Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN

PRAKTIKUM PENJAHITAN LUKA LASERASI PADA PERINEUM


DAN JALAN LAHIR

Oleh :

ANDI DIANA DAMAYANTI HASBA

PO713211191.008

Jurusan Kebidanan
Program studi Diploma III Kebidanan
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan Hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini. Kami berterima kasih
kepada seluruh pihak yang mendukung dan membantu kami dalam penyelesaian
laporan ini. Di dalam laporan ini kami menyajikan hal – hal yang terkait
dengan laporan praktikum Penjahitan Luka Laserasi Pada Perineum dan Jalan
Lahir yang telah saya praktekkan sendiri.
Kami sangat berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat, baik bagi diri
kami sendiri maupun kepada pembaca. Namun, kami sangat menyadari bahwa
laporan ini masih memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu, kami sangat
mengharapkan partisipasi para pembacapersalinan berikan kritik maupun saran
demi penyempurnaan laporan ini. Terima Kasih.

Makassar 17 Desember 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyembuhan luka pada ibu pasca bersalin dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya mobilisasi dini, nutrisi, dan perawatan perineum ( kebersihan diri)
(Anggraeni, 2010).

Luka dapat sembuh melalui proses utama (primary intention) yang terjadi ketika
tepi luka disatukan (approximated) dengan menjahitnya. Jika luka dijahit,
terjadi penutupan jaringan yang disatukan dan tidak ada ruang yang kosong.
Oleh karena itu, dibutuhkan jaringan granulasi yang minimal dan kontraksi
sedikit berperan. Penyembuhan yang kedua yaitu melalui proses sekunder
(secondary intention) terdapat defisit jaringan yang membutuhkan waktu yang
lebih lama (Boyle, 2008).

Rumusan Masalah

Membuktikan bahwa perlunya melakukan penjahitan luka laserasi pada


perineum dan jalahir

Tujuan

Tujuan penjahitan robekan perineum adalah untuk menyatukan kembali


jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Penjahitan Luka Laserasi Pada Perineum dan Jalan Lahir

Irianto (2014) menyatakan, laserasi perineum merupakan robekan yang terjadi


saat bayi lahir baik secara spontan maupun dengan menggunakan alat-alat
tindakan, robekan ini umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin terlalu cepat keluar. Menurut Maryunani (2016)
menyebutkan, laserasi perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum
yang biasanya disebabkan oleh trauma saat persalinan. Jadi dapat disimpulkan
laserasi perineum adalah perlukaan yang terjadi akibat robekan di jaringan
antara vulva dan anus yang terjadi baik secara spontan maupun dengan
tindakan.

2. Fakor Penyebab Laserasi Perineum

Beberapa hal berikut menjadi penyebab terjadinya laserasi perineum, antara lain
:

a. Faktor janin, meliputi :

1) Bayi besar (lebih dari 4000 gram)

2) Posisi kepala oksipital posterior

3) Distosia bahu

b. Faktor ibu, meliputi :

1) Kala dua persalinan yang lama

2) Presipitasi persalinan

3) Arkus subpubis yang sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula

4) Paritas (Liu, 2010).

3. Tanda dan gejala laserasi perineum Adapun tanda dan gejala terjadinya
laserasi perineum, sebagai berikut :

a. Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir


b. Kontraksi rahim baik

c. Plasenta lahir lengkap 18

d. Wajah pucat dan lemah (Sukarni K & ZH, 2013).

4. Dampak laserasi perineum Terjadinya laserasi perineum dapat menimbulkan


beberapa dampak yang, antara lain :

a. Pada 10% ibu merasa nyeri dan tidak nyaman, akan berakhir 3-18 bulan
setelah pelahiran

b. Sebanyak 20% ibu akan mengalami dispareuni superfisial (nyeri pada daerah
genital bagian luar saat berhubungan intim) sekitar 3 bulan

c. Sebanyak 3-10% ibu melaporkan mengalami inkontinensia usus, biasanya


mengalami masalah flatus

d. Sebanyak 20% ibu mengalami inkontinensia urine

e. Kerusakan spingter anal terjadi pada 36% setelah pelahiran per vaginam (Liu,
2010).

f. Jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan perdarahan dan bisa


mengalami syok hipovolemik akibat perdarahan. Menilai kehilangan darah
yaitu dengan cara memantau tanda vital, mengevaluasi asal perdarahan
(Sumarah dkk., 2009).

g. Infeksi pasca persalinan juga berisiko terjadi sebab luka tidak segera menyatu
sehingga timbul jaringan parut selain itu, laserasi perineum dapat dengan mudah
terkontaminasi feses terutama derajat 3 dan 4 karena lokasinya dekat dengan
anus (Mochtar, 2013).

5. Penanganan laserasi perineum Periksa terlebih dahulu keadaan laserasi secara


keseluruhan untuk mengetahui tingkat keparahan laserasi, kemudian dilakukan
teknik penjahitan laserasi perineum 19 disesuaikan dengan derajat laserasinya.
Tindakan yang dilakukan untuk menangani laserasi perineum, sebagai berikut :
a. Laserasi derajat satu Jika laserasi terjadi di bagian permukaan perineum dan
tidak mengakibatkan perdarahan seperti pada derajat satu, laserasi dapat
dibiarkan, dengan tetap mempertahankan luka dalam keadaan bersih (Liu,
2010). b. Laserasi derajat dua, tiga dan empat Pada laserasi derajat dua, tiga dan
empat dilakukan tindakan penjahitan.

BAB III
METODE DAN HASIL PRAKTIKUM

A. Judul kegiatan : Penjahitan Luka Laserasi Pada Perineum dan Jalan Lahir

B. Tujuan pengamatan :

Tujuan Asuhan Persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai selama


persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman,
dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.

C. Waktu dan tempat :

Hari / Tanggal : Senin / Desember 2020

Tempat : Labolatorium Poltekkes Kemenkes Makassar

D. Alat Dan Bahan :

1. Phantom penjahitam luka perineum


2. Heacting Set yang berisi 1 buah naldpoder, 1 buah picet chirurgis, 1 buah
picet anatomi, Benang cat gut, 1 pasang handscoen, tampon, kassa
3. Jarum heacting set yaitu jarum otot ukuran sedang, jarum otot ukuran
besar, jarum kulit ukuran kecil, jarum kulit ukuran sedang
4. Perlak/ kain bersih
5. Nierbekken
6. Tempat sampa
7. Laruran klorin 0,5%
8. Lampu sorot
9. Alat pelindung diri

E. Langkah Kerja

1. Siapkan seluruh peralaran yang dibutuhkan


2. Periksa kondisi ibu, pasang infus jika diperlukan
3. Jelaskan kepada ibu prosedur yang akan dilakukan
4. Bantu ibu mengambil posisi nyaman untuk penjahitan
5. Cuci tangan dan keringkan. Gunakan sarung tagan DTT/ steril
6. Kosongkan kandung kemih jika diperlukan
7. Minta ibu dan keluarga untuk melakukan masase
8. Berikan anastesi local (lihat penuntun belajar pemberian anastesi local)
PENJAHITAN
1. Setelah memberikan anastesi local, pastikan bahw daerah tersebut
sudah dianastesi, dan telusuri dengan hati-hati menggunakan satu jari
untuk secara jelas menentukan batas-batas luka
2. Nilai kedalam luka dan jaringan mana yang terluka
3. Dekatkan tepi laserasi untuk menentukan ara menjahitnya menjadi
satu dengan mudah
4. Jahitan pertama kurang lebih 1 cm di atas ujung laserasi di bagian
dalam vagina dank at
5. Lakukan penjahitan dengan menggunakan tekni jelujur sampai kea rah
fourcette dan buar simpul
6. Tusukkan jarum dari dalam mukosa vagina kea rah forcette sampai
jarum keluar dari otot perineum
7. Teruskan ke arah bawah menggunakan jahitan jelujur, hingga
mencapai bagian bawah laserasi
8. Setelah mencapi ujung laserasi bagian bawah, arahkan jarum ke atas
dan teruskan penjahitan menggunakan teknik subkutikuler
9. Ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina
10. Potong ujung benang dan menyisakan sekitar 1,5 cm. jika ujung
benang dipotong terlalu pendek, maka simpul akan longgar dan
laserasi akan membuka
MELAKUKAN PROSEDUR PASCA JAHITAN
11. Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan bahwa
tidak ada kasa atau peralatan yang tertinggal di dalam
12.Masukkan jari paling kecil ke dalam anus dengan lembut
13.Jika ada jahitan yang teraba, ulangi pemeriksaan rectum enam minggu
paska persalinan
14.Cuci daerah genital dengan sabun dan air DTT
15. Keringkan daerah genitalia ibu
16. Buang sampah sesua prosedur PIP
17. Bereskan seluruh peralatan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
18. Buka sarung tangan, cuci dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan
KONSELING
Nasehat ibu untuk :
a. Menjaga perineum selalu bersih dan kering
b. Menghindari penggunaan obat-obat tradisional pada perineum
c. Mencuci perineum dengan sabun dan air bersih yang mengalir tiga
sampai empat kali perhari
d. Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya.
Ibu harus kembali lebih awal jika mengalami demam atau
mengeluarkan cairan yang berbau busuk dari daerah lukanya atau
jika daerah tersebut menjadi lebih nyeri

Hasil Praktikum

Setelah melakukan praktikum saya bisa melihat sendiri bagaimana cara


melakukan penjahitan luka laserasi pada perineum dan jalan lahir dan
bagaimana akibat jika hal tersebut tidak ditangani oleh orang yang
berkompeten.

Saya juga bisa mengerti bagaimana kita harus berhati hati dalam melakukan
penjahitan luka laserasi pada perineum dan jalan lahir.
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Prinsip penjahitan luka perineum dilakukan setelah memeriksan keadaan


robekan secara keseluruhan. Jika robekan terjadi pada derajat III dan IV, segera
siapkan tindakan rujukan, sebelumnya dilakukan tindakan penghentian
perdarahan pada robekan tingkat jika terjadi. Untuk mendiagnosa berapa derajat
robekan dan melakukan penjahitan memerlukan pencahayaan yang cukup.16

Penggunaan benang jika dibandingkan antara catgut atau chromic,


menggunakan benang polyglactil (vicryl) akan lebih mudah menyerap dan
mengurangi nyeri perineum setelah penjahitan.18

B. Saran

Teknik penjahitan robekan perineum disesuaikan dengan derajat laserasinya.


Bagi bidan tentunya harus menyesuaikan dengan wewenang bidan yang diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464 Tahun
2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, pada pasal 10 ayat 3
butir (b) yaitu hanya luka jalan lahir derajat I dan II.17
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/136/jtptunimus-gdl-rezamegapr-6787-2-
babi.pdf

http://akbidbinahusada.ac.id/publikasi/artikel/83-pencegahan-
danpenatalaksanaan-cedera-perineum-dalam-persalinan

Anda mungkin juga menyukai