh dari atasan Anda?
pada atasan
atasan langsung.
langsung
 Saya  Apakah Anda saat ini merasa
mendapatkan fasilitas dalam penyelesaian
fasilitas dari pekerjaan yang Anda terima sesuai
atasan. dengan harapan Anda?
Motivasi Kebutuhan  Keinginan  Apakah Anda ingin sukses dalam
Kerja berprestasi sukses dalam pekerjaan Anda?
pekerjaan  Apakah Anda saat ini merasa
(Y)  Keinginan memperoleh jenjang karier yang sesuai
memperoleh dengan harapan Anda?
jenjang karier

Kebutuhan  Kedudukan  Apakah Anda saat ini merasa bahwa


kekuasaan karier saya karier Anda saat ini telah sesuai dengan
yang sesuai kemampuan Anda?
dengan  Apakah Anda saat ini merasa ingin
kemampuan. untuk berprestasi lebih baik dari rekan
 Keinginan kerja Anda?
memperoleh
hasil
pekerjaan
dengan lebih
baik.

 Keterlibatan  Apakah Anda merasa terlibat dalam


Kebutuhan setiap aktifitas di lingkungan kerja
di setiap
berafiliasi aktifitas Anda?
 Perasaan  Apakah Anda saat ini merasa menjadi
diterima di bagian dari lingkungan kerja Anda?
lingkungan
kantor
Sumber: Utaminingsih (2016)

5.3. Analisis Regresi


Analisis regresi untuk mengetahui keeratan pengaruh antar variabel penelitian.
Analisis regresi sederhana dilakukan apabila hanya ada 1 (satu) variabel independen
(bebas) atau X dan 1 (satu) variabel dependen (terikat) atau Y. Penganalisaan data
menggunakan analisis regresi berganda apabila ada lebih dari 1 (satu) variabel bebas
(independen/X).
Analisis regresi berganda adalah suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh
dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau
tidaknya hubungan dua variabel bebas atau lebih dengan variabel terikat atau
signifikan tidaknya pengaruh antara dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel
terikat. Dalam menganalisa data regresi berganda dilakukakn Uji T yakni menentukan
signifikan atau tidaknya masing-masing nilai koefisien regresi secara sendiri-sendiri
terhadap variabel terikat31, dan dilakukan Uji F yakni menguji pengaruh atau
tidaknya variabel bebas dan variabel terikat secara bersamaan (simultan).32
Dalam analisis regresi berganda dilakukan uji validitas dan reliabilitas,
kemudian dilakukan uji asumsi klasik dan akhirnya dilakukan uji regresi berganda.
1. Uji validitas dan Reliabilitas
Kedua uji prasyarat analisis tersebut, berguna untuk menguji apakah alat
pengumpul data telah tepat digunakan atau tidak. Penjelasan tentang kedua uji
tersebut sebagai berikut.
a. Validitas
Menurut Arikunto validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Secara mendasar validitas adalah
‘keadaan yang menggambarkan tingkat instrument yang bersangkutan mampu
mengukur apa yang akan diukur.33Instrument dapat dikatidakan valid jika setiap butir
pertanyaan dalam instrument tersebut memiliki keterkaitan yang tinggi. Untuk
mengetahui validitas dari kuesioner, yang ditunjukkan dengan mengetahui tingkat
keterkaitan atau korelasi dari setiap butir pertanyaan maka, digunakan rumus korelasi
Product Moment34.

r
 xy)  ( x y)
n(
[n x  ( x) ][n y  ( y) ]
2 2 2 2

Keterangan:
n : jumlah responden
x
: skor jawaban
y total skor jawaban
:
xy hasil perkalian antara xy .
:

31
Sugiyono,op .cit, hlm 13
32
Ibid, hlm 16
33
Tukiran, op. cit, hlm 42
34
Masri Singarimbun dkk., op. cit, hlm 137
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan SPSS 20 untuk menguji validitas
dari kusioner. Berdasarkan hasil analisis validitas menggunakan statistik uji Pearson
Correlation pada masing-masing item pertanyaan terdapat nilai signifikansi kurang
dari alpha (0.05) maka diputuskan bahwa semua item pertanyaan valid.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil analisis validitas
menggunakan statistik uji Pearson Correlation pada masing-masing item pertanyaan
terdapat nilai signifikansi kurang dari alpha (0.05) maka diputuskan bahwa semua
item pertanyaan valid. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua pertanyan
mengenai indikator-indikator dalam variabel golput pada instrumen yang digunakan
dikatidakan sahih dan valid.

b. Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument
tersebut sudah baik.’35 Suatu instrument dapat dikatidakan reliable ketika instrument
yang digunakan akan mendapatkan hasil yang sama ketika digunakan kembali
diwaktu yang berbeda. Pada penelitian ini pengukuran relibilitas kuesioner dengan
menggunakan Cronbach’s alpha suatu variabel dinyatidakan reliabel jika Cronbach’s
alpha lebih besar atau sama dengan 0,6.36
Rumus statistik untuk menghitung Cronbach’s alpha37 adalah sebagai berikut

 2 
 S j 
k  
 1
k 1  S x2 
 
 

35
Tukiran. Op., Cit., hlm 43
36
Danang Sunyoto., Op Cit. hlm 68
37
Sofyan Yamin., Op., Cit. hlm 287
Keterangan:
K = banyaknya belahan tes
Sj2 = varians belahan j;j=1,2,…,k
Sx2 = varians skor tes

Berdasarkan hasil perhitungan reabilitas instrumen yang dimuat pada tabel di


atas, diketahui Cronbach’s Alpha untuk masing-masing variabel X, faktor sosial-
ekonomi (X1) sebesar 0.961, faktor kepercayaan politik (X2) sebesar 0.961, faktor
psikologis (X2) sebesar 0.961 dan variabel golput sebesar 0.961, dengan syarat
sebagai berikut jika nilai koefisien Cronbach’s Alpha 0.00-0.20 termasuk nilai yang
kurang reliabel, 0.21-0.40 termasuk nilai yang agak reliabel, 0.41-0.60 termasuk nilai
cukup reliabel, 0.61-0.81 termasuk nilai reliabel, 0.80-1.00 termasuk nilai yang
sangat reliabel. Dengan demikian dapat disimpulkan instrumen penelitian yang
digunakan sangat reliabel dan dinyatidakan layak untuk digunakan dalam proses
pengumpulan data.

c. Uji Regresi Berganda


Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara
dua atau lebih variabel bebas ( (X1), (X2), (X3),….., (Xn) dengan satu variabel
terikat.38 Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel
independen berhubungan positif atau negatif untuk memprediksi nilai dari
variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau
penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
Y = a + b1X1+ b2X2+…..+ bnXn
Keterangan:
Y = Variabel dependen/terikat (nilai yang diprediksikan)

38
Riduan dan Sunarto, PENGANTAR STATISTIKA untuk Penelitian: Pendidikan, Sosial, Komunikasi,
Ekonomi, dan Bisnis, Bandung: Alfabeta, 2013, hlm.108
X1, X2, X3 dan X2 = Variabel independen/bebas (nilai yang
mempengaruhi)
a = Konstanta (nilai Y apabila X1, X2…..Xn = 0)
b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun
penurunan)
BAB VI
PENGUTIPAN DAN PENULISAN REFERENSI

6.1. Pengutipan
Tata cara pengutipan dalam penelitian dibagi menjadi 2 (dua) bentuk.
Pertama, kutipan langsung adalah kutipan yang sama persis dengan
teks yang dikutip. Umumnya kutipan ini dilakukan dalam pengutipan istilah,
peraturan perundang-undangan, dan dokumen tertentu yang dianggap spesifik.
Kutipan langsung ditulis sama persis dengan sumber aslinya, baik mengenai
bahasa maupun ejaannya. Kutipan langsung yang kurang dari tiga empat
dimasukkan ke dalam teks, diketik seperti ketikan teks, diawali dan diakhiri
dengan tanda petik. Jika dalam pengutipan dipandang perlu untuk
menghilangkan beberapa kalimat, pada bagian itu diberi titik-titik sebanyak
tiga buah (…). Kutipan yang lebih dari empat baris diketik satu spasi dan mulai
lima ketukan dari margin kiri.
Kedua, kutipan tidak langsung (parafrase) adalah kutipan yang berisi
gagasan pokok dari teks yang dikutip menurut bahasa peneliti yang mengutip
teks tersebut.

6.2. Penulisan Sumber Kutipan


Secara umum ada dua model yang digunakan dalam penulisan sumber
kutipan yaitu gaya Chicago dan gaya Harvard. Gaya Chicago sering juga
disebut sebagai catatan kaki (footnote), sedangkan gaya Harvard disebut juga
sebagai catatan dalam teks. Pada era modern penggunaan gaya Chicago sudah
tidak banyak digunakan, akan tetapi gaya Chicago sebenarnya mempunyai
banyak kelebihan. Gaya Chicago atau penggunaan footnote akan
memudahkan pembaca untuk mengidentifikasi sumber secara lebih jelas dan
lengkap. Hal ini berbeda ketika pengutipan menggunakan catatan dalam teks
atau gaya Harvard. Pengutipan dengan menggunakan catatan dalam teks
hanya mencantumkan nama pengarang, tahun dan halaman. Sedangkan untuk

57
gaya Chicago penulisan sumber lebih panjang dan lengkap. Secara rinci tata
cara penulisan catatan kaki (footnote) adalah sebagai berikut:

Penulisan nama:
 Nama pengarang ditulis lengkap, tidak perlu dibalik dan tanpa
menyebutkan gelar.
 Jika nama pengarang terdiri dari dua penggal nama yang dihubungkan
dengan tanda penghubung harus ditulis lengkap.
 Jika nama pengarang lebih dari dua orang, harus dicantumkan semua.
 Jika nama pengarang terdiri dari tiga orang atau lebih, yang dicantumkan
adalah nama pengarang pertama, sedangkan nama-nama lain diganti
dengan singkatan “dkk” atau “et al”.
 Penunjukan kepada sebuah kumpulan (bunga rampai, antologi) ditambah
dengan (ed.) di belakang nama penyunting (editor) atau penyunting utama
(jika penyuntingnya lebih dari satu orang).
 Setiap bagian tulisan (artikel) yang diketahui nama penulisnya, nama
penulis tersebut harus dituliskan.
 Jika tidak ada nama pengarang atau editor, catatan kaki dimulai dengan
kata anonim.
 Jika nama diikuti dengan singkatan, singkatan tersebut harus dicantumkan
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari nama tersebut.

Penulisan judul
 Judul buku, jurnal, hasil penelitian, majalah, harian, atau ensiklopedi
ditulis seperti apa adanya dan kemudian dicetak miring. Sedangkan untuk
judul artikel ditempatkan dalam tanda kutip.
 Sesudah catatan kaki pertama, pada penyebutan kedua dan seterusnya atas
sumber yang sama cukup digantikan dengan singkatan: ibid, digunakan
untuk penyebutan sumber yang telah disebutkan sumber yang telah disebut

58
dan belum diselingi oleh sumber lain dan dalam penulisannya selalu
dicetak miring dan diakhiri dengan tanda titik.
Penyebutan nama dan potongan judul buku digunakan bila catatan itu
menunjukkan kembali sumber yang telah disebut tetapi sudah diselingi
oleh sumber lain, ditulis Op.Cit atau Loc.Cit.

Penulisan Tempat, Nama, dan Tahun Penerbitan


 Tempat, nama, dan tahun penerbitan sebuah buku dapat dicantumkan pada
penyebutan sumber pertama, sedangkan penyebutan sumber selanjutnya
tidak perlu disebutkan.
 Penulisan ketiga unsure tersebut diletakkan dalam tanda kurung. Antara
tempat dan nama penerbit dipisahkan dengan tanda titik dua, sedangkan
antara penerbit dan tahun dipisahkan dengan tanda koma. Contoh
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2000).
 Jika tidak ada tahun penerbitan pada tempat yang seharusnya dicantumkan
tahun ditulis (t.t) yaitu singkatan tanpa tahun diantara dua tanda kurung
persegi […]. Jika tidak ada penerbit ditulis [t.p], jika tidak ada nama kota
ditulis [t.k].
 Data publikasi bagi sebuah majalah tidak perlu memuat nama tempat
sebuah penerbit, tetapi harus mencantumkan nomor jilid, nomor halaman,
tanggal, bulan (tidak boleh disingkat), dan tahun. Semua keterangan
mengenai penanggalan ditempatkan dalam tanda kurung.
 Data sebuah publikasi bagi artikel harian terdiri dari hari, tanggal, bulan,
tahun dan nomor halaman. Penanggalan tidak boleh dalam tanda kurung.

Jilid dan nomor halaman


Untuk buku yang terdiri dari satu jilid, cukup menuliskan nomor
halamannya, tetapi jika buku terdiri dari beberapa jilid maka harus
dicantumkan nomor jilid dan nomor halaman. Nomor jilid menggunakan
angka Romawi, sedangkan nomor halaman menggunakan angka Arab.

59
BUKU
a) Buku dengan Satu Pengarang
Kanto, Kanto, 2011, Prespektif Modernisasi dan Perubahan Sosial, UB
PRESS, Malang
Catatan kaki: Sanggar Kanto, 2011, Prespektif Modernisasi dan
Perubahan Sosial, UB PRESS, Malang, hlm 112.
b) Buku dengan Dua Pengarang
Fefta Wijaya, Andy dan Dannar, Oscar Radian, 2014, UB PRESS, Malang,
hlm 25
Catatan kaki: Andy Fefta Wijaya dan Oscar Radian Dannar, 2014, UB
PRESS, Malang, hlm 25
c) Buku Dengan Tiga Pengarang Atau Lebih
Santoso, Budi, dkk, Lembaga Ombudsman Daerah, Jogjakarta: PUSHAM
UII, 2005.
Catatan kaki: Budi Santoso, dkk, Lembaga Ombudsman Daerah,
Jogjakarta: PUSHAM UII, 2005, hlm. 2.
d) Buku Tanpa Pengarang
Anonim. Isys Full Text Retrieval. Burbank, Calif: Odyssey Development.
1991.
Catatan kaki: Anonim. Isys Full Text Retrieval. Burbank, Calif: Odyssey
Development. 1991, hlm. 34.
e) Pseudonim (Nama samaran):
Le Carre, John. Isys Full Text Retrieval. Burbank, Calif: Odyssey
Development. 1991.
Catatan kaki: John Le Carre, Isys Full Text Retrieval. Burbank, Calif:
Odyssey Development. 1991, Hlm. 4.
f) Editor, Penerjemah atau Kompiler:
Hidayat, Syarif dan Malik, Abdul (ed). Reformasi Setengah Matang,
Jakarta, Teraju, 2010.
Catatan kaki: Syarif Hidayat dan Abdul Malik (ed). Reformasi Setengah
Matang, Jakarta, Teraju, 2010, hlm. 3.

60
g) Badan Korporasi:
Badan Pusat Statistik. Pati Dalam Angka 2011. Kabupaten Pati. 2011
Catatan kaki: Badan Pusat Statistik. Pati Dalam Angka 2011. Kabupaten
Pati. 2011, hlm. 5.

Artikel Majalah atau Jurnal


a) Judul dan artikel majalah ditulis lengkap meskipun judul jurnal dapat
disingkat asalakan saja singkatan itu cukup dikenal pembaca serta digunakan
secara konsisten.
b) Nomor volume ditulis langsung sesudah judul tanpa tambahan tanda baca.
Penulisan nomor volume menggunakan angka arab walaupun jurnal
menggunakan huruf romawi.
c) Nomor majalah ditulis dalam angka arab langsung sesudah nomor.
d) Tahun terbitan majalah ditulis dalam angka arab langsung sesudah nomor.
e) Rujukan halaman ditulis sesudah tahun terbit, dipisahkan dengan
menggunakan tanda baca titik dua. Pada catatana hanya ditulis nomor halaman
yang dikutip sedangkan pada daftar pustaka ditulis nomor lengkap halaman.
f) Pada catatan kaki, judul artikel ditulis sesudah pengarang diikuti dengan tanda
koma, kemudian judul artikel dimulai dengan menggunakan tanda kutip tutup.
Namun, pada daftra pustaka, nama pengarang ditulis dimulai dengan nama
keluarga (nama akhir), diikuti bagian nama lainnya, sedangkan halaman yang
ditulis adalah halaman lengkap yang memuat artikel yang dikutip.

Contoh:
 Satu pengarang:
Eddyono, Luthfi Widagdo. “Sengketa Kewenangan Lembaga Negara oleh
Mahkamah Konstitusi”. Jurnal Konstitusi, Volume 7 No. 3, Juni, 2010: 10.
Catatan kaki: Luthfi Widagdo Eddyono, “Sengketa Kewenangan Lembaga
Negara oleh Mahkamah Konstitusi”. Jurnal Konstitusi,
Volume 7 No. 3, Juni, 2010: 10.

61
 Dua Pengarang:
Ari Pradhanawati dan R. Shinta Dewi. “Dampak Belanja Pemilu Legislatif
2009 Terhadap Sektor Rill”. FORUM: Majalah Pengembangan Ilmu Sosial
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro. Vol 38. No. 1
Februari 2010.
Catatan kaki: Ari Pradhanawati dan R. Shinta Dewi. “Dampak Belanja
Pemilu Legislatif 2009 Terhadap Sektor Rill”. FORUM:
Majalah Pengembangan Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Diponegoro. Vol 38. No. 1 Februari
2010. Hlm.71.
 Tiga Pengarang atau lebih:
Susilo Utomo, Priyatno Harsasto, dan Purwoko. Impelemntasi Sertifikasi
Massal Swadaya di Kabupaten Kudus Periode 2006-2008. FORUM: Majalah
Pengembangan Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Diponegoro. Vol 37. No. 1 Januari 2009.
Catatan kaki: Susilo Utomo, Priyatno H., dan Purwoko. Impelemntasi
Sertifikasi Massal Swadaya di Kabupaten Kudus Periode 2006-
2008. FORUM: Majalah Pengembangan Ilmu Sosial Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro. Vol 37.
No. 1 Januari 2009. Hlm. 49.

Artikel Surat Kabar


 Tanpa pengarang:
Kompas, 12 April 2014.
Catatan kaki: Kompas, 12 April 2014.
 Ada pengarangnya:
Hernowo, M, ‘Masyarakat Sipil Sebagai Katup Pengaman,’ Kompas, 27
Desember 2013:2.
Catatan kaki: M Hernowo, ‘Masyarakat Sipil Sebagai Katup Pengaman,’
Kompas, 27 Desember 2013:2.

62
Skripsi, Tesis dan Disertasi
Penulisan daftar pustaka dan footnote dari skripsi, tesis atau disertasi pada
dasarnya sama. Namun yang membedakan adalah tulisan setelah judul yakni jika
dari skripsi maka ditulis skripsi, jika dari tesis ditulis tesis, begitu juga dengan
disertasi.
Utaminingsih, Alifiulahtin, 2016, “ Dukungan Sosial Pada Kesuksesan Wanita
Karier, Disertasi, Jurusan Sosiologi, FISIP Universitas Brawijaya, 2016.
Catatan kaki:
Alifiulahtin Utaminingsih, Dukungan Sosial Pada Wanita Karier (Studi tentang
Dukungan Sosial, Konflik Peran Ganda, Kepuasan Kerja dan Motivasi
Kerja, Disertasi, Jurusan Sosiologi, FISIP Universitas Brawijaya Malang,
2016, Hlm 121.

Wawancara
 Diterbitkan: Widiyarto, M., “Markus Widiyarto”. Pewawancara Bre Redana,
Kompas, 21 Oktober 2001.
Catatan kaki: Markus Widiyarto, “Pewawancara Bre Redana”, Kompas, 21
Oktober 2001.

Internet
Penulisan daftar pustaka yang berasal dari situs WWW (Wordl Wide Web)
adalah dimulai dengan nama pegarang (bila ada, penulisannya dimulai dari nama
keluarga diikuti dengan bagian nama lainnya), judul karya diantara tanda kutip,
judul karya lengkap (gunakan garis bawah atau cetak miring), tahun dokumen
atau tahun revisi terakhir, sebutkan protocol (contoh: “http”) dan Uniform
Resources Locator (URL) yang lengkap serta tanggal diakses (dalam kurung
siku). Contoh: Jimli, “Moratorium Pembentukan Lembaga Baru”
http://www.ugm.ac.id/id/berita/4769- [20 Januari 2014]. Catatan kaki: Jimli, A.
“Moratorium Pembentukan Lembaga Baru” http://www.ugm.ac.id/id/berita/4769-
[20 Januari 2014].

63
DAFTAR PUSTAKA

Andi Prastowo, 2011, Memahami Metode-Metode Penelitian, A Ruz Media.


Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Bungin, Burhan, 2014, Metode Penelitian Kuantitaif, Kencana, Jakarta
Burke, Peter, 2003, Sejarah dan Teori Sosial, YOI, Jakarta
Creswell, John W, 2014. Penelitian Kualitatif dan Desain Riset: Memilih
Diantara Lima Pendekatan Edisi Ke3, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Faisal, Sanapiah, 1995, Format Penelitian Sosial, Rajawali Press, Jakarta
Ghozali, Imam, 2001, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,
UNDIP PRESS, Semarang
Hadi, Sutrisno, 2012, Metodologi Research Jilid 2, Andi Offset, Yogyakarta
Kerlinger, F.N. 1992, Foundations of Behavioral Research, New York : Harcouet
Brace College.
Marczyk, DeMatteo, Festinger, 2005. Essential of Research Design and
Methodology. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey.
Moleong, Lexy, 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rosda Karya, Bandung
Mujani, Saiful, 2012 Kuasa Rakyat, Mizan Publika, Jakarta
Moleong, Lexy, J., 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,
Bandung
Muhadjir, Noeng, 2000, Metode Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta
Sekaran, Uma, 1992, Research Methods for Bussiness: A Skill Building
Aprroach, Second Edition, John Willey & Sons, Inc, New York
Siegel, S.,dan John Castellan, Jr., 1998, Nonparametric Statistic:for the
Behavioural Sciences, Second Edition, Mc Graw-Hill Book & Co,
Singapura
Nazir, M., 1988, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta
Neuman, W.L. 2000, Social Research Methods, USA : Allyn & Bacon.
Salim, Agus, 2006, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Tiara Wacana,
Jogyakarta
Sugiyono, 2014, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta
Bandung
Suyanto dan Sutinah (ed), 2013, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif
Pendekatan, Kencana, Jakarta
Soekanto, Soerjono, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta
Soelistyo, Henry, 2011, Plagiarisme: Pelanggaran Hak Cipta dan Etika,
Kanisius, Yogyakarta
Utaminingsih, Alifiulahtin, 2016, Dukungan Sosial dan Kesuksesan Wanita
Karier, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, Universitas Brawijaya,
Malang

64

Anda mungkin juga menyukai