KONSEP TEORI
1. Definisi Talasemia
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemofilia dimana terjadi kerusakan
sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit pendek (kurang
dari 100 hari) (Ngastiyah: 1997)
Thalasemia merupakan penyakit keturunan yang ditandai dengan ganggauan
dan ketidakmampuan memproduksi hemoglobin dan eritrosit dengan akibat
anemia. (Kus Irianto: 2004)
Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh
defisiensi produk rantai globin pada hemoglobin. (Suriadi, Rita Yuliani: 2001)
Thalasemia merupakan kelompok gangguan darah yang diwariskan,
dikarakteristikan dengan defisiensi sintesis rantai globulin spesifik molekul
hemoglobin. (Mary E Muscari: 2005)
2. Klasifikasi
1) α thalasemia: defisiensi pada rantai α
2) β thalasemia : defisiensi pada rantai β. Merupakan kasus terbanyak dan terdiri
dari 3 bentuk yaitu:
a) Thalasemia minor/ thalasemia trait: ditandai oleh anemia mikrositik,
bentuk heterozigot. Gejala yang muncul pada penderita Thalasemia minor
bersifat ringan, biasanyahanya sebagai pembawa sifat. Istilah Thalasemia
trait digunakan untuk orangnormal namun dapat mewariskan
gen thalassemia pada anak-anaknya:ditandaioleh splenomegali, anemia
berat, bentuk homozigot. Pada anak yang besar sering dijumpai adanya:
Gizi buruk
Perut buncit karena pembesaran limpa dan hati yang mudah diraba
Aktivitas tidak aktif karena pembesaran limpa dan hati (Hepatomegali),
Limpa yang besar ini mudah ruptur karena trauma ringan sajaGejala
khas adalah:
Bentuk muka mongoloid yaitu hidung pesek, tanpa pangkal hidung,
jarak antara kedua mata lebar dan tulang dahi juga lebar.
Keadaan kuning pucat pada kulit, jika sering ditransfusi, kulitnya
menjadi kelabu karena penimbunan besi.
b) Thalasemia intermedia: ditandai oleh splenomegali, anemia berat, bentuk
homozigot
c) Thalasemia mayor
Thalasemia Mayor Terjadi bila kedua orang tuanya membawa gen
pembawa sifat thalassemia.Gejala penyakit muncul sejak awal masa
kanak-kanak dan biasanya penderitahanya bertahan hingga umur sekitar 2
tahun.
Penderita thalasemia ini mengalami anemia berat, mulai umur 3-6
bulan setelah lahir dan tidak dapat hidup tanpa di tranfusi. Ini dapat
berakibat fatal, karena efek samping dari tranfusi darah yang terus
menerus yaitu berupa kelebihan zat desi (Fe). Hati dan limpa mengalami
pembesaran akibat penangkapan dan penghancuran sel darah merah yang
rusak secara berlebihan. Bahkan limpa yang membesar tersebut dapat
menghancurkan sel darah merah yang belum rusak.
Salah satu ciri fisik dari penderita thalasemia adalah kelainan tulang
yang berupa tulang pipi masuk ke dalam dan batang hidung
menonjol(disebut gacies cooley), penonjolan dahi dan jarak kedua mata
menjadi lebih jauh, serta tulang menjadi lemah dan keropos. Pertumbuhan
gigi pun biasanya buruk. Gejala lain yang tampak ialah anak lemah, pucat,
perkembangan fisik tidak sesuai umur atau berat badan kurang. Dan perut
membuncit. Jika penderita tidak sering mendapat tranfusi darah, kulit akan
menjadi kelabu serupa dengan besi akibat penimbunan besi dalam
jarinagn kulit.
3. Etiologi
Faktor genetik yaitu perkawinan antara 2 heterozigot (carier) yang
menghasilkan keturunan Thalasemia (homozigot). Jika ayah dan ibu menderita
thalasemia maka kemungkinan anaknya untuk membawa sifat talasemia sebesar
50%.
4. Patofisiologi
Normal hemoglobin adalah terdiri dari Hb A dengan dua polipeptida rantai
α dan dua rantai β. Pada β thalasemia yaitu tidak adanya atau kurangnya rantai β
dalam molekul hemoglobinyang mana ada gangguan kemampuan eritrosit
membawa oksigen.Ada suatu kompensator yang meningkat dalam rantai α, tetapi
rantai β memproduksi secara terus-menerus sehingga menghasilkan hemoglobin
defective. Ketidakseimbangan polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan dan
desintegrasi. Hal ini menyebabkan sel darah merah menjadi hemolisis dan
menimbulkan anemia dan atau hemosiderosis.
Kelebihan pada rantai α ditemukan pada thalasemia β dan kelebihan rantai β
dan γ ditemukan pada thalasemia α. Kelebihan rantai polipeptida ini mengalami
presipitasi dalam sel eritrosit. Globin intraeritrositik yang mengalami presipitasi,
yang terjadi sebagai rantai polipeptida α dan β, atau terdiri dari hemoglobin tak
stabil badan Heinz, merusak sampul eritrosit dan menyebabkan hemolisis.
Reduksi dalam hemoglobin menstimulasi bone marrow memproduksi RBC
yang lebih. Dalam stimulasi yang konstan pada bone marrow, produksi RBC di
luar menjadi eritopoitik aktif. Kompensator produksi RBC secara terus menerus
pada suatu dasar kronik, dan dengan cepatnya destruksi RBC, menimbulkan tidak
adekuatnya sirkulasi hemoglobin. Kelebihan produksi dan destruksi RBC
menyebabkan bone marrow menjadi tipis dan mudah pecah atau rapuh.
5. Komplikasi
1) Fraktur patologi
2) Hepatosplenomegali
3) Gangguan tumbuh kembang
4) Disfungsi organ
6. Manifestasi Klinis
1) Lethargi
2) Pucat, Kelemahan
3) Anoreksia
4) Sesak napas
5) Tebalnya tulang kranial
6) Pembesaran limpa
7) Menipisnya tulang kartilago
8) Disrytmia
7. Pemeriksaan Diagnostik
Studi hematologi : terdapat perubahan pada sel darah merah, yaitu
mikrositosis, hipokromia, anisositosis, poikilositosis, sel target, eritrosit yang
immatur, penurunan hemoglobin dan hematokrit. Elektroforesis : peningkatan
hemoglobin F dan A2
8. Penatalaksanaan Terapeutik
1) pemberian transfusi hingga Hb mencapai 10g/dl. Komplikasi dari pemberian
transfusi darah yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya penumpukan zat
besi yang disebut hemosiderois. Hemosiderois ini dapat dicegah dengan
pemberian deferoxamine (Desferal)
2) Splenectomy: dilakukan untuk mengurangi penekanan pada abdomen dan
meningkatkan rentang hidup sel darah merah yang berasal dari suplemen
(transfusi).
9. Pengobatan
Pengobatan thalassemia bergantung pada jenis dan tingkat keparahan dari
gangguan. Seseorang pembawa atau yang memiliki sifat alfa atau beta talasemia
cenderung ringan atau tanpa gejala dan hanya membutuhkan sedikit atau tanpa
pengobatan. Terdapat 3 (standar) perawatan umum untuk thalassemia tingkat
menengah atau berat, yaitu transfusi darah, terapi besi dan chelation, serta
mmenggunakan suplemen asam folat. Selain itu, terdapat perawatan lainnya
adalah dengan transplantasi sum-sum tulang belakang, pendonoran darah tali
pusat, dan HLA (Human Leukocyte Antigens).
1) Transfusi darah
Transfusi yang dilakukan adalah transfusi sel darah merah. Terapi ini
merupakan terapi utama bagi orang-orang yang menderita thalassemia sedang
atau berat. Transfusi darah dilakukan melalui pembuluh vena dan memberikan
sel darah merah dengan hemoglobin normal. Untuk mempertahankan keadaan
tersebut, transfusi darah harus dilakukan secara rutin karena dalam waktu 120
hari sel darah merah akan mati. Khusus untuk penderita beta thalassemia
intermedia, transfuse darah hanya dilakukan sesekali saja, tidak secara rutin.
Sedangkan untuk beta thalssemia mayor (Cooley’s Anemia) harus dilakukan
secara teratur (2 atau 4 minggu sekali).
2) Terapi Khelasi Besi (Iron Chelation)
Hemoglobin dalam sel darah merah adalah zat besi yang kaya protein.
Apabila melakukan ransfusi darah secara teratur dapat mengakibatkan
penumpukan zat besi dalam darah. Kondisi ini dapat merusak hati, jantung, dan
organ-organ lainnya. Untuk mencegah kerusakan ini, terapi khelasi besi
diperlukan untuk membuang kelebihan zat besi dari tubuh. Terdapat dua obat-
obatan yang digunakan dalam terapi khelasi besi, yaitu:
a) Deferoxamine
Deferoxamine adalah obat cair yang diberikan melalui bawah kulit
secara perlahan-lahan dan biasanya dengan bantuan pompa kecil yang
digunakan dalam kurun waktu semalam. Terapi ini memakan waktu lama
dan sedikit memberikan rasa sakit. Efek samping dari pengobatan ini dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan dan pendengaran.
b) Deferasirox
Deferasirox adalah pil yang dikonsumsi sekali sehari. Efek
sampingnya adalah sakit kepala, mual, muntah, diare, sakit sendi, dan
kelelahan (kelelahan).
3) Suplemen Asam Folat
Asam folat adalah vitamin B yang dapat membantu pembangunan sel-sel
darah merah yang sehat. Suplemen ini harus tetap diminum di samping
melakukan transfusi darah ataupun terapi khelasi besi.
4) Transplantasi sum-sum tulang belakang
Bone Marrow Transplantation (BMT) sejak tahun 1900 telah dilakukan.
Darah dan sumsum transplantasi sel induk normal akan menggantikan sel-sel
induk yang rusak. Sel-sel induk adalah sel-sel di dalam sumsum tulang yang
membuat sel-sel darah merah. Transplantasi sel induk adalah satu-satunya
pengobatan yang dapat menyembuhkan talasemia. Namun, memiliki kendala
karena hanya sejumlah kecil orang yang dapat menemukan pasangan yang
baik antara donor dan resipiennya.
5) Pendonoran darah tali pusat (Cord Blood)
Cord blood adalah darah yang ada di dalam tali pusat dan plasenta.
Seperti tulang sumsum, itu adalah sumber kaya sel induk, bangunan blok dari
sistem kekebalan tubuh manusia. Dibandingkan dengan pendonoran sumsum
tulang, darah tali pusat non-invasif, tidak nyeri, lebih murah dan relatif
sederhana.
6) HLA (Human Leukocyte Antigens)
Human Leukocyte Antigens (HLA) adalah protein yang terdapat pada sel
di permukaan tubuh. Sistem kekebalan tubuh kita mengenali sel kita sendiri
sebagai 'diri,' dan sel ‘asing' sebagai lawan didasarkan pada protein HLA
ditampilkan pada permukaan sel kita. Pada transplantasi sum-sum tulang, HLA
ini dapat mencegah terjadinya penolakan dari tubuh serta Graft versus Host
Disease (GVHD). HLA yang terbaik untuk mencegah penolakan adalah
melakukan donor secara genetik berhubungan dengan resipen (penerima).
Ganie, A, 2004. Kajian DNA thalasemia alpha di medan. USU Press, Medan
Supardiman, I, 2002. Hematologi Klinik. Penerbit alumni bandung.
Hoffband, A, dkk, 2005. Kapita selekta Hematologi. Penerbit buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Mansjoer, arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran E d i s i k e - 3
J i l i d 2 . Media Aesculapius Fkul.
Hartoyo, Edi, dkk. 2006. ”Standar Pelayanan Medis. Fakultas
KedokteraanUnlam / RSUD Ulin Banjarmasin.