Anda di halaman 1dari 18

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN

Tugas Mata Kuliah Sistem Muskuluskeletal

Disusun Oleh:

Widha Widyaningrum

2010 03 0274

PROGRAM S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG

2012
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-
Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas dengan judul
“PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN”.
Tugas ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan, bimbingan serta arahan baik secara moriil maupun materiil. Untuk itu
kami ucapkan terimakasih kepada :
1. Ns.Kusairi .S.kep selaku dosen pengampuh Mata kuliah Sistem Muskuluskeletal
2. Seluruh teman-teman dari semester IV prodi S1-Keperawatan Stikes Husada
Jombang.
Dari pembuatan tugas ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
dengan hal tersebut sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk penyusunan
makalah selanjutnya yang lebih baik sehingga dapat bermanfaat untuk kita semua.

Jombang, 20 November 2012

PENULIS
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………………………………….. i

Kata Pengantar ………………………………………………………………………. ii

Daftar Isi …………………………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………… 1

A. Latar Belakang ………………………………………………………………. 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………………………… 2

C. Tujuan Penulisan …………………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. PEMBALUTAN …………………………………………………………….. 1

1. Pengertian ……………………………………………………………….. 1

2. Macam-macam pembalutan …………………………………………… 1

3. Prosedur …………………………………………………………………. 5

B. PEMBIDAIAN ……………………………………………………………… 7

1. Pengertian ………………………………………………………………. 8

• Tujuan dan Prinsip………………………………………………………. 8

• Prosedur ………………………………………………………………… 9

BAB III PENUTUP …………………………………………………………………. 10

A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 10

B. Saran …………………………………………………………………….. 10

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………. 11


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alat gerak yang terdiri dari tulang, sendi, jaringan ikat dan otot pada manusia sangat
penting. Setiap cedera atau gangguan yang terjadi pada sistem ini akan mengakibatkan
terganggunya pergerakan seseorang untuk sementara atau selamanya.

Gangguan yang paling sering dialami pada cedera otot rangka adalah Patah tulang.
Pengertian patah tulang ialah terputusnya jaringan tulang, baik seluruhnya atau hanya
sebagian saja.

Mekanisme terjadinya cedera harus diperhatikan pada kasus-kasus yang berhubungan


dengan patah tulang. Ini dapat memberikan gambaran kasar kepada kita seberapa berat
cedera yang kita hadapi.

Penanganan patah tulang yang paling utama adalah dengan melakukan pembidaian.
Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang
patah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pembalutan?

2. Jelaskan macam-macam pembalutan?

3. Bagaimana prosedur dalam melakukan pembalutan?

4. Apa pengertian dari pembidaian?

5. Apa saja prnsip-prinsip pembidaian?

6. Bagaimana prosedur pembidaian?


C. Tujuan Penulisan

Untuk memberikan informasi dan menjelaskan tentang pembalutan dan pembidaian,


bagaimana langkah-langkah dalam membalut/membidai.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PEMBALUTAN

1. Pengertian

Membalut adalah tindakan medis untuk menyangga atau menahan bagian tubuh
tertentu agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.

2. Macam-macam pembalutan

Menurut fungsinya:

a) Pembalut penutup

• Untuk menutup sebagian badan agar terhindar dari kotoran luar maupun
tidak tersinggung dari anggota badan yang lain

• Untuk menghindarkan diri dari cahaya matahari atau udara

• Sebelum luka dibungkus terlebih dahulu Luka dibersihakn atau dilakukan


perawatan luka.

• Untuk menahan perdarahan

• Melekatkan obat (Zalf, serbuk, kompres)


b) Pembalut penahan

• Mengistirahatkan anggota badan yang luka atau sakit

• Mengurangi gerakan yang dapat menambah beratnya sakit.

• Mengurangi rasa sakit

c) Pembalut penekan

• Menekan luka

Perban tekan untuk luka terdiri dari beberapa lapis. Pertama bagian
basah yang terluka ditempatkan agak tinggi. Diatas luka diletakkan
langsung perban darurat atau beberapa kain kasa hidrofil. Diatas ini
diletakkan kapas putih satu lapis. Lapisan ini ditahan agar tepat pada
tempatnya dengan suatu balutan cambric yang dipasang dengan kuat.
Perhatikan bahwa beberapa potong kapas yang kasar masih keluar sedikit
dan tepi kain perban.

• Menekan perdarahan

Perban tekan terdiri dari satu lapis kapas yang tebal yang dipasang
kuat-kuat dengan balutan cambric diatasnya. Pada kedua sisi perban
tersebut harus ada 2 cm kapas diluar pembalut itu.

Menurut bahannya:

a) Mitella (pembalut segitiga)


Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama kakidengan berbagai
ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm. Pembalut ini biasa dipakai pada
cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan, pinggul, telapak kaki, dan
untuk menggantung lengan, dapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan
menjadi pembalutbentuk dasi.

b) Dasi (cravat)

Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnyasehingga


berbentuk pita dengan kedua ujung-ujungnya lancip danlebarnya antara 5-10
cm. Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (ataubagian
kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki
yang terkilir.

Cara membalut:

• Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnyadapat


diikatkan

• Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan carasebelum diikat


arahnya saling menarik

• Kedua ujung diikatkan secukupnya.


c) Pita (pembalut gulung)

Dapat terbuat dari kain katun, kain kasa, flanel atau bahanelastis. Yang paling
sering adalah kasa. Hal ini dikarenakankasa mudah menyerap air dan darah,
serta tidak mudah kendor.

Macam ukuran lebar pembalut dan penggunaannya:

 2,5 cm : untuk jari-jari

• cm : untuk leher dan pergelangan tangan

• 7,5 cm : untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dankaki

• m : untuk paha dan sendi pinggul

• 10-15 cm : untuk dada, perut dan punggung.

Cara membalut anggota badan (tangan/kaki):

• Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap

• Pastikan bahwa perban tergulung kencang

• Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satuujung yang
diletakkan dari proksimal ke distal menutupsepanjang bagian tubuh, yang
akan dibalut dari distal keproksimal (terakhir ujung yang dalam tadi diikat
dengan ujungsecukupnya). Atau bisa dimulai dari bawah lukalalu balut
lurus 2 kali. yang lain (distal)

• Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilangdan


tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatanberikutnya. Setiap
balutan menutupi duapertiga bagiansebelumnya.
• Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung perban, kunci
dengan peniti atau jepitan perban.

d) Plester (pembalut berperekat)

Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi padasendi yang
terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patahtulang. Cara pembidaian
langsung dengan plester disebutstrapping. Plester dibebatkan berlapis-lapis
dari distal keproksimal dan untuk membatasi gerakan perlu pita yang masing-
masing ujungnya difiksasi dengan plester.

Untuk menutup luka yang sederhana dapat dipakai plester yang sudah
dilengkapi dengan kasa yang mengandung antiseptik (Tensoplast, Band-aid,
Handyplast dsb).

Cara membalut luka terbuka dengan plester:

• luka diberi antiseptik

• tutup luka dengan kassa

• baru letakkan pembalut plester.

e) Kassa steril

Kasa steril ialah potongan-potongan pembalut kasa yang sudahdisterilkan dan


dibungkus sepotong demi sepotong. Pembungkustidak boleh dibuka sebelum
digunakan. Digunakan untuk menutup luka-luka kecil yang sudah
didisinfeksiatau diobati (misalnya sudah ditutupi sofratulle), yaitusebelum
luka dibalut atau diplester
f) Pembalut lainnya

• Snelverband: pembalut pita yang sudah ditambah kasa penutup luka, dan
steril. Baru dibuka saat akan digunakan, sering dipakai untuk menutup
luka-luka lebar.

• Sofratulle: kasa steril yang sudah direndam dalam antibiotika. Digunakan


untuk menutup luka-luka kecil.

3. Prosedur Pembalutan:

a) Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalutdengan menjawab
pertanyaan ini:

• Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam


pembalutdigunakan dan ukuran pembalut bila menggunakan pita)

• Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan


perdarahan)

• Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)

• Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk


menentukan perlu dibidai/tidak?)

b) Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.

c) Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut
dengan pembalut yang mengandung desinfektan. Jika terjadi
disposisi/dislokasi perlu direposisi. Urut-urutan tindakan desinfeksi luka
terbuka:

• Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk
melindungi luka selama didesinfeksi.
• Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat
antiseptik.

• Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril
untuk membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di
dalamnya.

• Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu)


kotoran yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.

• Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa.


Kemudian di atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.

• Kemudian berikan balutan yang menekan.

Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian pendarahan dapat dilakukan


dengan cara:

a) Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti atau sampai


pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan.

b) Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan


paling lama 15 menit.

c) Pengikatan dengan tourniquet.

• Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.

• Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk pendarahan di


lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk pendarahan di kaki)

• Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi


dengan kain atau kasa untuk mencegah lecet di kulit yang terkena
torniket. Untuk torniket kain, perlu dikencangkan dengan sepotong
kayu. Tanda torniket sudah kencang ialah menghilangnya denyut nadi
di distal dan kulit menjadi pucat kekuningan.

• Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka


ditekan dengan kasa steril.

d) Elevasi bagian yang terluka

e) Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:

• Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang perlu


difiksasi

• Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian tubuh yang lain

• Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok


penderita.

• Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis, yang


paling bawah letaknya di sebelah distal.

• Tidak mudah kendor atau lepas.

B. PEMBIDAIAN

1. Pengertian.

Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang
kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian
tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat dan
mengurangi rasa sakit. Maksud dari immobilisasi adalah:

• Ujung-ujung dari ruas patah tulang yang tajam tersebut tidak merusak
jaringan lemah, otot-otot, pembuluh darah, maupun syaraf.

• Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat, berarti pula mencegah terjadinya
syok karena rasa nyeri yang hebat.
• Tidak membuat luka terbuka pada bagian tulang yang patah sehingga
mencegah terjadinya indfeksi tulang.

Pembidaian tidak hanya dilakkukan untuk immobilisasi tulang yang patah


tetapi juga untuk sendi yang baru direposisi setelah mengalami dislokasi.
Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya
menjadi kendor sehingga gampang mengalami dislokasi kembali, untuk itu
setelah diperbaiki sebaiknya untuk sementara waktu dilakukan pembidaian

2. Tujuan

Tujuan dari pembidaian itu sendiri adalah :

• Mengurangi/menghilangkan nyeri dengan cara mencegah pergerakkan


fragmen tulang,sendi yang dislokasi dan jaringan lunak yang rusak.

• Mencegah kerusakan lebih lanjut jaringan lunak (otot,medula


spinalis,syaraf perifer,pembuluh darah) akibat pergerakan ujung fragmen
tulang.

• Mencegah laserasi kulit oleh ujung fragmen tulang ( fraktur tertutup jadi
terbuka).
• Mencegah gangguan aliran darah akibat penekanan ujung fragmen tulang
pada pembuluh darah.

• Mengurangi/menghentikan perdarahan akibat kerusakan jaringan lunak.

Pembidaian sendiri bisa di lakukan dengan alat alat sederhana yang ada di sekitar
kita, seperti kain, selendang, jarik, bantal, kayu atau alat bidai khusus bila berada
di fasilitas kesehatan.

3. Prinsip

Prinsip prinsip pembidaian adalah sebagai berikut :

• Buka pakaian yang menutup bagian anggota tubuh yang akan di bidai.

• Lakukan pemeriksaan status vaskular ( denyut nadi dan pengisian kapiler)


serta status motorik dan sensorik di distal trauma.

• Tutup semua luka dengan kasa steril atau dengan kain yang bersih.

• Jangan memindahkan/menggerakkan anggota gerak sebelum dilakukan


pembidaian.

• Pada kasus fraktur,pembidaian harus mencakup 2 sendi di bagian


proksimal (atas) dan distal ( bawah) dari fraktur tersebut.

• Pada trauma sendi,pembidaian harus mencakup tulang di sebelah


proksimal dan distal sendi.

• Semua bidai harus di beri bantalan lunak agar tidak merusak jaringan
lunak (otot) sekitarnya.

• Selama pembidaian anggota gerak harus di topang dengan tangan untuk


mernghindari trauma lebih lanjut.
• Jika terjadi deformitas ( berubah bentuk), lakukan traksi ( penarikan)
untuk memulihkan kesejajaran anggota gerak (realignement).

• Jika terdapat tahanan saat di lakukan traksi,pembidain dilakukan pada


posisi apa adanya.

• Pembidaian trauma tulang belakang dilakukan dengan prinsip neutral in-


line position.

• Jika ragu ragu apakah terjadi patah tulang/fraktur,dislokasi tetap lakukan


pembidaian.

4. Prosedur Pembidaian

• Siapkan alat-alat selengkapnya

• Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan


rawat lukanya dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.

• Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang,
diukur dahulu pada sendi yang sehat.

• Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di


antara bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit,
pembuluh darah, atau penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh yang
ada tonjolan tulang.

• Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dll) dimulai
dari sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang
tepat di atas bagian fraktur. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya,
tidak pada permukaan anggota tubuh yang dibidai.

• Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya
agar secara keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
• Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.

• Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pembidaian adalah proses yang digunakan untuk imobilisasi fraktur dan dislokasi.
Pembidaian harus memfiksasi tulang yang patah dan persendian yang berada di atas dan
dibawah tulang yang fraktur. Jika yang cedera adalah sendi, bidai harus memfiksasi sendi
tersebut beserta tulang disebelah distal dan proximalnya.

Digunakan untuk imobilisasi ujung tulang yang patah dari fraktur femur sehingga
dapat terhindari kerusakan yang lebih lanjut. Traksi merupakan aplikasi dari kekuatan
yang cukup untuk menstabilkan patah tulang yang patah, traksi bukanlah meregangkan
atau menggerakkan tulang yang patah sampai ujung-ujung tulang yang patah menyatu.

Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat
tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah
tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit.
Pembalut harus dipasang cukup kuat untuk mencegah pergerakan tapi tidak terlalu kencang
sehingga mengganggu sirkulasi atau menyebabkan nyeri. Dalam usaha untuk mencegah
pergesekan dan ketidaknyamanan pada kulit, penggunaan bantalan lunak dianjurkan sebelum
melakukan balutan. Pengikatan selalu dilakukan di atas bidai atau pada sisi yang tidak cedera,
kalau kedua kaki bawah mengalami cedera, pengikatan dilakukan di depan dan diantara bagian
yang cedera.

Periksa dengan interval 15 menit untuk menjamin bahwa pembalut tidak terlalu kencang
akibat pembengkakan dari jaringan yang cedera. Lewatkan pembalut pada bagian lekuk tubuh
seperti leher, lutut dan pergelangan kaki jika diperlukan.

B. SARAN

Dalam melakukan penanganan korban trauma di usahakan kita harus bertindak hati-hati
dalam melakukan tindakan agar kondisi pasien tetap terjaga atau tidak jatuh lebih buruk
lagi. Upayakan dalam mengevakuasi korban, posisi di pertahankan datar.

DAFTAR PUSTAKA

http://ardhy10.wordpress.com/2011/10/04/pembalutan-dan-pembidaian/ diakses pada


tanggal 20 November 2012 jam 13.15 WIB

http://askep.blogdetik.com/2009/01/14/fraktur-dan-dislokasi/ diakses pada tanggal 20


November 2012 jam 13.30 WIB

http://s3nja-sor3.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-pembidaian.html pada
tanggal 20 November 2012 jam 13.35 WIB

Anda mungkin juga menyukai