PENGGAJIAN,
PENGHARGAAN,
DAN DISIPLIN
PENGGAJIAN,
PENGHARGAAN,
DAN DISIPLIN
Dalam rangka mewujudkan Visi Indonesia 2045 untuk menjadi negara yang
berdaulat, maju, adil, dan makmur maka diperlukan sebuah sistem birokrasi
berkelas dunia yang mampu bersaing di level global. Agar sistem birokasi yang
diharapkan tersebut dapat terwujud, Indonesia perlu merancang sebuah sistem
merit dalam manajemen ASN sebagai upaya utama dalam membangun, mengelola,
serta menghasilkan Sumber Daya Manusia Aparatur yang profesional, kompeten,
berintegritas, dan netral.
Akhir kata, kami atas nama Komisi Aparatur Sipil Negara berharap Handbook ini
dapat menjawab pertanyaan dan membawa manfaat bagi semua pembaca
terutama pengelola SDM Aparatur.
Bab Pendahuluan 1
Latar Belakang 2
1
Bab Aspek 6.1 Kebijakan Pemberian Tunjangan 7
Berbasis Kinerja
2
Bab Praktik Baik Pemberian Tunjangan Berbasis Kinerja 14
Kementerian Keuangan 14
5
Bab Aspek 6.3 Kebijakan Penegakan Aturan 44
(Disiplin, Kode Etik, dan Kode Perilaku ASN)
6
Bab Praktik Baik Penegakan Aturan Disiplin, Kode Etik, 48
dan Kode Perilaku ASN
7
Bab
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
54
Data Hasil Penegakan Disiplin, Kode Etik, dan Kode
8
Bab
Perilaku ASN
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB 1
LATAR BELAKANG
Latar Belakang
Penerapan sistem merit dalam kebijakan dan manajemen Aparatur Sipil Negara
(ASN) didasari oleh kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara konsisten.
Implementasi sistem merit dalam pengelolaan ASN dimulai dari:
Selanjutnya, tingkat kepatuhan instansi dalam penegakan aturan juga masih belum
sepenuhnya tuntas. Berdasarkan hasil evaluasi KASN, instansi pemerintah memiliki
cara yang beragam dalam menegakkan dan mengelola aturan yang berkaitan
dengan disiplin, netralitas, serta kode etik dan kode perilaku ASN.
Kumpulan praktik baik penerapan sistem merit untuk aspek PMPSM (penggajian,
penghargaan, dan disiplin) akan disusun dalam bentuk handbook (buku pedoman).
Handbook ini diharapkan dapat menjadi pedoman dan petunjuk bagi pihak instansi
pemerintah.
Handbook ini berfokus pada 2 (dua) hal, yaitu (1) kebijakan internal instansi
(peraturan atau regulasi) yang telah diterapkan; serta (2) implementasi dan
pelaksanaan dari kebijakan atau peraturan tersebut. Berikut pendalaman 2 (dua)
substansi yang diperjelas dengan pembagian ruang lingkup pembahasan:
BAB 2
ASPEK 6.1 KEBIJAKAN PEMBERIAN
TUNJANGAN BERBASIS KINERJA
7
BAB 2
ASPEK 6.1 KEBIJAKAN
PEMBERIAN TUNJANGAN
BERBASIS KINERJA
Kebijakan pemberian tunjangan bagi ASN diatur dalam beberapa regulasi yang
merujuk pada prinsip sistem merit. Sistem merit menghendaki pengelolaan kinerja
yang baik untuk mencapai target kinerja sesuai dengan yang ditetapkan oleh
instansi. Proses pengelolaan kinerja harus dilakukan secara tepat, mulai dari
perencanaan, penentuan metode dan pengukuran, pemantauan, hingga penilaian
akhir.
TUNJANGAN
Apabila proses pengelolaan kinerja berjalan baik dan memberikan hasil yang
maksimal, maka instansi harus memberikan penghargaan terhadap pencapaian
tersebut. Salah satu contoh penghargaan yang dapat diberikan adalah pemberian
tunjangan berupa insentif yang jumlahnya sesuai dengan pencapaian kinerja.
Pemberian insentif bertujuan untuk memberikan rasa keadilan antar pegawai, baik
antar pegawai yang memberikan pekerjaan dan pegawai yang mengerjakan
pekerjaan tersebut. Maka dari itu, akan tercapailah prinsip internal equity.
10
BAB 3
PRAKTIK BAIK PEMBERIAN
TUNJANGAN BERBASIS KINERJA
13
BAB 3
PRAKTIK BAIK PEMBERIAN
TUNJANGAN BERBASIS
KINERJA
Kementerian Keuangan
Peta strategi tersebut terdiri dari sejumlah sasaran strategis yang dikelompokkan ke
dalam 4 (empat) perspektif, yaitu perspektif stakeholder, perspektif customer,
perspektif internal process, dan perspektif learning and growth. Sedangkan, sasaran
strategis diukur menggunakan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang disusun beserta
dengan targetnya.
Perencanaan kinerja dengan metode BSC mendorong proses dan Capaian Kinerja
Organisasi (CKO) yang lebih akuntabel. Selain itu, perencanaan kinerja pada level
organisasi akan menjadi dasar dalam pengelolaan kinerja pada level individu
pegawai. Penilaian kinerja pegawai di Kementerian Keuangan didasari oleh 2 (dua)
komponen, yaitu Capaian Kinerja Pegawai (CKP) dan Nilai Perilaku (NP).
Nilai CKP diperoleh dari hasil perhitungan atas capaian IKU yang terdapatpada
kontrak kerja. Sementara nilai NP diperoleh dari 6 (enam) aspek perilaku, yaitu
orientasi pelayanan, integritas, komitmen, disiplin, kerja sama, dan kepemimpinan.
Periode penilaian NP dilakukan sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun.
15
16
Ketiga faktor tersebut diukur berdasarkan hasil penilaian kinerja yang menjadi
faktor penentu peringkat jabatan. Peringkat jabatan memengaruhi besar tunjangan
kinerja suatu pegawai.
Nilai Kinerja
Organisasi (NKO)
Bobot 25%
Nilai Evaluasi
Pelaksana (NEP)
Nilai Prestasi
Kerja Pegawai (NPKP)
Evaluasi
Bobot 75%
dalam Penetapan
Peringkat Jabatan
17
18
Kinerja
Tunjangan Kinerja
Kantor Utama A
Kantor Madya B
Klasifikasi Unit Kantor Pratama Utama C
Kantor Pratama Madya D
Karakteristik
Organisasi
(Konstanta 1-1,3) Wilayah 1
1. Indeks Biaya Hidup Wilayah 2
Klasifikasi Wilayah 2. Aksesibilitas Wilayah 3
3. Preferensi Pegawai Wilayah 4
Wilayah 5
19
20
21
Peraturan Gubernur
Jawa Barat Nomor 8
Tahun 2021 tentang
Tambahan Penghasilan bagi PNS
di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat
22
(1) PNS diberikan TPP setiap bulan berdasarkan hasil penilaian Kinerja PNS.
(2) Pembayaran TPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pada bulan
berjalan berdasarkan nilai Kinerja bulan sebelumnya.
Pasal 27
Penilaian Kinerja PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1), dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:
• SKP sebesar 60% (enam puluh persen); dan
• Perilaku Kerja sebesar 40% (empat puluh persen)
Penilaian kinerja utama terdiri dari 5 (lima) hal, yaitu rencana kinerja atasan, rencana
kinerja, Indikator Kinerja Individu (IKI), perilaku kerja, dan pengelolaan anggaran.
Selanjutnya, terdapat penilaian kinerja tambahan berupa tugas tambahan yang
diberikan oleh atasan langsung dengan kriteria sebagai berikut:
23
40%
Perilaku Kinerja
60%
Penilaian SKP
Penilaian aspek Perilaku Kerja oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat didasarkan pada
Pasal 15 Ayat 1 yang berbunyi:
“(1) Penilaian aspek Perilaku Kerja dilakukan melalui:
a. Metode penilaian perilaku 360 dengan mempertimbangkan penilaian berbasis
bukti (evidence) melalui Presensi Daring (online); dan
b. Metode pola penilaian perilaku 360 sebagaimana dimaksud pada huruf a
merupakan metode penilaian Perilaku Kerja yang dilakukan dengan penilaian
PNS terhadap diri sendiri, atasan, bawahan, dan rekan kerja.”
Terdapat unsur lain yang dipertimbangkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat
dalam penghitungan pemberian TPP, salah satu contoh yaitu unsur Instruktur
Khusus Pimpinan (IKP). Menurut Pasal 25 Ayat 4, IKP adalah instruksi khusus yang
diberikan langsung oleh Gubernur dan dilaksanakan oleh Jabatan Pimpinan Tinggi
atau Jabatan Administrator dan Jabatan Fungsional.
24
Selain itu, terdapat aspek Pengurangan Tambahan Penghasilan Pegawai Negeri Sipil
yang dijelaskan pada Pasal 35 Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 182 Tahun 2021
dengan kriteria sebagai berikut:
Tidak melakukan
pengembalian
dana Tuntutan
Perbendaharaan
Tuntutan Ganti Rugi.
Mendapatkan
hukuman disiplin;
Berikut penjelasan lebih lanjut terkait Poin C (melakukan aktivitas negatif) yang telah
dituliskan di atas:
Selanjutnya, terdapat faktor lain yang dapat mengurangi TPP, yaitu pegawai yang
terbukti melakukan manipulasi data kinerja dan pegawai yang tidak menutup SKP
pada akhir tahun penilaian.
Tabel 3.2. Pemotongan TPP di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat
Sumber: Pasal 37 Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 182 Tahun 2021
Berdasarkan Pasal 2 Ayat 2 Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2021,
Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah mengatur jenis TPP yang diterima di
lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat berdasarkan:
Beban kerja
Kelangkaan profesi; dan
dan prestasi kerja;
Pertimbangan objektif
Kondisi kerja;
lainnya.
Menghilangkan egosektoral
27
BAB 4
ASPEK 6.2 KEBIJAKAN PEMBERIAN
PENGHARGAAN BERDASARKAN
PRESTASI KERJA
29
BAB 4
ASPEK 6.2 KEBIJAKAN
PEMBERIAN PENGHARGAAN
BERDASARKAN PRESTASI
KERJA
Tanda kehormatan;
Kesempatan prioritas
untuk pengembangan
kompetensi; dan/atau
Kesempatan menghadiri
acara resmi dan/atau
acara kenegaraan.
31
BAB 5
PRAKTIK BAIK PEMBERIAN
TUNJANGAN BERBASIS KINERJA
33
BAB 5
PRAKTIK BAIK
PEMBERIAN TUNJANGAN
BERBASIS KINERJA
Kedua dasar hukum yang tertulis di atas merupakan pedoman bagi Pemerintah
Provinsi Jawa Barat untuk memberikan penghargaan kepada pegawai berprestasi.
Pemberian penghargaan bagi PNS berprestasi ditujukan untuk memberikan
stimulan motivasi kepada seluruh pegawai agar memiliki dedikasi, loyalitas, dan
disiplin yang tinggi. Selain itu, penghargaan PNS berprestasi ditujukan untuk
pegawai yang memiliki motivasi tinggi untuk berprestasi dan berkarya bagi
kemajuan daerah di lingkungan Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan Pasal 3 Peraturan
Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 18 Tahun 2021, berikut jenis penghargaan
yang diberikan oleh gubernur:
Inovatif
Merupakan sosok PNS yang memiliki kemampuan dan keahlian
dalam mendayagunakan pemikiran, kemampuan imajinasi, dan
berbagi stimulan dengan individu yang mengelilinginya, untuk
menghasilkan produk, layanan, kebijakan, dan terobosan baru yang
berguna baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya.
Inspiratif
Merupakan sosok PNS panutan yang dapat mengilhami,
menggerakkan, membangkitkan, dan mengobarkan semangat bagi
diri dan lingkungannya untuk melakukan sesuatu yang positif dan
berguna.
PNS di Lingkungan
PNS di Lingkungan
Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Barat
di Jawa Barat
35
36
Dalam prinsip seleksi penghargaan PNS Berprestasi, dijelaskan bahwa setiap PNS
yang mendaftar hanya berhak mengikuti satu kategori penghargaan. Setelah itu,
pemenang juara 1, 2, dan 3 pada PNS Berprestasi, baru boleh mengikuti seleksi
kembali setelah 3 (tiga) tahun sejak mereka menerima penghargaan. Pelaksanaan
penghargaan PNS Inovasi/Inisiatif/The Future Leader dibiayai oleh Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.
37
Jumlah 100
Kriteria dan Bobot Penilaian Tahap Presentasi dan Wawancara PNS Inspiratif
Jumlah 100
Kriteria dan Bobot Penilaian Tahap Presentasi dan Wawancara PNS The Future Leader
Jumlah 100
Tahap terakhir dalam proses seleksi penerima penghargaan bagi PNS Inovasi/
Inisiatif/The Future Leader adalah visitasi dan assessment.
38
Jumlah 100
Jumlah 100
Kriteria dan Bobot Penilaian Tahap Visitasi PNS The Future Leader
Jumlah 100
39
PNS yang dinobatkan sebagai Employee of The Month di Pemerintah Provinsi Jawa
Barat akan mendapatkan uang penghargaan berupa penambahan TPP sebesar
100% dari TPP maksimal jenjang pangkat jabatan PNS pada saat penilaian.
40
Tahap awal pemilihan kandidat Employee of The Month dimulai dari seleksi penilaian
kinerja di dalam aplikasi TRK. Pegawai dapat mengajukan diri dengan melaporkan
prestasinya atau diajukan oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) melalui voting
pegawai terbaik, kuesioner penilaian, dan bubble shoot (memilih dua calon terbaik
dari kandidat yang ada). Setelah itu, aplikasi TRK akan menampilkan profil prestasi
pegawai yang bersangkutan dalam bentuk video YouTube, serta bukti prestasi lain
yang ditampilkan secara terbuka untuk menjadi bahan pertimbangan pemilihan
kandidat. Selanjutnya adalah tahap persetujuan dari kepala perangkat daerah untuk
mewakili perangkat daerahnya. Tahap akhir yaitu tahap penilaian oleh akademisi
dan wawancara dengan tim penilai sebelum diakhiri dengan penobatan Employee of
The Month di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
41
42
BAB 6
ASPEK 6.3 KEBIJAKAN
PENEGAKAN ATURAN
(DISIPLIN, KODE ETIK,
DAN KODE PERILAKU ASN)
43
BAB 6
ASPEK 6.3 KEBIJAKAN PENEGAKAN
ATURAN
(DISIPLIN, KODE ETIK,
DAN KODE PERILAKU ASN)
Peraturan Pemerintah
Undang-Undang
Nomor 94 Tahun 2021
Nomor 5 Tahun 2014
tentang Disiplin
tentang Aparatur Sipil Negara
Pegawai Negeri Sipil
Menyalahgunakan wewenang;
Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang
lain dengan menggunakan kewenangan orang lain yang diduga terjadi konflik
kepentingan dengan jabatan;
Menjadi pegawai atau bekerja untuk negara lain;
Bekerja pada lembaga atau organisasi internasional tanpa izin atau tanpa
ditugaskan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian;
Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya
masyarakat asing kecuali ditugaskan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian;
Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau
meminjamkan barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen, atau
surat berharga milik negara secara tidak sah;
Melakukan pungutan di luar ketentuan;
Melakukan kegiatan yang merugikan negara;
44
45
Jenis Hukuman Disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
4
(c) terdiri atas:
a. Penurunan jabatan setingkat lebih rendah selama 12 (dua belas)
bulan;
b. Pembebasan dari jabatannya menjadi jabatan pelaksana selama 12
(dua belas) bulan; dan
c. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
sebagai PNS.
Selain menetapkan kebijakan internal mengenai penegakkan disiplin, kode etik, dan
kode perilaku pegawai, instansi pemerintah juga diminta untuk mensosialisasikan,
melaksanakan, dan menegakkan peraturan internal tersebut. Hal ini dapat
dilakukan dengan melampirkan dokumen atau laporan sosialisasi kebijakan internal
tentang penegakkan disiplin, kode etik, dan kode perilaku di instansinya. Selain itu,
instansi pemerintah juga dapat melampirkan rekapitulasi, dokumen, atau laporan
pelanggaran disiplin, kode etik, dan kode perilaku yang terjadi. Dokumen penunjang
lainnya yang dapat diserahkan adalah SK Tim Majelis Kode Etik dan Kode Perilaku
yang berlaku di instansi pemerintah.
46
BAB 7
PRAKTIK BAIK PENEGAKAN
ATURAN DISIPLIN, KODE ETIK,
DAN KODE PERILAKU ASN
47
BAB 7
PRAKTIK BAIK
PENEGAKAN ATURAN
DISIPLIN, KODE ETIK,
DAN KODE PERILAKU ASN
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah memiliki kebijakan penegakan
disiplin, kode etik, dan kode perilaku pegawai yang dituangkan ke dalam Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 3 Tahun 2017 tentang Kode Etik
dan Kode Perilaku Aparatur Sipil Negara Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pada
tahun 2022, BPOM telah melakukan langkah penyesuaian kebijakan terkait
penegakan disiplin, kode etik, dan kode perilaku pegawai sesuai kebijakan nasional.
BPOM telah memiliki Rancangan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan
tentang Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai di Lingkungan Badan Pengawas Obat
dan Makanan. Selain itu, BPOM telah mengajukan surat kepada Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia perihal Penyelerasan Rancangan Peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan. Kedua hal ini dilakukan oleh BPOM untuk
menunjukkan bahwa mereka sedang berproses dalam penetapan kebijakan agar
selaras dengan kebijakan nasional.
48
BPOM menetapkan Komite Pertimbangan Penegakkan Disiplin, Kode Etik, dan Kode
Perilaku setiap tahun untuk menegakkan disiplin, kode etik, dan kode perilaku
pegawai. Pada tahun 2022, penetapan tersebut dituangkan melalui Keputusan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.02.02.2.22.03.22.28 Tahun
2022 tentang Komite Pertimbangan Penegakan Disiplin Serta Kode Etik dan Kode
Perilaku Pegawai di lingkungan BPOM.
49
50
51
BAB 8
ASPEK 6.4 PELAKSANAAN
KEBIJAKAN PENGELOLAAN
DATA HASIL PENEGAKAN
DISIPLIN, KODE ETIK,
DAN KODE PERILAKU ASN
53
BAB 8
ASPEK 6.4 PELAKSANAAN KEBIJAKAN
PENGELOLAAN DATA HASIL
PENEGAKAN DISIPLIN, KODE ETIK,
DAN KODE PERILAKU ASN
Di beberapa instansi pemerintah, data data terkait pelanggaran disiplin, kode etik,
atau kode perilaku, menjadi salah satu faktor pengurang dalam pemberian TPP
pegawai. Oleh karena itu, diharapkan database terkait pelanggaran disiplin, kode
etik, atau kode perilaku, dapat terintegrasi secara internal dengan sistem informasi
instansi pemerintah lainnya. Sedangkan, integrasi secara eksternal juga dibutuhkan
yaitu dengan Sistem Informasi Kepegawaian milik Badan Kepegawaian Nasional
(SAPK BKN).
54
BAB 9
PRAKTIK BAIK PENGELOLAAN
DATA HASIL PENEGAKAN DISIPLIN,
KODE ETIK, DAN KODE PERILAKU
ASN
55
BAB 9
PRAKTIK BAIK PENGELOLAAN
DATA HASIL PENEGAKAN DISIPLIN,
KODE ETIK, DAN KODE PERILAKU ASN
Berikut tangkapan layar terkait bukti pengelolaan data pelanggaran disiplin, kode
etik, dan kode perilaku ASN di lingkungan BPOM yang dikelola melalui aplikasi SIASN
BPOM, dan disesuaikan dengan data pelanggaran disiplin, kode etik, dan kode
perilaku yang tercatat di aplikasi SAPK BKN:
Gambar 9.1. Aplikasi SIASN BPOM
56
Gambar 9.3. Data Integrasi Hukuman Disiplin dari Aplikasi SIASN BPOM
ke Aplikasi SAPK BKN
Tegas
57
PENGGAJIAN,
PENGHARGAAN,
DAN DISIPLIN
KOMISI APARATUR SIPIL NEGARA
2022