Anda di halaman 1dari 10

JKSP Volume 2 Nomor 2, 31 Agustus 2019

Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana


ISSN 2615-6571 (Print), ISSN 2615-6563 (Online)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH
Optimalisasi Manajemen Konflik: Perilaku Asertif Dalam Keperawatan

Conflict Management Optimization: Asertive Behavior In Nursing

Cicilia Ika Wulandari1, Enie Novieastari2, Sri Purwaningsih3


1.
Prodi Keperawatan, STIK Sint Carolus Jakarta , 2Departemen Dasar Keperawatan, FIK
Universitas Indonesia , 3Bidang Keperawatan RSUP Persahabatan Jakarta
email: ciciliaikawulandari@gmail.com

Submisi: 18 Maret 2019; Penerimaan: 20 Juni 2019; Publikasi : 31 Agustus 2019

ABSTRAK
Keperawatan profesional dituntut untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dengan
berperilaku asertif. Perilaku asertif bagi perawat penting dilakukan sebagaimana perawat bekerja
selalu berinteraksi dengan orang lain. Tujuan dari penelitian ialah untuk mendeskripsikan
gambaran perilaku asertif dalam keperawatan di rumah sakit. Keterbaruan penelitian dapat
digunakan untuk mengoptimalisasikan manajemen konflik, perilaku asertif dalam keperawatan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian deskriptif dengan metode survei.
Pelaksanaan penelitian dimulai dari analisis situasi, identifikasi masalah, penentuan prioritas
masalah, pembuatan rencana aksi, implementasi, dan evaluasi. Sampel penelitian melibatkan 55
perawat yang dipilih secara random sampling pada ruang rawat inap. Perhitungan sampel
menggunakan rumus Rule of Thumb dan didapatkan 55 perawat. Hasil identifikasi menunjukkan
terdapat perawat yang belum bersikap asertif, yaitu 53% perawat bersikap pasif dan 25% perilaku
perawat bersikap agresif. Perilaku tidak asertif dalam bekerja dapat menyebabkan terjadinya
konflik, seperti konflik tugas, konflik komunikasi, konflik struktur, konflik intrapersonal, dan
konflik intragroup. Kemampuan manajemen konflik, khususnya teknik asertif bertujuan untuk
membatasi dan menghindari kekerasan, dengan mendorong perubahan perilaku positif bagi pihak-
pihak terlibat khususnya perilaku asertif. Konflik yang dapat dikelola dengan baik dapat
memberikan efek pelayanan keperawatan yang berkualitas. Rekomendasi yang diberikan yaitu
dapat melakukan penguatan regulasi dan peningkatan pengetahuan manajemen konflik khususnya
perilaku asertif dalam keperawatan.

Kata kunci: Asertif, Manajemen Konflik, Perawat

ABSTRACT
Professional nursing is needed to provide quality services with assertive behavior. Assertive
behavior for nurses is important because nurses work always interacting with others. The purpose
of this study was to describe a description of assertive behavior in hospital nursing. Research
renewal can be used to optimize conflict management, assertive behavior in nursing. The method
used in this study is descriptive research with survey methods. Implementation of research starts
from situation analysis, problem identification, determining priority problems, making action
plans, implementation, and evaluation. The study sample involved 55 nurses who were randomly
selected in the inpatient room. Sample calculation uses the Rule of Thumb formula and obtained
55 nurses. The identification results showed that there were nurses who were not assertive, namely
53% of passive nurses and 25% of nurses being aggressive. Non-assertive behavior in work can
cause conflicts, such as task conflicts, communication conflicts, structural conflicts, intrapersonal
conflicts, and conflicts between groups. Conflict management abilities, especially assertive
techniques aim to limit and avoid violence, by encouraging positive behavioral changes for the
parties involved, especially assertive behavior. Conflicts that can be managed properly can have
the effect of quality nursing services. The recommendations provided are able to strengthen
regulations and increase conflict management knowledge, especially assertive behavior in
nursing.

Keywords: Assertive, Conflict Management, Nurse

111 | Cicilia Ika Wulandari, Enie Novieastari, Sri Purwaningsih : Optimalisasi Manajemen
Konflik: Perilaku Asertif Dalam Keperawatan
JKSP Volume 2 Nomor 2, 31 Agustus 2019

PENDAHULUAN mengarah kearah yang positif agar


Perilaku asertif bagi perawat pemberian pelayanan keperawatan
penting dilakukan sebagaimana dapat berkualitas.
perawat bekerja selalu berinteraksi Perilaku asertif dalam manajemen
dengan orang lain. Asertif konflik merupakan hal yang penting
merupakan tindakan mengemukakan untuk dipelajari. Konflik saat ini
pendapat atau ekpresi tidak setuju menjadi sebuah perhatian yang besar
tanpa menyakiti orang lain.1 oleh peneliti-peneliti, karena menjadi
Keperawatan merupakan profesi yang ancaman global di setiap organisasi.6
mengharuskan berinteraksi dengan Delapan dari sepuluh tenaga
pasien, intradisiplin dan masyarakat. kesehatan diperkirakan mengalami
Perbedaan nilai, persepsi, budaya, konflik dalam menjalankan tugasnya.7
latar belakang antara satu dengan Manajer keperawatan menghabiskan
yang lain dapat memicu terjadinya 20% waktunya untuk mengatasi
sebuah konflik.1,2 Berperilaku tidak konflik.5 Konflik merupakan hal yang
asertif seorang perawat dalam bekerja penting untuk dikelola dengan baik
dapat menyebabkan terjadinya dengan bersikap asertif.
konflik. Rumah sakit Persahabatan
Konflik tidak dapat dihindari, merupakan rumah sakit tipe A
melainkan dapat dikelola agar berdasarkan Keputusan Menteri
memberikan dampak positif sebagai Kesehatan Republik Indonesia Nomor
sebuah pembelajaran. Salah satu cara 514/MENKES/SK/III/2011. Rumah
mencegah terjadinya konflik ialah Sakit Persahabatan mengedepankan
dengan berperilaku asertif. Konflik kolaborasi interdisiplin. Hubungan
dapat bersifat negatif (merugikan) kerja antar perawat dan dengan
tetapi dapat bersifat positif interdisiplin, pasien dan keluarga
(menguntungkan), tergantung berpotensi menimbulkan konflik.
bagaimana konflik dikelola.4 Konflik Hasil wawancara dengan beberapa
yang sedikit dapat membuat suatu kepala ruangan rawat inap
organisasi statis dan konflik yang mengatakan bahwa, konflik yang
terlalu banyak dapat menyebabkan paling sering terjadi ialah konflik
kehancuran. intrapersonal. Konflik intrapersonal
Konflik dapat mempengarui perawat terjadi akibat kurangnya
kualitas pelayanan keperawatan. perilaku asertif.
Konflik yang tidak diselesaikan Keperawatan profesional dituntut
secara tepat dapat merusak kesatuan untuk memiliki keahlian dalam
unit kerja dan menimbulkan situasi manajemen konflik khususnya
yang tidak menyenangkan, sehingga perilaku asertif sebagai pencegahan
dapat menurunkan produktivitas.5 terjadinya konflik dan keterampilan
Manajemen konflik yang tidak efektif dalam menangani situsai konflik
dapat menyebabkan kondisi kerja secara efektif. Hasil penelitian
yang tidak sehat, permainan menunjukkan bahwa perilaku asertif
kekuasaan, ketidakpuasan klien, memiliki korelasi positif dengan
penurunan kualitas perawatan, dan kepuasan komunikasi interpersonal
peningkatan biaya kesehatan.1 yang pada akhirnya menghasilkan
Dampak konflik diharapkan pelayanan keperawatan yang
112 | Cicilia Ika Wulandari, Enie Novieastari, Sri Purwaningsih : Optimalisasi Manajemen
Konflik: Perilaku Asertif Dalam Keperawatan
JKSP Volume 2 Nomor 2, 31 Agustus 2019

berkualitas.5 Manajemen konflik pembimbing. Data responden setiap


dalam keperawatan merupakan salah instrumen menggunakan inisial dan
satu implementasi yang mendukung tidak dimunculkan didalam penyajian
pelayanan prima.8 analisis data.
Tujuan dari penelitian ini ialah Identifikasi akar masalah
untuk mendeskripsikan gambaran menggunakan analisis fish bone. Akar
perilaku asertif dalam keperawatan di masalah ini selanjutnya dipilih
rumah sakit. Keterbaruan penelitian sebagai penyelidikan metode survei.
dapat digunakan untuk Implementasi untuk penyelesaian
mengoptimalisasikan manajemen masalah diselesaikan dengan
konflik, perilaku asertif dalam menggunakan proses plan do check
keperawatan. action (PDCA) yang dimulai dari
penetapan rencana, implementasi,
METODOLOGI PENELITIAN evaluasi, dan rencana tindak lanjut.
Metode yang digunakan dalam Implementasi dilakukan dengan
penelitian ini ialah penelitian memberikan brainstorming kepada
deskriptif dengan metode survei. perawat, pembuatan pedoman,
Metode survei merupakan standar operational prosedur (SOP),
penyelidikan untuk memperoleh buku saku perilaku asertif dan
keadaan sesuai dengan fakta-fakta. pembentukan tim champion asertif.
Penelitian survei dimulai dari Evaluasi yang dilakukan
analisis situasi/ identifikasi masalah, menggunakan lembar evaluasi,
penentuan prioritas masalah, wawancara dan observasi. Hasil
pembuatan rencana aksi, evaluasi dilakukan analisis deskriptif
implementasi, dan evaluasi. untuk melihat kesenjangan yang
Asesmen awal dilakukan melalui terjadi pada saat pelaksanaan dengan
studi dokumen, observasi dan membandingkan dari literatur.
wawancara. Metode survei
menggunakan dua jenis kuesioner HASIL
sebagai instrumen pengumpulan data, Hasil analisis situasi dapat dilihat
yaitu instrumen manajemen konflik sebagai berikut.
Thomas Killman dan Organizational Diagram 1
Communication Conflict Instrument Gaya Manajemen Konflik OCCI
(OCCI). Sampel penelitian (n= 55)
melibatkan 55 perawat yang dipilih
secara random sampling pada ruang
rawat inap. Pengumpulan data melalui
wawancara dilakukan kepada 3
perawat yaitu kepala bidang
keperawatan, kepala instalasi rawat
inap dan kepala ruangan.
Bentuk pertimbangan etik dari
(Sumber: data primer yang diolah)
penelitian metode survei adalah
Diagram 1. menjelaskan bahwa
seluruh instrumen dan pedoman
31% perawat memiliki gaya
wawancara yang digunakan terlebih
manajemen konflik kolaborasi.
dahulu dikonsulkan kepada
113 | Cicilia Ika Wulandari, Enie Novieastari, Sri Purwaningsih : Optimalisasi Manajemen
Konflik: Perilaku Asertif Dalam Keperawatan
JKSP Volume 2 Nomor 2, 31 Agustus 2019

yang telah diidentifikasi oleh penulis


Diagram 2 ditulis dalam bentuk diagram
Gaya Manajemen Konflik Thomas fishbone. Berikut merupakan analisis
& Kilman (n= 55) fishbone.

(Sumber: data primer yang diolah)

Diagram 2 menjelaskan bahwa


31% perawat menggunakan
manajemen konflik kompromi.

Diagram 3
Perilaku Asertif perawat, (n= 55)
Diagram 4
Analisis Fishbone

Diagram 4 menunjukkan bahwa


belum optimalnya manajemen konflik
di ruang rawat inap. Faktor penyebab
masih terdapat perawat yang masuk
(Sumber: data primer yang diolah) dalam kategori pasif dan agresif.
Perawat belum pernah mendapatkan
Diagram 3 menunjukkan bahwa 53% pengetahuan tentang manajemen
perawat masih bersikap pasif, 25% konflik, serta adanya keinginan
perawat bersikap agresif, dan hanya perawat untuk mempelajari
22% perawat bersikap asertif. manajemen konflik yang menjadi
pendorong untuk perubahan.
Hasil wawancara dengan kepala Implementasi untuk
ruang menyatakan bahwa belum mengoptimalkan manajemen konflik
mengetahui teknik asertif. Konflik khususnya teknik asertif, antara
yang terjadi pada ruang rawat inap dengan melakukan brainstorming,
antara lain konflik tugas, konflik pembentukan tim champion,
komunikasi, konflik struktur, konflik penyusunan panduan dan buku saku
intrapersonal, konflik intragroup. teknik asertif. Brainstorming
Kepala ruang menyatakan bahwa bertujuan untuk meningkatkan
belum pernah melihat atau pemahaman kepala ruangan tentang
mendapatkan pelatihan, pedoman, pentingnya implementasi manajemen
prosedur atau panduan konflik khususnya perilaku asertif.
penatalaksanaan manajemen konflik. Hasil evaluasi yang didapatkan
Beberapa faktor penyebab lainnya
114 | Cicilia Ika Wulandari, Enie Novieastari, Sri Purwaningsih : Optimalisasi Manajemen
Konflik: Perilaku Asertif Dalam Keperawatan
JKSP Volume 2 Nomor 2, 31 Agustus 2019

sebelum dan sesudah brainstorming diberikan sosialisasi dengan skala 1


dapat dilihat dalam diagram 5 dan 6. sampai 10 (n:16), ialah 51% peserta
menyatakan skala 9 dan yang
Diagram 5 terendah ialah 11% peserta
Pemahaman tentang manajemen menyatakan skala 7. Artinya
konflik: asetif sebelum diberikan pemahaman kepala ruangan dan
sosialisasi perawat tentang pentingnya
manajemen konflik: perilaku asertif
dalam keperawatan mengalami
peningkatan setelah dilakukan
implementasi brainstorming.
Hasil evaluasi menunjukkan
bahwa kepala ruangan memberikan
penerimaan positif untuk melakukan
perubahan dalam berperilaku asertif.
(Sumber: data primer yang diolah) Evaluasi kepada champion/ kepala
Diagram 5 menjelaskan bahwa ruangan dilakukan dengan cara
tingkat pemahaman perawat tentang menyebarkan lembar daftar tilik
manajemen konflik teknik asertif champion asertif untuk mengetahui
sebelum diberikan sosialisasi, dengan sejauh mana komitmen champion
skala 1 sampai 10 (n:16) ialah 43% setelah mendapatkan sosialisasi dan
peserta menyatakan skala 5 dan masih support dari rumah sakit. Berikut
terdapat 15% peserta menyatakan adalah hasil jawaban dari pertanyaan
skala 3. Artinya masih cukup banyak terhadap 4 champion:
peserta yang belum memahami
manajemen konflik teknik asertif, Tabel 1
ditandai dengan tidak adanya peserta Evaluasi Champion tentang
yang memilik skala 6 hingga 10. program asertif
Diagram 6 Pernyataan
Pemahaman tentang manajemen 1. 100% memahami perilaku
konflik: asetif setelah diberikan asertif
sosialisasi pada perawat IRIN C di 2. 100% merasa layak menjadi
RSUP Persahabatan role model asertif
3. 100% merasa dapat
berperilaku asertif
4. 100% menuliskan perilaku
asertif pada buku saku asertif

Tabel 1 menunjukkan data hasil


evaluasi komitmen champion
menunjukkan bahwa 100%
berkomitmen tinggi dalam
(Sumber: data primer yang diolah) menjalankan perannya sebagai role
Diagram 6 menunjukkan bahwa model asertif.
tingkat pemahaman perawat setelah

115 | Cicilia Ika Wulandari, Enie Novieastari, Sri Purwaningsih : Optimalisasi Manajemen
Konflik: Perilaku Asertif Dalam Keperawatan
JKSP Volume 2 Nomor 2, 31 Agustus 2019

menghindar, smoothing
PEMBAHASAN (melancarkan), akomodasi.11
Manajemen konflik dalam Hasil penelitian menunjukkan
keperawatan khususnya perilaku bahwa manajemen konflik pada
asertif merupakan salah satu profesi perawat pada umumnya
implementasi yang mendukung adalah kompromi/negosiasi.12 Hasil
pelayanan keperawatan. Perawat baik kuesioner menunjukkan bahwa 53%
pelaksana dan kepala ruangan perilaku perawat pasif dan 25%
bertugas untuk memberikan motivasi, perilaku perawat agresif. Perilaku
pemikiran, pengaturan untuk pasif merupakan perilaku yang
mencapai tujuan dengan mengutamakan kepentingan orang
meminimalkan hambatan/konflik.8 lain dan merasa tidak percaya diri,
Pemimpin dalam perawat bertugas sedangkan perilaku agresif ialah
memberikan motivasi kepada mempertahankan kebenaran diri
pelaksana untuk selalu bersikap sendiri.13
asertif guna mencegah terjadinya (3) Actuating, penerapan fungsi
konflik. pengarahan kepada staf seharusnya
Tugas dari seorang kepala sesuai standar secara
ruangan ialah memastikan bahwa unit berkesinambungan sehingga
kerjanya kondusif. Leader atau kepala meningkatkan kinerja staf.14
ruangan menjalankan lima fungsi Berdasarkan hasil kuesioner, 45%
POSAC dimulai dari planning, perawat menyebutkan bahwa selalu
organizing, staffing, actuating, dan orang yang menjadi pengambil
controlling.9 Hasil pengkajian keputusan dalam adalah kepala
berdasarkan POSAC menunjukkan, ruangan. Kepala ruang keperawatan
antara lain. (1) Planning, belum sebaiknya melaksanakan fungsi
adanya pedoman, prosedur atau pengarahan untuk memandu
panduan penatalaksanaan manajemen organisasi dalam mencapai tujuan
konflik. Tujuan dengan adanya yang spesifik. Pengarahan yang
perencanaan dapat membuat suatu dilakukan melalui supervisi,
kegiatan menjadi lebih strategis.10 (2) komunikasi, kolaborasi dan
11
Organizing, penyelesaian konflik koordinasi. (4) Controlling, kepala
dilakukan secara berjenjang, apabila ruang perlu untuk melakukan
terdapat masalah di unit maka kepala penilaian kinerja perawat dan
ruang akan menyelesaikannya, namun malakukan evaluasi guna memastikan
jika tidak maka akan berkoordinasi kondisi tempat kerja yang kondusif.
dengan koordinator instalasi rawat Menciptakan lingkungan kerja yang
inap. (3) Staffing, hasil kuesioner kondusif menjadi fungsi pokok yang
Thomas & Killaman dan OCCI harus dikerjakan oleh manajer
menunjukkan bahwa 31% perawat keperawatan dari level rendah sampai
memiliki gaya manajemen konflik tertinggi.15
kolaborasi dan kompromi. Beberapa Konflik yang terjadi pada ruang
ahli mengatakan bahwa gaya rawat inap, antara lain konflik tugas,
penyelesaian konflik, antara lain konflik komunikasi, konflik struktur
kompetisi, kolaborasi/negosiasi, dan konflik variabel pribadi. Sebuah
organisasi sangat dibutuhkan adanya
116 | Cicilia Ika Wulandari, Enie Novieastari, Sri Purwaningsih : Optimalisasi Manajemen
Konflik: Perilaku Asertif Dalam Keperawatan
JKSP Volume 2 Nomor 2, 31 Agustus 2019

konflik selagi masih dalam batas peran melakukan tindakan korektif


kewajaran, untuk itu diperlukan suatu dalam suatu masalah. (5) hasil akibat
manajemen konflik yang dapat terjadinya konflik, peran
mengidentifikasi dan menangani informational role (monitor dan
konflik lalu mengarahkan konflik desiminator) untuk selelu memantu
menjadi hal yang bermanfaat bagi lingkungan agar kondusif.
organisasi.16 Manajemen konflik Manajemen konflik khususnya
sangat penting diketahui oleh perawat teknik asertif sangat penting dimiliki
khususnya kepala ruangan guna oleh setiap perawat, perawat antusias
mengatasi baik konflik tugas, konflik mempelajari manajemen konflik. Hal
komunikasi, konflik stuktur dan ini dilihat dari hasil brainstorming
konflik pribadi pada unit kerjanya. yang meningkat, sebelum diberikan
Mintzberg menyatakan bahwa sosialisasi 43% peserta menyatakan
peran manajer dalam menjalankan skala 5 dan setelah diberikan
manajemen meliputi peran sosialisasi 51% peserta menyatakan
interpersonal, peran informasional skala 9 terkait pengetahuan
dan peran pengambil keputusan.11 manajemen konflik, khususnya
Peran pengambil keputusan perilaku asertif. Brainstorming
merupakan peran yang paling penting digunakan untuk meningkatkan
dalam menyelesaikan suatu konflik. pemahaman perawat dengan
Proses terjadinya konflik melalui 5 menghilangkan asumsi lama dan
tahap, dalam proses terjadinya konflik memberikan pemikiran baru.17
sebaiknya leader/ kepala ruangan Brainstorming merupakan
dapat menempatkan perannya dengan metode untuk menilai kebutuhan
tepat. (1) Pertentangan yang dengan pemikiran yang dihasilkan.14
berpotensial menyebabkan konflik, Penulis juga memperlihatkan video
pada tahap ini peran informational teknik asertif kepada peserta.
(monitor dan dessiminator) dengan Multimedia/ video dapat memberikan
memantau, memverifikasi, menjaga pembelajaran ke arah yang lebih
agar komunikasi antar staf kondusif. dinamis dan efektif dalam pemberian
(2) Terjadi kesadaran adanya suatu informasi dengan menstimulasi indra
konflik, pada ada tahap ini peran pendengaran dan pengelihatan.18
informational kepala ruangan dengan Video diberikan agar peserta tidak
memverifikasi dan mengklarifikasi merasa bosan saat mendapatkan
tentang konflik dan peran materi dan merangsang pikiran,
interpersonal (liasion) sebagai perasaan, perhatian dan kemauan
penghubung supaya kecemasan dan peserta sehingga terjadi proses
ketegangan menurun. Peran penyampaian materi. Brainstorming
interpersonal dengan memotivasi manajemen konflik penting diberikan
menjaga hubungan. (3) Niat dalam agar kepala ruang dan perawat dapat
menangani konflik, peran decision menyelesaikan konflik dengan segera,
role (negotiaror role) untuk mencari win-win solution,
kolaborasi dan kompromi. (4) memperkecil perbedaan dan persepsi
Perilaku yang di lakukan setelah antara pihak yang mengalami konflik
adanya konflik, peran sebagai dan memperluas pengertian kedua
decision role (disturbance handler): belah pihak tentang masalah,
117 | Cicilia Ika Wulandari, Enie Novieastari, Sri Purwaningsih : Optimalisasi Manajemen
Konflik: Perilaku Asertif Dalam Keperawatan
JKSP Volume 2 Nomor 2, 31 Agustus 2019

mengenali dan menerima perbedaan Di setiap ruangan telah dibentuk


individu, dan menggunakan tim champion asertif yang dilengkapi
keterampilan komunikasi yang dengan buku saku asertif. Champion
5
asertif. Peserta menyatakan hambatan asertif (kepala ruangan) bertugas
dalam menerapkan asertif ialah mengevaluasi tindakan asertif setiap
kadang masih merasa malu, kurang perawat pelaksana di unitnya. Kepala
percaya diri, budaya menolak ruang harus mempersiapkan diri
merupakan hal yang kurang sopan. dengan matang dalam menangani
Implementasi dengan membuat konflik dan perlu memiliki
panduan manajemen konflik pengetahuan terkait taktik dan strategi
merupakan ide baru yang cukup baik dalam manajemen konflik.19
dan diimbangi dengan campur tangan menyatakan bahwa merealisasikan
dari top manager dan juga stafnya. program menjadi tindakan nyata,
Seorang leader harus memiliki dapat dilakukan dengan tiga langkah,
kemampuan menyaring ide-ide baru yaitu: memotivasi staf; menghargai
agar dapat diimplementasikan ke staf: dan menerapkan proses
dalam tindakan nyata untuk perencanaan, dalam hal ini yaitu tim
mewujudkan tujuan organisasi.19 champion menerapkan perilaku
kreatif dibangun dengan membuat asertif.
kombinasi baru dengan kemampuan Implementasi dengan membuat buku
melihat relasi-relasi nyata. saku digunakan sebagai media
Penyusunan draf panduan dan SOP melaksanakan latihan asertif. Buku
manajemen konflik dalam saku sebagai pedoman yang memuat
keperawatan bermanfaat sebagai sumber-sumber yang dibutuhkan.21
dasar dalam melaksanakan Buku saku yang efektif berisi tentang
manajemen konflik, dalam panduan informasi yang spesifik, tepat sasaran,
juga terdapat alur manajemen konflik dan mampu memberikan pengetahuan
untuk memberikan gambaran kepada baru kepada pembaca.22 Buku saku
kepala ruangan dalam mempermudah perawat dalam belajar
mengimplementasikan manajemen melakukan latihan asertif dan
konflik mulai dari pra konflik, konflik mengevaluasi perilaku asertif pada
dan pasca konflik.5 menyatakan diri sendiri.
bahwa manajer juga bertanggung Kurt Lewin (1951) menyatakan
jawab mengkaji ulang dan merevisi bahwa tahap dalam perubahan dibagi
kebijakan dan prosedur agar tetap menjadi tiga, antara lain (1) Pencairan
baru dan dapat diaplikasikan. Proses (Unfreezing) dalam tahap ini sudah
review SPO dilakukan secara berkala ada motivasi dan kemauan yang kuat
dan sistematis dalam perencanaan.20 dari champion asertif atau kepala
Alur yang dibuat tersusun dan ruangan untuk berubah dan
menguraikan kebijakan-kebijakan memotivasi para perawat untuk
yang akan dijalankan oleh kepala berperilaku asertif. (2) Bergerak
ruangan sehingga pelaksanaan akan (Moving) tahap ini kepala ruangan
lebih efektif. Pembuatan kebijakan mulai mengikuti program manajemen
yang tepat dan efektif akan membantu konflik: perilaku asertif yang telah
kepala ruangan dalam bekerja. dibuat sejak telah diberikan
brainstorming. (3) Pembekuan
118 | Cicilia Ika Wulandari, Enie Novieastari, Sri Purwaningsih : Optimalisasi Manajemen
Konflik: Perilaku Asertif Dalam Keperawatan
JKSP Volume 2 Nomor 2, 31 Agustus 2019

(Refreezing) keadaan ini akan terjadi pelayanan keperawatan yang berfokus


ketika seluruh kepala ruangan dan pada pasien. Kemampuan manajemen
perawat akan benar-benar patuh konflik: teknik asertif bertujuan untuk
terhadap pelaksanaan manajemen membatasi dan menghindari
konflik.5 Reefrezing terjadi saat kekerasan, dengan mendorong
keadaan mencapai tingkat/tahap baru perubahan perilaku positif bagi pihak-
atau mencapai keseimbangan baru.11 pihak terlibat khususnya perilaku
Peran dan fungsi leader dalam asertif.
memanajemen konflik, antara lain Peran leader sangat penting dalam
sadar diri dan bekerja dengan pembinaan manajemen konflik
sungguh-sungguh dalam khususnya mencegah terjadinya
menyelesaikan konflik, mencari konflik dan menciptakan lingkungan
penyelesaian menang-menang (win- kerja yang kondusif. Latihan asertif
win solution) jika memungkinkan, harus dilakukan setiap hari dengan
memperkecil perbedaan persepsi memantau buku saku. Kepala ruangan
antara pihak yang mengalami konflik sebagai champion asertif di setiap
dan memperluas pengertian kedua unitnya diharapkan dapat menjadi
belah pihak tentang masalah, role model dan mengevaluasi perawat
membantu pegawai mengidentifikasi pelaksana.
alternatif penyelesaian konflik,
menjadi model peran yang jujur dan UCAPAN TERIMAKASIH
mengupayakan negosiasi dan Terima kasih kepada FIK Universitas
kolaboratif. Fungsi leader (kepala Indonesia, STIK Sint Carolus dan
ruangan) dalam manajemen konflik, RSUP Persahabatan atas
antara lain menciptakan lingkungan dukungannya dalam proses penelitian
kerja yang meminimalkan kondisi dan publikasi naskah ini.
pencetus konflik, jika perlu secara
formal memfasilitasi penyelesaian DAFTAR PUSTAKA
konflik yang melibatkan pegawai.23 1. Chang, Y.-P., Schneider, J. K., &
Implementasi yang telah Sessanna, L. Decisional conflict
dilaksanakan sangat bermanfaat agar among Chinese family caregivers
konflik yang terjadi dalam regarding nursing home placement of
keperawatan mengarah pada konflik older adults with dementia. Journal of
yang positif. Kemampuan manajemen Aging Studies. 2011 25(4), 436–444.
konflik guna pencegahan konflik https://doi.org/10.1016/j.jaging.2011.
bertujuan untuk membatasi dan 05.001
menghindari kekerasan dengan 2. Humaira, L. Hubungan antara gaya
mendorong perubahan perilaku positif penyelesaian konflik dengan kepuasan
bagi pihak-pihak terlibat.24 Konflik kerja pada perawat. 2008 Tesis UI:
Fakultas ilmu Psikolog
yang dapat dikelola dengan baik dapat 3. Lin. Negotiatuin Behaviour, New
memberikan efek pelayanan York: Academic Press. 2003
keperawatan yang berkualitas. 4. Bazogul, C & Ozgur, G. Asian
Nursing Research: Role of emotional
SIMPULAN DAN SARAN intelligence in conflict management
Implementasi yang telah dilakukan strategies of Nurses. 2015 Diakses
memberikan dampak positif pada dari www.asian-nursingresearch.com
119 | Cicilia Ika Wulandari, Enie Novieastari, Sri Purwaningsih : Optimalisasi Manajemen
Konflik: Perilaku Asertif Dalam Keperawatan
JKSP Volume 2 Nomor 2, 31 Agustus 2019

pada tanggal 10 Februari 2018 Nursing, 38(3). 107–112.


5. Marquis, B. L., & Huston, C. J. 15. Bennis, W. On becoming a leader:
Leadership roles and management The leadership classic. 2009.
functions in nursing: theory and Newyork: warren Bennis Inc
application (7th ed.). 2012 16. Huber, D Leadership & nursing care
Philadelphia: Lippincott Williams management (4th edition). 2010.
6. Dahsan; Keshk. Manager’s conflict Missouri: Saunders Elsevier.
management style and its effect on 17. Allen, P. E., Keough, V. A., &
staff nurses turnover intentention at Armstrong, M. L. Creating innovative
shebon el kom hospitals, Menoufiva programs for the future. 2012. J Nurs
Governorate. 2014. Journal of Educ, 52(9), 486–491.2013.
Medical Science 11 (1) : 132-243. http://doi.org/10.3928/01484834-
DOI: 20130819-05
10.5829/idosi.wjms.2014.11.1.8450 18. Popescu, Alexandrian M.. Prescriptive
7. Departemen Kesehatan Republik models of intervention strategy choice
Indonesia. Pusat data dan informasi. manager in the resolution conflict
Profil kesehatan Indonesia. 2008. mood. Prodecia, 2015. Social and
Jakarta Behaviour Sciences 180 (197-202)
8. Miyata, C., Arai, H., & Suga, S. 19. Enz, C. A.. Hospitality strategic
Characteristics of the nurse manager’s management (2nd ed.).2015. Canada:
recognition behavior and its relation John Wiley & Sins,Inc.,Hoboken,
to sense of coherence of staff nurses New Jersey.
in Japan. Collegian, 22(1), 9–17. 20. Committee, C. Standard operating
2015. procedure (SOP) for clinical research.
http://doi.org/10.1016/j.colegn.2013.1 2014. , 5. Retrieved from
0.004 www.uhhospitals.org
9. Armstrong-Stassen, M., Freeman, M., 21. Duran, G. Z., & Diamond, T. Training
Cameron, S., & Rajacich, D. Nurse module facilitator ’ s guide.2016.
managers’ role in older nurses’ Washington DC: American Institutes
intention to stay. Journal of Health for Research.
Organization and Management, 22. Gladwin, J., Dixon, R. A., & Wilson,
29(1), 55–74. 2015 T. Rejection of an innovation: health
http://doi.org/10.1108/JHOM-02- information management training
2013-0028 materials in east Africa. Health Policy
10. Phillips, L. D. What is strategy? and Planning, 17(4), 354–361.2002.
Journal of the Operational Research http://doi.org/10.1093/heapol/17.4.35
Society. 2011. 4
https://doi.org/10.1057/jors.2010.12 23. Booth. Reducing organizational
11. Robbins, S. P., & Judge, T. A. conflict: An incompatible response
Organizational Behavior (15 th). 2013 approach. 1993. Journal of Applied
New Jersey: Pearson Education. Psychology 69: 272–79.
12. Fathoni, H. A. Organisasi dan 24. Kaur, G & Maheshwari. Correlation
manajemen sumber daya manusia. of assertive behavior with
2006. Jakarta: PT. Rineka Cipta. communication satisfaction among
13. Wirawan. Konflik dan manajemen nurse. 2015. Journal of Helath,
konflik. 2016. Jakarta: Salemba Medicine and Nursing. Vol 14.
Human 25. Vaughan, Tay. Multimedia : Making
14. DeSilets, L. D. Needs Assessments: It Work. 2004. McGraw-Hill
An Array of Possibilities. 2007. The Companies, Inc. Sixth Edit
Journal of Continuing Education in
120 | Cicilia Ika Wulandari, Enie Novieastari, Sri Purwaningsih : Optimalisasi Manajemen
Konflik: Perilaku Asertif Dalam Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai