Anatomi
Anatomi
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak
bagian belakang.
Konjungtiva terdiri dari 3 bagian antara lain :
1. Konjungtiva tarsal/palpebra
hubungannya dengan tarsus sangat erat. Gambaran dari kelenjar meibom
yang ada didalamnya, tampak membayang sebagai garis sejajar berwarna
putih. Permukaan licin, dicelah konjungtiva terdapat kelenjar henle.
H : terdiri dari sel epitel silindris. Dibawahnya terdapat stroma dengan
banyak kelenjar limfe.
2. Konjungtiva Forniks
struktur seperti konjungtiva palpebra tetapi jaringan dibawahnya lebih
lemah, membentuk lekukan-lekukan, mengandung banyak pembuluh
darah. Dibawah konjungtiva forniks superior terdapat kelenjar lakrimal
dari kraus, juga terdapat muara saluran air mata.
3. Konjungtiva Bulbi
tipis, tembus pandang, meliputi bagian anterior bulbus
okuli. Dibawahnya terdapat kapsula tenon. Strukturnya
seperti konjungtiva palpebra tetapi tdk memiliki kelenjar.
dari limbus, epitel konjungtiva meneruskan diri sebagai
epitel kornea.
Dekat kantus internus, membentuk piika semilunaris yang
mengelilingi pulau kecil yang terdiri dari kulit mengandung
rambut dan kelenjar caruncle
DEFINISI
Konjungtivitis merupakan proses
Epidemiologi
Konjungtivitis dapat dijumpai di seluruh dunia, pada berbagai ras,
usia, jenis kelamin dan strata sosial. Walaupun tidak ada data yang
akurat mengenai insidensi konjungtivitis, penyakit ini diestimasi
sebagai salah satu penyakit mata yang paling umum.
American Academy of Ophthalmology. Preferred practice pattern: conjunctivitis,
2nd ed. San Francisco, CA: American Academy of Ophthalmology; 2010
Faktor Risiko
Daya tahan tubuh yang menurun
Adanya riwayat atopi
Penggunaan kontak lens dengan
perawatan yang tidak baik
Hygine personal yang buruk
Referensi : panduan prkatis klinis bagi dokter di fasilits pelayanan
kesehatan primer IDI 2014
Etiologi
Etiologi konjungtivitis dibagi menjadi 2 kategori:
Infectious
Bacterial
Viral
Parasitic
mycotic
Noninfectious
persistent irritation (seperti berkurangnya air mata)
refractive error
Allergic
toxic (karena irritants seperti asap, debu, dll)
Hasil dari penyakit lain seperti (seperti StevensJohnson syndrome).
Reference: Gerhard K. Lang, 2000, Ophthalmology
Klasifikasi
I.
Konjungtivitis kataralis:
1.
2.
3.
b. Demam Faringokonjungtivitis
c. Konjungtivitis Hemorragic akut
d. Konjungtivitis new castle
e. Inklusi Konjungtivitis
2. Konjungtivitis Folicularis Kronik
a.
Trachoma
Konjungtivitis Kataralis
1.
Konjungtivitis Folikularis
terdapat hiperplasia jaringan limfoid subkonjungtiva dengan
folikel-folikel.
1. Keratokonjungtivitis epidemika
Etiology : adenovirus tipe 8 (masa inkubasi 5-10 hari).
Gejala : biasanya unilateral lalu menyebar ke mata lainya setelah
minggu kedua.
gejala klinik :
Edema palpebra, konjungtiva tarsal hyperemi, konjungtiva bulbi
khemosis, kadang terdapat subkonjungtiva bleeding, minggu
kedua dapat timbul keratitis pungtata, kelenjar preaulicular
membesar dan nyeri tekan. Kekeruhan subepitel yang baru hilang
setelah 2bln-3thn.
Pengobatan:
Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk mencegah infeksi
sekunder dapat diberi sulfasetamid atau antibiotik lokal.
5. Konjungtivitis inklusi
Etiology : klamidia okulogenital (inkubasi 5-10 hari).
Klamidia menetap didalam jaringan uretra, prostat, serviks, dan
epitel rektum untuk beberapa tahun.
Dapat bersifat epidemik karena merupakan swimming pool
konjungtivitis.
Gambaran klinis :
-Pada bayi : timbul 3-5hari setelah lahir, memberikan gambaran
konjungtivitis purulen yang disebut inclusion blerhorrhoe.
-Pada dewasa : seperti konjungtivitis folikularis akut.
Gejala konjungtivitis folikularis akut disertai sekret mukopurulen.
Pada minggu kedua dapat timbul keratitis epitelial, kedangkalan
disertai neovaskularisasi superfisial.
-Pada apusan akan ditemukan inclusion bodies yang sama
morfologinya seperti inclusion bodies pada trachoma.
Pengobatan :
sistemik dengan eritromisin lebih efektif dibanding dengan topikal.
Pengobatan :
-Tetrasiklin 1-1,5gr/hari PO dlm 4 dosis 3-4 minggu.
-Doxycyclin 100mg PO 2x1 selama 3 minggu
-Ertyhromycin 1g/hari dibagi dalam 4 dosis selama
3-4 minggu
Pencegahan : hygine yang baik, makanan yang
bergizi.
Penyulit : enteropion, trikiasis, kekeruhan kornea,
keratitis sika.
Diagnosis Banding
konjungtivitis gambaran klinis
Tanda
Bakterial
1. Injeksi
Mencolok
konjung
tivitis
2. Hemora +
gi
3. Kemosis ++
4. Eksudat
Purulent/m
ukopurulen
5. Pseudo
t
membra +/- (Strep,.
n
C.diph)
6. Papil
7. Folikel
+/8. Nodus
9. Preaulic +
ular
panus
Viral
Alergik
Toksik
TRIC
Sedang
Ringansedang
Ringansedang
Sedang
+/-
++
+/-
+/-
Jarang,air
Berserabut
(lengket)
putih
-
Berserabut
(lengket)
+
- (kecuali
vernalis)
+
(medikasi)
-
+/+
+/+
+/+
++
-
Klasifikasi konjungtiva
bakterial
Onset
Severity
Organisme
Perlahan (hariminggu)
Mild-moderate
Staphylococus Aureus
Moraxella Lacunata
Proteus Sp
Enterebacteriaceae
Pseudomonas
Haemophilus
influenza
Streptococcus
pneumoniae
Staphylococcus
aureus
Neiserria gonorrhoae
Nisseria meningitidis
Moderate-severe
Akut atau superakut
(jam-hari)
Severe
Hiperakut (<24jam)
Symptoms
Reference:
- Vaughan & asburys general opthalmology, 17th ed
- Gerhard K. Lang, 2000, Ophthalmology
Signs
hyperemia,
tearing,
exudation,
pseudoptosis,
papillary hypertrophy,
chemosis,
follicles,
pseudomembranes and membranes,
granulomas, and preauricular adenopathy.
Reference: Vaughan & asburys general opthalmology, 17th ed
Tatalaksana
Edukasi :
- Konjungtivitis mudah menular, karena itu
sebelum dan sesudah membersihkan atau
mengoleskan obat, penderita harus mencuci
tangan.
- Jangan menggunkaan handuk atau lap secara
bersama-sama.
- Bila
konjungtivitis
disebabkan
oleh
mikroorganisme hindari kontaminasi.
Medikasi
Secara garis besar pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi
penyebab:
Bakteri : sulfonamide atau antibiotika (gentamycin 0,3 %,
cloramfenikol 0,5 % tetes sebanyak 1 tetes 6x sehari atau salep
mata 3x sehari selama 3 hari).
Gonorrhoe : kloramfenikol tetes mata 0,5-1% sebanyak 1 tetes
tiap jam dan suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB tiap
hari sampai tidak ditemukan kuman GO pada sediaan apus
selama 3 hari berturut-turut.
Virus : Salep Acyclovir 3%, 5x sehari selama 10 hari. Pengobatan
utama untuk mencegah infeksi sekunder (antibiotika)
Alergi : Antihistamin atau portikosteroid (dexametazone 0,2 %)
Karena jamur sangat jarang (diberi anti jamur)
Prognosis
Ad Vitam : Ad bonam
Ad functionam : Ad bonam